Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AKSARA JAWA (KELAS ANDHAP)

Dipundamel kagem ngebakipun tugas mata kuliah Basa Jawi


Dosen: Drs. Sukardi S.Pd., M.Pd.

Dipunsusun dening:

Santika Milenia Kusuma D. (1401417211)


Lutnatul Jannah (1401417094)
Leny Riyanti (1401417221)
Anisa Eka Indriyani (1401417268)
Fega Arif R. (1401417335)

ROMBEL A

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
BABAGAN I
PAMBUKA

1.1 Latar Wingking


Basa Jawi kalebet salah satunggaling basa ingkang sampun kita tepang ugi
sampun kita ginakaken saking kita sedanten alit amarga saben dinten kita
migunakaken basa Jawi kangge ngendika kalih tiyang ingkang sami-sami tiyang Jawi.
Sesampunipun saget ngendika ngagem basa Jawi ingkang trep, kita sedaya kedah
saget memahami aksara Jawa. Jauh sebelum mengenal aksara Latin atau Alfabet,
sebenarnya bangsa Indonesia sudah memiliki aksara sendiri yaitu aksara Kawi, yang
sudah digunakan di wilayah Jawa, Sumatra, dan Bali. Aksara Kawi merupakan hasil
pengembangan aksara Pallawa dari India timur, yang masuk ke wilayah Nusantara
pada abad ke-4 Masehi, seiring dengan masuknya pengaruh agama dan budaya
India.1 Setelah jaman Majapahit, yaitu pada jaman Kesultanan Mataram Islam
(sekitar abad ke-17 Masehi),2 Aksara Kawi tersebut berkembang menjadi Aksara
Jawa, atau juga disebut Aksara Hanacaraka, yang mempunyai nama lain Carakan atau
Cacarakan. Sampai sekarang ini Aksara Hanacaraka masih digunakanan khususnya di
wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Walaupun sekarang ini
masih digunakan, aksara Hanacaraka sudah hampir ditinggalkan. Banyak orang yang
fasih berbahasa Jawa, namun sangat sedikit orang yang bisa memahami aksara Jawa
termasuk para siswa yang mendapatkan mata pelajaran aksara Jawa sekalipun. Aksara
Jawa dinilai sebagai pelajaran yang sulit bagi siswa. Kita sebagai calon guru harus
tetap mengajarkan pendidikan mengenai aksara Jawa agar salah satu aksara asli
Indonesia tetap dikuasai dan dilestarikan oleh anak didik kita nantinya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Pengertian aksara Jawa
1.2.2 Sejarah aksara Jawa
1.2.3 Cara menyampaikan materi aksara Jawa kepada siswa kelas rendah

1.3 Ancasipun
1.3.1 Njlentrehake Pengertian aksara Jawa
1.3.2 Njlentrehake sejarah aksara Jawa
1.3.3 Njlentrehake Cara menyampaikan materi aksara Jawa kepada siswa kelas
rendah

BABAGAN II
ISI

2.1 Pengertian Aksara Jawa


Aksara Jawa adalah turunan dari jenis aksara Brahmi. Jenis aksara ini memang
sudah lama digunakan pada beragam wilayah di kalangan Nusantara. Di antara
wilayah yang menggunakan jenis aksara ini adalah Pulau Jawa, Makasar, Sunda,
Melayu, Sasak serta umum dipakai untuk penulisan jenis karya sastra yang
menggunakan bahasa Jawa.
Di dalam aksara Jawa atau Hanacaraka terdapat beberapa tata cara penulisan.
Juga terdapat beberapa unsur serta aturan yang lainnya. Dengan menjelaskan masing-
masing huruf serta aturan itu, diharapkan nanti bisa memudahkan pembelajaran atau
proses memahami tata cara penulisan Aksara Jawa sebelum peserta didik kemudian
praktik menulis. Oleh karena itu pada pembahasan kali ini akan didahulukan tentang
penjelasan dasar dari aksara Jawa terlebih dahulu.
Untuk orang yang belum mengenal aksara Jawa, maka dibutuhkan catatan
khusus seperti ulasan berikut ini.
 Ha menjadi wakil untuk fonem /a/dan/ha/. Jika aksara ini berada pada bagian depan
sebuah kata, akan dibaca dengan /a/. Namun aturan ini tidaklah berlaku untuk
nama atau jenis kata bahasa asing selain dari bahasa Jawa asli.
 Da di dalam penulisan Jawa latin digunakan untuk bagian /d/ dental serta meletup
dimana posisi lidahnya ada di bagian belakang pangkal gigi seri atas kemudian
diletupkan. Untuk /d/ ini berbeda sekali dari bahasa Melayu atau Indonesia.
 Dha di dalam bentuk penulisan Jawa latin digunakan untuk jenis d-retofleks
dimana posisi lidah dengan /d/ untuk bahasa Melayu ataupun Indonesia namun
dengan bunyi yang diletupkan.
 Tha di dalam bentuk penulisan Jawa latin digunakan untuk t-retofleks dimana
posisi lidahnya sama dengan /d/ namun untuk pengucapannya tidak diberatkan.
Untuk bunyi yang satu ini sangat mirip dengan orang yang memiliki aksen Bali di
dalam menyuarakan huruf “t”.

Adapun makna dari aksara Jawa adalah sebagai berikut:


 Ha adalah hana hurup wening suci yang arti dalam bahasa Indonesianya adalah
adanya hidup merupakan kehendak dari Tuhan yang Maha Suci.
 Na maknanya adalah Nur Candra atau warsitaning Candara yang artinya adalah
pengharapan dari manusia yang selalu mengharapkan sinar dari Ilahi.
 Ca merupakan cipta weding, cipta dadi, cipta mandulu yang artinya adalah suatu
arah serta tujuan dari Sang Maga Tunggal.
 Ra merupakan rasaingsun handulusih yang maknanya adalah cinta sejati yang
muncul dari cinta kasih dalam nurani.
 Ka merupakan karsaningsun memayuhayuning bawana yang maknanya adalah
sebuah hasrat yang diarahkan untuk sebuah kesejahteraan alam.
 Da merupakan dumadining Dzat kang tanpa winangenan yang artinya adalah
menerima kehidupan ini dengan apa adanya.
 Ta merupakan tatas, tutus, titis, titi lan wibawa yang artinya adalah sesuatu yang
mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian di dalam memandang sebuah hidup.
 Sa merupakan suram ingsun handulu sifatullah yang artinya adalah pembentukan
kasih sayang sebagaimana kasihnya Tuhan.
 Wa merupakan wujud hana tan kena kinira yang artinya adalah ilmu manusia yang
hanya terbatas akan tetapi untuk implementasinya sangat tidak terbatas.
 La merupakan lir handaya paseban jati yang artinya adalah menjalankan hidup
semata-mata hanya untuk memenuhi tuntutan dari Tuhan.
 Pa merupakan papan kang tanpa kiblat yang artinya adalah hakihat Tuhan yang
sejatinya ada tanpa arah.
 Dha merupakan duwur wekasane endek wiwitane yang artinya adalah untuk bisa
mencapai puncak harus dimulai dari dasarnya atau dari bawah terlebih dahulu.
 Ja merupakan jumbuhing kawula lan gusti yang artinya adalah senantiasa berusaha
untuk mendekati Tuhan dan memahami kehendak Tuhan.
 Ya merupakan yakin marang sembarang tumindak kang dumadi yang maknanya
adalah yakin terhadap ketetapan dan kudrat Ilahi.
 Nya merupakan nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki yang artinya adalah
memahami sunnatullah atau kodrat dari kehidupan ini.
 Ma merupakan madep mantep manembah maring Ilahi yang artinya adalah mantap
di dalam menyembah Tuhan.
 Ga merupakan guru sejati sing muruki yang artinya adalah pembelajaran kepada
guru nurani.
 Ba merupakan bayu sejati kang andalani yang artinya adalah menyelaraskan diri
kepada gerak gerik dari alam.
 Tha merupakan tukul saka niat yang artinya adalah segala sesuatu harus tumbuh
dan diawali dengan niat.
 Nga merupakan ngracut busananing manungso yang artinya adalah melepas ego
pribadi pada manusia.

2.2 Sejarah Aksara Jawa


Aksara Jawa Hanacaraka merupakan salah satu aksara yang digunakan di
Tanah Jawa dan sekitarnya, sering disebut aksara Jawa. Berikut ini cerita tentang asal
mulanya aksara jawa hanacaraka.
Dahulu kala, di sebuah kerajaan Medhangkamulan, bertahtalah seorang raja
bernama Dewata Cengkar. Atau terkenal dengan nama Prabu Dewata Cengkar.
Seorang raja yang sangat rakus, bengis, tamak, dan suka memakan daging manusia.
Karena kegemarannya memakan daging manusia, maka secara bergilir rakyatnya pun
dipaksa menyetor upeti berwujud manusia.
Mendengar kebengisan Prabu Dewata Cengkar, seorang pengembara bernama
Aji Saka bermaksud menghentikan kebiasaan sang raja. Aji Saka mempunyai 2 orang
abdi yang sangat setia bernama Dora dan Sembada. Dalam perjalanannya ke kerajaan
Medhangkamulan,¬ Aji Saka mengajak Dora, sedangkan Sembada tetap ditempat
karena harus menjaga sebuah pusaka sakti milik Aji Saka. Aji Saka berpesan kepada
Sembada, agar jangan sampai pusaka itu diberikan kepada siapapun kecuali aku (Aji
Saka).
Setelah beberapa waktu, sampailah Aji Saka di kerajaan Medhangkamulan
yang sepi. Rakyat di kerajaan itu takut keluar rumah, karena takut menjadi santapan
lezat sang raja yang bengis. Aji Saka segera menuju istana dan menjumpai sang patih.
Dia berkata kalau dirinya sanggup dan siap dijadikan santapan Prabu Dewata
Cengkar. Tibalah pada hari dimana Aji Saka akan dimakan oleh Prabu Dewata
Cengkar. Sebelum dimakan, sang prabu selalu mengabulkan 1 permintaan dari calon
korban. Dan Aji Saka dengan tenang meminta tanah seluas syurban kepalanya.
Mendengar permintaan Aji Saka, Prabu Dewata Cengkar hanya tertawa terbahak-
bahak,¬ dan langsung menyetujuinya. Maka dibukalah kain syurban penutup kepala
Aji Saka.
Aji Saka memegang salah satu ujung syurban, sedangkan yang lain dipegang
oleh Prabu Dewata Cengkar. Aneh, ternyata syurban itu seperti mengembang
sehingga Dewata Cengkar harus berjalan mundur, mundur, dan mundur hingga
sampai di tepi pantai selatan. Begitu Dewata Cengkar sampai di tepi pantai selatan,
Aji Saka dengan cepat mengibaskan syurbannya sehingga membungkus badan
Dewata Cengkar, dan menendangnya hingga terjebur di laut selatan. Tiba-tiba saja
tubuh Dewata Cengkar berubah menjadi buaya putih. “Karena engkau suka memakan
daging manusia, maka engkau pantas menjadi buaya, dan tempat yang tepat untuk
seekor buaya adalah di laut” demikian kata Aji Saka. Sejak saat itu, Kerajaan
Medhangkamulan dipimpin oleh Aji Saka. Seorng raja yang arif dan bijaksana. Tiba-
tiba Aji Saka teringat akan pusaka saktinya, dan menyuruh Dora untuk
mengambilnya. Namun Sembada tidak mau memberikan pusaka itu, karena teringat
pesan Aji Saka. Maka terjadilah pertarungan yang hebat diantara Dora dan Sembada.
Karena memiliki ilmu dan kesaktian yang seimbang, maka meninggallah Dora dan
Sembada secara bersamaan.
Aji Saka yang teringat akan pesannya kepada Sembada, segera menyusul.
Namun terlambat, karena sesampai di sana, kedua abdinya yang sangat setia itu sudah
meninggal dunia. Untuk mengenang keduanya, maka Aji Saka mengabadikannya¬
dalam sebuah Aksara / huruf yang bunyi dan tulisannya :
Makna Aksara Jawa :
Ha Na Ca Ra Ka (ono utusan = ada utusan)
Da Ta Sa Wa La (padha kekerengan = saling berkelahi)
Pa Da Ja Ya Nya (padha digdayane = sama-sama saktinya)
Ma Ga Ba Tha Nga (padha nyunggi bathange = saling berpangku saat meninggal)
2.3 Cara Menyampaikan Materi Aksara Jawa kepada Siswa Kelas Rendah
Salah satu keterampilan berbahasa Jawa yang harus dikuasai oleh setiap siswa
kelas rendah sekolah dasar di Jawa adalah menulis aksara Jawa. Bagi sebagian besar
siswa kelas rendah, keterampilan menulis aksara Jawa tersebut sangat sulit untuk
dikuasai. Hal itu diduga disebabkan oleh materi menulis aksara Jawa dianggap
sebagai materi baru bagi mereka. Selain itu, ada kesulitan tersendiri bagi siswa dalam
membentuk aksara Jawa dan menuliskan kata-kata atau kalimat dalam bahasa Jawa ke
dalam bentuk aksara Jawa.
Umumnya siswa mengalami kesulitan untuk membedakan aksara yang
memiliki kesamaan bunyi dan aksara yang memiliki kesamaan bentuk. Siswa sering
salah menuliskan aksara Jawa yang memiliki kesamaan bunyi dan memiliki kesamaan
bentuk tersebut. Kesulitan lainnya yang dihadapi oleh siswa adalah menuliskan aksara
yang memiliki kesamaan bunyi dan aksara yang memiliki kesamaan bentuk apabila
soal yang diberikan oleh guru dilakukan secara lisan dengan metode dikte. Apabila
soal yang diberikan oleh guru diberikan secara tertulis, siswa tinggal mengingat
aksara mana yang dipergunakan untuk membentuk tulisan. Sebelum melaksanakan
cara cepat mengajarkan menulis aksara Jawa kepada siswa, guru memperkenalkan
dahulu aksara apa saja yang ada dalam aksara Jawa. Berikut ini aksara pokok yang
terdaftar di dalam carakan (hanacaraka) yang dikenal dengan aksara Jawa legena.

Ada empat deret aksara Jawa. Setiap deret aksara Jawa tersebut terdiri atas
lima aksara. Deretan aksara Jawa tersebut disepakati dengan menyebutnya sebagai
peta aksara. Dengan peta aksara tersebut diketahui bahwa aksara ha merupakan aksara
pertama dalam deret pertama. Aksara da merupakan aksara pertama dalam deret
kedua. Aksara pa merupakanaksara pertama dalam deret ketiga. Aksara ma
merupakan aksara pertama dalam deret keempat. Diketahui pula bahwa aksara ka
merupakan aksara kelima dalam deret pertama. Aksara la merupakan aksara kelima
dalam deret kedua. Aksara nya merupakan aksara kelima dalam deret ketiga. Aksara
nga merupakan aksara kelima dalam deret keempat.
Langkah Pertama untuk memudahkan siswa memahami peta aksara adalah
dengan mengajak siswa bermain membuat peta aksara. Mula-mula siswa diperlihatkan
aksara apa saja yang ada di dalam deret aksara. Selanjutnya siswa diminta untuk
menghapalkan aksara apa saja yang ada di dalam setiap deret. Setelah mengenal
aksara setiap deret dalam peta aksara, siswa diminta untuk mengatur potongan setiap
aksara Jawa yang dibuat oleh guru sehingga membentuk peta aksara. Cara mengatur
potongan peta aksara sebanyak empat deret tersebut mula-mula dilakukan secara
berkelompok dan bergantian. Langkah berikutnya, siswa diminta untuk mengatur
potongan peta aksara secara perorangan. Langkah pertama tersebut bertujuan agar
siswa mengenal aksara Jawa dan letaknya dalam deretan peta aksara.
Langkah kedua setelah siswa diajak membuat dan memahami peta aksara
adalah membuat pola aksara. Pola aksara adalah membuat bentuk setiap aksara dalam
peta aksara dari titik-titik. Titik-titik tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga
membentuk aksara Jawa. Pola aksara tersebut dibuat dengan ukuran yang agak besar
sehingga memudahkan siswa untuk melihat dengan jelas. Tentu saja pola aksara
tersebut tetap disertai dengan nama dalam huruf Latin. Hal itu harus dilakukan untuk
membantu siswa mengingat bentuk dan nama aksara Jawa dalam pola tersebut.
Selanjutnya guru memberikan contoh membentuk pola aksara tersebut menjadi aksara
Jawa, yaitu dengan menggabungkan titik-titik pembentuk pola dengan membuat garis
sehingga seluruh pola membentuk aksara Jawa yang utuh. Selanjutnya siswa membuat
pola aksara sendiri sesuai dengan petunjuk guru. Langkah kedua ini harus dilakukan
berulang-ulang sehingga siswa mampu menulis aksara Jawa dengan benar.
Langkah ketiga adalah berlatih menulis aksara Jawa membentuk kata.
Sebagai langkah awal berlatih menulis kata, siswa diajak menulis kata, tetapi tidak
dengan kata-kata yang kompleks. Meskipun demikian, kata sederhana yang dimaksud
haruslah kata dengan suku kata terbuka. Oleh karena itu, kata sederhana yang
diterapkan di pelatihan awal adalah kata yang terdiri atas dua sukukata terbuka,
misalnya kata hana, cara, kaya, sala, data, baka, thawa, jaya, nyapa, gama, dan dhana.
Latihan menulis kata sederhana itu juga harus dilakukan berulang kali sebelum
akhirnya dilanjutkan dengan menulis kata sederhana dengan suku terbuka terdiri atas
tiga suku kata, misalnya caraka, sagala, jayanya, bathanga, tawadha, dan magatha.
Latihan pun ditingkatkan setelah siswa dianggap menguasai sampai akhirnya diajari
menulis dengan kata sederhana suku tertutup dan aksara swara dengan menggunakan
sandhangan dan seterusnya.

Yang perlu diingat oleh guru Bahasa Jawa adalah menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan bagi siswa. Dengan mengikuti naluri anak-anak sekolah dasar,
cara mengajarkan menulis dengan aksara Jawa secara cepat dan mudah tersebut
dilakukan seperti permainan. Permainan tersebut juga harus melibatkan siswa untuk
berperan aktif. Dengan begitu, siswa akan memeroleh pengalaman belajar yang
menyenangkan, sadar, dan terarah.
Salah satu permainan yang dapat meningkatkan minat belajar anak dalam
aksara Jawa adalah Poor Game Langkah metode Poor Game adalah sebagai berikut
sebagai berikut; anak dibagi ke dalam tiga kelompok, setiap kelompok terdiri dari
sepuluh siswa. Sebelumnya setiap kelompok telah mempersiapkan  10 lintingan berisi
seluruh nama anggota kelompok. Selain lintingan, seluruh kelompok wajib
menyiapkan  kartu angka 5 sebanyak 15 lembar, angka 10 sebanyak 15 lembar, angka
20 sebanyak 10 lembar, angka 25 sebanyak 4 lembar, angka 50 sebanyak 3 lembar,
dan tiga kartu bertuliskan kata miskin. Kartu-kartu ini berfungsi sebagai poin untuk
setiap siswa yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Kartu-kartu ini kemudian
dijadikan satu dalam satu kerdus setelah sebelumnya dicampur. Agar lebih ramai, tiap
siswa diwajibkan membawa permen sebanyak lima biji. Permen tersebut dikumpulkan
dan akan diberikan pada kelompok yang berhasil mengumpulkan poin tertinggi.
Guru telah menyiapkan 10 pertanyaan yang berbeda untuk masing-masing
kelompok dan disimpan dalam 3 amplop. Setelah semua siap, permainan langsung
dimulai. Siapapun nama siswa yang tertulis di lintingan dan terambil, wajib maju ke
depan untuk membaca tulisan Jawa yang ada di lembar soal. Apabila jawaban benar,
siswa tersebut bisa mengambil salah satu kartu poin yang ada di kerdus. Poin yang
didapat kemudian ditulis di papan tulis oleh petugas pencatat. Setelah itu giliran siswa
kedua dan seterusnya, sampai seluruh siswa maju untuk mendapat giliran menjawab
pertanyaan. Berapapun poin yang dikumpulkan akan hangus apabila ada salah satu
anggota kelompok yang mengambil kartu bertuliskan kata “miskin”, kelompok
tersebut dinyatakan bangkrut dan jatuh miskin. Di akhir permainan, seluruh poin yang
dikumpulkan kemudian dijumlah. Kelompok yang berhasil mengumpulkan poin
tertinggi menjadi pemenangnya.

BABAGAN III
PUNGKASAN
3.1 Kesimpulan
Aksara Jawa yang dalam hal ini adalah aksara turunan aksara Brahmi yang
digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa,
Makasar, Madura, Melayu, Sunda, Bali, dan Sasak. Bentuk Hanacaraka yang sekarang
dipakai sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk
cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Sejarah lahirnya aksara Jawa adalah melalui
kisah Aji Saka yang bertujuan untuk mengenang dua abdinya yang setia yang
bernama Dora dan Sembada. Metode dan teknik yang dipergunakan untuk
mempermudah pembelajaran aksara Jawa di kelas rendah adalah metode
pembelajaran dengan teknik menulis menggunakan peta aksara dan melalui
permainan-permainan.
Kapustakan
Sutarsih. (2015). Pembelajaran Menulis Aksara Jawa Anak Kelas III SD. Jurnal
Penelitian Pendidikan, 27, 69-71.
Muflikhah. (24 Februari 2019). Poor Game Tingkatkan Minat Baca Aksara Jawa.
Diakses pada 13 Januari 2020 dari Jateng Pos : http://jatengpos.co.id/poor-
game-tingkatkan-minat-baca-aksara-jawa-siswa/
Saddoen, Arifin. (2019). Aksara Jawa. Diakses pada 13 Januari 2020 dari The Moon
Doggies : https://moondoggiesmusic.com/aksara-jawa/
Simanjutak, Saut. (2018). Asal Mula Aksara Jawa Hanacaraka. Diakses pada 13
Januari 2020 dari Up Radio : https://www.upradio.id/asal-mula-aksara-jawa-
hanacaraka/

Anda mungkin juga menyukai