Anda di halaman 1dari 85

EDISI KETIGA

Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

PRAKATA

Buku panduan praktikum geologi dasar edisi ketiga ini merupakan


penyempurnaan dari buku petunjuk edisi pertama dan kedua. Tujuan disusunya
buku ini adalah sebagai pedoman bagi mahasiswa semester satu yang sedang
mengambil mata kuliah dan praktikum geologi dasar di Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Buku panduan praktikum ini terdiri dari sepuluh (10) mata acara yaitu; (1)
pendahuluan; (2) dasar-dasar mineralogi; (3) pengenalan batuan beku; (4)
pengenalan batuan sedimen; (5) pengenalan batuan metamorf; (6) pengenalan
fosil; (7) pengenalan peralatan geologi lapangan; (8) pengenalan peta topografi;
(9) pengenalan geologi struktur; dan (10) pengenalan geomorfologi dan geologi
foto.
Penyusun berharap, mudah-mudahan buku panduan praktikum geologi
dasar ini dapat dimanfaatkan secara optimal.

Yogyakarta, 10 Juli 2013

Penyusun
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

DFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
PRAKATA ii
DAFTAR ISI iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Tinjauan Umum 1
B. Maksud dan Tujuan Praktikum 1
C. Materi Praktikum 2

BAB 2 DASAR-DASAR MINERALOGI 3


A. Pengertian 3
B. Sifat-sifat Fisik Mineral 5

BAB 3 PENGENALAN BATUAN BEKU 15


A. Pendahuluan 15
B. Cara Pemerian Batuan Beku 16

BAB 4 PENGENALAN BATUAN SEDIMEN 24


A. Pendahuluan 24
B. Cara Pemerian Batuan Sedimen Klastik 24
C. Cara Pemerian Batuan Sedimen Non Klastik 30

BAB 5 PENGENALAN BATUAN METAMORF 33


A. Tekstur Batuan Metamorf 33
B. Struktur Batuan Metamorf 34
C. Komposisi Mineral 35
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB 6 PENGENALAN FOSIL 37


A. Pendahuluan 37
B. Jenis-jenis Fosil 38
C. Cara Pengamatan Fosil 41

BAB 7 PENGENALAN PERALATAN GEOLOGI


LAPANGAN 42
A. Kompas Geologi 42
B. Palu Geologi 46
C. Peta Lapangan 47
D. Peralatan Lain 47

BAB 8 PENGENALAN PETA TOPOGRAFI 48


A. Roman Muka Bumi 48
B. Bagian Peta Topografi 49
C. Cara Penggambaran Relief 53
D. Beberapa Pengertian Pada Beberapa Peta Kontur 53
E. Sifat-Sifat Garis Kontur 54
F. Pembuatan Profil Topografi 55
G. Cara Pembuatan Profil 55
H. Penentuan Besarnya Lereng Topografi 56

BAB 9 PENGENALAN GEOLOGI STRUKTUR 57


A. Kekar (Joint) 58
B. Sesar (Fault) 60
C. Lipatan (Fold) 63
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB 10 PENGANTAR GEOMORFOLOGI DAN CITRA


PENGINDARAAN JAUH (FOTO UDARA) 65

PENGENALAN GEOMORFOLOGI 65
A. Pendahuluan 65
B. Proses Geomorfik 65
C. Pelapukan 67
D. Gerakan Tanah 67
E. Jenis-jenis Bentangalam 70

PENGENALAN FOTO UDARA 71


A. Pendahuluan 71
B. Macam-macam Citra Pengindraan Jauh 71
C. Pencitraan Foto Udara 72
D. Faktor-Faktor Interpretasi Foto Udara 73
E. Peralatan Interpretasi Foto Udara 74

DAFTAR PUSTAKA 78
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB PENDAHULUAN
1

PENDAHULUAN

A. TINJAUAN UMUM
Geologi merupakan suatu disiplin ilmu yang menyelidiki lapisan-lapisan
batuan yang ada dalam kerak bumi.
Sebagai salah satu ilmu kebumian, geologi mempelajari segala sesuatu yang
mencakup berbagai aspek gejala, proses, dan mekanisme ataupun sifat-sifat
yang ada di permukaan bumi dengan hubungan sebab-akibat dalam lapisan
kulit bumi. Untuk itu diperlukan pengetahuan deskriptis dan logika penalaran
yang benar.
Dalam suatu proses perkembangan bumi selalu dikontrol oleh dua kekuatan
besar yang terus-menerus berlangsung dengan tiada berkeputusan, yaitu
kekuatan asal luar (tenaga eksogen) dan tenagga asal dalam (tenaga endogen).
Kedua kekuatan itulah yang menyebabkan bentuk roman muka bumi mampu
berubah-ubah sepanjang sejarah geologi.

B. MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTIKUM


Maksud praktikum geologi fisik adalah merupakan salah satu syarat
kurikulum semester I di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Tujuan praktikum geologi dasar adalah agar praktikan dapat memahami


berbagai aspek dasar kajian ilmu kebumian (ilmu geologi khususnya).

C. MATERI PRAKTIKUM
Materi praktikum yang diharapkan dapat terpenuhi secara komprehensif,
antara lain meliputi :
1. Pengenalan Mineral
2. Pengenalan Batuan Beku
3. Pengenalan Batuan Sedimen
4. Pengenalan Batuan Metamorf
5. Pengenalan Fosil
6. Pengenalan Peralatan Geologi Lapangan
7. Pengenalan Peta Topografi
8. Aplikasi Peta Topografi Terhadap Morfologi dan Struktur
(Pengantar Geomorfologi dan Citra Pengindraan Jauh + Geologi Struktur)
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB
2 DASAR-DASAR MINERALOGI

DASAR-DASAR MINERALOGI

A. Pengertian
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
mineral, atau benda padat homogen, yang mempunyai rumus kimia tertentu
dan biasanya terbentuk oleh proses alam secara anorganik.
Mineral ada yang merupakan unsur bebas dan ada yang meerupakan bentuk
persenyawaan (Leet & Judson, 1969).
Mineral sebagai unsur bebas (elemen), dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Contoh unsur bebas
Cu Cumprum Coper Tembaga
Au Aurum Gold Emas
Fe Ferrum Iron Besi
Ag Argentum Silver Perak
S Sulfur Sulfur Belerang
C Carbon Diamond Intan
C Carbon Graphite Grafit

Sebagai catatan, bahwa intan dan grafit merupakan mineral allotropi yaitu
mineral yang mempunyai rumus kimia dan sifat-sifat kimia yang sama, tetapi
mempunyai sifat fisis yang berbeda. Mineral sebagai bentuk persenyawaan
(compounds) dapat digolongkan sebagai berikut:
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

1. Persenyawaan Oksida:
SnO2 = Casiterite
H2O = Air
Al2O3 = Corundum
Fe3O4 = Magnetit
Fe2O3 = Hematit
2. Persenyawaan Silfida:
Cu2S = Calcosite
Fe S2 = Pirit
PbS = Galena
ZnS = Spalerit
3. Persenyawaan Karbonat:
CaCO3 = Kalsit
Ca,Mg ( CO3 ) = Dolomit
Mg CO3 = Magnesit
4. Persenyawaan Sulfat:
CaSO4 = Anhidrit CaSO4 2H2 = Gipsum
5. Persenyawaan Non Ferro Magnesian Silika:
SiO2 = Kuarsa
K Al Si3 O4 = Orthoklas
Ca (Al2 Si2 O8) = Anortit
Na (Al Si3 O8) = Albit
K AlSi3O10 (OHF) = Muscovit (mika putih)
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

6. Persenyawaan Feromagnesian Silika:


K2 ( Mg Fe )2 (OH)2 (Al Si3 O10 ) = Biotit
(Mg Fe)2 SiO4 = Olivin
Ca2 (MgFeAl)5(OH)2(Si Al)4 O11) = Hornblenda
Ca(MgFe)(SiO3)2((Al Fe)2O3) =Augit

B. Sifat-sifat Fisik Mineral


Mineral-mineral pembentuk batuan biasanya dapat dikenal atau dibedakan
dengan sifat-sifat fisiknya yang meliputi :
1. Belahan (Cleavage)
Kecendrungan mineral membelah diri satu arah atau lebih, dapat dilihat
pada tabel 2.
Contoh:
Muscovit dan biotit, belahan satu arah dan dapat terbelah menjadi
lempeng-lempeng tipis.
Augit, belahan dua arah yang tegak lurus.
Hornblenda, belahan dua arah yang tidak tegak lurus.
Halit, belahan tiga arah yang tegak lurus.
Kalsit, belahan tiga arah yang tidak saling tegak lurus.
Fluorit, belahan empat arah.
Sphalerit, belahan enam arah.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Tabel 2. Macam-macam belahan pada mineral


Belahan Gambar Contoh Mineral
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

2. Pecahan (Fracture)
Mineral dapat berubah melalui arah bidang belahan dan ada juga yang
terbelah secara tidak teratur. Macam-macam pecahan tersebut adalah:
Concoidal : Pecahan yang permukaan bidang pecahannya melengkung
seperti kulit kerang. Contoh : Kuarsa, opsidian
Even : Pecahan yang permukaan bidangnya rata. Contoh :
Batugamping litografi
Uneven : Pecahan yang permukaan pecahannya tidak rata. Contoh :
Garnet, Hematit
Hackly : Pecahan yang tajam dan tidak teratur. Contoh : Copper
Splintery : Pecahan seperti berserat atau berserabut. Contoh : Pektolit
Earthy : Pecahan tidak teratur dan seperti tanah. Contoh : Kaolin

Concoidal Even Uneven Hackly

Splintery Earthy
Gambar 1. Macam-macam pecahan pada mineral
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

3. Warna (Color)
Idiokromatik : Warna yang konstan (tetap)
Contoh : Olivin (hijau); Almandin (merah); Azurit
(biru); Rhodonit (merah).
Allochomatic : Warna yang bermacam-macam akibat pengotoran
Contoh : Orthoklas (kuning); Tourmalin (hijau).
4. Bentuk (Form)
Benuk mineral ada dua:
a. Mineral yang berbentuk kristal atau mineral kristalin.
b. Mineral yang tidak berbebtuk atau amorf.
Mineral kristalin mempunyai bangun:
1. Regular = Isometrik = kubus : mempunyai 3 sumbu simetri a,b dan
c; di mana a = b = c dan saling tegak lurus. Contoh: Galena (PbS),
Halit (NaCl), Pirit (FeS).
2. Tetragonal = Balok: mempunyai 3 sumbu simetri a, b dan c; a=b≠c
atau a≠b=c serta semua sumbu saling tegak lurus. Contoh: Zircon
(Zr SiO4).
3. Hexagonal: mempunyai 4 sumbu simetris a, b, c dan d; di mana
a=b=c membentuk sudut 60o; a, b, c terletak pada bidang datar,
sedang d tegak lurus bidang datar tersebut yang menembus pada titik
potong sumbu a, b, c; d≠a=b=c. Contoh: Kuarsa (SiO2), dan Kalsit
(CaCO2).
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

4. Orthorombic=Rombis: mempunyai 3 sumbu a, b dan c; di mana


a≠b≠c serta semua sumbu saling tegak lurus. Contoh: Topas
(Al2SiO4(FOH)2), Enstatit (Mg2(Si2O6)).
5. Monoclinic=Monoklin: mempunyai 3 sumbu a, b dan c; di mana
a≠b≠c; a tegak lurus b dan kedunya terletak dalam satu bidang datar,
sedangkan sumbu c tidak tegak lurus bidang tersebut. Contoh: Augit
(Ca(Mg,Fe) (SiO3)2 ((Al,Fe)2 O3)x).
6. Triclinic=Triklin: mempunyai 3 sumbu a, b dan c; di mana a≠b≠c;
a,b dan c saling tidak tegak lurus. Contoh: Albit (Na(AL Si3O8)),
anorthit (Ca(Al2Si2O8).

Kubus Tetraginal Hexagonal

Orthorombik Monoklin Triklin


Gambar 2. Macam-macam bentuk mineral
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

5. Cerat (Streak)
Cerat (streak) adalah warna mineral dalam bentuk bubuk, ini bisa
didapatkan dengan cara menggoreskan mineral pada keping porselin
Cerat yang mempunyai warna yang tetap walaupun warna mineral
berubah-ubah.
Contoh: Cerat hematit merah kecoklatan, cerat augit abu-abu hijau, dll.
6. Kilap/Kilat (Luster)
Kilap adalah kenampakan mineral yang ditunjukkan oleh pantulan cahaya
yang diterimanya. Dibagi dua kelompok:
a. Kilap logam (metallic luster)
Contoh: Galena, pirit, magnetite, chalcopyrite.
b. Kilap bukan logam (nonmetallic luster)
Contoh: Kilap intan (adamatic luster): Intan. Kilap kaca (vitreous
luster): Kuarsa, Kalsit. Kilap sutera (silky luster): Asbestos. Kilap
damar (resinous luster): Sphalerit. Kilap mutiara (pearly luster):
Dolomit. Kilap lemak (greasy luster): Talk.

Kilap logam Kilap non logam


Gambar 3. Macam-macam kilap mineral
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

7. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap goresan. Biasanya mineral
yang diuji dibandingkan dengan mineral yang sudah menjadi standar
kekerasan (skala kekerasan) yaitu skala kekerasan dari Mosh (Tabel 3).

Tabel 3. Skala kekerasan menurut Mosh


Skala Rumus
Mineral
kekerasan hapalan
1 Talc (H2Mg3(Si O3)4) Tal
2 Gypsum (Ca SO4 2H2O) Gip
3 Calcite (Ca CO3) Cal
4 Fluorite (Ca F2) Flu
5 Apatite (Ca F2 Ca2(PO4)2) Ap
6 Orthoclase (K Al Si3O8) Or
7 Quartz (SiO2) Kuar
8 Topaz (Al2SiO2(FOH)2) Top
9 Corundum (Al2O3) Cor
10 Diamond (C) Dia

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas, maka di bawah ini akan
disajikan beberapa standar kekerasan sebagai berikut;
- Kuku jari = 2,5. - Uang logam tembaga = 3.
- Pisau baja = 5,5 – 6. - Pecahan kaca jendela = 5,5 – 6.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

8. Perawakan Mineral
a. Pemerian perawakan kristal tersendiri:
1) Merambut (Capilary)
2) Menjarum (Acicular)
3) Membenang (Filliform)
4) Membilah (Bladed)
5) Memapan (Tabular)
6) Mendaun (Foliated)
7) Membulu (Plumose)
8) Montok (Gemuk, Stubby, Equant, Stout)
9) Membata (Blocky)
10) Meniang (Columnar)

b. Pemerian perawakan kristal-kristal dalam kumpulan mineral:


1) Meniang (Columnar) 9) Membulat-bulat (Colloform)
2) Membilah (Bladed) a) Mementeng (Brotoidal)
3) Menyerat (Fibrous) b) Mengginjal (Reniform)
4) Menjaring (Recticulated) c) Mendada (Mammilary)
5) Memencar (Divergent) d) Membolo (Globular)
6) Menjari (Radiated) e) Membutir (Granular)
7) Membintang (Stellated) f) Memisolite (Pisolitic)
8) Mendendrit (Dendritik)
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Filliform/Capillary Acicular Bladed

Stubby/Blocky/Tabular Foliated Plumose

Columnar Granular Fibrous

Stellated Dendritic Reticulated


Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Globular/Brotoidal Equant/Stout Mammilary

Radiated/Divergent
Gambar 4. Macam-macam perawakan mineral

9. Berat Jenis (Spesific Garvite)


Cara pengukuran berat jenis suatu mineral ada beberapa macam, antara
lain: dengan Piknometer, gelas ukur, atau neraca air.
Secara umum pengukuran berat jenis adalah sebagai berikut:
1. Mineral ditimbang, misal x gram
2. Mineral di dalam air ditimbang, misal y gram
Berat mineral – berat volume air = vol butir mineral tsb.

Berat x
BJ =
Berat x – Berat y
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB
3 PENGENALAN BATUAN BEKU

Batuan adalah bahan yang menyusun kerak bumi dan merupakan suatu
agregat/kumpulan mineral yang telah mengeras. Batuan di alam ada 3 macam
yaitu batun beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Untuk bab 3 khusus
dibahas batuan beku.
A. Pendahuluan
Batuan beku adalah penyusun bumi terbesar, terjadi karena terjadi karena
pembekuan/pendinginan magma jauh di bawah permukaan bumi, dekat
permukaan atau di permukaan bumi. Batuan beku yang terbentuk jauh dari
permukaan bumi disebut batuan beku plutonik, yang dekat dengan
permukaan bumi disebut batuan beku hypabisal, sedang batuan beku yang
terbentuk di permukaan bumi disebut batuan beku volkanik.

Gambar 5. Macam-macam batuan beku


Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

B. Cara Pemerian Batuan Beku


Diskripsi batuan beku meliputi:
1. Tekstur
2. Struktur
3. Komposisi
1. Tekstur: dapat ditunjukkan oleh derajat kristalisasi, granuralitas, fabrik
dan hubungan kristal.
a. Drajat Kristalisasi terbagi menjadi 3 macam:
1) Holokristalin: Batuan yang terdiri dari masa kristal seluruhnya.
2) Hipokristalin: Batuan yang terdiri dari sebagian masa kristal
dan sebagian lagi masa gelas.
3) Holohialin: Batuan yang terdiri dari masa gelas seluruhnya.

Tabel 4. Drajat kristalisasi


Drajat Kristalisasi Gambar

a. Holokristalin
a.

b. Hipokristalin Kristal

b.

c. Holohialin
Gelas
c.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

b. Granularitas (Grain size) terbagi 2 macam:


1) Fanerik (Fanerokristalin): Kristal-kristalnya jelas, hingga dapat
dibedakan dengan mata biasa.
2) Afanitik (Aphanitic): Kristal-kristalnya sangat halus, sehingga
tidak dapat dibedakan dengan mata biasa.
c. Bentuk kristal (Fabric) terbagi 3 macam:
1) Anhedral: Batas kristalnya tidak tampak.
2) Subhedral: Batas kristal sebagian tidak tampak.
3) Euhedral: Batas kristal-kristalnya terlihat jelas oleh bidang
mineralnya.

Kristal anherdal Kristal subhedral Kristal euhedral

Gambar 6. Macam-macam bentuk kristal

d. Hubungan Kristal (Relasi): merupakan hubungan kristal satu dengan


kristal yang lain, dan dubagi 2 macam:
1) Equigranural: ukuran kristalnya relatif sama besar, yang
termasuk dalam equigranural:
a) Panidiomorphic granural: bila mineralnya euhedral
b) Hipidiomorphic granural: bila mineralnya subhedral
c) Allotriomorphic granural: bila mineralnya anhedral
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

2) Inequigranural: ukuran mineralnya tidak sama besar, yang


termasuk dalam inequigranural:
a) Porfiritik: Fenokris dalan massa ddsar/matrik kristal-kristal
kecil (faneroporfiritik)
b) Vitroferik (Vitrophyric): Fenokris (mineral sulung) dalam
massa dasar/matrik gelas
c) Poilikitik: Fenokris diinklusi oleh mineral lain yang lebih
kecil.
d) Glomeroporphyritic: Fenokris mengumpul.

Tabel 5. Hubungan kristal (inequigranular)


Hubungan kristal (inequigranular) Gambar

Kristal
a. Porfiritik
a.

b. Vitroferik Gelas

b.

c. Poilikitik
c.

d. Glomeroporphyritic

d.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

2. Struktur, terlihat jelas di lapangan, sedangkan yang dilihat di


laboratorium adalah:
a. Masif: tidak berlobang atau ada struktur aliran
b. Vasikuler: berlubang oleh pelepasan gas, lubang tertur
c. Skoria: berlubang besar tidak teratur
d. Amigdaloidal: lubang gas terisi mineral
e. Xenolitis: batuan beku diinklusi pecahan batuan lain.

Masif

Amigdaloidal
Vesikuler

Skoria

Xenolitis

Gambar 7. Macam-macam struktur batuan beku


Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

3. Komposisi mineral, didasarkan pada 3 macam:


a. Berdasarkan terbentuknya terdiri dari :
1) Mineral utama (Essential mineral): mineral penentu
penamaan batuan. Contoh: Kuarsa, feldspar, mika, amphibol,
piroksin, dan olivin.
2) Mineral sekunder (Secondary mineral): mineral yang
terbentuk dari mineral primer yang mengalami proses
pelapukan, hidrotermal atau metamorfisme.
Contoh: Kalsit, serpentin, klorit, serosit dan koalin.
3) Mineral tambahan (Accessorys mineral): mineral yang
terbentuk oleh kristalisasi magma (kehadiran mineral ini ±
5%). Contoh: hematit, magmatit, kromit, apatit, zikron, rutil,
dan ilmenit
b. Berdasarkan terang-gelap warna dibagi menjadi asam dan basa
1) Mineral asam (Felsic): Kaya akan silika dan alumina, warna
cerah, mineral cerah: kuarsa, feldspar (ortoklas), feldspar
(plagioklas), atau muscovit (mika putih)
2) Mineral basa (Mafic): Kaya akan besi, magnesium dan
kalsium, warna gelap, contoh: biotit (mika hitam), piroksin
(augit), amphibol (hornblenda) atau olivin.
Perkacualian: Dunit (batuan beku basa; warna terang) dan
Obsidian (batuan beku asam; warna gelap).
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

c. Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan silika

Tabel 6. Klasifikasi batuan beku berdasarkan persentase silika(SiO2)


No Jenis batu beku Kandungan silika
1. Asam (acid) > 66 %
2. Itermediate 52 – 66 %
3. Basa (basic) 45 – 52 %
4. Ultrabasa < 45 %

Mineral-mineral yang menyusun batuan beku menurut Bowen tersusun dalam


urutan kristalisasi yang terkenal dengan nama Seri Reaksi Bowen.

Gambar 8. Seri Reaksi Bowen


Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Kelompok batuan berdasarkan mineralnya:


Batuan ultra basa: (Olivin-Piroksen); Batuan basa: (Olivin-Piroksin-Plag,
Olivin-Plag, atau Piroksen-Plag); Batuan intermediet: (Piroksen-Hornblenda-
Plag, Hornblenda-Plag, Hornblenda-Biotit-Plag.-<< Kuarsa.); Batuan asam:
(Hornblenda-Biotit-Muskovit-Kuarsa, Biotit-Muskovit-K.Felspar-Kuarsa, atau
Biotit-Muskovit-kuarsa).
Ciri-ciri Mineral Seri Bowen:
 Olivin (Hijau transparan, hijau tua, berbantuk butiran).
 Piroksin (Hijau tua-hitam, dimensi besar, agak buram, berbentuk
prismatik pendek/panjang).
 Hornblenda (Hitam, dimensi kecil, agak terang, prismatik, menyudut,
berbutir kecil, jaraknya renggang).
 Biotit (Hitam, mengkilap, terang, berlembar, mudah dicongkel).
 Muskovit (Putih, mengkilap, terang, berlembar, mudah dicongkel).
 K.Felspar (Kemerahan-putih, keruh).
 Kuarsa (Transparan-bening, bentuk tak beraturan, berbutir).
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Tabel 6. Klasifikasi batuan beku menurut Russell B. Travis.


Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB
4 PENGENALAN BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen adalah batuan terbesar nomor dua setelah batuan beku.
Kebanyakan tersingkap di permukaan bumi. Sehingga seakan-akan batuan
sedimen lebih banyak dari batuan beku.
A. Pendahuluan
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi hancuran
batuan lain (dentritus) atau karena hasil proses kimiawi maupun biokimiawi.
Dibagi menjadi 2 macam berdasarkan atas asalnya:
1. Batuan sedimen klastik (tekstur klastik): batuan sedimen yang tersusun
oleh hasil hancuran (fragmen) batuan lain yang sudah ada terlebih dahulu
(batuan asal) baik dari batuan beku, sedimen, maupun metamorf.
Umumnya telah mengalami transportasi atau perpindahan.
2. Batuan sedimen nonklastik (tekstur nonklastik): batuan sedimen yang
tersusun oleh hasil reaksi tertentu, baik bersifat anorganis, biokimiawi,
atau biologis. Umumnya merupakan hasil litifikasi dari koloid dan belum
mengalami transportasi atau perpindahan.
B. Cara Pemerian Batuan Sedimen Klastik
Pemerian batuan sedimen klastik didasarkan pada:
1. Tekstur
2. Struktur
3. Komposisi mineral
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

1. Tekstur: suatu kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan


bentuk butir serta susunannya (Pittijohn, 1975), tekstur meliputi:
a. Ukuran butir (grain size) dalam pemerian ukuran butir memakai
skala yang dibuat oleh Wentworth (1922). Tabel 7.

Tabel 7. Skala Wentworth (1922)


Besar butir
Nama fragmen Nama batuan
 (mm)
 256 Boulder/bongkah
128   256 Large couble/brangkal
64   128 Small couble Breksi/
32   64 Very large pebble Konglomerat
16   32 Large pebble/kerikil
8   16 Medium pebble
Small pebble
4   8
Granule
2   4
1   2 Very coarse sand
1/2   1 Coarse sand
1/4   1/2 Medium sand Pasir/
1/8   1/4 Fine sand Batupasir
1/16   1/8 Very fine sand

1/32   1/16 Coarse silt


1/64   1/32 Medium silt Lanau/
1/128   1/64 Fine silt Batulanau
1/256   1/128 Very fine silt

1/512   1/256 Clay


1/1024   1/512 Medium clay Clay/lempung/
 1/1024 Fine clay Batulempung
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

b. Drajat pemilahan (sortasi): keseragaman besar butir dalam


batuan sedimen, untuk pemilahan dipakai istilah:
1) Pemilahan sangat baik (very well sorted)
2) Pemilahan baik (well sorted)
3) Pemilahan sedang (moderately sorted) dan
4) Pemilahan jelek (poorly sorted).

Gambar 9. Drajat pemilahan (sortasi)

c. Kebundaran (rounding): nilai dari membulat atau meruncingnya


butiran, untuk kebundaran dipakai istilah:
1) Sangat menyudut (very angular)
2) Menyudut (angular)
3) Menyudut tanggung (subangular)
4) Membulat tanggung (subrounded)
5) Membulat (rounded)
6) Sangat membulat (well rounded)
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Gambar10. Kebundaran (rounding)

d. Kemas: hubungan antar butir dalam mineral batuan sedimen, ada 2


macam:
1) Kemas terbuka: hubungan antar butiran materialnya tidak saling
bersinggungan.
2) Kemas tertutup: hubungan antar butiran materialnya saling
bersinggungan.

Kemas terbuka Kemas tertutup


Gambar 11. Hubungan antar butir (kemas)
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

2. Struktur: merupakan tekstur dalam dimensi yang lebih besar, di mana


umumnya berhubungan dengan unsur-unsur luar. Macam-macam
struktur batuan sedimen:
a. Masif: apabila tidak terlihat struktur dalam atau ketebalan lebih dari
120 cm.
b. Perlapisan: terjadi karena adanya variasi warna, perbedaan besar
butir, perbedaan komposisi mineral ataupun perubahan macam
batuan, terdiri atas:
1) Perlapisan sejajar: bidang perlapisan sejajar.
2) Perlapisan pilah (graded bedding): bergradasi halus ke kasar.
a) Normal graded bedding.
b) Inverse graded bedding.
c) Ungraded.
3) Perlapisan silang siur (current bedding): perlapisan yang
saling berpotongan.
4) Laminasi (lamination): perlapisan yang berukuran lebih kecil
dari 1cm.
5) Gelembur gelombang (ripple mark): struktur di mana pada
permukaan bidang perlapisan nampak bergelombang.
c. Berfosil: apabila tercirikan oleh kandungan fosil yang
memperlihatkan orientasi tertentu.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Normal graded bedding Inverse graded bedding

Current bedding Berfosil

Perlapisan/Laminasi Ripple mark

Gambar 12. Macam-macam struktur batuan sedimen klastik


Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

3. Komposisi mineral: dibedakan menjadi :


a. Fragmen: butiran yang besar, dapat sebagai butiran mineral, batuan
atau fosil.
b. Matrik: butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan
biasanya terletak di antara fragmen.
c. Semen: bahan pengikat matrik dan fragmen. Ada 3 macam semen
yaitu semen karbonat (kalsit, dolomit), semen silika (kuarsa), dan
semen oksida besi (siderit).

Fragmen

Matrik

Semen

Gambar 13. Komposisi pada batuan sedimen klastik

C. Cara Pemerian Batuan Sedimen Non Klastik: pemerian sama dengan di


atas, didasarkan pada:
1. Tekstur
2. Struktur
3. Komposisi mineral
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

1. Tekstur, meliputi:
a. Amorf (tidak kristalin)
b. Kristalin, didasarkan pada skala Wentworth (1922)

Tabel 8. Skala Wentworth (1922)


Ukuran butir (mm) Nama butiran
>2 mm Kasar
1/16 – 2 Sedang
1/256 – 1/16 Halus
<1/1256 Sangat halus

2. Struktur, karena terbentuk dari proses kimia ataupun organik, maka


strukturnya ada 3 macam:
a. Berfosil (fosilliferous): terdiri dari fosil-fosil yang relatif masih
utuh.
b. Oolitis: fragmen-fragmen klastik diselubungi oleh mineral non
klastik (biasanya mineral karbonat), dengan ukuran lebih kecil dari
2 mm dan bersifat konsentris.
c. Pisolitis: seperti oolitis, tapi ukurannya lebih besar dari 2 mm.

Berfosil Oolitis Pisolitis


Gambar 14. Macam-macam struktur batuan sedimen nonklastik
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

3. Komposisi mineral: komposisi mineral sederhana, karena hasil


kristalisasi dari larutan kimia. Contoh: batugamping (kalsit, dolomit),
gypsum (mineral gypsum), chert (kalsedon) dsb.

Batugamping Gypsum Chert


Gambar 15. Komposisi pada batuan sedimen nonklastik

Tabel 9. Klasifikasi batuan sedimen


Ukuran butit atau
Asal Tekstur Nama batuan
komposisi mineral
Granulae atau lebih besar Breksi, Konglomerat
Dentrital

Pasir Batupasir
Klastik

Lanau Batulanau
Lempung Batulempung
Kalsit Batugampung kristalin
Anorganik

Dolomit Dolomit
Nonklastik
Kimiawi

Halit Garam batu


Gypsum Gypsum
Biokimia

Kalsit Batugamping koral dsb.


Sisa tumbuhan Batubara
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB
5 PENGENALAN BATUAN METAMORF

Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh perubahan tekanan dan
temperatur yang tinggi dalam kulit bumi dari batuan yang sudah ada. Perubahan
ini akan menimbulkan perubahan tekstur, struktur, dan komposisi mineral. Faktor-
faktor penyebab terjadinya metamorfisme adalah panas/temperatur/suhu, tekanan
(pressure), tegangan (stress), shear, dan aktivitas pelarutan secara kimia.
Jenis-jenis metamorfose:
1. Metamorfose kontak/thermal/sentuh, ditemukan pada tepi-tepi tubuh batuan
beku intrusi, seperti batholith. Contoh: Marmer, Hornfels.
2. Metamorfose dislokasi/kinematik, terjadi dekat zona deformasi yang
intensif dan dislokasi ditemukan di sepanjang zona sesar. Contoh: Milonit.
3. Metamorfose regional, terjadi pada daerah yang sangat luas/ribuan
kilometer pada pegunungan lipatan. Terbentuk jauh di kedalaman kerak
bumi. Muncul di permukaan akibat pengangkatan dan erosi. Contoh: Sekis.

A. Tekstur batuan metamorf


Terbagi menjadi:
1. Lepidoblastik, tekstur di mana mineral-mineral penyusun berbentuk
pipih. Contoh: Sekis mika.
2. Nematoblastik, tekstur di mana mineral-mineral penyusun berbentuk
prismatik (piroksen, hornblenda), contoh: Sekis horblenda.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

3. Granoblastik, tekstur di mana mineral-mineral penyusun membutir/


granular (kuarsa, felspar, kalsit). Contoh : Kuarsit
4. Hornfelsik, tekstur yang tidak menunjukkan penjajaran, tetapi mineral-
mineral penyusun membutir/granular. Contoh: Hornfels.

Lepidoblastik Nematoblastik Granoblastik Hornfelsik


Gambar 16. Tekstur batuan metamorf

B. Struktur batuan metamorf


Terjadi sebagai penyesuaian dengan kondisi baru akibat tekanan dan
temperatur. Ada 2 jenis struktur:
1. Struktur non foliasi, struktur yang tidak menunjukkan adanya
penjajaran mineral dan batuan masif. Ini terjadi akibat batuan kontak
dengan tubuh intrusi batuan beku. Batuan yang terbentuk biasanya
berbutir halus, dan batuan berasal dari batuan asal yang mempunyai
mineral tunggal seperti gamping, sehingga tidak terbentuk mineral baru,
tetapi kristal-kristal yang kecil tumbuh lebih besar dalam tekstur
interlocking menjadi batuan baru. Contoh Batugamping jadi Marmer.
2. Struktur foliasi, menunjukkan penjajaran mineral. Ada 3 macam:
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

a. Slaty cleavage: struktur yang diekspresikan oleh kecenderungan


batuan metamorf yang berbutir halus untuk membelah sepanjang
bidang subparalel yang diakibatkan oleh orientasi penjajaran dari
mineral-mineral pipih yang kecil seperti mika, talk atau klorit.
Contoh: Slate/Batusabak.
b. Schistosity: struktur sifatnya mirip dengan di atas, tetapi mineral-
mineral pipih kebanyakan lebih besar dan secara keseluruhan batuan
metamorf ini tampak menjadi lebih kasar/medium. Contoh: Sekis.
c. Gneissic: struktur yang dibentuk oleh perselingan lapisan yang
komposisinya berbeda dan berbutir kasar (feldspar, kuarsa). Contoh:
gneiss.

Slaty cleavage Schistosity Gneissic


Gambar 17. Struktur batuan metamorf

C. Komposisi mkineral
Pada umumnya mineral yang terbentuk adalah kuarsa, mineral mika, feldspar,
klorit, amphibol, dan piroksin.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Dalam mendeskripsi batuan metamorf secara megaskopis (mata telanjang),


sedikit mengalami kesulitan. Cara mudah untuk menentukan komposisi
mineral pada batuan metamorf pada hakekatnya:
 Mineral anti stress (Non- foliasi): kuarsa, kalsit, feldspar, olivine, dll.
 Mineral Stress (foliasi): Hornblende, mika, kyanit, zeolite, klorite,
serpentin, epidot, dll.

Tabel 10. Nama-nama batuan metamorf, tekstur batuan, derajat metamorfosa, serta
batuan asal.
Batuan Derajat
Tekstur Batuan Asal
Metamorfik Metamorfosa
Slate Foliasi Rendah Serpih (Shale)
Phyllite Foliasi Rendah – sedang Serpih (Shale)
Mica Schist Foliasi Sedang – tinggi Serpih (Shale)
Gneiss Foliasi Tinggi Granit, Andesit
Batugamping,
Marble Non-foliasi Rendah – tinggi
Dolomit
Quartzite Non-foliasi Sedang – tinggi Batupasir Kuarsa
Amphibolite Non-foliasi Sedang – tinggi Basalt, Gabro
Chlorite Schist
Foliasi Rendah Basalt
(Green schist)
Hornfels Non-foliasi Metamorfosa kontak Semua jenis batuan
Talc schist Foliasi Rendah Peridotit
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB
6 PENGENALAN FOSIL

A. Pendahuluan
Definisi fosil adalah sisa/ jejak/ bekas hewan/ tumbuhan yang hidup pada
masa geologi yang lampau yang terawetkan/ tertimbun/ tersimpan secara
alamiah. Batas antara masa lampau dan masa kini adalah pada awal Holosen,
atau kira-kira 11.000 tahun yang lalu. Bagian ilmu geologi yang menguraikan
penyelidikan dan interpretasi fosil adalah paleontologi.
Penggunaan fosil yang sangat penting yaitu: untuk menentukan umur relatif
suatu batuan dan menentukan keadaan lingkungan dan ekologi batuan pada
waktu terbentuknya.
Suatu makhluk hidup potensial menjadi fosil karena beberapa faktor, yaitu:
1. Organisme memiliki bagian dalam yang keras, cangkang atau kulit yang
keras yang dapat terawetkan bisa berupa gigi, cangkang, tulang atau
jaringan kayu pada tanaman.
2. Organisme segera terkubur oleh material yang dapat menahan terjadinya
pembusukan di dalam lingkungan pengendapan atau belum
tertransportasi dari tempat awal orgnisme tersebut terkubur.
3. Organisme tersebut harus terhindar dari kehancuran setelah mati atau
utuh.
4. Terbentuk pada kondisi an-aerob (tanpa oksigen) pada sedimen berbutir
halus.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

B. Jenis-jenis fosil
Berdasarkan tipe pengawetannya, fosil dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu:
1. Fosil tidak terubah, semua bagian organisme atau hewan yang
terawetkan, baik yang lunak maupun yang keras. Contoh: Mammoth
yang terawetkan di dalam es di Siberia.

Gambar 18. Fosil yang tidak terubah

2. Fosil yang mengalami perubahan, dapat berupa:


a. Permineralisasi, fosil yang dimana pori-porinya terisi oleh mineral
sekunder.
b. Replacement (penggantian), mineral sekunder mengganti semua
material fosil. Hasilnya hampir sempurna seperti jiplakan fosil asli.
c. Rekristalisasi, fosil yang sebagian atau keseluruhan material
mengalami rekristalisasi.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Permineralisasi Replacement Rekristalisasi


Gambar 19. Fosil yang mengalami perubahan

3. Fosil berupa fragmen, berupa fragmen dalam batuan sedimen yang


dapat berubah dan tidak berubah.
4. Fosil berupa jejak/bekas, fosil tidak hanya sisa kehidupan, tetapi juga
jejak dari kehidupan, sebagai tanda adanya kehidupan antara lain:
a. “Mold”, “Cast”, dan “Imprint”
“Mold” adalah cetakan dari fosil, cetakan luar disebut “external
mold”, cetakan dalam disebut “internal mold”.
“Cats” adalah mold yang terisi oleh mineral sekunder membentuk
jiplakan fosil aslinya secara kasar, bagian luar disebut “external
cats”, bagian dalam disebut “internal cats”.
“Imprint” adalah jejak di mana organisme terjebak dalam sedimen
halus dan dapat meloloskan diri.
b. “Track”, “Trail”, dan “Burrow”
“Track” dan “Trail” jejak pada permukaan organisme pada batuan
sedimen lunak yang berupa tapak dan seratan.
“Burrow” adalah jejak penggalian lubang oleh organisme.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

c. “Coprolite”, kotoran hewan yang terfosilkan dan dapat dipakai


untuk mengetahui tempat/ lingkungan hidupnya.
d. “Fosil kimia” jejak asam organik yang tersimpan dalam batuan
prakambrium.

Mold and Cast Track

Burrow Coprolite
Gambar 20. Fosil berupa jejak/bekas
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

C. Cara Pengamatan Fosil


Fosil yang terdapat di alam mempunyai ukuran yang beragam, dari yang
besar hingga kecil, sehingga perlu alat untuk melihatnya.
Cara pengamatan dibagi 2 cara:
1. Makro paleontologi, pengamatan tidak perlu alat bantu (mikroskop).
2. Mikro paleontologi, pengamatan perlu menggunakan mikroskap.

Pada dunia organik kehidupan di alam dibagi menjadi 2 kelompok besar


(kingdom) yaitu animal/ binatang dan plant/ tumbuhan. Kerajaan besar ini
dibagi lagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dengan urutan sebagai
berikut:

Kingdom
Phylum
Class
Order
Family
Genus
Spesies

Semakin ke bawah semakin banyak pembagiannya.


Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB
7 PENGENALAN PERALATAN
GEOLOGI LAPANGAN

Dalam melakukan pekerjaan lapangan seorang geologiawan harus mengetahui


alat-alat geologi lapangan. Yang paling utama adalah palu dan kompas. Palu
digunakan untuk memecahkan sempel batuan. Palu geologi ada dua jenis, palu
batuan sedimen dan palu batuan beku. Peralatan lain adalah tas, peta, pita ukur,
lensa pembesar, buku catatan lapangan, penggaris, dan botol untuk larutan HCL.
A. Kompas Geologi
Ada beberapa model antara lain kompas Brunton (amerika), kompas
Meridian (swiss), kompas Chaix Universelle (prancis), dan kompas Silva
(swedia).

Gambar 21. Kompas geologi Brunton dan bagian-bagiannya


Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Dipakai untuk menentukan arah, kemiringan lereng, kedudukan struktur


perlapisan, bidang sesar, bidang kekar, foliasi dan masih banyak lagi. Bagian
kompas yang selalu ada pada kompas geologi yang baik adalah lingkaran
derajat, jarum kompas, dan klinometer. Kompas yang sering dipakai oleh kita
adalah kompas brunton yang lingkaran derajatnya dibagi 0o – 360o anka 0o
pada North (N), angka 90o pada East (E), angka 180o pada South (S), angka
270o pada West (W) tipe ini disebut tipe azimuth.
1. Mengatur deklinasi, deklinasi adalah sudut yang terbentuk oleh Utara
magnetik (Magnetic North) dan Utara sebenarnya (True North), untuk itu
kompas harus di koreksi. Koreksinya adalah putar lingkaran derajat
sebesar deklinasi yang ada pada peta tempatkan pada indek pin. Yang
mula-mulanya pada angka mungkin 0o.
TN N
MN
E W

2. Menentukan bearing, adalah arah kompas dari satu titik ke titik yang
lainnya. Kompas brunton, bearing ditunjukkan oleh arah sighting arm
dan besarnya dapat dibaca pada jarum Uutara kompas. Untuk membaca
bearing dengan teliti, ada tiga hal yang harus diperhatikan: (1) kompas
harus dalam keadaan paras (level); (2) titik pandang harus terpusat tepat
pada objeknya; (3) jarum kompas harus terletak mendatar. Prosedur
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

pengukuran: (1) kompas dibuka hingga cermin, terbuka dan keluarkan


sighting arm; (2) pegang kompas sepinggang dan arahkan pada ojek;
(3)masukkan objek pada sighting arm yang berimpitan dengan axial line;
(4) usahakan kompas dalam keadaan level (masukkan gelembung air ke
bull’s eye); (5) baca jarum Utaranya.

Gambar 22. Cara memegang kompas dalam menentukan bearing

3. Menentukan jurus dan kemiringan bidang, jurus adalah garis yang


dibentuk oleh perpotongan bidang mendatar dan permukaan bidang yang
diukur, sedangkan kemiringan adalah kecondongan permukaan bidang
yang tegak lurus jurus. Pengukuran jurus dan kemiringan bidang pada
bidang miring curam dan landai berbeda. Pada bidang miring curam
carany: (1) letakkan kompas yang bersisi East (E) pada permukaan
bidang dan dibaca; (2) gunakan kompas sebagai klinometer untuk
mengukur besarnya kemiringan bidang itu. Tepatkan tepi kompas pada
bagian West (W) dengan arah tegak lurus jurus dan putar tuas klinometer
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

sampai keadaan level dan dibaca. Pada bidang miring landai (kurang dari
10o) caranya; (1) carilah jurus bidang yang diukur (garis mendatar pada
bidang itu) dengan menggunakan kompas sebagai klinometer, yaitu
dengan meletakkan arah kemiringan nol pada bidang itu. Beri tanda
dengan garis pada permukaan bidang itu ditepi kompas dengan pensil.
Garis itu adalah bidang yang diukur; (2) selanjutnya tempelkan sisi
kompas yang tertulis East (E) tepat pada garis itu, baca dan catat angka
yang ditunjukkan oleh jarum Utara kompas; (3) gunakan kompas sebagai
klinometer, letakkan tepi kompas dengan arah tegak lurus jurus,
kemudian putar tuas klinometer sampai keadaan level.

Gambar 23. (a) Cara mengukur jurus perlapisan dan (b) kemiringan perlapisan

4. Menentukan kedudukan struktur garis, cara pengukurannya sebagai


barikut; (1) tempatkan tepi bunu catatan lapangan atau mapboard
sepanjang struktur garis yang diukur, pegang buku secara tegak,
kemidian tempelkan sisi East (E) kompas pada buku, baca angka yang
ditunjukkan jarum utara dan dicatat, ini adalah trend struktur garis; (2)
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

gunakan kompas sebagai klinometer, dengan tempatkan kompas


sepanjang struktur, putar tuas klinometer sampai level dan dibaca angka
kemiringannya.

5. Mengukur kemiringan lereng, pengukuran besar sudut lereng dapat


dilakukan dengan cara; (1) buka kompas dengan cermin membuka lebih
kurang 45o terhadap kompas, keluarkan sighting arm dan peep sight
ditegakkan; (2) pegang kompas dalam suatu bidang vertikal, dengan
sighting arm ke arah mata; (3) lihat lewat jendela pembidik (sighting
window) dan temukan objek yang dicari. Apabila ditemukan, putar tuas
klinometer sampai level. Baca dan tulis yang ditunjukkan oleh
klinometer, angka tersebut adalah sudut lereng yang diukur.

B. Palu Geologi
Palu geologi secara kegunaannya dan jenisnya ada 2 macam palu. Palu
pertama untuk batuan yang keras yang disebut palu beku dengan berat 1,8 kg.
Palu untuk batuan beku mempunyai dua mata palu, yang salah satunya
tumpul dan yang lainnya runcing, ini digunakan untuk memecah batuan yang
keras. Palu yang kedua untuk batuan lunak yang disebut palu sedimen dengan
berat 0,7 – 1,2 kg. Mempunyai kenampakan hampir sama tetapi pada salah
satu mata palunya mempunyai ujung yang pipih, ini digunakan untuk
mencongkel batuan yang lunak.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Palu Beku Palu Sedimen

Gambar 24. Palu geologi

C. Peta Lapangan
Peralatan yang sangat perlu setelah kedua alat di atas adalah peta lapangan.
Peta yang yang digunakan biasanya adalah peta topografi yang mempunyai
skala peta 1:25.000 atau 1:50.000.

D. Peralatan Lain
Adalah tas untuk tempat bekal dan catatan lapangan, lensa pembesar denagn
pembesaran 5x dan 35x, larutan HCl 0,1 mol, dan alat lain yang diperlukan.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB
8 PENGENALAN PETA TOPOGRAFI

Peta adalah gambaran atau dimensi dari suatu obyek yang dilihat dari atas dan
ukurannya direduksi. Peta topograpi adalah suatu peta yang memperlihatkan
kedaan bentuk, penyebaran roman muka bumi dan dimensinya.
Unsur-unsur penting pada peta topografi:
A. Roman muka bumi ( earth features), meliputi:
1. Relief: perbedaan tingi rendah suatu tempat dengan tempat yang lain
pada suatu daerah dan juga curam atau landainya kemiringan lereng (
slope) yang ada. Contoh; gunung ,bukit, lembah, tebing-tebing,
punggungungan,atau gawir-gawir.
2. Pola aliran / pola penyaluran/ drainage/ drainage pattern:
Pola didepinisikan sebagai suatu keragaman didalam bentuk (shape),
ukuran (size) dan penyebaranya (distribution). Pola aliran emliputi jalan
jalan air yaitu kenampakan sungai, danau, rawa atau laut.
a. Dentritik( biasanya terdapat didaerah yang batuannya seragam)
b. Pararel
c. Trellis ( pada daerah lipatan)
d. Rectanggular( pada daerah kekar)
e. Radier ( pada daerah gunung api muda)
f. Annular
g. Contorted
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Gambar 25. Pola aliran/pola penyaluran

3. Culture: semua hasil karya/ budaya manusia yabg terganbar dalam


peta. Meliputi desa, kota, jalan raya/ kereta api, perkebunan, atau
persawahan.
B. Bagian Peta Topografi
Peta topografi yang baik dan yang lengkap didpatkan bagian bagian sebagai
berikut:
1. Judul peta, umumnya memakai nama daerah atau pulau yang
digambarkan oleh peta tersebut dan dituliskan pada bagian atas peta.
2. Nomor lembar peta/ indeks peta, ditilis pada bagian atas peta. Contoh;
Peta topografi skala 1:25.000; nomor lembar peta 45/XLI-a
Peta topografi skala 1:50.000; nomor lembar peta 46/XLI-A
Peta topografi skala 1:100.000; nomor lembar peta 45/XLII
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

3. Skala peta, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara jarak


pada peta dengan jarak sebenarnay di lapangan. Jarak yang dukur
pada peta adalah merupakan jarak horizontal, sehingga untuk
mengetahui jarak yang sebenarnya harus dilihat kemiringan
lerengnya.sekala peta biasanya ditulis di bagian bawah peta.
a. Skala fraksional (refresentative praction scale) (RF): yaitu skala
yang ditinjukkan dalam perbandingan bilangan pecahan.
Kejelekannya bila peta diperbesar/diperkecil akan menjadi tidak
sesuai.
Contoh: skala 1:25.000, skala 1:50.000.
b. Skala grafis (graphica scale): yaitu skala yang ditunjukkan denag
sebuah garis yang dibagi dalam sebuah segmen-segmen.
Kebaikannya bila peta diperkecil, maka skalanya ikut menggecil.
Contoh:

c. Skala verbal ( verbal scale) yaitu skala yang dinyatakan dengan


satuan jarak. Contoh: 1cm=10 km atau 1 inci=1 mil.
4. Arah utara, petunjuk arah utara dapat dilihat pada sisis kiri bawah
bagian bawah peta. Dalam hal ini dikenal 3 macam arah Utara yaitu;
a. Arah Utara sebenarnya ( True Nort/TN): adalah arah yang
sesuai dengan arah Utara geografis (sumbu bumi).
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

b. Arah Utara magnetik( Magnetik North/MN) adalah arah yang


sesuai dengan arah Utara kutub magnet bumi dan biasanya
ditunjukkan dengan arah Utara jarum kompas.
c. Arah Utara kotak (Grid North/GN) adalah arah yang sesuai
dengan arah Utara tepi peta.
Sudut ayang dibentuk antara TN dengan MN disebut deklinasi
magnetik. Sedangkan sudut antara TN dengan GN desebut deklinasi
grid.
Deklinasi ini penting dalam penyusaian kompas geologi yang kan
dipergunakan untuk pengamatan lapangan di daerah yang
bersangkutan. Pada umumnya arah utara sebenarnya (TN)
disejajarkan deangn pinggir peta (GN).

5. Kedudukan lembar peta terhadao lembar peta disekitaranya


(index to edjoining sheets). Nomor peta penting untuk mengetahui
peta daerah yang bersangkutan dengan daerah sekitaranya. Contoh:
pada tofografi sekala 1:25.000 dengan nomor lembar peta 45/XLII-f,
maka kedudukan terhadap peta yang lain digambarkan sebagai
berikut.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

6. Converage diagram, adalah diagram yang menunjukkan darimana


dan bagaimana peta di buata. Misalnya peta tersebut berasal dari
poto udara, pengukuran lapangan atau dari hasil sketsa. Keteranagan
ini sangat penting untuk memperkirakan ketelitian peta tersebut.
7. Legenda, yaitu menerangkan tanda-tanda atau simbol-simbol yang
ada pada peta topografi.
8. Edisi peta, ini diperlukan untuk mengetahui kapan (tahun/bulan)
pembuatan peta yang bersangkutan.
9. Index administrasi , digunakan untuk mengetahui pembagian
administrasi didalam peta tersebut. Contoh peta propinsi DIY, A.
Kabupaten Sleman dan B. Kabupaten bantul.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

C. Cara Pengambaran Relief, ada 4 cara dala peta topografi:


1. Garis kontur, garis yang menghubngkan titik-titik pada permukaan
bumi yang mempunyai tinggi sama dengan garis pembanding pada
permukaan bumi.
2. Garis hechures, garis lurus yang ditarik dari titik tinggi, kearah titik
yang lebih rendah di sekitarnya. Makin curam suatu pereng, makin rapat
garis garaisnya. Ini digunakan pada peta yang tidak memerlukan
ketelititan tinggi, terutama pada peta yang bersekala kecil.
3. Pewarnaan (tinting), yaitu memberi warna tertentu pada kisaran harga
ketinggian tertentu. Ini biasa digunakan pada peta bersekala kecil (yang
melingkupi daerah luas).
4. Bayangan (shading), yaitu dengan cara membuat bayangan dari
tempat byangan dari tempat yang lebih tinggi, dimana arah cahaya dari
barat laut (North West).
Pengambaran relief yang paling baik adalah dengan garis kontur, karena
cara tersebut dapat menentukan/ mengetahui:
a. Ketinggian suatu tempat
b. Jarak sesungguhnya
c. Kemiringan lereng

D. Beberapa penggertian pada peta kontur


Garis lurus pada peta topografi adalah peroyeksi suatu obyek (betangalam)
yang dilihat dari atas.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

1. Garis kontur, garis yang menghubungkan titik yang mempunyai


ketinggian sama, diukur dari permukaan laut.
2. Interval kontur, selisih ketinggian antara dua garis kontur yang
dinyatakan dalam meter. Interval kontur sering disebut jarak vertical
antara garis kontur yang berurutan. besar interval kontur, jika ada
keterangan pada peta topografi adalah 1/2000 x Skala peta.
3. Index kontur, garis kontur pada peta topografi yang dicetak tebal.
Umumnya antara dua index kontur terdapat 3 garis kontur.

E. Sifat-sifat Garis Kontur


Berikut ini merupakan sifat-sifat garis kontur, antara lain:
1. Garis kontur merupakan gari lengkung yang tertutup dan berakhir pada
tepi peta.
2. Garis kontur tidak saling berpotongan.
3. Garis kontur tidak bercabang.
4. Garis kontur tidak akan bertemu atau menyambung dengan garis kontur
yang bernilai lain.
5. Garis kontur akan rapat pada lereng yang curam.
6. Garis kontur akan merenggang pada lereng yang landai
7. Akan meruncing kearah hulu bila melalui lembah/sungai.
8. Pada daerah depresi/ cekungan mempunyai garis kontur diberikan tanda
sisir.
9. Garis kontur setengah, akan digambarkan dengan garis putus-putus dan
membentuk lingkaran.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

F. Pembuatan Profil Topografi


Terdapat: section line (garis yang menunjukkan arah profil pada peta), end
line (garis vertikal yang membatasi bagian kiri dan kanan suatu profil), dan
base line (batas bawah dari suatu suatu profil/garis horizontal). Berdsarkan
perbandingan antara skala vertikal dengan skala horizontal terbagi 2 macam
yaitu:
1) Profil normal (profil yang berskala vartikel = skala horizontal) dan
2) Profil eksagrasi/exsaggratid profile (profil dengan skala vertikal > skala
horizontal).

G. Cara Pembuatan Perofil


1. Membuata arah / section line pada peta topografi.
2. Buat end line dan base line pada kertas lain, panjang base line sesuai
sengan panjang sayatan yang kan dibuat, panjang end line disesuaikan
dengan ketinggian relief pada peta.
3. Letakkan sepotong kertas sepanjang section line dan tandai kertas
tersebut pada tempat-tempat yang berpotongan dengan garis kontur.
4. Proyeksikan titik tersebut sesuai dengan harga ketinggian garis
konturnya.
5. Hubngkan titik-titik hasil proyeksi tersebut.
6. Berikan keterangan bila profil melewatii puncak bukit,sungai atau nama
daerah.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

H. Menentukan Besarnya Lereng Topografi


Dinyatakan dengan drajat atau persen (%). Besarnya lereng diketahui dari
jarak 2 titik beda tingginya . contoh: dalam suatu peta bersekala 1:25.000,
jarak antara 2 titik A dan B adalah 6 km, bila tinggi titik A adalah 2000 m
dan tinggi titik B adalah 1000 m dari muka air laut, maka

Besar lereng=___1000 m = tg α = x
2000 m
α = arc tg x

α= .......o

Besar lereng = __1000 m_ x 100 % =..........%


2000 m
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB
9 PENGENALAN GEOLOGI STRUKTUR

Geologi struktur adalah cabang dari ilmu geologi yang mempelajari tentang ilmu
arsitektur batuan, terutama yang diakibatkan oleh depormasi. Deformasi
disebabkan oleh adanya gaya yang bekerja pada tubuh suatu batuan. Gaya yang
bekerja dapat dibagi menjadi 4 macam:

Tansion, gaya yang cendrung menarik pada arah


1.
yang berlawanan pada suatu garis.

Compression, gaya yang cendrung menekan pada


2.
arah yang berlawanan pada suatu garis.

Couple, terdiri dari 2 gaya yang sama, dan bekerja


3. pada arah berlawan dalam bidang yang sama.
Tetapi tidak sepanjang satu garis.

Torsion, gaya yang bekerja pada dua ujung benda


4. dan berputar pda arah yanga berlawanan atau
memuntar.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Gaya yang bekerja pada batuan disebut “Stress” dan menyebabkan “Strain”.
Strain biasa “dilation” (volume berubah tetapi bentuk tetap), atau “distortion”
(volume dan bentuk berubah). Deformasi melalui tiga tahap. Tahap pertama,
deformasi “elastic”, materi kembali pada semula bila stress hilang. Tetapi bila
melebihi “elastik limit” maka benda tidak dapat kembali seperti semula, dan
berlanjut dengan “plastic” dan timbulkan retakan yang akan berkembang hingga
patah (“rupture”).

3 TAHAPAN DEFORMASI

Struktur Geologi yang ada di alam ada 3 bentuk :

1. Kekar (Joint)
2. Sesar (Fault) dan
3. Lipatan (Fold)

A. KEKAR (JOINT)
Adalah retakan dalam batuan yang terjadi karena tekanan atau tarikan yang
disebabkan oleh gaya yang bekerja dalam kerak bumi, atau
pengurangan/hilang tekanan, dan tidak ada pergeseran. Kekar merupakan
struktur batuan yang paling banyak dijumpai karena pembentukannya tidak
mengenal waktu.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Kekar dikelompokkan pada 2 kelompok yaitu:


a. Kekar sistematik adalah kekar yang terbentuk oleh arah tertentu dan
biasanya berpasangan.
b. Kekar tak sistematik adalah kekar yang terbentuk oleh segala arah/acak
dan tidak berpasangan.
Kekar sistematik biasanya mempunyai dimensi ruang atau ukuran.
Berdasarkan ukuran kekar dibagi menjadi:
a. Micro joint ukuran 1 inci.
b. Mayor joint, dapat dilihat contoh setangan.
c. Master joint, ukurannya ± 100 feet.
Berdasarkan cara terjadinya kekar dapat dipisahkan menjadi 3 kelompok,
yaitu:
a. Tension joint, kekar yang terbentuk akibat tarikan.
b. Shear joint, kekar yang terbentuk akibat tekanan.
c. Release joint, kekar yang terbentuk akibat pengurangan/hilangnya
tekanan.

Gambar 26. Macam-macam kekar berdasarkan cara terjadinya


Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

B. SESAR (FAULT)
Adalah rekahan yang telah mengalami pergeseran. Ciri utama sesar adalah
arah gerakan yang berbeda sejajar dengan permukaan retakan. Pergeserannya
dari beberapa centimeter sampai kilometer. Kedudukan sesar ditentukan oleh
strike dan dip yang diukur pada bidang sesar, sama seperti pada waktu
mengukur strike dan dip perlapisan dan kekar. Bagian-bagian dari sesar
adalah:
a. Strike, adalah garis horisontal yang merupakan perpotongan bidang
horisontal dengan bidang vertikal yang tegak lurus strike.
b. Dip, adalah sudut antara permukaan horisontal dengan bidang sesar
diukur dalam bidang vertikal yang tegak lurus strike.
c. Hade, sudut antara bidang sesar dan bidang vertikal.
d. Hanging Wall, blok yang terletek di atas bidang sesar.
e. Footwall, blok yang terletak di bawah bidang sesar.
f. Fault line (Fault trace or fault outcrop), perpotongan sesar dengan
permukaan bumi, berupa garis lurus atau melengkung.
g. Bidang sesar, bidang yang terbentuk akibat adanya rekahan yang
menglami pergeseran.

Fault line (fault trace or fault outcrop), berpotongan sesar dengan


permukaan bumi, berupa garis lurus atau lengkung. Bidang sesar, bidang
yang terbentuk karena akibat adanya rekahaan yang mengalami pergeseran.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

a. Strike
b. Dips
c. Hanging wall
d. Footwall
e. Fault line
f. Bidang Sesar

Klasifikasi sesar didasarkan pada geometri dan secara genetic. Ada 5 jenis
klasifikasi berdasarkan geometri yaitu:
a. Klasifikasi berdasarkan rake of net slif (rake dari net slip).
b. Klasifikasi berdasarkan attitude of fault relative to attitude of adjacent
beds (kedudukan relatif sesar terhadap kedudukan lapisan yang
berdekatan).
c. Klasifikasi berdasarkan fault pattern (pola sesar).
d. Klasifikasi berdasarkan angle of dip of fault (sudut kemiringan sesar).
e. Klasifikasi berdasarkan the apparent mavoment on the fault (gerakan
relatif sesar).

Berdasarkan genetik klasifikasi dibagi 3 macam:


a. Sesasr naik (thrust fault or thrust), sesar dimana hangging wal ber
gerak relatif ke atas terhadap footwall. Ada 3 katagori yang biasanya
dikenal:
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

 Reverce fault, thrust yang dip-nya lebih dari 45o


 Thrust, dip kurang dari 45o
 Overthrust, dip-nya kurang dari 10o
b. Sesar normal/turun (normal fault), sesar yang hangging awalnya
bergerak retif kebawah terhadap footwall.
c. Sesar mendatar/horizontal (strike slip fault/wrench fault), Sesar
dengan pergerakan sejajar strike sesar , komponen dip slipe lebih kecil
dibanding dengan komponen strike slip.

Sesar naik Sesar normal/turun

Sesar mendatar
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Ciri utama sesar, khususnya sesar normal yang mempunyai dip besar adalah
adanya scrap. Pada peta topograpi, scrap yang diakibatkan sesar terlihat garis
kontur yang lurus dan rapat, dan dibawahnya mata air, atau danau kecil
didasar fault scarp, terutama pada blok-blok sesar miring (sesar bongkah).

C. LIPATAN (FOLD)
Adalah salah satu jenis yang paling umum dari deformasi struktur yang
ditemukan dalam rangkain pegunungan komplek dan sedikit terdeformasi
pada dataran rendah dan plateau. Struktur lipatan (kompresi), atau dapat
disebabkan oleh gaya yang arahnya vertikal.
 Antiklin adalah lipatan yang cembung keatas dengan sayap sayap yang
miring menjauhi sumbu. Antiklin dicirikan oleh batuan paling tua dalam
inti atau pusat.
 Sinklin adalah lipatan yang cekung, menghadap keatas dengan sayap-
sayapnya yang miring kearah sumbu dan dicirikan oleh batuan paling
muda di pusat.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Secara ideal subu lipatan horizontal, tapi biasanya miring condong yang
disebut plunge (penunjaman). Lipatan menunjam yang tererosi membentik
pola singkatan zig-zag yang khas atau pola singkapan berbentuk huruf “V”.

BLOK DIAGRAM YANG MENGGAMBARKAN LIPATAN MENUNNJAM


Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

BAB
10 PENGANTAR GEOMORFOLOGI DAN CITRA
PENGINDRAAN JAUH (FOTO UDARA)

PENGANTAR GEOMORFOLOGI
A. Pendahuluan
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentagalam atau bentuk-bentuk
roman muka bumi yang terjadi karena adanya kekuatan-kekuatan yang
bekerja dari luar dan dalam bumi. Uraian bentagalan dalam suatu daerah
biasanya berupa asal usul bentagalam, faktor faktora yang mempengaruhi
perkembangannnya, pengaruh iklim terhadap perkembagan tersebut, proses
oksogen yan bekrja dan tingkat perkembangannya.
B. Proses geomorfik
Adalah semua perubahan fisika dan kimia yang memberikan efek yang
bervariasi pada bentuk roman muka bumi, dibedakan menjadi:
1. Proses eksogenik, proses yang bekerja pada permukaan bumi dan
mempengaruhi bentuk bentangalam yang terjadi. Proses ini dibedakan
menjadi dua , yaitu:
a. Agradasi, proses pembentukan bentuk-bentuk positif atau
pengendapan.
b. Degradasi, proses pembentukan bentuk negatif atau perendahan
permukaan tanah. Proses ini degradasi terdiri dari 3 proses utama,
yait: pelapukan, erosi, dan gerakan tanah.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Proses eksogenik yang bekerja di permukaan buni dikerjakan oleh agen


geomorfik, yaitu media alam yang mengerjakan dan mengangkut
material pada permukaan bumi. Agen geomorfik terdiri dari; angin, air,
dan es.
2. Proses endogenik, peroses dari dalam bumi terdiri dari:
a. Diastropisme, proses deformasi besar-besararan dari dalam bumi.
Proses ini dibedakan menjadi:
1) Epirogenetik, yaitu pengangkatan dan penurunan kontinen atau
subkontinen.
2) Orogenik, yaitu peroses pembentukan pegununggan.
b. Volkanisme, yaitu peruses naik dan munculnya magma di
permukaan bumi.
Bentangalam yang dapat terbentuk oleh proses-proses endogenik antara lain:
a. Pengunubgan lipatan (Folded montain), yaitu pegunungan yang
terbentuk karena struktur lipatan.
b. Pengunungan blok atau patahan (Block montain), yaitu pengunungan
yang terbentuk karena sesar turun yang banyak.
c. Gunung api, merupakan gunung yang terbentuk karena aktivitas
volkanisme.
3. Proses ekstraterestial, proses yang berasal dari angkasa luar, misalnya:
jatuhnya mateorid di muka bumi. Bentengalam yang terbentuk oleh
peroses dari ekstraterestrial adalah kawah meteorit, yang terbentuk
karena meteorit jauh di permukaan bumi.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

C. Pelapukan
Pelapukan adalah proses yang menyebabkan bebatuan pecah dan mengalami
perubahan komposisi oleh kegiatan agen-agen asal luar seperti anggin, hujan,
perubahan suhu, tumbuhan dan bakteri. Pelapukan secara garis besar
dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Pelapukan fisik atau mekanik atau disintegrasi, yaitu perubahan pada
batuan yang menyebabkan perubahan volume atau ukuran tanpa merubah
komposisinya.
2. Pelapukan kimia atau dekomposisi, yaitu perubahan pada batuan yang
menyebabkan perubahan komposisi kimia bebatuan, penyebab yang
utama adalah air hujan.
Hasil pelapukan batuan adalah tanah atau soil. Bentuk-bentuk hasil pelapukan
misalnya exfoliation dome (kubah pengelupasan), yaitu bentuk kubah yang
terjadi karena pelapukan fisik yang mengelupas. Pelapukan membola adalah
salah satu bentuk pelapukan mengelupas dengan bentuk yang hampir seperti
bola, berjalan bertahap ke dalam membentuk lapisan tipis (mengulit bawang)
dengan inti yang membulat.
D. Gerakan tanah
Adalah pergerakan masa batuan. Termasuk didalamnya tanah atau soil dan
rempah-rempah bebatuan, menuruni lereng, pergerakan tersebut semata-mata
karena gaya berat.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah adalah :
1. Lereng terlalu terjal
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

2. Beban terlalau berat


3. Batuan tidak kompak atau licin
4. Batuan retak karena kekar, sesar, atau foliasi
5. Curah huja yang besar
6. Gempa bumi

Macam-macam gerakan tanah antara lain:

Creep atau rayapan, yaitu tanah


yang bergerak sangat pelan.
1. Cirinya antara lain adalah
pelengkungan pohon, miringnya
tiang-tiang.

Solifluction yaitu campuran


2. material kasar sampai halus
yang bergerak karena jenuh air.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Fall, yaitu meluncurnya masa

3. batua karena gravitasi tanpa


bidang peluncur (jatuh bebas).

Slide, yaitu pergerakan massa

4. dengan cepat melewati bidang


peluncur.

Subsidence (amblesan), yaitu


5. gerakan kebawah tanpa
permukaan bebas.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

E. Jenis-jenis bentangalam
Berdsarka proses-proses yang bekerja di permkaan bumi baik berasal dari
luar maupun dari dalam bumi, maka terdpat beberapa jenis bentaagalam,
antara lain;
1. Bentangalam Fluviatil, bentangalam yang terbentuk karena aktivitas
sunga.
2. Bentangalam Vulkanik, bentangalam yang terjadi akibat aktivitas gunung
api.
3. Bentangalam Struktural, bentangalam yang diakibatkan karena
terjadinya tektonik.
4. Bentangalam Karst, bentangalam yang terbentuk akibat proses aktivitas
pelarutan oleh air.
5. Bentangalam Eolian, bentangalam yang terjadi karena adanya naktivitas
angin.
6. Bentangalam Glasiasi, bentang lam yang terbentuk di daerah bersalju
atau es.
7. Bentangalam Pantai, bentangalam yang terdapat di daerah pantai.
8. Bentangalam Denudasional, bentangalam yang disebabkan olehh proses
kimiawi dan fisika. Menyebabkan penelanjangan batuan/penggiksan
batuan.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

PENGENALAN FOTO UDARA


A. Pendahuluan
Foto udara merupakan foto permukaan bumi (termasuk obyek benda yang
berada dipermukaannya), yang diperoleh dari pesawat udar, termasuk di sini
peswat terbang, balon dan satelit. Geologi citra pengindraan jauh (Remote
sensing geology) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari geologi
mengunakan citra (imege) hasil dari pengindraan jarak jauh (remote sensing).
Termasuk dalam pengertian ini adalah mempelajari geologi dengan
mengunakan foto udara.
Keuntungan mengunakan citra pengindraaan jauh dalam bidang pekerjaan
geologi antara lain:
1. Menghemat biaya.
2. Pengunaan waktu lebih efisien.
3. Foto udara memberikan pandanagn tiga dimensi secara langsung dari
permukaan bumi, sehingga memberikan kenampakan yang lebih baik
mengenai kondisi geologi, yaitu mengenai struktur geologi, penyebaran
batuan, gemorfologi serta tata guna lahan dari suatu daerah penilitian.
B. Macam-macam Citra Pengindraaan Jauh
Citra Pengindraaan Jauh dibagi menjadi dua, yaitu citra poto dan non foto.
1. Citra foto, yaitu citra yang diperoleh dengan meggunakan alat
pengindraaan berupa kamera. Citra foto dibagi menjadi beberapa macam
berdasarkan: spektrum elektromagnetik, kedudukan sumbu kamera,
sudut medan pandang kamera dan jumlah lensa atau jumlah kameranya.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

2. Citra nonfoto, adalah citra yang diperoleh dengan mengunakan alat


pengindraan bukan kamera dan umumnya menggunakan spektrum radar,
bagian-bagian spectrum tanpak mata dan merah infra thermal. Dalam
bidang geologi, citra pengindraan jauh nonfoto yang umumnya
dipergunakan misal: Citra SLAR, Citra LANDSAT, Citra merah infra
thermal, citra SIR-A dan SIR-B.

Citra Foto Citra Nonfoto

C. Pencitraan Foto Udara


Pencitraan suatu daerah yang dilakukan dari dua kedudukan pesawat yang
berlainan akan menghasilkan dua foto yang bertampalan (overlap). Apabila
sepasang foto yang bertampalan (foto pair) tersebut dilihat dengan
stereoskop, maka akan nampak citra daerah yang bersangkutan dalam bentuk
dimensi, kenampakan 3 dimensi ini dikenal dengan istilah stereomodel.
Stereomodel sangat penting untuk tujuan pemetaan geologi maupun
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

penelitian lainnya yang mempergunakan foto udara. Pertampalan depan


biasanya dibuat sebesar ± 60%. Bila tampalan kurang dari 50% maka
terdapat daerah yang tidak terfoto dua kali. Sehingga tidak dapat terlihat
meruang atau tiga dimensi. Bila pertampalan depan lebih dari 60 % maka
terlalu banyak foto yang dihasilkan untuk suatu daerah tertentu, sehingga
terlalu boros dalam pembiayaan pencitraaan. Pertampalan samping
umumnya dibuat ± 20 – 30% sehingga tidak ada daerah yang tidak terekam
serta berfungsi untuk perbuatan mosaik.

Gambar 27. Pencitraan Foto Udara dengan Pesawat

D. Faktor-faktor Interpretasi Foto Udara


Ada dua faktor interpretasi yaitu:
1. Unsur dasar pengenlan citra, adalah tanda tanda yang karaktristik
untuk benda-benda tertentu, sehingga memungkinkan pengamat
mengenal benda tersebut, yang meliput:
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

a. Rona
b. Tekstur
c. Pola
d. Hubungan dengan keadaan sekitarnya
e. Bentuk
f. Ukuran
g. Bayangan
2. Unsur dasar penafsiran geologi, adalah gejala alam yang terlihat pada
foto udara, yang memberikan kemungkinan kepada orang untuk
mengetahui keadaan geologi suatu daerah. Gejala alam ini akan
memberikan keterangan geologi yang berlainan pada setiap orang, dan
penafsiran ini bersifat subyektif. Maka banyak orang lihat makin banyak
keterangan yang diungkapkan, dan keterangan geologi akan makin
obyektif. Unsur ini dibagi menjadi:
a. Relief.
b. Pola penyaluran.
c. Tumbuhan penutup.
d. Kebudayaan.

E. Peralatan Interpretasi Foto Udara


Peralatan yang diperlukan antara lain:
1. Foto udara
Ukuran foto bermacam-macam. Foto udara pankromatik biasanya
berukuran 9 X 9 inchi (22,9 X 22,9 cm).
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Gambar 28. Bagian-bagian foto udara

2. Stereoskop
Adalah alat untuk melihat foto yang bertampalan, supaya nampak
meruang atau tiga dimensi. Ada beberapa macam stereoskop yaitu:
a. Stereoskop saku.
b. Stereoskop cermin.
c. Stereoskop kembar.
d. Interpretoskop.
e. Stereoskop prisma kembar.
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

Gambar 29. Macam-Macam Stereoskop


Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

3. Alat tulis menulis, dalam pekerjaan interpretasi foto udara, diperlukan


beberapa alat tulis menulis, yaitu:
a. Kertas kalkir yang tipis atau plastik transparan dengan ukuran 33 x
33 cm.
b. Kertas HVS dan buku catatan
c. Penggaris
d. Pensil
e. Penghapus
f. Isolasi atau selotape
g. Pensil warna atau spidol
Buku Panduan Praktikum Geologi Dasar

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999, Buku Pedoman Praktikum Geologi Fisik, 2nd Ed, Laboratorium
Teknik Geologi, Institut Sains & Teknologi AKPRIND, Yogyakarta
Fossen, H., 2010, Structural geology, Cambridge University Press, New York
Grippo, A., 2011, An Introduction to Sedimentary Rocks, http://homepage.smc.
edu/grippo_alessandro/rockssedimentary.html, diakses pada hari Rabu, 06
Juni 2012
Hamblin, W. K., dan Eric H. Christiansen, 2003, Earth’s Dynamic System, 10th
Ed, Prentice Hall, New Jersey
Lutgens, F. K., Edward J. Tarbuck, Dennis Tasa, 2011, Essentials of Geology,
11th Ed, Precntice Hall, New Jersey
Marjoribanks, R., 2010, Geological Methods in Mineral Exploration and Mining,
2nd Ed, Springer, New York
Noor, D., 2010, Pengantar Geologi, 2nd Ed, Pakuan University Press, Bogor
Rivard, L. A., 2011, Satellite Geology and Photogeomorphology, Springer,
New York

Anda mungkin juga menyukai