Anda di halaman 1dari 10

GALAKSI CINTA

Farah menatap rembulan yang tengah memamerkan wajah purnamanya.

Terlukis seraut muka menawan di sana. Ada semacam rasa bingung dengan perasaannya.

Ia hanya menatap hp nya lekat-lekat, ada no yang tidak diketahui namanya dalam daftar panggilan tak terjawab.

Berkali-kali ia menggelengkan kepala tak percaya.

"Bagaimana mungkin hanya sebuah nomer tak dikenal bisa mengacaukan pikiranku hingga seperti ini." Gumamnya

“Muhammad Aslam Faris…” dengan pelan Farah membaca tulisan balasan dilayar handpone nya itu. Sebelumnya

Farah memang telah menanyakan siapa pemilik no itu.

Malam itu, Farah sedang membaca sebuah novel, novel yang dari judulnya saja telah menyentuh hati kecilnya yang

sedang ia tata kembali, “Tilawah Cinta Surah Ar-Rahman”, Farah meresapi setiap kata demi kata yang tertuang dalam

novel bersampul kecoklatan itu. Tak ada satu katapun yang ia biarkan terlewat dari bibir merahnya itu. Tanpa terasa air

matanya menetes, hatinya merindu. Ia mulai meronta, ia mulai merengek , “Ya Allah, aku rindu sosok laki-laki yang

meminangku dengan mahar surah Ar-Rahman”,

lama ia pandangi sampul novel itu. Farah beranjak dari tempat tidurnya. Ia raih handphone di atas meja belajarnya. Ia

buka facebooknya, masuk pada kolom status. Perlahan dengan air mata yang tertahan ia mengetik sebuah status...

“Apa kabar hafalan surah Ar-rahman mu calon imamku? Di saat banyak wanita meminta mahar dengan kemewahan

dunia, aku hanya ingin engkau pinang aku dengan Ar-Rahman, Surah Ar-Rahman itu, surah cinta dari Allah tentang

segala nikmatNya.”

Malam ini persis seperti malam-malam sebelumnya, Aslam telah duduk di dalam warteg langganannya.

"Mas Gan, jadi pesan apa nih? Nasi goreng spesial atau gado gado seperti biasa?

tanya sang pemilik warung yang belakangan ia tahu bernama Diman memecah kesenyapan.

Maklum, malam belum begitu larut sehingga hanya beberapa gelintir orang saja yang lalu lalang untuk membunuh

malam di depan kampus .

"Nasi goreng saja lah, Mas . Jangan terlalu pedas ya!"

"Oke, Mas Gan." Jawabnya disertai senyum sumringah.

Diman sudah sangat akrab dengan sang buaya darat yang kini sepertinya akan segera insyaf itu. Bagaimana tidak,
selama hampir genap sebulan terakhir, ia tidak pernah absen semalam pun untuk nongkrong di warung sederhana itu.

Saking akrabnya, Diman dan kawan-kawannya memiliki panggilan khusus untuknya yaitu Mas Gan; singkatan dari Mas

Ganteng. Ia bahkan hanya ikut terkekeh saat Diman CS mencibirnya sebagai pria kesepian.

Hal itu wajar mengingat hampir semua yang hilir mudik di depan kampus membawa serta pasangan atau kawan

mereka. Sedangkan ia hanya sendirian menikmati sepiring nasi dan bergelas-gelas lemon tea. Mereka tidak tahu

bahwa sebenarnya ada seseorang yang tengah diincarnya.

Untuk melancarkan visinya itu, ia bahkan rela datang ke warung itu saat dini hari.

Guna mencari titik koordinat yang pas, supaya tak ada yang menyadari bahwa ia tengah memandangi gadis

anggun berjilbab lebar yang suka lewat membeli gorengan di depan tepat di sebelah warung nasi sederhana itu.

Setelah ia merasa lelah dan jengah baru kemudian bersiap pergi sambil berpesan:

"Mas Diman, besok tempat saya duduk tadi sudah saya booking ya."

"Sip, Mas Gan." Sahut Diman sembari menunjukkan sesungging senyum riang serta dua jempol imutnya.

Ia merasa sangat beruntung mendapati pelanggan semacam Aslam yang selalu rela memberi uang lebih.

Hal itu ia lakukan dengan alasan ia telah mem-booking tempat favoritnya terlebih dahulu. Walaupun Diman heran juga

kenapa Aslam begitu menyukai spot di pojok warungnya.

Tetapi tak terbersit niatan dalam hatinya untuk bertanya mengenai hal itu.

============================================================================

======

Farah sering memposting beberapa kutipan yang mewakili isi hatinya di FB,.

Kini status itu bisa dibaca oleh ribuan temannya yang menggunakan facebook.

Beberapa menit kemudian like dan komentar dari temannya pun berdatangan.

Ada beberap komentar yang Farah coba baca.

“Ya, emang betul “

“So Sweet “

“Aimaak, Romance nya..”

Ah..Farah tau status ini adalah impian setiap akhwat.


Tapi kali ini ada satu pengomentar yang membuat Farah begitu tertarik untuk kembali mengomentarinya.

Apakah ini sebuah kebetulan? Farah tak tahu pasti.

“Saya termasuk mendapat mahar Surah Ar-Rahman. Huhuhu…Bulan tiga insya Allah…”

sahut perempuan di sebrang sana.

Masya Allah.. sungguh seolah-olah Allah langsung memperlihatkan kepada Farah bahwa memang mahar surah Ar-

Rahman itu bukanlah khayalannya semata.

“Masya Allah.. Barakallah teh Syafa”

Syafa membalas komentar itu.

“Aamiin. Mohon Doanya, anak jurusan kimia juga. Kalau ana undang datang ya.”

balas syafa.

Jurusan kimia juga? Ternyata lelaki itu berasal dari jurusan yang sama dengan Farah.

“Insya Allah..” Jawab Farah singkat.

Muhammad Hafid Lelaki yang akan menikah di bulan tiga dengan bermaharkan surah Ar-rahman kepada teh Syafa,

kaka tingkatnya. Sungguh laki-laki yang telah membuat hati Farah terus bertasbih memujiNya. Farah kagum.

Ia terus melafadzkan doa agar kelak Allah pun berkenan menghadiahkannya laki-laki yang meminangnya dengan

mahar surah Ar-Rahman. Kembali Farah tertuju pada facebooknya. Kini ia tidak lagi tertuju pada kolom komentar.

Namun, pada sebuah chat dari seorang ikhwan. Ya, laki-laki itu, Muhammad Aslam Faris.

Kapan anti akan menyusul menikah?

Farah tertegun, sungguh sepertinya lelaki ini paham sekali dengan makna status facebooknya itu.
Farahpun membalas : Mohon doanya saja ya akhi

Ali : Insya Allah, apa anti sudah mempunyai calonnya?

Farah :Wallahu a’lam. Soal itu ana belum bisa menjawab.

Hati Farah agak terusik. Ada rasa yang tertahan jika membicarakan soal calonnya.

Ali :

Jika belum, ana ingin menawarkan teman ana, akhlaknya baik, tampan, dan dari keluarga baik-baik pula, insya Allah anti

bisa menawarkan surah Ar-Rahman padannya.”

Farah bingung. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Di sisi lain, ia teringat pada kuliahnya, ia akan menempuh tugas akhir,

Farah tengah duduk di semester 7 sudah saatnya ia fokus pada skripsinya.

Namun ia pun tidak mampu membohongi hatinya bahwa hatinya sudah sangat rindu dengan sosok seorang imam

dalam hidupnya. Di tambah lagi kriteria-kriteria yang di sebutkan Aslam ini sangat sempurna sekali.

Farah garis bawahi itu di pikirannya. Tentu Ia sudah sangat fasih dengan surah Ar-Rahman.

Namun ia putuskan untuk mengesampingkan itu. Baginya tugas akhirnya adalah prioritasnya.

Kang Ali afwan, ana akan menyelesiakan S1 dulu baru ana bisa memutuskan.

Farah tidak ingin terlalu menceritakan apa yang sebenarnya dalam pikirannya pada lelaki yang baru saja dikenalnya, ini

masih teramat asing bagi dirinya. Musa Firdaus,

Anti ada pin bbm? Tanya Ali.

Ada , 20c9d3d2
Beberapa menit kemudian, handphone Farah bergetar.

Ia buka permintaan pertemanan. Dari Musa Firdaus, Ia accept.

Hari demi hari berlalu.

Farah mulai mengenal Musa melalui bbm yang sering di kirimnya.

Musa Firdaus, laki-laki kelahiran 1991 itu ia panggil dengan panggilan kak Musa.

Musa lebih tua tiga tahun dari Farah. Musa adalah laki-laki periang, ia begitu tawadhu, selain itu ia sangat terbuka

dengan Farah. Terutama untuk perihal mahar Ar-Rahman nya.

“Dik Farah, ana belum terlalu mengenal akhwat itu. Ana hanya sering melihatnya di masjid.

Ketika ana shalat ke masjid dan menjadi imam shalat, ia pun selalu ada. ana berusaha mencari tau tentangnya.

Tidak lama ana mengenalnya, Ia langsung meminta ana segera melamarnya. Dengan mahar surah Ar-Rahman.”

Malam itu Musa tengah mengirim bbm ke Farah .

“Tapi dik, aku sudah salah besar. “

Kembali Farah membaca bbm dari Musa

“Salah besar? Maksud mu kak? “ Tanya Farah bingung.

“ana salah karna niat ana dik. Ana menghafal surah Ar-Rahman bukan karna Allah, tapi karna akhwat itu.

Harusnya ana niatkan semua ini karna Allah.” Jawab Musa

“Masya Allah, antum benar kak, aku baru terpikir akan hal itu.”

jawab Farah sekedarnya. Ia tidak mau terlalu ikut campur pada urusan Musa.

Walaupun ia merasakan sedikit rasa penasaran pada ceritanya.

“aku baru saja mendelcontnya dari contact bbm ku dik, aku ridho jika dia mencari yang lain.

Karna sebelumnya aku sudah tanyakan langsung beberapa perihal dengannya. Namun sepertinya ia tidak mencintaiku

sebagaimana aku mencintainya.” terang musa semakin dalam.


“Jangan terlalu cepat mengambil keputusan kak, kakak belum mengenal dirinya. Bersabarlah kak” balas Farah.

“Insya Allah dik, walau ana masih bingung”

Bbm terakhir dari musa itu hanya dibaca Farah tanpa di balasnya.

Musa semakin dekat dengan Farah.

Tak jarang, bahkan setiap hari Musa mengirim bbm ke Farah.

Dari mulai curhat hingga perhatian. Farah mulai goyah. Ia mulai merasa semua perhatian Musa sangat berlebihan. “Ah

Farah, ingat kau harus bisa menjaga hatimu” bisiknya pada dirinya.

Malam itu setelah shalat isya, Farah berdzikir panjang. Air matanya menetes. Entah kenapa hatinya begitu perih. “ Musa

Firdaus, apakah hatiku sudah terfitnah kapadamu?”

Air mata Farah terus mengalir. “Ya Allah, bimbing dan jaga hatiku.” Isaknya.

Farah menghapus air matanya. Malam itu ia telah mengambil sebuah keputusan agar ia tidak semakin jauh dengan

Musa. Dia buka contact bbmnya. Dicarinya contact Musa. Di tulisnya dengan pelan.

“Kak Musa, afwan jika ana akan segera mendelete dan memblock kakak dari bbm dan fb ana. Afwan, ana hanya ingin

menjaga hati ana” Farah menekan tombol enter. Dan bbm itu terkirim.

Tak lama Farah melihat di layarnya kak musa sedang membalas bbm nya. Satu bbm masuk, ia buka.

“Hmm.. baiklah jika itu yang terbaik untukmu. Ana ndak apa-apa. Jangan lupa mulailah semua dengan basmallah dik.

Semoga Allah memberimu yang terbaik” balas Musa.

“Syukron kak. Ana doakan yang terbaik pula untuk kakak.” Balas farah.

“Aaamiin… jika Allah menentukan Aslam menjadi imam mu, bersediakah engkau dik?” Tanya Musa

Farah tertegun. Ia hampir tak percaya dengan apa yang dibacanya. Imam untukku?

Apakah benar Aslam pun telah memiliki hati kepadanya?


Farah mencoba tenang ia membalas.

“Wallahu a’lam kak, jika memang itu sudah menjadi takdirNya. Ana ndak ada daya untuk menolak” jawab Farah.

Insya Allah, jika memang Allah ndak menjodohkan semoga Aslam segera menjemput dirimu untuk melamarmu dik.”

Jawab Musa .

“ Wallahu a’lam kak,

Disisi lain Aslam punya niat untuk itu, suatu saat ia akan pergi dan mencari pendamping dengan usahanya sendiri.

Bukan seperti sekarang ini. Sekarang cukup kita saling menjauh. Menjaga jarak.

Cukup doa saja yang menjadi penguat kita satu sama lain.

Hati Farah mulai tidak menentu. Tiba-tiba ia merasa begitu berat untuk melepas Musa.

Walaupun belum pernah bertemu dan melihat Musa langsung, tapi entah kenapa sosok laki-laki ini mampu membuat

hatinya tersentuh. “Ya Allah, Bimbing dan jaga hatiku.” Kembali Farah melafadzkan doa itu.

~“Semoga Allah memudahkan semuanya ya , kata Musa kepada Aslam.~

Muhammad Aslam Faris, laki-laki yang di kenal Farah selama ini selama ia kuliah,

Namun ada rasa yang mampu hadir dalam sekejap saja. Entahlah, Farah bingung, entah apa yang membuat laki-laki

itu begitu luar biasa di mata Farah. Keteguhannya dalam menghafal Surah Ar-Rahman kah?

Farah merasa ada rasa yang memang telah Allah titipkan ke hatinya untuk seorang Muhamad Aslam Faris.

Sejak mereka pertama kali bertemu di bis kota, lelaki yang memintanya duduk dibangkunya lantas ia sendiri berdiri

tegak.

Farah terus melafadzkan do’a, setiap sujudnya ia terus meminta,

“Ya Allah, hadiahkan aku laki-laki yang meminangku dengan mahar surah Ar-Rahman”.
~membangun cinta adalah mencintai ketidaksempurnaan ,

Sebab untuk apa aku mendampinginya bila di dirinya tak kutemukan yang dapat kulengkapi.

katanya, sang pangeranmu diluar sana sedang mempersiapkan diri juga untuk menjadi imam yang sholeh dan menjadi

seorang pendamping yang baik untukmu. Jadi dia sekarang butuh waktu untuk bertemu denganmu.

*cinta, bersabarlah :)

Itulah surat dari Muhammad Aslam Faris kepada Farah Nisa

Farah memasukkan kertas surat itu ke dalam bukunya, lalu kemuadian pergi .

Dari kejauhan tampak syafa tergesa-gesa berlari menuju ke arah Aslam .

Kang Faris... Tunggu ,

Iya ,Syafa ada apa?

Farah kecelakaaaaan..

Hah dimana?

Di depan halte kampus ia terseret oleh bus ketika ia hendak naik.

Aslam begitu kalap ia langsung menancap gas motornya segera ke halte.

Di Halte masih banyak orang berkerumun, diaspal ada ceceran darah segar.

Masya Allah,jerit Aslam dalam hati .

Tanpa buat waktu lagi Aslam dan teman teman yang lain membawa Farah ke rumah sakit.
Farah sekarang berada di Ruang ICU.

Disana ada juga Syafa & Hafid menunggu keluarga Farah datang.

Aslam begitu sangat shock. Ingin rasanya ia menobrak pintu ruang ICU tersebut untuk dapat melihat kondisi

Farah. Sudah sadarkah ia?

Namun Aslam tak punya kekuatan lagi hanya sanggup terduduk lemas,

Seorang dokter keluar dari Rung ICU

Teman kalian kekurangan banyak darah, siapa diantara kalian yang bergolongan darah B?

Kami minta kesediannya untuk menyumbangkan darah.karena kondisi dia sekarang kritis.

Suara dokter itu sayup sayup terdengar di telinga Aslam,

Ya Allah selamatkan ia, jangan ambil nyawanya, aku sungguh mencintainya.

Andai Farah sadar akan ia katakan apa yang tersimpan di hatinya,

Mengertikah kau sebesar apa cintaku padamu?

Sebesar bumi yang kita pijak, seluas alam semesta.

Aku yang diam-diam selama ini sering memperhatikanmu,

Sadarkah kau sedalam apa sesungguhnya rasa ini?

Sedalam cinta itu sendiri tanpa batas,

Sedalam kau sanggup bayangkan seperti galaksi cinta.

Farah,Andai kau tahu seperti apa getaran ini menyelimutiku.

Jika kau terengah, aku bersedia serahkan nafasku.


Jika kau terguncang, aku rela menjadi pijakanmu.

Jika kau sekarat, aku mau memberikan nyawaku

Dan menukar sepanjang urat nadiku.

Aslam baru saja keluar dari ruang transfusi darah.

Sudah 3 Jam Farah ditangani oleh dokter , tapi masih belum ada kabar apapun.

Farah masih belum juga sadarkan diri.

Di Ruang Tunggu sekarang sudah berada beberapa keluarga Farah yang datang,

Syafa dan Hafid pun masih disana menemani Aslam.

Coba kau bacakan Ar-Rahman kepada Farah, kau baca dekat ia, ujar Hafid.

Aslam pun mengangguk setuju.

Tepat setelah Aslam menyelesaikan bacaan Ar-Rahman pada 2 ayat terakhir, Farah pun sadar.

Melihat hal itu Aslam pun menangis bahagia.

“Kak Faris.....” panggil Farah kepada Aslam.

“Iya Far,....” Jawab Aslam.

“Terimakasih buat Ar-Rahmannya...” kata Farah.

Akan aku bacakan lagi surat Ar-Rahman ini di hadapan penghulu nanti setelah kau sembuh, ucap Aslam.

Farah pun tersenyum kepada Aslam.

Anda mungkin juga menyukai