Anda di halaman 1dari 5

MENIKMATI CERITA SEJARAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

Nama: Kania Siringoringo


Kelas: XII IPS¹
Guru pembimbing: E. Nababan, S.Pd

SMA NEGERI 1 SIBORONGBORONG


SEJARAH COLOSSEUM
Asal Mula Nama Colosseum
(bahasa Latin: Colosseum atau Colisseum; bahasa Italia: Colosseo) adalah sebuah peninggalan
bersejarah berupa arena gladiator, dibangun oleh Vespasian. Nama dari Koloseum diambil dari nama
sebuah patung setinggi 130 kaki atau 40 m, Colossus. Patung Colossus dibuat ulang sebagai
pengganti Nero sebagai perumpamaan dari Sol dewa matahari, dengan menambahkan mahkota
matahari. Di waktu pertengahan tahun, patung colossus telah menghilang. Seorang ahli mengatakan
bahwa sejak patung itu terbuat dari tembaga, patung itu telah dileburkan untuk digunakan kembali.
Selain diambil dari nama Koloseum, Koloseum juga disebut sebagai Flavian Amphitheatre yang tidak
diketahui siapa yang memberi nama itu. Di Itali, Koloseum diberi nama il colosseo tetapi bahasa
Roma lainnya menggunakan nama le colisée dan el coliseo untuk menyebutkan Colosseum.

Tempat pertunjukan yang besar berbentuk elips yang disebut amfiteater atau dengan nama aslinya
Amphitheatrum Flavium, yang termasuk salah satu dari Enam Puluh Sembilan Keajaiban Dunia
Pertengahan. Situs ini terletak di kota kecil di Italia, Roma, yang didirikan oleh Wali kota Vespasianus
pada masa Domitianus dan diselesaikan oleh anaknya Titus, dan menjadi salah satu karya terbesar
dari arsitektur Kekaisaran Romawi yang pernah dibangun. Koloseum dirancang untuk menampung
50.000 orang penonton.

Konstruksi bangunan
Koloseum dibangun pada pemerintahan Vespasian pada tahun 72 M dan terselesaikan oleh anaknya
Titus pada tahun 80 M. Colosseum didirikan berdekatan dengan sebuah istana megah yang
sebelumnya dibangun Nero, yang bernama Domus Aurea[3] yang dibangun sesudah kebakaran besar
di Roma pada tahun 64 M. Dio Cassius seorang ahli sejarah mengatakan bahwa ada sekitar 9000
hewan buas yang telah terbunuh di 100 hari sebagai perayaan peresmian dan pembukaan Colosseum
tersebut. Lantai dari arena Colosseum tertutupi oleh pasir untuk mencegah agar darah-darah tidak
mengalir ke mana-mana.

Pertunjukan
Di Koloseum pada saat itu adalah tempat penyelenggaraan sebuah pertunjukan yang spektakuler,
yaitu sebuah pertarungan antara binatang (venetaiones), pertarungan antara tahanan dan binatang,
eksekusi tahanan (noxii), pertarungan air (naumachiae) dengan cara membanjiri arena, dan
pertarungan antara gladiator (munera). Selama ratusan tahun itu, diperkirakan ribuan orang maupun
binatang mati di pertunjukkan Koloseum. Pertunjukan yang ditayangkan di Colosseum bukan berupa
film sebagaimana kebiasaan kita menonton bioskop. Seni bagi rakyat Roma rupanya berselera unik.
Sampai-sampai mereka lebih menyukai show yang ekstrim daripada yang bersifat romance ala drama
percintaan. Hewan yang dalam bahasa Italia disebut Venetaiones menjadi objek utama pertunjukan
di Colosseum. Hewan-hewan ini sengaja dipertarungkan menghadapi para tahanan (noxii) yang
sudah dijatuhi eksekusi. Pertarungan-pertarungan antar tahanan jenis lain, antara munera atau
gladiator dan pertarungan-pertarungan lain selalu mengorbankan nyawa di salah satu pihak demi
kemenangan pihak lainnya. Kebiasaan mempertontonkan pertarungan berdarah selama ratusan
tahun lama kelamaan membuat tumpukan daftar kematian panjang di dalam Colosseum. Ada ribuan
manusia dan nyawa hewan-hewan bertenaga habis di dalam bangunan. Setelah itu, selayaknya
bangunan dengan sejarah berdarah lain, Colosseum dipenuhi cerita-cerita mistis yang berbau jerit
kesedihan dan peperangan.

Tempat duduk
Koloseum berukuran cukup besar. Dengan tinggi 48 m, panjang 188 m, lebar 156 m dan luas seluruh
bangunan sekitar 2.5 ha membuat Koloseum terlihat begitu besar dan luas. Arenanya terbuat dari
kayu berukuran 86 m x 54 m, dan tertutup oleh pasir. Bentuk elips atau bulat dari Koloseum gunanya
untuk mencegah para pemain untuk kabur ke arah sudut dan mencegah para penonton untuk berada
lebih dekat dengan pertunjukan.

Tempat duduk di Koloseum dibagi menjadi tingkatan-tingkatan yang berbeda berdasarkan status
sosial dalam masyarakat Romawi.

Podium utama di yang terletak di bagian utara dan selatan untuk Kaisar dan keluarganya, pada
tempat ini memberikan pemandangan yang terbaik dilihat dari arena, terdapat tempat istirahatnya,
tempat penyimpanan harta juga berada di tingkat ini. Kemudian pada tingkat yang sama dengan
platform yang lebih luas merupakan podium khusus untuk para senator Roman, yang boleh
membawa kursi sendiri. Nama-nama beberapa senator masih dapat dilihat dari ukiran pada batu
yang menjadi tempat duduknya.

Pada tingkat berikutnya disebut maenianum primum, yang dikhususkan untuk para bangsawan
Roman. Selanjutnya pada tingkat ketiga adalah maenianum secundum yang dibagi-bagi lagi menjadi
tiga bagian. Bagian paling bawah (immum) digunakan untuk para orang kaya, di bagian atasnya lagi
(summum), digunakan untuk rakyat jelata. Dan yang terakhir, di bagian kayu (maenianum secundum
in legneis) adalah tempat yang strukturnya dari kayu di paling atas bangunan. Tempat itu merupakan
tempat untuk berdiri saja yang digunakan untuk para wanita rendahan.

Setelah 2 tahun Koloseum digunakan sebagai tempat pertunjukan, Anak termuda Vespasian yang
bernama Domitian memerintahkan untuk mengkonstruksikan area bawah tanah (hypogeum), dua
tingkat jalur bawah tanah yang saling berhubungan berupa terowongan dan kurungan dimana para
gladiator dan binatang ditempatkan sebelum pertarungannya dimulai. Disana juga disediakan
jebakan-jebakan berupa pintu jebakan yang digunakan untuk mencegah masuknya hewan-hewan
buas yang tidak direncanakan ke arena dan untuk menjaga tempat penyimpanan senjata di dalam
koloseum tersebut.

Mengapa Colosseum Rusak?


1.Bencana alam

Secara khusus, gempa bumi telah memainkan peran penting dalam kerusakan strukturalnya.
Colosseum awalnya selesai pada 80 M , era ketika pemahaman tentang aktivitas seismik sangat
minim, dan tindakan arsitektur pencegahan tidak ada. Selama berabad-abad, Roma telah mengalami
beberapa gempa bumi yang signifikan. Terutama, gempa pada tahun 847 M menyebabkan kerusakan
yang signifikan, meruntuhkan sisi selatan amfiteater. Gempa bumi berikutnya di abad-abad
berikutnya semakin merusak struktur, menyebabkan kehancuran sebagian yang kita lihat sekarang.

2.Perampokan Batu

Selain bencana alam, Colosseum menjadi korban perampokan batu besar-besaran, sebuah proses
yang dikenal sebagai ‘perampasan’. Selama Abad Pertengahan dan Renaisans, merupakan praktik
umum untuk memindahkan batu, logam, dan bahan lain dari bangunan yang ditinggalkan atau rusak
untuk digunakan kembali. Colosseum, yang merupakan sumber besar batu yang dipotong halus,
menjadi sasaran utama latihan ini. Struktur penting di Roma, seperti Basilika Santo Petrus dan
Palazzo Venezia, dibangun menggunakan bahan yang dicuri dari Colosseum. Seiring waktu,
penjarahan yang tak henti-hentinya berkontribusi pada kebobrokan Colosseum.

3. Abai dan Tidak Digunakan

Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, penggunaan dan signifikansi Colosseum menyusut. Itu beralih
dari tempat tontonan publik ke ruang perumahan dan komersial, menjadi tuan rumah lokakarya,
rumah, dan bahkan gereja kecil. Pada Abad Pertengahan, keluarga Frangipani mengubahnya menjadi
kastil berbenteng. Perubahan penggunaan, dikombinasikan dengan periode pengabaian,
berkontribusi pada kerusakan Colosseum yang lambat. Ketika prioritas Roma bergeser dan bangunan
itu tidak digunakan lagi, amfiteater yang dulunya besar itu diabaikan, mempercepat penurunannya.

Koloseum masih digunakan sampai tahun 2017, meskipun telah rusak kebakaran karena disambar
petir. Koloseum telah diperbaiki pada tahun 238 dan permainan gladiator berlanjut sampai umat
kristen secara berangsur-angsur menghentikan permainan tersebut karena terlalu banyak memakan
korban jiwa. Pada tahun 1749, ada sebuah bentuk dari pemeliharaan Koloseum. Paus Benediktus XIV
melarang untuk menggunakan Koloseum sebagai tempat penambangan. Pada tahun 2000 ada
sebuah protes keras di Itali dalam rangka menentang penggunaan hukuman mati untuk negara-
negara di seluruh dunia (di Italia, hukuman mati dihapuskan pada tahun 1948). Beberapa
demonstran memakai tempat di depan Koloseum. Sejak saat itu, sebagai sebuah isyarat menentang
kapitalis tersebut, penduduk lokal mengganti warna Koloseum di malam hari dari putih menjadi
emas dengan menggunakan penerangan berupa lilin dan lampu neon sampai pada saat dimana
seluruh dunia menghapuskan tindakan penghukuman mati itu.

Upaya Restorasi
Perancah dan derek telah menjadi pemandangan umum saat para konservasionis bekerja keras
untuk menyelamatkan simbol keagungan kuno Roma ini. Meskipun mungkin tidak akan pernah
kembali ke keadaan semula, tujuan dari upaya ini adalah untuk menstabilkan struktur, mencegah
kerusakan lebih lanjut, dan mengembalikan apa yang dapat diselamatkan, memastikan generasi
mendatang dapat menghargai bukti kecerdikan kuno yang luar biasa ini.

Kesimpulannya, keadaan Colosseum saat ini adalah pengingat yang pedih akan kefanaan ciptaan
manusia. Kekuatan alam, berlalunya waktu, dan tindakan manusia semuanya berkontribusi pada
kondisinya saat ini. Namun, dalam keadaan rusak, Colosseum masih memiliki rasa kagum dan
hormat. Ini berfungsi sebagai koneksi nyata ke masa lalu, monumen kebangkitan dan kejatuhan salah
satu kerajaan terbesar dalam sejarah, dan pengingat yang gamblang akan pentingnya pelestarian
sejarah. Terlepas dari penampilannya yang terfragmentasi, Colosseum akan terus berdiri sebagai
simbol ikonik Roma dan kekaisaran perkasa yang membangunnya .

Anda mungkin juga menyukai