Anda di halaman 1dari 13

BAGIAN ILMU BEDAH JOURNAL READING

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2018


UNIVERSITAS HASANUDDIN

A STUDY OF INGUINAL HERNIA IN INFANTS AND


CHILDREN

Oleh:
SITI HIDAYATI BINTI HASHIM
C111 13 855

Pembimbing Residen :
dr. Mendila Purnamasari

Pembimbing Supervisor :
dr. Tommy Rubiyanto, Sp.B, Sp.BA

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : SITI HIDAYATI BINTI HASHIM

NIM : C111 13 855

Judul Jurnal : A Study of Inguinal Hernia in Infants and Children

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.

Makassar, 28 September 2018

Residen Pembimbing Supervisor Pembimbing

dr. Mendila Purnamasari dr. Tommy Rubiyanto, Sp.B, Sp.BA

2
Penelitian terkait Hernia Inguinalis pada Bayi dan
Anak-anak
Rahul T, Mayur M, Manish P, Ajay J, Abhinav R, Rahul A,.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Abstrak

Pembengkakan inguino-skrotal sering ditemukan pada bayi dan anak-anak. Hernia

inguinalis dan hidrokel adalah penyebab utama terjadinya pembengkakan inguino-

skrotal pada bayi dan anak-anak. Untuk manajemen yang efektif terhadap kasus ini

adalah penting untuk dipelajari pelbagai faktor seperti usia, jenis kelamin dan lainnya

yang terkait dengan kejadian hernia inguinalis pada bayi dan anak-anak.

Objektif : Mengkaji tentang epidemiologi, manajemen dan hasil akhir terkait hernia

inguinalis pada bayi dan anak.

Metode : Satu studi prospektif telah dilakukan pada bayi dan anak yang di diagnosa

dengan hernia inguinalis selama periode 18 bulan mulai dari bulan Februari 2015

sampai Juli 2016. Pasien yang dipilih dalam studi ini adalah dari kelompok neonatus

sampai usia 14 tahun.

Hasil : Hernia inguinalis boleh terjadi pada sebarang usia, tetapi mayoritasnya adalah

sekitar usia 1 sampai 5 tahun. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan

insidennya adalah lebih tinggi pada sisi kanan. Hampir semua kasus hernia inguinalis

pada bayi dan anak adalah tipe indirek, di mana ianya terjadi akibat paten prosesus

vaginalis kongenital.

Konklusi : Intervensi operasi dini seperti herniotomi inguinal adalah manajemen yang

disarankan untuk kasus hernia inguinalis pada bayi dan anak.

Kata Kunci : hernia inguinalis, bayi dan anak, herniotomi, hidrokel.

3
PENDAHULUAN

Pembengkakan inguino-skrotal adalah antara anomali yang paling umum pada

bayi dan anak. Kebanyakannya adalah terkait abnormalitas dari penurunan testis dan

kegagalan obliterasi prosesus vaginalis. Dan di antara semua itu, anomali kongenital

yang paling sering adalah hernia inguinalis dan hidrokel. Insidens hernia inguinalis

adalah paling banyak pada bayi prematur. Meskipun begitu, kerana kemajuan terapi

dalam penatatalaksanaan infertilitas dan perawatan intensif neonatus pada dekade

terakir ini, tingkat survival bayi prematur ini juga meningkat dan sebagai hasilnya, ia

telah meningkatkan insiden kejadian hernia inguinalis dan hidrokel pada bayi dan anak.

Hernia inguinalis pada bayi dan anak sering di diagnosa oleh Spesialis Anak

dan Spesialis Bedah Anak hasil dari anamnesa (haloanamnesa dari orang tua) dan

pemeriksaan fisik yang dilakukan pada bayi dan anak. Tujuan dilakukan pemeriksaan

adalah untuk mencari tahu keluhan terkait anomali. Apabila diagnosa sudah ditegakkan,

pembedahan tertutup pada paten prosesus vaginalis yaitu herniotomi inguinal akan

dilakukan dan ia merupakan tatalaksana tersering pada kelompok ini. Meskipun

laparoscopic repair adalah tatalaksana yang sering dilakukan pada hernia inguinalis

usia dewasa, tetapi ia juga boleh dilakukan pada bayi dan anak. Dan beberapa ahli bedah

lebih suka melakukan perbaikan hernia inguinalis pada bayi dan anak menggunakan

prosedur laparoskopi, terutama pada kasus hernia bilateral.

Penelitian ini dilakukan adalah untuk mencari hubungan antara pelbagai faktor

seperti usia, jenis kelamin, maturitas, sisi hernia dan faktor lainnya terkait kejadian

hernia inguinalis pada bayi dan anak, mencari tahu anomali yang terkait dengan

kejadian hernia inguinalis, serta hasil akhir dari intervensi operasi yang telah dilakukan

pada pasien yang telah di diagnosa sebagai hernia inguinalis di rumah sakit peneliti.

4
METODOLOGI PENELITIAN

Jenis studi adalah studi prospektif yang dilakukan di Departemen Bedah dan

Pusat Penelitian Rumah Sakit Index Medical College, Indore, India selama periode 18

bulan mulai dari bulan Februari 2015 sampai Juli 2016. Pasien bayi dan anak yang di

diagnosa sebagai hernia inguinalis dari usia neonatus sampai usia 14 tahun adalah

subjek di dalam penelitian ini. Total pasien yang ikut di dalam penelitian ini adalah

seramai 60 orang. Namun begitu, bayi dan anak yang sudah di diagnosa sebagai

hidrokel kongenital tidak masuk di dalam penelitian ini.

Hernia inguinalis pada bayi dan anak dapat di diagnosa dengan cara melakukan

anamnesa terhadap orang tua pasien , diikuti dengan pemeriksaan fisis pada regio

inguino-scrotal pasien. Pasien akan di rawat inap di bangsal dan dilakukan pemeriksaan

dasar pada semua kasus berkaitan hernia inguinalis, dilakukan juga pemeriksaan khusus

seperti USG abdomen dan USG regio inguino-scrotal pada beberapa kasus.

Setelah dilakukan penilaian pra operatif dan pra anestesi, kesemua pasien akan

dioperasi untuk dilakukan perbaikan pada defek yang diderita. Sebelum operasi,

kesemua pasien dilakukan pembiusan menggunakan teknik pembiusan umum yaitu

blok kaudal/ bius spinal. Kemudian operasi herniotomi inguinal dijalankan, ada yang

menggunakan metode Mitchell Bank’s yaitu pada pasien yang berusia di bawah satu

tahun (herniotomi yang dilakukan tanpa membuka aponeuresis oblik eksterna), dan ada

yang dilakukan menggunakan teknik Fergusson’s yaitu pada pasien yang berusia di atas

dari satu tahun (herniotomi yang dilakukan setelah membuka aponeuresis oblik

eksterna).

5
Selepas pasien dibolehkan pulang, mereka diminta kembali lagi ke rumah sakit

setelah itu untuk di evaluasi dengan cara dilakukan operasi OPD (outpatient

department).

HASIL DAN DISKUSI

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan pada kasus ini, didapatkan :

Tabel 1. Distribusi kasus menurut usia, jenis kelamin, sisi hernia, maturitas

dan anomali yang terkait kejadian hernia inguinalis.

Parameter Kelompok Jumlah %

kasus

Usia <1 tahun 14 23.3 %

1-5 tahun 32 53.3 %

5-10 tahun 9 15.0 %

>10 tahun 5 8.3 %

Jenis kelamin Laki-laki 53 88.3 %

Perempuan 7 11.7 %

Sisi hernia Kanan 37 61.7 %

Kiri 17 28.3 %

Bilateral 6 10.0 %

Maturitas Aterm 56 93.3 %

preterm 4 6.7 %

Anomali terkait hernia Undensensus testis 3 5.0 %

inguinal

Hernia umbilikalis 4 6.7 %

6
Hipospadia 2 3.3 %

Batu kandung kemih 1 1.7 %

1. Usia

Penelitian ini telah dilakukan pada pasien usia neonatus sampai yang

berusia 14 tahun, di mana pasien telah dibagikan kepada 4 kelompok yaitu :

kurang dari usia 1 tahun, usia 1 sampai 5 tahun, usia 5 sampai 10 tahun, dan

usia lebih dari 10 tahun. Insiden tertinggi telah didapatkan pada pasien berusia

1 sampai 5 tahun (53.3%). Dan pasien yang paling muda dalam penelitian ini

adalah bayi berusia satu bulan.

Didapatkan bahwa penelitian ini adalah sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Ravikumar dkk dan Jadhav dkk, di mana didapatkan insiden

tertinggi adalah pada pasien berusia 1 sampai 5 tahun yaitu sebesar 52 % dan

44 % dalam masing-masing penelitian yang mereka lakukan. Okuribido dkk

juga melaporkan bahwa insiden tertinggi adalah pada pasien berusia 3 sampai 7

tahun yaitu sebesar 47.7 %. Selanjutnya, laporan dari Bronsther dkk

menemukan bahwa 1 dari 3 pasien yang ikut di dalam penelitian yang dilakukan

adalah bayi berusia kurang dari 6 bulan.

2. Jenis kelamin

Di dalam penelitian ini didapatkan jumlah pasien anak laki-laki adalah

sebanyak 53 orang dan hanya 7 orang saja pasien anak-anak perempuan. Justeru

ini menjadikan rasio anak laki-laki dibanding anak perempuan adalah sebesar

7.5:1. Dan di dalam penelitian yang lain, dikatakan juga rasio pasien anak laki-

laki adalah lebih besar dibanding pasien anak perempuan kira-kira sebesar 7:1

7
sampai 11.5:1. Secara rinciannya, jumlah sebesar 7:1 adalah dilaporkan oleh

Grossfeld dkk, Poenarau sebesar 6:1, Ravikumar dkk sebesar 9:1, dan Jadhav

dkk sebesar 11.5:1.

3. Sisi hernia

Pada penelitian ini didapatkan insiden tertinggi kejadian hernia

inguinalis adalah pada sisi sebelah kanan (61.7%). 28.3 % sisanya adalah di sisi

sebelah kiri dan sekitar 10 % pada kedua sisi. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Jadhav dkk dan Ravikumar dkk di mana

ditemukan insiden kejadian hernia inguinalis sisi sebelah kanan adalah sebesar

64 % dan 56 % dalam masing-masing penelitian yang dilakukan oleh mereka.

Selanjutnya Rowe dkk dan Grossfeld dkk juga melaporkan hal yang sama yaitu

insiden tertinggi pada kasus hernia inguinalis adalah pada sisi sebelah kanan.

4. Maturitas

Di dalam penelitian ini didapatkan 4 orang pasien di bawah usia gestasi

28 minggu, sementara sisanya adalah bayi cukup bulan. Jadhav dkk telah

melaporkan bahwa sebanyak 10 % pasien mereka adalah bayi prematur, begitu

juga Ravikumar dkk di mana jumlah pasien bayi prematur adalah sebesar 30 %.

Dalam penelitian yang lain juga menunjukkan bahwa sebesar 3.5 % sampai 5

% kejadian hernia inguinalis telah didapatkan pada bayi cukup bulan dan sekitar

44 % sampai 55 % pada bayi prematur.

5. Anomali terkait hernia inguinalis

Kejadian anomali tersering yang didapatkan pada penelitian ini adalah

tidak undensensus testis yang ditemukan pada 3 pasien (5%) di mana 2 dari

kasus tersebut didapatkan testis di dalam kantung inguinal superfisial,

sementara kasus yang satunya, testis ditemukan di dalam kanalis inguinalis.

8
Orkidopeksi telah dilakukan bersama-sama dengan herniotomi inguinal dalam

menanggani kesemua kasus tersebut. Penelitian ini adalah sebanding dengan

penelitian yang dilakukan oleh Scorer dkk di mana dia juga telah menemukan

bahwa insiden tertinggi kejadian hernia inguinalis adalah pada undensensus

testis yaitu sebesar 30.3 % dan 3.4 % pada masing-masing bayi prematur dan

bayi matur. Dan menurut Witherington dkk, paten prosesus vaginalis disertai

undensensus testis adalah indikasi dilakukan orkidopeksi.

Selanjutnya, ditemukan juga kasus hernia umbilikalis yang redusibel

bersama-sama dengan hernia inguinalis pada penelitian ini yaitu sebanyak 4

kasus (6.7 %). Namun, tidak dilakukan sebarang intervensi operasi kerana rata-

rata pasien adalah berusia di bawah 3 tahun pada saat mau dilakukan operasi

perbaikan tersebut. Dan didapatkan 2 orang pasien (3.3 %) di mana satunya

menderita hipospadia penis distal sementara satunya menderita batu kandung

kemih bersama-sama dengan hernia inguinalis ini, maka intervensi operasi telah

dilakukan secara bersamaan dengan operasi hernia inguinalis dalam

menanggani kasus tersebut.

Di dalam penelitian ini juga, seramai 7 orang pasien anak-anak

perempuan yang telah di diagnosa sebagai hernia inguinalis telah dilakukan

pemeriksaan USG abdomen bagi menyingkirkan kondisi lain terkait kelainan

jenis kelamin. Dan hasilnya tidak ada abnormalitas yang ditemukan pada semua

pasien tersebut. Namun pada saat operasi dilakukan, ternyata ditemukan ovari

di dalam kantung hernia pada salah satu pasien tersebut.

Selain itu, pada pada penelitian ini juga telah ditemukan 2 orang pasien

(3.3 %) dengan hernia inkarserata, dengan tanda-tanda obstruksi usus. Telah

dilakukan reduksi manual pada pasien tersebut, dan dilakukan juga operasi

9
perbaikan 48 jam setelah itu. Menurut Rowe dkk, mereka lebih menyarankan

operasi elektif pada beberapa kasus setelah dilakukan reduksi manual kerana

tingkat komplikasinya lebih rendah dibandingkan apabila operasi emergensi

dilakukan yaitu kira-kira 1.7% berbanding 22.1 %.

Dan di dalam penelitian ini, peneliti tidak menemukan sama sekali kasus

hernia direk. Dikatakan bahwa kasus hernia direk jarang terjadi pada bayi dan

anak, dan hanya mencakup 0.5 % dari keseluruhan kasus hernia selangkangan.

Hanya didapatkan satu pasien anak laki-laki saja di dalam penelitian ini yang

menderita sliding hernia sisi kanan yang mengandung sekum di dalamnya

kerana hernia tipe ini adalah jarang pada pasien usia anak-anak, tetapi sering

saja didapatkan pada pasien bayi perempuan. Menurut Grossfeld dkk, mereka

telah menemukan ovari dan tuba fallopi sekitar 15 % pada kasus hernia yang

diderita anak-anak perempuan di dalam penelitian mereka.

Seterusnya ditemukan seramai 6 orang pasien (10%) di dalam penelitian

ini yang menderita hernia bilateral saat operasi dijalankan. Tetapi peneliti tidak

melakukan eksplorasi kontralateral rutin saat operasi kerana tidak ditemukan

tanda dan gejala klinis dari pasien yang menunjukkan adanya hernia inguinalis

pada sisi yang berlawanan. Dari semua kasus yang ditanggani, didapatkan 3

orang pasien (5 %) menderita komplikasi dari operasi berupa infeksi pada luka

pasca operasi, tetapi berhasil ditanggani menggunakan antibiotik. Periode

evaluasi dalam penelitian ini dimulai dari bulan ketiga setelah dilakukan

intervensi sampai dengan satu tahun dan dinyatakan tidak ada kejadian

rekurensi selama periode ini.

10
KONKLUSI

Hernia inguinalis adalah penyebab tersering terjadinya pembengkakan

inguino scrotal kongenital pada bayi dan anak. Kejadian ini lebih sering

didapatkan pada anak laki-laki dan insidennya lebih sering di sisi bagian kanan.

Ditambah pula kejadiannya bisa muncul di usia berapa pun, tetapi mayoritasnya

pada anak-anak usia sekitar 1 sampai 5 tahun. Selanjutnya, didapatkan insiden

paling tinggi hernia inguinalis ini adalah pada bayi prematur dan bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR). Hampir kesemua kasus hernia inguinalis pada

bayi dan anak adalah tipe indirek, di mana ianya muncul akibat paten prosesus

vaginalis kongenital. Dan apabila keadaan ini muncul, ia tidak akan membaik

secara spontan, maka intervensi operasi seperti herniotomi inguinal adalah yang

disarankan bagi menanggani masalah ini. Meskipun begitu, tindakan ini masih

bisa menyebabkan komplikasi selanjutnya berupa obstruksi dan strangulasi.

11
REFERENSI

1. Gray SW, Skandalakis J.E. Embryology for Surgeons: W.B.Saun¬ders,


Philadelphia. 1972; 417-22.

2. V.Ravikumar, Rajshankar S, Hareesh R.S.Kumar, Nagendra Gowda M.R.: A


clinical study of the management of inguinal hernias in children on the general
surgical practice, Journal of Clinical and Diagnostic Research, 2013 January,
Vol-7(1),144-147

3. Dinesh L Jadhav, Manjunath L, Vikas G Krishnamurthy : A study of inguinal


hernia in children. Int J of Science and Research, Dec 2014, Vol3 (12): 2149-
2155

4. Okunribido O. Ladipo J.K. and Ajao O.G. “Inguinal hernia in paediatric age
group, Ibadan experience”, East Afr. Med.J.,1992; 69 (6) : 347-348

5. Bronsther B, Abrams MW, Elboim C : Inguinal hernias in children- a study of


100 cases and a review of literature. J Am Med Womnes Assoc 1972;27: 522-
525

6. Grosfeld JL. The current concepts in inguinal hernias in infants and


children.World Journal of Surgery. 1989; 13(5):506-15.

7. Dan Poenaru, Inguinal hernias and hydroceles in infancy and childhood: A


consensus statement of the Canadian Association of Paediatric Surgeons :
Paedirtr Child health, 2000 Nov-Dec; 5(8): 461–462.

8. Groff D, Nagaraj HS, Pietsch JB. Inguinal hernias inpremature in¬fants who
were operated on before their discharge from the neonatal intensive care unit.
Arch Surgery.1985; 120: 962.

12
9. Grosfeld JL, Minnick K, Shedd F, West KW, Rescorla FJ, Vane DW. Inguinal
hernia in children: the factors which affected the recurrence in 62 cases. Journal
of Paed Surgery. 1991; 283 – 87.

10. Rowe MI, Lloyd DA et al., Inguinal Hernia in Pediatric Surgery. Year Book
Medical Publishers. 4th edn. 1968.

11. Grosfeld et al., Inguinal hernia in children – the factors which affected the
recurrence in 62 cases. Journal of Paed Surgery. 1991; 265 - 83.

12. Scorer CG, Farrington GH. Congenital deformities of the testis and the
epididymis. Butterworth. London: 1971; 15-102.

13. Witherington R. Cryptorchism and the approaches to its surgical man¬agement.


Surgical Clinics of North America. 64:2 April 84, 367 – 83.

14. Rescorla FJ, Grosfeld JL. Inguinal hernia repair in the perinatal pe¬riod and in
early infancy: the clinical considerations. J Pediatric Surg. 1984; 19(6):832.

15. Holder TM, Ashcraft KW. Groin hernias and hydroceles. Pediatric Surgery.
Philadelphia: WB Saunders Co. 1980;594-608.

13

Anda mungkin juga menyukai