Farmasetika Radiologi
FARMASETIKA
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................... 4
A. Latar Belakang............................................................... 4
B. Perumusan Masalah...................................................... 4
C. Tujuan Penulisan........................................................... 5
D. Metode Penulisan..........................................................5
E. SistematikaPenulisan.................................................... 5
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................... 6
A. Pengertian..................................................................... 6
B. Sejarah.......................................................................... 6
C. Klasifikasi Media Kontras.............................................. 7
D. Penggunaan Bahan Kontras di Bidang Radiologi........... 9
E. Jalur Pemberian Media Kontras.................................. 10
F. Efek yang Ditimbulkan oleh Zat Kontras....................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sinar-X atau yang dikenal dengan sinar röentgen sejak
berkembangnya ilmu pengetahuan banyak digunakan dalam bidang
medis. Salah satunya digunakan untuk diagnosis dan terapi dalam bidang
radiologi. Dengan sinar-X dapat diketahui struktur anatomi dan kelainan
patologi dari organ yang diperiksa.
Namun sinar–X memiliki kekurangan yaitu tidak dapat
menggambarkan organ yang mempunyai kerapatan (densitas) rendah
atau struktur yang mempunyai nomor atom rendah. Sehingga pada citra
radiografi tidak akan terlihat kelainan patologi jika kelainan tersebut
terjadi pada organ yang memiliki densitas dan nomor atom yang rendah,
contohnya paru-paru, jantung, pembuluh darah, ginjal, lambung, dan
sebagainya.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu zat yang dapat menaikkan nilai
kontras organ tersebut sehingga organ tersebut dapat tergambar dengan
baik setelah dilakukan penyinaran. Dengan penelitian ilmiah, para
ilmuwan menemukan kontras media positif, yang terdiri dari zat-zat
kimia dengan nomor atom tinggi sehingga ketika dimasukkan ke dalam
organ yang diperiksa, organ tersebut akan menyerap sinar-X lebih
maksimal dan menghasilkan gambaran radioopaque pada film. Organ
yang dimasukan bahan kontras tersebut juga dapat memberikan nilai
kontras yang baik dibandingkan sebelum diberikan bahan kontras,
sehingga penegakkan diagnosa dapat dimaksimalkan.
B. Pokok Bahasan
1. Apakah yang dimaksud media kontras?
2. Bagaimana awal mula terbentuknya media kontras?
3. Apa saja jenis-jenis bahan kontras?
4. Bagaimana cara pemasukan bahan kontras?
5. Bagaimana penggunaan bahan kontras dalam ilmu radiologi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Media kontras merupakan suatu zat yang dimasukan ke dalam tubuh
yang bertujuan untuk menaikkan nilai kontras organ yang dituju, yang
apabila tidak dimasukan bahan kontras pada organ tersebut nilai
kontrasnya menjadi sangat rendah.
Media kontras (positif) mengandung zat-zat kimia yang memiliki nilai
atom tinggi dan dapat membuat nilai kerapatan (densitas) organ yang
dituju menjadi lebih tinggi. Sehingga organ tersebut dapat tergambar
dengan baik.
B. Sejarah
Penggunaan media kontras pada pemeriksaan radiologi bermula dari
percobaan Tuffier pada tahun 1897. Dalam percobaannya ia
memasukkan kawat ke dalam ureter melalui keteter, sehingga terbentuk
kontur bayangan ureter dalam radiograf. Percobaan selanjutnya yaitu
dengan menggunakan kontras cair untuk menggambarkan anatomi dari
traktus urinarius. Kontras tersebut diantaranya: koloid perak, bismut,
natrium iodida, perak iodida, stronsium klorida, dan sebagainya.
Berangsur-angsur metode tersebut mulai ditinggalkan karena
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Infeksi, trauma jaringan,
terjadinya emboli, dan deposit perak dalam ginjal merupakan akibat
sampingan yang tidak bisa dihindari.
Berpijak dari pengalaman-pengalaman terdahulu kemudian para ahli
radiologi sepakat untuk mengadakan pembaharuan dalam pemakaian
media kontras pada pemeriksaan radiologi. Dan pada tahun 1928
seorang ahli urologi, Dr. Moses Swick bekerjasama dengan Prof.
Lichtwitz, Binz, Rath dan Lichtenberg memperkenalkan penemuannya
tentang media kontras iodium water-soluble yang digunakan dalam
pemeriksaan urografi secara intravena. Media kontras yang berhasil
disintesa, diantaranya adalah: sodium iodopyridone-N-acetic acid yang
disebut Urosectan-B (Iopax), dan sodium oidomethamate yang disebut
Uroselectan-B (Neoiopax). Dari segi radiograf kedua macam media kotras
tersebut memberikan hasil yang memuaskan, namun dari sisi pasien
masih menimbulkan efek yang merugikan, yaitu: mual dan muntah.
Selanjutnya Dr. Swick dan kawan-kawan melanjutkan usahanya dengan
2. Pemberian Media Kontras per Anal (barium enema untuk usus besar &
usus halus)
Yakni pemberian media kontras melalui dubur atau anus dengan cara
dimasukan melalui dubur layaknya enema dengan bantuan rectal
kateter.
3. Pemberian Media Kontras Intravaskular (umumnya media kontras
iodium)
Yakni pemberian media kontras melalui injeksi intra vaskular (i.v).
Biasanya bahan kontras yang berbasis iodium, (akan dibahas lebih detail
pada bab selanjutnya).
4. Pemberian Media Kontras Intra Arterial, Intrathecal (tulang belakang)
dan intraabdominal (hampir pada seluruh rongga tubuh atau ruang yang
potensial).
Pemberian media kontras melalui injeksi intra arteri (i.a) dan lain
sebagainya disesuaikan dengan objek yang akan diperiksa atau ruang
yang potensial untuk memasukkan media kontras.
yang diminum agak sukar larut di dalam air yang mengandung asam
propionic atau asam butirik.
Untuk Urography dan Angiography
- Iodoxil (nama produksinya adalah Uropac).
Memiliki kandungan 51,5 % iodine. Tersedia dalam:
20 % → dengan kandungan 10,3 % w/v iodine.
75 % → dengan kandungan 38,7 % w/v iodine.
- Diodine (nama produksinya adalah Vasiodone).
Memiliki kandungan 50 % iodine. Tersedia dalam:
35 % → dengan kandungan 17,5 % w/v iodine.
45 % → dengan kandungan 21,2 % w/v iodine.
- Diodone (nama produksinya adalah Umbradil Viscous “U”)
Memiliki kandungan 17,5 % w/v iodine.
- Sodium Acetriozate (nama produksinya adalah Diaginol)
Memiliki kandungan 65,8 % iodine. Tersedia dalam:
30 % → dengan kandungan 20 % w/v iodine.
50 % → dengan kandungan 33 % w/v iodine.
70 % → dengan kandungan 46 % w/v iodine.
- Sodium Diatrizoate (nama produksinya adalah Hypaque)
Memiliki kandungan 60 % iodine. Tersedia dalam:
25 % → dengan kandungan 15 % w/v iodine.
45 % → dengan kandungan 27 % w/v iodine.
65 % → dengan kandungan 39 % w/v iodine.
85 % → dengan kandungan 44 % w/v iodine.
- Urografin
Memiliki kandungan 62,1 % iodine. Tersedia dalam:
30 % → dengan kandungan 18.6 % w/v iodine.
45 % → dengan kandungan 28 % w/v iodine.
60 % → dengan kandungan 37 % w/v iodine.
76 % → dengan kandungan 47 % w/v iodine
- Sodium Metriozate (nama produksinya adalah Triosil).
Memiliki kandungan 58,5 % iodine. Tersedia dalam:
25 % → dengan kandungan 14,6 % w/v iodine.
45 % → dengan kandungan 26 % w/v iodine.
60 % → dengan kandungan 35 % w/v iodine.
a b c d
Gambar 2. Beberapa produl media kontras yang digunakan pada pemeriksaan
radiologi (a) Iopamiro (b) Ultravist (c) Omnipaque (d) Visipaque.
Untuk Cholecystography
- Biligrafin
Memiliki kandungan 48,1 % iodine. Tersedia dalam:
30 % → dengan kandungan 14,4 % w/v iodine.
- Biligrafin Forte 50 % → dengan kandungan 24 % w/v iodine.
- Endografin
Zat kimia ini identik dengan Biligrafin, digunakan dalam 70 %.
- Telepaque
Memiliki kandungan 66 % iodine.
- Biloptin
Memiliki kandungan 61,4 % iodine.
- Solu-Biloptin
Memiliki kandungan 61,7 % iodine.
- Phenobutiodyl (nama produksinya adalah Biliodyl)
Memiliki kandungan 68,2 % iodine.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kontras media merupakan media pewarnaan organ dalam tubuh
manusia yang digunakan dalam radiodiagnostik demi tercapainya
informasi yang lebih jelas mengenai gambaran organ yang membutuhkan
opasitas atau lusenitas tertentu.
Kontras media dalam bidang radiologi dibagi menjadi dua, kontras
negatife yang menghasilkan gambaran radiolusen, sedangkan kontras
positife menghasilkan gambaran radiopaque. Kontras negative memiliki
nomor atom rendah contohnya udara, sedangkan kontras positive
memiliki nomor atom yang tinggi seperti Barium dan iodine.
Tidak semua manusia tahan terhadap kontras beberapa lainya akan
mengalami reaksi yang berbeda terhadap bahan kontras yang di
masukkan kedalam tubuh. Reaksi yang ditimbulkan akibat penggunaan
bahan kontras tergantung pada daya tahan dan sistem metabolisme
tubuh masing – masing pasien. Kebanyakan pasien akan mengalami,
mual, muntah, pusing dan lain-lain.
B. Saran
Radiografer hendaknya mengetahui macam-macam merk kontras
dan keunggulan setiap merk sehingga radiografer dapat menyesuaikan
dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
Selain radiografer harus mampu untuk memilih merk kontras yang
memiliki keunggulan radiografer juga harus mengetahui prosedur
pemakaian kontras tersebut. Baik dalam menentukan banyaknya kontras
yang akan digunakan untuk pasien yang berbeda-beda, maupun
mengetahui bagaimana cara pemasukkan kontras walaupun radiografer
tidak memiliki wewenang akan pemasukkan kontras tersebut.
Reaksi dalam tubuh yang dimiliki setiap manusia berbeda ketika
kontras di masukkan kedalam tubuh, sehingga jika radiografer tidak
dapat menanggulangi kejadian seperti ini tentu akan membahayakan
nyawa pasien dan menggagalkan pemeriksaan yang telah direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA