Anda di halaman 1dari 7

TIMBRE / TONE COLOR / WARNA BUNYI

dan AKUSTIK RUANG PART 1 (TIMBRE


DALAM SAINS)

TIMBRE / TONE COLOR / WARNA BUNYI dan AKUSTIK RUANG


PART 1 (TIMBRE DALAM SAINS)

Beberapa waktu yang lalu kami kedatangan klien dari Jakarta. Sebelum berkunjung ke kantor kami beliau
sempat membaca artikel-artikel Mystudio yang terdapat di blog dalam web kami dan beliau tertarik berdiskusi
mengenai timbre atau tone color atau warna bunyi. Beliau ingin berdiskusi mengenai pengaruh bentuk ruang
dan material terhadap warna bunyi yang dihasilkan oleh sumber bunyi dan diterima oleh pendengar. Mari kita
bahas apa itu timbre? Bagaimana ruang bisa mempengaruhinya? Dan apa saja yang perlu dilakukan untuk
mengatasinya?
Ketika kita mendengarkan bunyi dari gitar atau piano, kita dapat membedakan mana bunyi gitar dan
mana bunyi piano walaupun dimainkan dalam not dan intensitas bunyi yang sama persis. Perbedaan karakter
bunyi inilah yang disebut dengan timbre. Namun jika kita menilik lebih jauh lagi, bunyi gitar dalam ruang yang
satu dengan ruang yang lain juga akan berbeda sekalipun dimainkan dengan gitar yang sama dengan not dan
intensitas yang sama pula. Perbedaan ini disebabkan oleh dimensi (ukuran) ruang dan juga material penyusun
ruang tersebut. Pengetahuan akan timbre menjadi penting dalam penentuan desain akustik ruang.
Bentuk Gelombang Bunyi Dalam Setiap Instrumen Bunyi

sumber : simplyfyingtheory.com

Menurut Beranek (2004), timbre adalah kualitas bunyi yang membedakan antara satu instrumen bunyi
dengan instrumen bunyi lainnya. Secara terminologi, timbre adalah istilah yang sering digunakan oleh musisi
dan seniman sedangkan yang lebih umum digunakan adalah istilah tone color atau warna bunyi. Warna bunyi
mendeskripsikan adanya karakter sebuah bunyi di frekuensi rendah, tengah, dan tinggi. Lingkungan akustik
dimana bunyi itu dihasilkan akan mempengaruhi warna bunyi. Jika ruang tersebut menyerap terlalu banyak
bunyi di frekuensi rendah, tengah, ataupun tinggi, maka akan berpotensi terjadinya colorization atau
perubahan warna bunyi.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh ruang terhadap warna bunyi, maka ada baiknya kita membahas
bagaimana gelombang bunyi itu terjadi dalam berbagai instrumen bunyi. Untuk memahami sebuah gelombang
bunyi, kita bisa memulai dari sebuah gelombang bunyi sempurna atau yang dikenal dengan Sine Wave. Sebuah
sine wave yang dihasilkan oleh sebuah komputer atau sebuah tone generator memiliki bentuk gelombang yang
sempurna dengan puncak dan lembah yang identik / simetris. Sebuah sine wave hanya menghasilkan sebuah
frekuensi tertentu di satu waktu. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat sebuah sine wave 220 Hz dalam bentuk
grafik 2d dan 3d:
Grafik 2d (atas) dan 3d (bawah) gelombang bunyi dari Sine Wave

sumber : NCSSM

Dapat kita lihat dalam gambar di atas bahwa dalam sebuah sine wave hanya terdapat amplitudo di satu
frekuensi saja yaitu frekuensi 220Hz, sedangkan di frekuensi lain hanya datar (flat) atau amplitudonya 0.
Sekarang mari kita lihat grafik 2d dan 3d dari sebuah cello yang dimainkan di frekuensi yang sama (220Hz):

Grafik 2d (atas) dan 3d (bawah) gelombang bunyi dari Cello

sumber : NCSSM
Dalam gambar di atas dapat kita lihat bahwa bentuk grafik baik 2d dan 3d memiliki kompelsitas yang
berbeda dibandingkan dengan sine wave. Bentuk gelombang yang demikian disebut dengan gelombang
kompleks (complex wave). Terdapat banyak variasi bentuk dalam gelombang tersebut. Dalam grafik 3d, dapat
dilihat bahwa selain bunyi di frekuensi 220Hz, terdapat beberapa frekuensi yang mengikutinya seperti
frekuensi 440Hz, 660Hz, dan 880Hz namun dalam amplitudo yang berbeda-beda pula. Frekuensi yang
mengikuti tersebut ada hubungannya dengan frekuensi dasar yaitu 220Hz yang disebut dengan octave
relationship dimana frekuensi yang berhubungan memiliki selisih dua kali frekuensi dan hal inilah yang
membentuk karakter setiap instrumen bunyi. Frekuensi dasar yaitu 220Hz yang merupakan frekuensi dengan
amplitudo tertinggi disebut dengan fundamental, sedangkan frekuensi yang mengikutinya disebut
dengan harmonik (440Hz adalah first harmonic, 660Hz adalah second harmonic, dst.). Frekuensi fundamental
dan harmonik yang dihasilkan instrumen bunyi inilah yang disebut dengan Timbre.

Unsur-unsur Pembentuk Timbre

sumber : NCSSM

Sekarang mari kita perhatikan instrumen bunyi lain yaitu trombone yang dimainkan dalam frekuensi
yang sama yaitu 220Hz:
Grafik 2d (atas) dan 3d (bawah) gelombang bunyi dari Trombone

sumber : NCSSM

Dapat kita lihat dalam grafik 2d dan 3d dari trombone yang memiliki karakter bentuk gelombang yang
berbeda dengan apa yang dimiliki oleh cello. Karakter bentuk gelombang bunyi dari trombone secara visual
lebih sederhana dibandingkan dengan cello. Dalam grafik 3d, Frekuensi fundamental memiliki amplitudo yang
lebih kecil dibandingkan dengan frekeunsi harmonicnya, hal ini menjadi keunikan tersendiri dari bunyi
trombone. Frekuensi fundamental tidak selalu memiliki amplitudo yang tertinggi, namun bisa juga di frekuensi
yang terendah.

Selanjutnya mari kita lihat lebih jauh perbedaan timbre antara satu alat musik dengan alat musik lainnya.
Kita dapat melihat dari diagram spektrum intensitas bunyi yang membandingkan antara intensitas bunyi
frekuensi fundamental dengan bunyi frekuensi harmonik (overtone) serta melihat grafik bentuk
gelombangnya. Di bawah ini adalah diagram dari spektrum intensitas bunyi (kiri) dan diagram grafik bentuk
bunyi (waveform) dari sebuah biola yang dimainkan pada nada E5.

Diagram Intensitas Bunyi Overtone (Kiri) dan Grafik 2d Gelombang Bunyi (Kanan) dari Biola

sumber : Lapp, 2000

Dari gambar di atas dapat dilihat dalam spektrum intensitas bunyi bahwa frekuensi fundamental (grafik
batang yang paling kiri) mendominasi. Frekuensi fundamental memiliki intensitas bunyi yang tertinggi dengan
intensitas sekitar 10% dari total intensitas bunyi. Frekuensi fundamental diikuti dengan frekuensi harmonik
(overtone), yang setelah overtone kedua, intensitas bunyi menurun cukup banyak. Dengan adanya bunyi
frekuensi fundamental yang dominan, bentuk grafik dari biola dapat dikatakan cukup simpel. Sekarang mari
kita perhatikan diagram dari spektrum intensitas bunyi (kiri) dan diagram grafik bentuk bunyi (waveform)
dari sebuah clarinet yang dimainkan pada nada F3.

Diagram Intensitas Bunyi Overtone (Kiri) dan Grafik 2d Gelombang Bunyi (Kanan) dari Clarinet

sumber : Lapp, 2000

Dapat kita lihat bahwa dalam diagram spektrum intensitas bunyi, frekuensi harmonik (diagram batang
kedua dari kiri, ketiga dari kiri, dst) memiliki selisih intensitas bunyi yang lebih jika dibandingkan dengan yang
dihasilkan biola. Jika diperhatikan frekuensi harmonik ketiga, kelima, dan ketujuh memiliki intensitas yang
hampir sama. Frekuensi harmonik setelah overtone kedelapan, memiliki intensitas yang bervariasi. Variasi
intensitas dari frekuensi harmonik (overtone) itulah yang membentuk grafik dari clarinet menjadi lebih rumit
jika dibandingkan dengan biola.

Kita telah membahas sedikit mengenai timbre / warna bunyi dari beberapa sumber bunyi dan masih
banyak lagi alat musik baik akustik maupun elektronik yang dapat kita bahas. Peranan timbre menjadi sangat
penting di dunia musik, karena aspek itulah yang membentuk karakter bunyi dan memberi warna pada
komposisi musik yang dimainkan. Akustik ruang disini memiliki peran sebagai “penjaga” kemurnian dari
timbre sehingga warna bunyi yang dihasilkan oleh setiap instrumen bunyi dapat berkesan seperti apa adanya
tanpa adanya “colorization”. Bagaimana pengaruh ruang terhadap timbre? Nantikan pembahasannya di part 2.

Penulis,

Bahana A.S., S.T., M.Sc.

Mystudio Interior Acoustic Consultant

https://www.mystudio.co.id/detail-blog-timbre--tone-color--warna-bunyi-dan-akustik-ruang--53.html

Anda mungkin juga menyukai