Disusun Oleh:
Pembimbing:
LAB/SMF BEDAH
RSUD Dr. HARYOTO LUMAJANG
2023
Pendahuluan
• Intususepsi adalah suatu keadaan obstruksi
intestinal akibat adanya invaginasi segmen usus
proksimal (intususceptum) ke dalam lumen
segmen usus distal (intussuscipiens).
• Penyebab intususepsi pada anak 90% adalah
idiopatik, kemungkinan dapat dikaitkan dengan
infeksi, faktor anatomis, dan gangguan
motilitas usus.
• Sebanyak 88,46% kasus intususepsi terjadi
pada segmen ileum yang masuk ke kolon
proksimal (intususepsi ileokolik).
Aydin N, Roth A, Misra S. Surgical versus conservative management of adult intussusception: Case series and review.Internat J Surg Case Report. 2016;20:142-6.
Netter, F. H. (2017). Netter Collection of Medical Illustration Digestive System Part II. Philadelphia, PA: Saunders/Elsevier
Patofisiologi
Brunicardi, F., Andersen, D., Billiar, T., Dunn, D., Hunter, J., Matthews, J., & Pollock, R. (2014). Schwartz's Principles of Surgery (10th ed.). New York, NY: McGraw-Hill.
Caruso AM, Pane A, Scanu A, Muscas A, Garau R, Caddeo F, et al. Intussusception in children: Not only surgical treatment. J Pediatr Neonatal Individualized Medicine.2017;6(1):1-6
Jain S, Haydel MJ. Child Intussusception. [Updated 2022 Apr 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431078/
Etiologi dan Faktor Resiko
• Sebanyak 90% kasus intususepsi pada anak merupakan idiopatik. Kasus intususepsi idiopatik seringkali
diasumsikan karena peristaltik usus yang tidak terkoordinasi, atau karena hiperplasia limfoid yang mungkin
terjadi pada infeksi gastrointestinal.
• Infeksi yang paling sering menyebabkan intususepsi adalah infeksi akibat virus berupa adenovirus, rotavirus,
dan human herpes virus.
• Pemberian makanan pengganti ASI menjadi salah satu yang dicurigai sebagai penyebab. Sebuah studi di India
menyatakan bahwa 78,84% bayi intususepsi mendapat makanan pengganti ASI saat usia 2 – 4 bulan, 15,38%
bayi mendapat makanan pengganti saat masih berusia 4 – 6 bulan. Pada penelitian tersebut, hanya 1 anak
dengan ASI eksklusif yang menderita intususepsi.
• Pada dewasa, intususepsi tersering merupakan intususepsi sekunder yang diakibatkan oleh gangguan anatomis
seperti adanya karsinoma, polip, divertikel meckel’s, divertikulum kolon, striktur, atau neoplasma jinak
Caruso AM, Pane A, Scanu A, Muscas A, Garau R, Caddeo F, et al. Intussusception in children: Not only surgical treatment. J Pediatr Neonatal Individualized Medicine.2017;6(1):1-6
Jain S, Haydel MJ. Child Intussusception. [Updated 2022 Apr 16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431078/
EPIDEMIOLOGI
Global
1,5–4 kasus per 1.000 kelahiran hidup. Rasio laki-laki
dibandingkan perempuan adalah 3:2. Insiden kondisi ini
ditemukan paling tinggi pada bayi berusia 4-9 bulan
Indonesia
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, Bandung sejak Januari
2009 sampai Desember 2011 melaporkan bahwa insiden
puncak intususepsi ada pada anak usia 8 bulan
Mortalitas
mortalitas pada anak dilaporkan <1%. Namun, jika tidak
ditangani, intususepsi bisa menyebabkan fatalitas dalam
Kusmaheidi S, Diposarosa R, Nugraha HG. Pattern of Intussusception on Infants and Children in Dr. Hasan
waktu 2–5 hari
Sadikin General Hospital Bandung from 2009 to 2011. Althea Medical Journal. 2015 September;2(3):458-462
01
DIAGNOSIS
TRIAS KLASIK GEJALA
INTUSUSEPSI Hanya 23% pasien dengan trias
Teraba massa pada intususepsi yang +, kenapa?
Karena saat fase lanjut > gejala
palpasi abdomen obstuksi dominan > perut
distended
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Schollin Ask, L., Svensson, J.F., Olén, O. et al. Clinical presentation of intussusception in Swedish children under 3 years of age and the validity of diagnostic coding. Pediatr
Surg Int 35, 373–381 (2019). https://doi.org/10.1007/s00383-018-4421-3
DIAGNOSIS BANDING
Gastroenteritis
Gejala : colic pain, terdapat BAB disertai
darah dan lendir
Tatalaksana
Tatalaksana awal dapat diberikan :
o Oksigenasi
o Dekompresi dengan NGT
o Resusitasi cairan bila ada tanda dehidrasi, koreksi elektrolit
o Pasang Kateter urin
o Pemberian antibiotik bila ada tanda infeksi > leukositosis, pasien demam
Penatalaksanaan intususepsi atau invaginasi dapat menggunakan enema udara,
enema cairan, atau tindakan operatif.
Reduksi non-operatif menjadi pilihan pertama pada anak kecuali jika ditemukan tanda
perforasi usus atau peritonitis.
Reduksi dapat dilakukan dengan bantuan fluoroskopi atau ultrasonografi dengan
enema hidrostatik (kontras larut air atau barium) atau pneumatik (menggunakan
udara).
Reduksi dianggap berhasil jika klinis membaik dan terdapat refluks dari ileum ke katup
ileosekal. Tanda refluks dapat tidak timbul jika katup ileosekal mengalami edema.
Tatalaksana
Invaginasi
Kelebihan : Kelebihan :
- Bisa untuk diagnostik dan terapeutik - Lebih aman dan cepat
- Dapat temukan titik patologis lebih - Risiko kebocoran lebih rendah
mudah - Risiko kontaminasi peritoneum jika terjadi
- Lebih sering digunakan oleh ahli radiologi perforasi lebih kecil
Kekurangan : Kekurangan :
- Risiko kontaminasi peritoneum jika terjadi - Hanya untuk terapeutik
perforasi lebih besar - Tidak dapat tentukan lesi patologis
- Risiko kebocoran barium lebih tinggi
Keberhasilan : Keberhasilan :
Lebih rendah (69,6%) Lebih tinggi (82,7%)
Tatalaksana
Reduksi Operatif
Indikasi : Tindakan :
Peritonitis
Perforasi usus
Kegagalan reduksi secara hidrostatik
strangulasi
Komplikasi
Perforasi usus
Nekrotik usus
Syok Hipofolemik
Syok Septik
Prognosis
Prognosis intususepsi atau invaginasi yang ditangani secara dini
umumnya baik, dengan mortalitas <1% pada anak-anak.
Keberhasilan terapi tergantung pada tindakan yang dilakukan,
namun bisa juga terjadi rekurensi :
Reduksi hidrostatik 8-15%
Reduksi manual operatif 3-4%
Reseksi anastomosis 0 %
Release spontan 20%
Edukasi
Tidak disarankan memberi makanan pengganti ASI
kurang dari 6 bulan.
Intususepsi memiliki tingkat kekambuhan yang cukup
besar.
Terima Kasih