Anda di halaman 1dari 2

CERPEN SUDUT PANDANG PELAKU SAMPINGAN

Deru beribu-ribu kendaraan yang berlalu-lalang serta amat membisingkan telinga menjadi
santapan sehari-hariku setelah tiga bulan aku tinggal di kota metropolitan ini. Memang tak
mudah untuk menata hati dan diriku menghadapi suasana kota besar, semacam Jakarta, bagi
pendatang seperti aku. Dulu, aku sempat menolak untuk dipindahkan ke kota ini. Tapi, kali ini
aku tak kuasa untuk menghindar dari tugas ini, yang konon katanya aku sangat dibutuhkan untuk
ikut memajukan perusahaan tempatku bekerja.
Ternyata, bukan aku saja yang mengalami mutasi kali ini. Praba, teman satu asramaku , juga
mengalami hal yang sama. Kami menjadi sangat akrab karena merasa satu nasib, harus
beradaptasi dengan suasana Kota Jakarta.
“Aku bisa stress kalau setiap hari harus terjebak macet seperti ini. Apakah tidak upaya dari
Pemkot DKI mengatasi masalah ini! Rasanya, mendingan posisiku seperti dulu asal tidak di kota
ini!” umpatnya.

CERPEN SUDUT PANDANG ORANG PERTAMA

Aku , Kamu , dan Dia


            Masa putih biru telah berlalu , ku buka lembaran baru dengan putih abu-abu . Aku sedih ,
aku bimbang dan aku resah . Entah apa yang aku rasakan , aku pun tak tahu . Apakah aku harus
tersenyum ? Ataukah aku harus bersedih ? Semua yang telah kulalui kini telah menjadi kenangan
, kenangan yang tersimpan indah di taman . Hari itu pun datang , hari dimana aku menginjakkan
kakiku di lingkungan baru dan mengenakan selembar kain putih abu-abu . “ Huuuuuft “  aku
menghela nafas panjang ketika aku tersadar bahwa pengalaman baru akan datang . Aku duduk di
bangku kelas x-6  , bersama sahabatku ayu . Aku mencoba untuk beradaptasi dengan lingkungan
baruku . Berkenalan dengan teman baru dan senyum sapa selalu kulakukan . Hingga akhirnya
,aku mempunyai seorang teman laki-laki , sebut saja teman laki-laki itu adalah Faris . Aku sering
curhat dengannya , kirim pesan singkat atau SMS , bahkan saling mengejek jika nilai kita
berselisih . Namun , dibalik kedekatanku dengan dia , ada seorang temanku yang kurang suka
dengan kedekatanku itu . Dia adalah Luna . Dia duduk dibelakang bangkuku . “ Ina , bolehkah
aku curhat dengan mu ? “  tanyanya kepadaku melalui pesan singkat atau SMS . “ apa Lun ? Aku
siap kok jadi bak penampung curcolmu . Hehe .“ jawabku dengan penuh canda . “ Tung…Tung “
ringone SMS hp ku berbunyi ketik pesan dari Luna terkirim . Dia berterus terang kepadaku
bahwa dia suka dengan Faris ., dan dia  kurang suka dengan kedekatanku bersama faris . Setelah
aku mengetahui hal itu , pelan-pelan aku merenggangkan hubunganku dengan faris . Waktu terus
berputar , tiada hari tanpa curhatan luna tentang si faris . Aku bagaikan pendengar setia radio
yang hanya diam , melongo alias bengong , dan mengangguk jika aku paham bahkan
menggelengkan kepala jika aku kurang paham . Memang luna itu orangnya banyak bicara ,
emmm bisa dibilang dia itu cerewet . Suatu hari , luna curhat kepadaku . “ Ina , tau gak sih ? Aku
sebel sama faris ! “ ucapnya sambil memenyunkan mulutnya . “ Kenapa Lun ? Dia belum bayar
hutang ya ? Hahahaha “ candaku kepadanya . “ Ah , Ina ! Aku serius , aku sebel sama faris , dia
tidak pernah merespon perhatianku . Dia juga tidak pernah senyum kepadaku jika berjumpa
“  ucapnya sambil memukul meja karena geregetan dengan sifat faris . Setelah kejadian itu , luna
marah dengan faris .
******
            Tiga bulan berada di kelas x6 , ulangan tengah semester ( UTS ) pun tiba . Aku selalu
mengumpulkan lembar kerja lebih awal dari faris dan teman-teman . Aku tidak bermaksud untuk
menyombongkan diri , aku hanya berpikir dengan waktu yang tersisa , aku mempunyai waktu
lebih untuk belajar mapel UTS selanjutnya . “ Hey , Ina . Kamu tu makan apa sih ?  Kenapa
kalau mengerjakan soal UTS cepet ? Apa kamu gak kasihan dengan teman-temanmu yang masih
berada di dalam kelas ? “ ucapnya sambil marah – marah kepadaku . Aku mencoba untuk
menjelaskan kepada faris , tetapi dia tidak mau mendengarkan penjelasanku . Semenjak itulah
aku dan faris seperti orang yang tidak pernah kenal . Tidak pernah tegur sapa saat bertemu , tidak
pernah berkirim pesan singkat atau sms , bahkan saling tersenyum pun tak pernah . “ faris ,
apakah kamu sudah tidak menganggapku teman lagi ? “ tanyaku dalam hati . Namun , kini aku
kembali dekat dengan faris . Hal itu berawal ketika faris mengirim pesan singkat yang berisi
permintaan maaf . Aku pun menjawabnya dengan kalimat canda .
*****
            Hari demi hari berlalu . Aku merasa janggal , aku merasa aneh dengan dia . Cara dia
memandang , cara dia tersenyum kepadaku , dan hal-hal lainnya yang menurutku aneh dan tak
biasanya faris lakukan kepadaku . Tidak kusangka kata itu ia ucapkan kepadaku . Awalnya aku
mengira itu hanyalah lelucon . Tapi dia membantah hal itu . “ Huuuaaaah … Aku gak tahu apa
yang harus aku lakukan . Bagaikan lagu ungu yang berjudul DELIMA CINTA “ gumamku yang
sedang melamun melihat rintik-rintik hujan yang turun dari langit .  
******
            Keesokan harinya, aku mencoba bersikap biasa dengan Faris di dalam kelas. Walaupun
aku harus malu-malu kucing untuk memperhatikannya. “ Ternyata dia orangnya lucu, apalagi
ketika dia tersenyum, seperti ada yang hilang, yaitu matanya. Dasar sipit! “ gumamku dalam
hati . Namun , seiring dengan terbit dan tenggelamnya matahari , luna curiga denganku dan
menjauhi aku . “ Sungguh , hanya delima yang aku rasakan . Maafkan aku lun , aku tahu kamu
kecewa tapi ini bukan keinginanku . Ya Allah , berilah aku jalan keluar untuk menghadapi
masalah ini “ ucapku dalam do’a seusai mencium sajadah yang ayah berikan kepadaku waktu
itu . Faris selalu meminta jawaban apa yang pantas untuknya . Hingga akhirnya aku dan faris
berterus terang dengan luna . Aku dan faris perlahan berjalan mendekati luna . “ Dug… Dug …
Dug “ suara detak jantungku yang berdegub kencang  manantikan respon luna tentang
pangakuan itu . “ Huuuh “ nafas panjang ku hembuskan dari hidung mungilku disertai dengan
parasaan lega , karena luna telah berbesar hati memberikan senyuman untukku dan untuk faris .
Pertanyaan yang sama faris lontarkan untuk ku ., dan dengan memantabkan hatiku , kujawab
dengan jawaban “ iya “ .

            Kebencian membawaku kepada satu kata yaitu CINTA. Cintaku kepada kamu sahabatku,
dan cintaku kepada dia, dia yag membuat hariku lebih berwarna. Kini fajar telah
menemukan sunrise, siang telah menemukan matahari.,dan malam telah menemukan bulan yang
ditemani bintang yang gemerlap. Dan satu, pelangi akan datang setelah hujan membasahi bumi.

Anda mungkin juga menyukai