Dipunsusun dening:
ROMBEL A
1.3 Ancasipun
1.3.1 Njlentrehake Pengertian aksara Jawa
1.3.2 Njlentrehake sejarah aksara Jawa
1.3.3 Njlentrehake Cara menyampaikan materi aksara Jawa kepada siswa kelas
rendah
BABAGAN II
ISI
Ada empat deret aksara Jawa. Setiap deret aksara Jawa tersebut terdiri atas
lima aksara. Deretan aksara Jawa tersebut disepakati dengan menyebutnya sebagai
peta aksara. Dengan peta aksara tersebut diketahui bahwa aksara ha merupakan aksara
pertama dalam deret pertama. Aksara da merupakan aksara pertama dalam deret
kedua. Aksara pa merupakanaksara pertama dalam deret ketiga. Aksara ma
merupakan aksara pertama dalam deret keempat. Diketahui pula bahwa aksara ka
merupakan aksara kelima dalam deret pertama. Aksara la merupakan aksara kelima
dalam deret kedua. Aksara nya merupakan aksara kelima dalam deret ketiga. Aksara
nga merupakan aksara kelima dalam deret keempat.
Langkah Pertama untuk memudahkan siswa memahami peta aksara adalah
dengan mengajak siswa bermain membuat peta aksara. Mula-mula siswa diperlihatkan
aksara apa saja yang ada di dalam deret aksara. Selanjutnya siswa diminta untuk
menghapalkan aksara apa saja yang ada di dalam setiap deret. Setelah mengenal
aksara setiap deret dalam peta aksara, siswa diminta untuk mengatur potongan setiap
aksara Jawa yang dibuat oleh guru sehingga membentuk peta aksara. Cara mengatur
potongan peta aksara sebanyak empat deret tersebut mula-mula dilakukan secara
berkelompok dan bergantian. Langkah berikutnya, siswa diminta untuk mengatur
potongan peta aksara secara perorangan. Langkah pertama tersebut bertujuan agar
siswa mengenal aksara Jawa dan letaknya dalam deretan peta aksara.
Langkah kedua setelah siswa diajak membuat dan memahami peta aksara
adalah membuat pola aksara. Pola aksara adalah membuat bentuk setiap aksara dalam
peta aksara dari titik-titik. Titik-titik tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga
membentuk aksara Jawa. Pola aksara tersebut dibuat dengan ukuran yang agak besar
sehingga memudahkan siswa untuk melihat dengan jelas. Tentu saja pola aksara
tersebut tetap disertai dengan nama dalam huruf Latin. Hal itu harus dilakukan untuk
membantu siswa mengingat bentuk dan nama aksara Jawa dalam pola tersebut.
Selanjutnya guru memberikan contoh membentuk pola aksara tersebut menjadi aksara
Jawa, yaitu dengan menggabungkan titik-titik pembentuk pola dengan membuat garis
sehingga seluruh pola membentuk aksara Jawa yang utuh. Selanjutnya siswa membuat
pola aksara sendiri sesuai dengan petunjuk guru. Langkah kedua ini harus dilakukan
berulang-ulang sehingga siswa mampu menulis aksara Jawa dengan benar.
Langkah ketiga adalah berlatih menulis aksara Jawa membentuk kata.
Sebagai langkah awal berlatih menulis kata, siswa diajak menulis kata, tetapi tidak
dengan kata-kata yang kompleks. Meskipun demikian, kata sederhana yang dimaksud
haruslah kata dengan suku kata terbuka. Oleh karena itu, kata sederhana yang
diterapkan di pelatihan awal adalah kata yang terdiri atas dua sukukata terbuka,
misalnya kata hana, cara, kaya, sala, data, baka, thawa, jaya, nyapa, gama, dan dhana.
Latihan menulis kata sederhana itu juga harus dilakukan berulang kali sebelum
akhirnya dilanjutkan dengan menulis kata sederhana dengan suku terbuka terdiri atas
tiga suku kata, misalnya caraka, sagala, jayanya, bathanga, tawadha, dan magatha.
Latihan pun ditingkatkan setelah siswa dianggap menguasai sampai akhirnya diajari
menulis dengan kata sederhana suku tertutup dan aksara swara dengan menggunakan
sandhangan dan seterusnya.
Yang perlu diingat oleh guru Bahasa Jawa adalah menciptakan suasana belajar
yang menyenangkan bagi siswa. Dengan mengikuti naluri anak-anak sekolah dasar,
cara mengajarkan menulis dengan aksara Jawa secara cepat dan mudah tersebut
dilakukan seperti permainan. Permainan tersebut juga harus melibatkan siswa untuk
berperan aktif. Dengan begitu, siswa akan memeroleh pengalaman belajar yang
menyenangkan, sadar, dan terarah.
Salah satu permainan yang dapat meningkatkan minat belajar anak dalam
aksara Jawa adalah Poor Game Langkah metode Poor Game adalah sebagai berikut
sebagai berikut; anak dibagi ke dalam tiga kelompok, setiap kelompok terdiri dari
sepuluh siswa. Sebelumnya setiap kelompok telah mempersiapkan 10 lintingan berisi
seluruh nama anggota kelompok. Selain lintingan, seluruh kelompok wajib
menyiapkan kartu angka 5 sebanyak 15 lembar, angka 10 sebanyak 15 lembar, angka
20 sebanyak 10 lembar, angka 25 sebanyak 4 lembar, angka 50 sebanyak 3 lembar,
dan tiga kartu bertuliskan kata miskin. Kartu-kartu ini berfungsi sebagai poin untuk
setiap siswa yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar. Kartu-kartu ini kemudian
dijadikan satu dalam satu kerdus setelah sebelumnya dicampur. Agar lebih ramai, tiap
siswa diwajibkan membawa permen sebanyak lima biji. Permen tersebut dikumpulkan
dan akan diberikan pada kelompok yang berhasil mengumpulkan poin tertinggi.
Guru telah menyiapkan 10 pertanyaan yang berbeda untuk masing-masing
kelompok dan disimpan dalam 3 amplop. Setelah semua siap, permainan langsung
dimulai. Siapapun nama siswa yang tertulis di lintingan dan terambil, wajib maju ke
depan untuk membaca tulisan Jawa yang ada di lembar soal. Apabila jawaban benar,
siswa tersebut bisa mengambil salah satu kartu poin yang ada di kerdus. Poin yang
didapat kemudian ditulis di papan tulis oleh petugas pencatat. Setelah itu giliran siswa
kedua dan seterusnya, sampai seluruh siswa maju untuk mendapat giliran menjawab
pertanyaan. Berapapun poin yang dikumpulkan akan hangus apabila ada salah satu
anggota kelompok yang mengambil kartu bertuliskan kata “miskin”, kelompok
tersebut dinyatakan bangkrut dan jatuh miskin. Di akhir permainan, seluruh poin yang
dikumpulkan kemudian dijumlah. Kelompok yang berhasil mengumpulkan poin
tertinggi menjadi pemenangnya.
BABAGAN III
PUNGKASAN
3.1 Kesimpulan
Aksara Jawa yang dalam hal ini adalah aksara turunan aksara Brahmi yang
digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa,
Makasar, Madura, Melayu, Sunda, Bali, dan Sasak. Bentuk Hanacaraka yang sekarang
dipakai sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk
cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Sejarah lahirnya aksara Jawa adalah melalui
kisah Aji Saka yang bertujuan untuk mengenang dua abdinya yang setia yang
bernama Dora dan Sembada. Metode dan teknik yang dipergunakan untuk
mempermudah pembelajaran aksara Jawa di kelas rendah adalah metode
pembelajaran dengan teknik menulis menggunakan peta aksara dan melalui
permainan-permainan.
Kapustakan
Sutarsih. (2015). Pembelajaran Menulis Aksara Jawa Anak Kelas III SD. Jurnal
Penelitian Pendidikan, 27, 69-71.
Muflikhah. (24 Februari 2019). Poor Game Tingkatkan Minat Baca Aksara Jawa.
Diakses pada 13 Januari 2020 dari Jateng Pos : http://jatengpos.co.id/poor-
game-tingkatkan-minat-baca-aksara-jawa-siswa/
Saddoen, Arifin. (2019). Aksara Jawa. Diakses pada 13 Januari 2020 dari The Moon
Doggies : https://moondoggiesmusic.com/aksara-jawa/
Simanjutak, Saut. (2018). Asal Mula Aksara Jawa Hanacaraka. Diakses pada 13
Januari 2020 dari Up Radio : https://www.upradio.id/asal-mula-aksara-jawa-
hanacaraka/