Anda di halaman 1dari 27

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kontras Media mampu membedakan jaringan-jaringan pada gambar foto rontgen
digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak terlihat dalam radiografi biasa.
Dapat tampak karena perbedaan berat atom bagian tubuh dengan bahan kontras.
Hal-hal yang berkaitan dengan pemeriksaan radiografi dengan menggunakan bahan
kontras atau dikenal dengan pemeriksaan radiografi khusus antara lain meliputi :

1. Persiapan pasien khusus

2. Persiapan Trolley

3. Perawatan pasien

Beberapa jenis pemeriksaan radiografi dengan bahan kontras memerlukan persiapan


pasien khusus untuk memvisualisasikan gambaran organ didaerah abdomen, misalnya
pemeriksaan tractus urinarius, tractus digestivus, angiografi abdominalis, dan sebagainya.
Persiapan pasien mencakup prosedur yang harus dilakukan pasien sebelum dilakukan
pemeriksaan radiografi. Persiapan tersebut biasanya dilakukan antara 48 jam, 36 jam atau 24
jam sebelum pemeriksaan. Umumnya persiapan pasien ini memerlukan pemberian obat
pencahar, kecuali pada kondisi pasien tertentu yakni bila pasien mengalami resiko pendarahan
atau obstruksi.

Bila pasien dirawat , penjelasan tentang persiapan pasien menjadi tanggung jawab
perawat ruangan, tetapi untuk pasien berobat jalan, penjelasan terhadap pasien tersebut
menjadi tanggung jawab radiographer.

Yang dimaksud dengan persiapan trolley mencakup persiapan alat-alat dan bahan yang
diperlukan untuk pemeriksaan dengan bahan kontras, selain pesawat Rontgen dan
asesoriesnya. Misalnya untuk pemeriksaan salah satu tractus termasuk menyiapkan bahan
kontras yang akan digunakan, juga obat-obat yang diperlukan bila terjadi sesuatu hal pada
pasien.

Tingkat 1 DIII Non Reguler 1


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

Sedangkan perawatan pasien dimaksudkan sebagai tindakan yang harus dilakukan


sebelum dan selama pemeriksaan berlangsung, misalnya pasien mengalami schok saat
dilakukan pemeriksaan.

II. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan Makalah ini adalah sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Radiologi
dan untuk mengetahui Asal Mula (Sejarah) di temukannya Bahan Kontras, dan untuk
mengetahui prosedur penatalaksanaan Penggunaan Bahan Kontras.

III. Ruang Lingkup


Makalah ini menginformasikan tentang prosedur penatalaksaan penggunaan bahan
kontras dalam pemeriksaan radiologi.

IV. Metode Penulisan


Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dengan menggambarkan tentang
prosedur penatalaksaan penggunaan bahan kontras dalam pemeriksaan radiologi yang sesuai
dengan standar operasional prosedur.

Tingkat 1 DIII Non Reguler 2


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis
Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan
visualisasi (visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi
sinar-X (Bahan kontras positif) yang akan dibahas lebih luas disini atau menurunkan daya
attenuasi sinar-X (bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau gas). Selain itu
bahan kontras juga digunakan dalam pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging),
namun metode ini tidak didasarkan pada sinar-X tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti
hidrogen yang menyerap bahan kontras tersebut.

Penggunaan media kontras pada pemerikasaan radiologi bermula dari percobaan Tuffier
pada tahun 1897, dimana dalam percobaannya ia memasukkan kawat kedalam ureter melalui
keteter., sehingga terjadi bayangan ureter dalam radiograf. Percobaan selanjutnya yaitu
dengan menggunakan kontras cair untuk menggambarkan anatomi dari traktus urinarius.
Kontras tersebut diantaranya : koloid perak,bismut,natrium iodida,perak iodida, stronsium
klorida, dan sebagainya. Berangsur-angsur metode tersebut mulai ditinggalkan karena
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Infeksi, trauma jaringan, terjadinya emboli, dan
deposit perak dalam ginjal merupakan akibat sampingan yang tidak bisa dihindari.

Berpijak dari pengalaman-pengalaman terdahulu kemudian para ahli radiologi sepakat


untuk megadakan pembaharuan dalam pemakaian media kontras pada pemeriksaan radiologi.
Dan pada tahun 1928 seorang ahli urologi, Dr.Moses Swick bekerjasama dengan
Prof.Lichtwitz,Binz, Rath, dan Lichtenberg memperkenalkan penemuannya tentang media
kontras iodium water-soluble yang digunakan dalam pemeriksaan urografi secara intravena.
Media kotras yang berhasil disintesa, diantranya dalah :sodium iodopyridone-N-acetic acid
yang disebut Urosectan-B (Iopax), dan sodium oidomethamate yang disebut Uroselectan-B
(Neoiopax). Dari segi radiograf kedua macam media kotras tersebut memberikan hasil yang
memuaskan, namun dari pasiennya masih menimbulkan efek yang merugikan, yaitu : mual
dan muntah. Selanjutnya Dr.Swick dan kawan-kawan melanjutkan usahanya dengan
mengembangkan Iodopyracet yang sementara waktu bisa menggantikan kedudukan Neoiopax
dalam pemerikasaan Urografi intra vena.

Usaha mengembangkan media kontras pun terus berlanjut. Mulai pertengahan tahun
1950 semua jenis media kontras untuk pemakaian secara intravaskuler untuk pemakaian
secara intravaskular mulai mengalami pergantian. Mulai periode ini media kontras
intravaskular menggunakan molekul asam benzoat sebagai bahan dasarnya dengan mengikat
tiga atom iodium. Dari hasil uji coba membuktikan bahwa media kontras jenis ini memiliki
kelebihan dibanding dengan jenis media kontras sebelumnya. Jenis media kontras tersebut
diantarannya ; acetrizoate dibuat tahun 1950, diatrizoate tahun 1954, metrizoate tahun 1961,
iothalamate tahun 1962, iodamide tahun 1965 dan ioxithalamate tahun 1968.

Tingkat 1 DIII Non Reguler 3


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

Akhirnya media kontras yang dapat pula digunakan secara intravaskular secara kontinyu
terus mengalami penyempurnaan. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ionisitas dan
osmolalitas merupakan kunci utama terjadinya keracunan pada pasien. Kemudian mulai tahun
1969 dr.Torsten Almen mengembangkan jenis media kontras non-ionik dengan osmolalitas
yang cukup rendah. Mula-mula ia mengadakan penelitian terhadap keluarga Metrizamide
yang sebelumnya dipakai pada pemeriksaan mielografi. Dengan diciptakannya media kontras
water soluble untuk pemeriksaaan mielografi, penggunaan secara intravaskular mulai
dipelajari.

Hasil akhir penelitian memberikan jalan yang terbaik untuk segala macam pemeriksaan
radiologi yang menggunakan media kontras iodium non-ionik water-soluble secara
intravaskular Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan kontras positif yang digunakan
dalam pemeriksaan dengan sinar-X yaitu barium dan iodium. Sebuah tipe bahan kontras lain
yang sudah lama adalah Thorotrast dengan senyawa dasar thorium dioksida, tapi
penggunaannya telah dihentikan karena terbukti bersifat karsinogen.

B. Bahan Kontras
Kontras Media mampu membedakan jaringan-jaringan pada gambar foto rontgen
digunakan untuk membedakan jaringan-jaringan yang tidak terlihat dalam radiografi biasa.
Dapat tampak karena perbedaan berat atom bagian tubuh dengan bahan kontras.

a. Syarat-syarat Bahan Kontras Media :

1. Tidak merupakan racun dalam tubuh.

2. Dalam konsentrasi yang rendah telah dapat membuat perbedaan densitas yang cukup.

3. Mudah cara pemakaiannnya.

4. Secara ekonomi tidak mahal dan mudah diperoleh dipasaran.

5. Mudah dikeluarkan dari dalam tubuh/larut sehingga tidak mengganggu organ tubuh
yang lain.

b. Guna Kontras Media

1. Memperlihatkan bentuk anatomi dari bagian yang diperiksa.

2. Memperlihatkan fungsi organ yang diperiksa.

Tingkat 1 DIII Non Reguler 4


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

c. Yang Harus Diingat :


Setelah kontras media masuk melalui pembuluh darah, dia tidak menetap disitu tetapi :
1. Difusi ke cairan tubuh, khususnya cairan ekstraseluler.
2. Dalam beberapa saat sampai ke arteri ginjal.
3. Di eksresi oleh ginjal ke dalam Calic Pelvis.

d. Pengaruh Ion
Antara kontras media ionik dan non ionik terdapat perbedaan yang jelas, karena masih
mengandung ion dalam pada molekulnya dan yang lain tidak. Ion-ion dalam cairan kontras
media tersebut dapat terlepas dan akan mempengaruhi struktur jaringan dalam tubuh. Jika
disuntikan karena terjadi ion interchange diantara sel-sel tubuh dengan kontras media ionik
yang masuk, hal ini berakibat efek samping seperti mual dan alergi, muntah, pusing, bahkan
panas dan shock anafilaktik.

e. Ikatan Ion Kontras Media dalam X-Ray :


 Ionik → kontas media masih mempunyai ikatan dalam molekul garamnya
 Non Ionik → kontras media yang tidak mempunyai ion didalam molekul garamnya.

f. Jenis Bahan Kontras Media

1. Ionik Monomer

 3 atom yodium

 ion

 1 gugus karboxil peranion

 osmolalitas tinggi

2. Ionik Dimer
 6 atom yodium
 ion
 1 gugus karboxil dan hidroxil

Tingkat 1 DIII Non Reguler 5


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

 osmolalitas rendah
3. Non Ionik Monomer
 3 atom yodium
 tanpa ion
 tanpa gugus karboxil
 4 sampai 6 gugus hidroxil
 osmolalitas rendah
4. Non Ionik Dimer
 6 atom yodium
 tanpa ion
 tanpa gugus karboxil
 lebih dari 8 gugus hidroxil
 hiposmolar/isosmolar

g. Viskositas
Diukur dengan tingkat mengalirnya melalui tabung kapiler kecil dalam standar
tekanan dan temperatur yang ditentukan. Hal ini berhubungan dengan kekuatan yang perlukan
untuk menyuntikan yang membatasi tingkat kecepatan penyuntikan. Pada kateterisasi
diperlukan penyutikan cepat dibandingkan biasanya, sehingga kontras media yang dipilih
adalah yang paling rendah viskositasnya. Viskositas dapat dikurangi dengan merendahkan
tingkat konsentrasi iodium dan tentu akan berpengaruh pada opasitas gambar. Dapat juga
kontras media dipanaskan pada temperatur tententu untuk mengurangi viskositas dan sesuai
dengan temperatur tubuh.

h. Osmolalitas
Osmolalitas adalah tekanan osmotik yang terdapat pada partikel yang dilarutkan dalam
suatu larutan tertentu hal ini berpengaruh terhadap toleransi kontras media pada tubuh. Makin
tinggi tekanan osmotik semakin jelek toleransi kontras media tersebut terhadap tubuh.
Kontras media ionik mengalami pemecahan ion, sedangkan pada non ionik tidak terjadi
pemecahan ion. Sehingga osmolalitas ionik jauh lebih rendah dibandingkan non ionik. Ukuran
satuan osmolaitas = MOSM/Kg H2O.

Tingkat 1 DIII Non Reguler 6


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

Pengaruh osmolaitas secara klinis adalah rasa panas, tidak nyaman, nyeri, kerusakan
pada otak dan pembuluh darah, kerusakan pada ginjal, gangguan keseimbangan elektrolit
pada anak-anak.

i. Prinsip Fisika Media Kontras Pada Imejing


 Timbulnya kontras gambaran hitam putih pada imejing dari media kontras dan jaringan
sekitarnya karena prinsip ATENUASI.
 Atenuasi terjadi bila ada perbedaan penyerapan radiasi sinar-X yang disebabkan karena
nomor atom yang berbeda, kerapatan organ, ketebalan objek berbeda.

j. Penyebab Reaksi Terhadap Bahan Kontras Media


1. Khemotoksisitas :
 Struktur kimia molekul
 Hidroksil banyak, reaksi rendah
 Ikatan dengan protein plasma/membran sel, memblok enzim, mengubah fungsi seluler,
melepas substasnsi vasoaktif.
2. Osmotaksisitas :
 Efek Osmotik menarik air molekul membran dalam tubuh.
 Hypertonic bahan kontras media terhadap plasma, menyebabkan rasa sakit (pain),
vasodilitasi, hipotensi, kekakuan sel eristrosit.
3. Toksisitas Ion :
 Jumlah ion-ion yang bersentuhan dengan fungsi seluler.
4. Dosis :
 Dosis besar menyebabkan terjadinya reaksi lebih besar.

Sebagian besar reaksi kontras media adalah ringan kontras media non ionik terbukti
lebih sedikit reaksi anafilaktik dari pada kontras media ionik. Diperkirakan rekasi kontras
media non ionik 3-10 kali lebih rendah daripada kontras media ionik. Kontras media ionik
lebih bereaksi dibanding non ionik karena kontras media ionik masih mengandung ion dan
ketika masuk kedalam tubuh, ion-ion tersebut dilebihkan dan terjadi intercemible didalam sel-
sel tubuh kita dan kontras media ionik mempunyai osmolaritas yang tinggi, maka akan
bereaksi.

Tingkat 1 DIII Non Reguler 7


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

k. Contoh-contoh Kontras Media Ionik dan Non Ionik


1. ANGIOGRAFIN

 Angiografin merupakan jenis kontras media ionik.

 Komposisi 1 ml Angiografin mengandung 0,65 gr Meglumine Amidotrizoate


(meglumine diatrizoate ) dalam setiap larutan.

 Angiografin mempunyai viskositas (kekentalan) yang tinggi, serta mempunyai


osmolalitas (daya larut) yang tinggi pula.

 Indikasi : Angiografin digunakan untuk Intravenus urografi, Retrograde Urografi,


Cerebral Thoracic, Abdominal dan Ekstremitas angiografi, Plebografi, Computerize
Tomography (CT).

 Kontra indikasi : Angiografin tidak baik digunakan untuk Myelografi, Ventrikulografi,


Sisternografi, karena bisa menimbulkan neurotoksis.

2. IOPAMIRO

 Iopamiro merupakan jenis kontras media non ionik.

 Iopamiro mempunyai jenis molekul benzine dikarboxamide monomerik.

 Tekanan osmotik yang rendah, sifat non ionik dari molekul serta kemotoksitas yang
rendah merupakan toleransi dari Iopamiro.

 Indikasi :

a. Kasus-kasus neurologis (Myeloradikulografi, Sisternografi, dan


Ventrikulografi).

b. Kasus-kasus Angiografi (Cerebral Angiografi, Coronoriarteriografi, Thorasic


aortografi, Abdominal aortografi, DSA)

Tingkat 1 DIII Non Reguler 8


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

c. Kasus urografi (Intravena urografi, kontras enhancement pada CT Scanning,


Artrografi, Fistulografi)

 Kontra indikasi: Tidak ada kontra indikasi yang sifatnya absolut pada pemakain
Iopamiro, kecuali waldenstrom’s, macroglobulinemia, multiple myeloma serta
penyakit hati dan ginjal.

3. ULTRAVIST

 Ultravist merupakan kontras media non ionik dalam bentuk cair yang dipergunakan
untuk pemeriksaan radiografi

 Triidinated monomeric contras media

 Digunakan secara intra arterial dan intravenous

4. MICROBAR

 Merupakan nama dagang dari barium sulfat (Ba SO 4) yang memberikan opasitas pada
saluran cerna atas (farings, oesofagus), saluran cerna tengah (lambung, duodenum)
dan saluran cerna bawah (usus kecil, usus besar)

 Microbar paste 100% w/v dengan aroma buah digunakan untuk pemeriksaan saluran
cerna ats. Cara pemberiannya 2-3 sdm untuk pelekatan mukosa oesofagus. Contras
Media diletakkan dalam mulut dan menelannya perlahan-lahan

 Microbar powder / suspension 95% w/v dengan aroma vanila digunakan untuk
pemerikasaan saluran cerna bagian tengah (lambung dan duodenum), dosis 30-120 ml
diencerkan dengan air 80 ml.

 Microbar HD (kontras ganda) 100% w/v digunakan untuk saluran cerna bagian
tengah

Tingkat 1 DIII Non Reguler 9


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

 Microbar HD merupakan kemasan gabuangan yang terdiri dari Microbar HD 300 gr,
Microbar gas 4 gr yang terdiri dari microbar acid 1,6 gr dan microbar base 2,4 gr

Microbar acid terdiri dari 1,4 gr asam sitrat dan asam tartarat 0,1 gr. Sedangkan
microbar base terdiri dari 2 gr sodium bicarbonat dan 0,16 gr kalsiun karbonat

 Microbar RT (rapid transit) digunakan untuk pemeriksaan usus kecil, waktu


pemeriksaan 30 menit. Dan dapat menghasilkan gas CO 2 selama reaksi yang disebut
double contrast

 Microbar for Enema Disposable Kit digunakan untuk pemeriksaan colon melalui
anus, proses pemeriksaannya bersih (karena menggunakan kit)

5. MICROBAR CAT 2

 Untuk pemeriksaan CT Scan digunakan Oral Barium

 Untuk lambung dan usus hakus digunakan 300 ml suspensi 90 menit sebelum
pemeriksaan CT Scan dan 200 ml waktu pemeriksaan dimulai

 Untuk pemeriksaan colon berikan 500 ml larutan

l. Jenis Bahan Kontras

Terdapat beberapa jenis bahan kontras, diantaranya :

Tingkat 1 DIII Non Reguler 10


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

NAMA DAGANG NAMA GENERIK KELOMPOK


Amipaque Matrizamide Non Ionik
Angiografin Diatrizoate Ionik
Conray Iothalamate Ionik
Hexabrix Ioxaglate Ionik Dimer
Imagopaque Iopentol Non Ionik
Iopamiro Iopamidol Non Ionik
Isovist Iotrolan Non Ionik Dimer
Omnipaque Iohexol Non Ionik
Optiray Ioversol Non Ionik
Telebrix Ioxithalamate Ionik
Ultravist Iopromide Non Ionik
Urografin Diatrizoate Ionik
Urovison Diatrizoate Ionik
Urovist Diatrizoate Ionik

m. Reaksi Bahan Kontras


Dalam pengguanaan bahan kontras terdapat beberapa jenis reaksinya, yaitu:
1. Neutrotoksisitas
 Peranan susunan kimiawi bahan kontras
 Gugus karboksil meningkatkan reaksi
 Gugus hidroksil menurunkan reaksi
 Osmolalitas rendah mencegah reaksi
2. Nyeri dan Rasa Sakit
 Osmolalitas tinggi bahan kontras ionik
 Bahan kontras non ionik (rasa sakit rendah)
3. Efek terhadap Jantung (Cardiac Effect)
 Akibat khemotoksisitas, osmotoksisitas, dan toksisitas ion
4. Reaksi Pseudoalergik
 Gejala klinis dan terapi persis sama dengan reaksi alergik
 Tidak disebabkan reaksi antigen-antibodi
 Aktifitas efektor-efektor imunologik

n. Pasien Resiko Tinggi (Pernah Mengalami Reaksi Kontras Media)


Langkah-langkah yang dapat dilakukan saat mendapati pasien beresiko tinggi atau
pasien yang pernah mengalami reaksi kontras media
1. Re-evaluasi indikasi pemeriksaan dan diskusikan alternatif pemeriksaan

Tingkat 1 DIII Non Reguler 11


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

2. Pilihkan bahan kontras non ionik dimer


3. Apabila reaksi sebelumnya:
 Ringan : tanpa permedikasi
 Sedang : premedikasi
 Berat : premedikasi, di tunggu anesthesio logist, anestesi general (umum)

o. Tindakan Pencegahan (PREMEDIKASI)


1. LASSER et al (1987) :
 Methylprednisonisolon (Medrol)
 32 mg peroral, 12 dan 2 jam sebelum injeksi bahan kontras ionik
2. ALMEN & ASPELIN (1995) :
 Prednison 50 mg, 12 dan 2 jam sebelum pemasukan bahan kontras
 Clemastin 1 mg/ml, 2 ml i.m 1 jam sebelum pemasukan bahan kontras
3. COHAN et al (1995) :
 Corticosteroid 10-60 mg, interval 6-12 jam
 Diphenhydramine 25-50 mg (i.m, i.v) setiap saat antara 12 jan sampai injeksi
bahan kontras
4. JACOBS et al (1998)
 Pednison 50 mg peroral, 24 jam, 12 jam dan 1 jam sebelum reaksi.

C. Mekanisme Reaksi Terhadap Bahan Kontras


1. LALLI (1980)
Semua reaksi yang timbul karena pemakaian bahan kontras intravaskuler terjadi
melalui mekanisme susunan saraf pusat (hipothalamus)
2. MANHIRE et al (1984)
Neusea dan vomitas pada pemakaian bahan kontras ionik melalui mekanisme
kemampuan bahan kontras menekan kholinesterase atau pelepasan histamin dari
basofil dan mast cell
3. ALMEN & ASPELIN (1995)
Efek khemotoksisitas, osmotoksisitas dan toksisitas ion memacu efek-efek
immunologik melalui:

Tingkat 1 DIII Non Reguler 12


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

 Interaksi dengan membran sel melepaskan substansi vosoaktif (histamin),


serotin, Leukotrin, tromboksan A2, prostaglandin.
 Interaksi dengan biomolekul komplemen, kinin, koagulatif/fibrinolitik yang
mengeluarkan bradikinin, nafilaktoksin, makroprotein sehingga sel lisis

D. Insidensi Reaksi
1. SHEHADI & TANIOLO (1980)
 Total 5 %
 Fatal 0,006 %
2. MOORE et al (1989)
 Bahan kontras konvensional
 Angiografi, CT, Kateterisasi Jantung
 Ringan 45 %, Sedang 5,5 %, Berat 0,4 %
3. KATAYANA et al (1990)
 Ionik 12,66 %, reaksi berat 0,22 %
 Non Ionik 3,13 %, reaksi berat 0,04 %
 Riwayat Alergi ionik 23,35 %, non ionik 6,85 %
4. FAISAL (1992)
 Urografi intra vena
 Reaksi, Urografin 76 % : 6 %
Iopamiro 0%
5. ALMEN & ASPELIN (1995)
 Reaksi ringan 10 %
 Reaksi berat 1 : 900 – 1 : 3000
 Reaksi fatal 1 : 50000 – 1 : 100000
6. JACOBS et al (1998)
 Pemeriksaan CT
 Bahan kontras ionik 10,3 %
 Bahan kontras non ionik 3,4 %

E. Penanganan Reaksi Contras Media


1. SHEHADI (1985)

Tingkat 1 DIII Non Reguler 13


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

Semua reaksi fatal terjadi dalam waktu 15 menit Injeksi bahan kontras
2. ALMEN & ASPELIN (1995)
Reaksi Ringan : Tidak perlu terapi
Reaksi Sedang : Perlu terapi, tidak perlu dirawat
Reaksi Berat : Rawat Intensif

Alur Terapi:
 A : Assesment, Alternatif, Airway, Assistance
 B : Basics, Breathing, Be Wise, Be Ware
 C : Comfort, Circulation, CPR

Terapi Spesifik dalam Menangani Reaksi Bahan Kontras


1. Reaaksi Alergoid Akut
Urticaria, edema, sakit kepala, muntah, diare, asthma rhinoconjunctivitis
 Epinephrin 0,5 mg (1 mg/ml) subcutan
 Oksigen 2-6 liter/menit
 Diphenhydramine 50 mg i.m
2. Reaksi Anafilaktoid
Reaksi alergoid, ditambah takhikardia, hipotensi dan pucat
 Epinephrin 0,3 – 0,5 mg (0,1 mg/ml i.v)
 Oksigen 2-6 liter/menit
 Infus NaCl atau Ringer
3. Anafilaktoid Syok
Tidak sadar, status asthmatis, henti napas, kolaps sirkulasi, henti jantung
 Epinephrin 0,3 – 1,0 mg (0,1 mg/ml i.v)
 Oksigen 2-6 liter/menit
 Hidrokortison 250 mg i.v
 Intubasi dan ventilasi
 Infus NaCl atau ringer
4. Reaksi Vagal
Hipotensi Brachikardia
 Letak kaki ditinggikan

Tingkat 1 DIII Non Reguler 14


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

 Infus NaCl atau Ringer


 Oksigen 2-6 liter/menit
 Atrofin 0,6-0,8 mg i.v, di ulang tiap 3-5 menit
5. Reaksi Bronchospastik Ringan – Sedang
 Oksigen 3 liter/menit
 Inhalasi bronchodilator, atau
 Epinephrin 1 : 1000 sebanyak 0,1 – 0,2 ml subkutan, atau
 Epinephrin 1 : 10000 sebanyak 1 ml i.v

F. Penyimpanan Bahan Kontras


a. Tempat penyimpanan bahan kontras Media Iodine Coumpound
 Penyimpanan di tempat yang terlindungi dari cahaya (misal dalam lemari)
 Penyimpanan untuk jangka waktu lama sebaiknya dijauhkan dari sumber
sinar-x
 Penyimpanan pada suhu ruangan sebaiknya tidak diatas 30oC
 Penyimpanan jangka pendek dalam lemari pemanas (37oC)
 Sebaiknya sebelum penggunaan kontas media diperhatikan lembar informasi
produk yang disertakan dalam kemasan kontras media
 Simpan kontras media pada suhu 15-25oC
 Lakukan rotasi stock secara berkala

b. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada kemasan bahan kontras


 Perhatikan tanggal kadaluarsa: Umumnya 5 tahun, produk baru pada awalnya
2-3 tahun
 Periksa kembali sebelum penggunaan: buka karton pembungkus sesaat
sebelum digunakan, periksa kejernihan larutan, pastikan tidak ada perubahan
warna, tidak keruh, tidak ada endapan

G. Penanganan Bahan Kontras


 Bila dijumpai kristalisasi
Dapat terjadi ditempat yang sangat dingin, panaskan larutan sesaat sebelum
digunakan

Tingkat 1 DIII Non Reguler 15


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

 Larutan dengan viskositas tinggi


Panaskan larutan hingga 37oC untuk menurunkan viskositas dan
memudahkan penyedotan
 Hindari risiko kontaminasi mikroba
Janagn biakan vial dan ampul yang terbuka selama lebih dari 4 jam. Buang
sisa media kontras yang tidak terpakai pada hari itu
 Tindakan Re-Sterilisasi
Jangan lakukan tindakan re-sterilisasi

a. Kontaminasi Mikrobiologis Bahan Kontras


Bahan kontrasnon ionik ditolerir sangat baik oleh pasien. Demikian
juga halnya jamur dan bakteri dapat men-tolerir dengan baik bahan kontras
tersebut. Sehingga bahan kontras non ionik menjadi media pertumbuhan yang
baik bagi jamur dan bakteri. Teknik Aseptik merupakan keharusan saat
menangani baha kontras. Buang sisa yag tidak digunakan, paling lama 10 jam
setelah dibuka karena kontaminasi mikrobiologi baru terlihat dengan mata
telanjang setelah beberapa hari.
Sebelum penggunaan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan visual terakhir
bahan kontras non-ionik untuk memastikan tanggal kadaluarsa belum terlewati,
wadah masih utuh, larutan bening dan bebas partikel (tanpa kristalisasi, tidak ada
perubahan warna, tidak keruh). Bila kriteria tersebut tidak terpenuhi jangan
gunakan produk bahan kontras tersebut dan hubungi perwakilan pihak berwenang
setempat untuk penggantian dan tindak lanjut.

b. Perubahan Warna/Kristalisasi
Media kontras non-ionik merupakan larutan zat larut air. Namun
konsentrasi yodium yang lebih tinggi (300 mg l/mL) dibandingkan yang dapat
dicapai pada tingkat kelarutan biasa, membuatnya menjadi larutan yang sangat
tersaturasi.
Larutan yang sangat tersaturasi memiliki kecenderungan intrinsik untuk
mengalami kristalisasi spontan pada keadaan-keadaan yang jarang terjadi. Hal ini
dapat diakibatkan oleh salah satu kombinasi dari:

Tingkat 1 DIII Non Reguler 16


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

 Kondisi transportasi (temperatur dan atau stres goncangan)


 Kondisi penyimpanan (stres temperatur)
 Butiran-butiran kecil yag berperan sebagai bibit kristalisasi
Media kontras sinar-x non-ionik telah digunakan diseluruh dunia
selama lebih dari 20 tahun. Merupakan zat yang sangat khusus. Dibandingkan
hampir semua sediaan farmasi lain, media kontras sinar-x non-ionik secara rutin
digunakan pada dosis sangat tinggi namun masih dapat ditolerir dengan baik.

c. Penanganan Produk
Setelah produk dikirimkan penanganan bahan kontras sinar-x non-ionik
yang sesuai merupakan hal terpenting bagi keamanan pasien. Hal-hal
terpenting meliputi:
 Kondisi penyimpanan
 Pengamatan xisual sebelum penggunaan
 Meminimalisasi resiko kontaminasi mikrobiologi
Mulai dari pembuatan hingga penggunaan, keamanan bahan kontras
sinar-x non-ionik sangat bergantung pada standar tertinggi pada proses
produksi, transportasi, penyimpanan dan penanganan produk (Penyimpanan,
Inspeksi Visual, Teknik Aseptik)

BAB III
PENATALAKSANAAN

Hal-hal yang berkaitan dengan pemeriksaan radiografi dengan menggunakan bahan


kontras atau dikenal dengan pemeriksaan radiografi khusus antara lain meliputi :

1. Persiapan pasien khusus

Tingkat 1 DIII Non Reguler 17


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

2. Persiapan Trolley

3. Perawatan pasien

Beberapa jenis pemeriksaan radiografi dengan bahan kontras memerlukan persiapan


pasien khusus untuk memvisualisasikan gambaran organ didaerah abdomen, misalnya
pemeriksaan tractus urinarius, tractus digestivus, angiografi abdominalis, dan sebagainya.
Persiapan pasien mencakup prosedur yang harus dilakukan pasien sebelum dilakukan
pemeriksaan radiografi. Persiapan tersebut biasanya dilakukan antara 48 jam, 36 jam atau 24
jam sebelum pemeriksaan. Umumnya persiapan pasien ini memerlukan pemberian obat
pencahar, kecuali pada kondisi pasien tertentu yakni bila pasien mengalami resiko pendarahan
atau obstruksi.

Bila pasien dirawat , penjelasan tentang persiapan pasien menjadi tanggung jawab
perawat ruangan, tetapi untuk pasien berobat jalan, penjelasan terhadap pasien tersebut
menjadi tanggung jawab radiographer.

Yang dimaksud dengan persiapan trolley mencakup persiapan alat-alat dan bahan yang
diperlukan untuk pemeriksaan dengan bahan kontras, selain pesawat Rontgen dan
asesoriesnya. Misalnya untuk pemeriksaan salah satu tractus termasuk menyiapkan bahan
kontras yang akan digunakan, juga obat-obat yang diperlukan bila terjadi sesuatu hal pada
pasien.

Sedangkan perawatan pasien dimaksudkan sebagai tindakan yang harus dilakukan


sebelum dan selama pemeriksaan berlangsung, misalnya pasien mengalami schok saat
dilakukan pemeriksaan.

A. Persiapan Pasien
Pemeriksaan bahan kontras di daerah abdomen, memerlukan persiapan pasien dengan
menggunakan obat pencahar (purgatives).

Sebelum membahas tentang persiapan pasien, perlu diketahui tipe-tipe obat pencahar yang
dapat digunakan untuk persiapan pasien sebelum pemeriksaan radiografi dengan bahan
kontras dan efek samping yang ditimbulkannya.

Tingkat 1 DIII Non Reguler 18


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

Adapun tipe-tipe purgatives adalah sebagai berikut:

1. Irritant purgatives

2. Lubricant purgatrives

3. Bulk purgatives

a. Kelompok irritant purgatives, contohnya Bisacodyl (“Dulcolax”) akan menyebabkan


gerak peristaltik menjadi lebih kuat dan terjadi kontraksi pada usus terutama pada
colon, bila obat pencahar ini mengenai membrane mucosa usus. Ada yang berbentuk
tablet untuk diminum, dan capsul untuk digunakan melalui anus (suppositoria).
Biasanya diberikan 2 tablet ( 10 mg) malam sebelum pemeriksaan, dan satu capsul
supposituria pagi harinya. Contoh lain adalah Senna dan cascara. Rentang dosisnya
14 – 28 mg untuk senna, dan 130 – 260 mg untuk cascara. Jenis ini memberi
rangsangan terhadap syaraf-syaraf otonom muscularis dari usus (Auerbach’s plexus).
Jenis lain yang bentuknya cair adalah Castrol oil, dosisnya 5 – 15 ml. Di dalam colon
obat pencahar ini memproduksi minyak bersifat asam dan menimbulkan efek
penyerapan air di dalam colon akan terhambat, sehingga volume cairan di dalam colon
akan meningkat. Efek lain yaitu mendorong gerak peristaltik dan menghancurkan
faeses sehingga mudah dikeluarkan. Jenis ini tidak boleh diberikan kepada pasien
dengan indikasi terjadi inflamasi appendix karena bisa terjadi abscess atau obstruksi
usus.

b. Kelompok lubricant purgatives, contohnya “ Normax” mengandung diotylsodium


sulphosuccinate, bentuknya liquid paraffin, diberikan dengan dosis 15 – 30 ml. Jenis
ini akan melunakkan faeses, sehingga mudah unuk defekasi. Perlu diketahui bahwa
kelompok ini tidak boleh diberikan kepada pasien yang sedang mengkonsumsi obat
anti-coagulant untuk pengobatan penyakit system vascular.

c. Kelompok Bulk purgatives, contohnya Celevac, Isogel, Normacol X, satu sampai tiga
jam setelah diminum akan mendorong gerak peristaltik usus yang kuat dan menambah
volume colon, sehingga menimbulkan keinginan defekasi.

1. Efek samping dari penggunaan obat pencahar :

Tingkat 1 DIII Non Reguler 19


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

Efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan obat pencahar, ada beberapa
macam dan bervariasi dan kadang-kadang bisa fatal. Bila obat pencahar ini digunakan secara
regular dengan jumlah yang banyak dan tanpa resep dokter, serta waktu yang lama, maka
orang tersebut akan mengalami defisiensi elektrolit dan kehilangan protein dalam tubuhnya.
Hal tersebut tidak berkaitan langsung dengan tugas radiographer, tetapi ada baiknya untuk
diingat, ketika kita memberikan instruksi kepada pasien dalam hal menggunakan obat
pencahar sebagai persiapan pemeriksaan radiografi dengan bahan kontras.

Ketika menggunakan obat pencahar, biasanya bagian perut bawah akan terasa tidak
nyaman, timbul udara di dalam perut dan colic. Tidak dapat dielakkan pasien akan mengalami
sakit, spasme dan diare. Oleh sebab itu bayi dan anak di bawah 12 tahun tidak diberikan obat
pencahar per oral untuk persiapan pemeriksaan radiografi, sedangkan anak yang umurnya di
atas 12 bulan bisa diberikan suppositoria.

2. Penggunaan Enemata

Mengosongkan colon dari faeses dapat juga dengan cara enema. Untuk tujuan
tersebut, bisa digunakan sabun dan air, glycerin, dan minyak zaitun sebagai enemata.

Dewasa ini enemata yang terdiri dari larutan sodium phosfat dalam jumlah kecil,
dianggap efektif. Namun demikian untuk pemeriksaan radiografi khususnya pemeriksaan
colon, penggunaan enemata tidak dianjurkan, karena biasanya colon kurang bersih. Sisa
cairan dan udara akan tertinggal, yang akan mengaburkan gambaran radiografi. Untuk
mengurangi terbentuknya udara di dalam colon, pasien diharuskan menghindari makan
sayuran berwarna hijau, cereal dan roti, sehari sebelum pemeriksaan.

3. Persiapan pasien untuk pemeriksaan barium meal (per oral)

 Pasien harus puasa ( tanpa makan dan minum) paling sedikit lima jam sebelum
pemeriksaan.

 Pasien dianjurkan untuk menghentikan minum obat, dikhawatirkan dapat


menimbulkan gambaran radioopak , kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis
atau steroid dan obat-obat kontrasepsi.

 Premedikasi biasanya diberikan bagi pasien untuk pemeriksaan lambung, misalnya


buscopan.

4. Persiapan pasien untuk pemeriksaan usus halus (follow through) per oral

Tingkat 1 DIII Non Reguler 20


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

 Pasien makan makanan lunak dua hari sebelum pemeriksaan.

 Pasien dianjurkan untuk menghentikan minum obat, dikhawatirkan dapat


menimbulkan gambaran radioopaque , kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis
atau steroid dan obat-obat kontrasepsi.

 Minum obat pencahar pada jam 7 malam, setelah itu puasa sampai pemeriksaan
radiografi dilakukan.

 Pasien tidak boleh merokok dan mengurangi bicara.

 Premedikasi metaclopromide biasanya diberikan bagi pasien untuk pemeriksaan usus


halus, misalnya maxolon per oral yang berbentuk tablet atau sirup sebanyak 20 ml 30
menit sebelum pemeriksaan. Cara lain adalah disuntikkan intravena dengan dosis 2 ml
10 menit sebelum pemeriksaan atau intramuscular 15 menit sebelum pemeriksaan ,
fungsinya sebagai accelerator ( mempercepat ) laju bahan kontras. Untuk pasien anak
kecil tidak diberikan .

5. Persiapan pasien untuk pemeriksaan barium enema untuk usus halus

 Pasien makan makanan lunak dua hari sebelum pemeriksaan.

 Pasien dianjurkan untuk menghentikan minum obat, dikhawatirkan dapat


menimbulkan gambaran radioopak , kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis
atau steroid dan obat-obat kontrasepsi.

 Minum obat pencahar pada jam 7.00 malam, setelah itu puasa sampai pemeriksaan
radiografi dilakukan. Minum trakhir dibolehkan jam 11.00 malam

 Pasien tidak boleh merokok dan harus mengurangi bicara.

 Premedikasi basanya diberikan glucagon atau buscopan , untuk memperlemah gerak


peristaltik.

6. Persiapan pasien untuk pemeriksaan barium enema untuk usus besar (colon)

 Pasien makan makanan lunak dua hari sebelum pemeriksaan.

 Pasien dianjurkan untuk menghentikan minum obat, dikhawatirkan dapat


menimbulkan gambaran radioopak , kecuali obat-obat yang esensial seperti digitalis
atau steroid dan obat-obat kontrasepsi.

Tingkat 1 DIII Non Reguler 21


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

 Minum obat pencahar pada jam 7.00 malam, setelah itu puasa sampai pemeriksaan
radiografi dilakukan.Boleh minum samapai jam 11. 00 malam

 Pasien tidak boleh merokok dan harus mengurangi bicara.

 Premedikasi basanya diberikan glucagon atau buscopan , untuk memperlemah gerak


peristaltik.

 Untuk pasien dirawat biasanya dilakukan klisma.

7. Persiapan pasien untuk pemeriksaan tractus Urinarius

 Persiapan pasien untuk pemeriksaan traktus urinarius sama dengan persipan pasien
untuk pemeriksaan barium enema, tetapi pasien tidak boleh minum selama dia puasa.
Hal ini tujuannya agar terjadi konsentrasi yang baik dari kontras media di dalam pelvis
renalis, sehingga didapatkan gambaran radiografi yang lebih tajam.

 Miksi sebelum pemeriksaan

 Tidak perlu premedikasi.

B. Persiapan Trolley

Persiapan trolley untuk setiap pemeriksaan akan berbeda satu sa,a lain, seperti yang
akan diuraikan di bawah ini :

1. Persiapan trolley untuk pemeriksaan barium meal

 Barium yang sudah dicampur dengan air, sesuai denga jenis pemeriksaan, misalnya
untuk pemeriksaan Oesofagus, perbandingan antara bubuk barium sulfat dengan air 1 :
1, untuk maag duodenum : 1 : 4. Bila menggunakan bahan kontras dalam bentuk
suspensi, disiapkan di dalam gelas sesuai volume yang diperlukan.

 Tissue paper, dalam boks

 Tempat membuang muntahan (bengkok)

 Sedotan untuk minum

 Sendok makan

 Lap katun, untuk membersihkan bahan kontras yang tumpah.

2. Persiapan trolley untuk pemeriksaan barium enema

Tingkat 1 DIII Non Reguler 22


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

 Larutan barium sulfat dengan kepekatan 1 : 8 dan temperature 37 derajat Celsius,


sebanyak 2 liter

 Rectal kateter

 Irigator set . Dewasa ini sering digunakan Disposible bariumenema kits yang terdiri
dari:

a. enema bag, biasanya dari bahan translusen dengan kapasitas 3 liter.

b. Dekat bagian atas kantong enema, terdapat lubang untuk menambah larutan
barium.

c. Kateter yang panjangnya 1,5 meter serta clip, untuk mengatur laju bahan kontras
saat dilakukan pemeriksaan dalam berbagai posisi.

d. Rectal kateter.

 Glycerin

 Kayu pengaduk barium ( bila menggunakan irrigator set)

 Receiver (ember)

 Kain laken ( penutup meja pemeriksaan )

3. Persiapan trolley untuk pemeriksaan traktus urinarius

a. Untuk pemeriksaan BNO-IVP

Pada bagian atas trolley (steril) :

 Spuit 20 cc dan 50 cc

 Jarum no 1 dan no 2

 Neerbecken (Bengkok ) untuk meletakkan spuit dan jarum

 Satu buah canule

 Sepasang dissecting forceps

 Handuk kecil atau haas

 Kapas alcohol

Bagian bawah trolley ( unsteril)

Tingkat 1 DIII Non Reguler 23


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

 Ampoule kontras media

 Gergaji ampoule

 Sphygnomanometer atau tourniquet

 Botol skin cleanser, misalnya Hibitane 0,5 %

 Sand bag atau bantal kecil untuk penyangga lengan pasien saat disuntik.

 Obat-obat emergensi, misalnya anti alergi.

b. Untuk pemeriksaan Cystourethrografi

 Knutson’s clamp dan canul untukl pasien laki-laki. Kalau tidak tersedia alat ini bisa
menggunakan kateter balon.

 Spuit 50 cc

 Xylocaine antiseptic gel 2 %

 Bahan kontras

C. Perawatan pasien

1. Untuk pemeriksaan tractus digestivus

Efek samping dari penggunaan barium sulfat, adalah constivasi, untuyk mengatasinya
pasien diberikan lactulose (sistetis disacharida) 50 %, misalnya “duphulac” dalam
kemasan sirup, dengan dosis 5 – 10 ml , tiga kali sehari .

2. Untuk pemeriksaan tractus Urinarius

a. Sebelum dilakukan penyuntikan kontras media intravena, lakukan tes untuk


mengetahui apakah pasien alergi terhadap kontras media. Bisa dengan skin test atau
dengan cara menyuntikkan 2 cckontras media secara intravena, kemudian ditunggu
reaksinya.

Tingkat 1 DIII Non Reguler 24


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

b. Memantau perkembangan keadaan pasien setelah penyuntikan kontras media.


Kemungkinan-kemungkinan reaksi penyuntikan bahan kontras terhadap pasien, adalah
sebagai berikut :

 Batuk- batuk , mual-mual

Reaksi ini disebabkan karena penyuntikan kontras media terlalu cepat.


Biasanya pasien merasa panas pada permukaan kulit dan bingung. Mengatasinya
dengan memberikan selimut hangat dan bengkok untuk muntahan.

 Alergi (angioneurotic, bronchospasme)

Keadaan alergi bisa ditandai dengan urticaria, timbul merah-merah dan gatal di
seluruh permukaan kulit, diawali di sekitar mata.

Pasien diberikan suntikan intravena corticosteroid misalnya adrenaline. Untuk


pasien yang diduga beresiko alergi terhadap bahan kontras, walaupun tes nrgatif,
perlu disuntikkan anti- histamine, misalnya Phenergan sebelum disuntikkan bahan
kontras.

 Collap

Keadaan ini sangat serius , ditandai dengan penurunan tekanan darah yang
cepat, pulsa tidak teraba . Dalam kondisi lebih buruk terserang respiratory arrest
(pernafasan terhenti) dan cardiac arrest.

Dokter bagian emergensi harus segera menanganinya.

Tingkat 1 DIII Non Reguler 25


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemakaian bahan kontras terdapat kemungkinan terjadi reaksi ringan, sedang, dan
berat. Reaksi bahan kontras disebabkan oleh khemotoksisitas, osmotoksisitas dan
toksisitas ion. Mekanisme reaksi banyak teori yang dikemukakan, diyakini tidak didasari
reaksi antigen-antibodi. Penanganan reaksi harus diperhatikan langkah ABCD, karena itu
ruang pemeriksaan harus dilengkapi emergency seperti anti alergi (dextramine, anti nyeri:
prednison, oksigen, infus set). Premedikasi diperlukan pada pasien yang pernah
mengalami reaksi dan dilakukan untuk mencegah reaksi. Pemakaian bahan kontras non-
ionik menurunkan reaksi secara bermakna.

Tingkat 1 DIII Non Reguler 26


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Jakarta II Kelompok 2 : Kontras Media

DAFTAR PUSTAKA
 www.babehedi.blogspot.com
 www.caferadiologi.blogspot.com
 www.google.com

Tingkat 1 DIII Non Reguler 27

Anda mungkin juga menyukai