Anda di halaman 1dari 5

EFEKTIVITAS PSIKOEDUKASI MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI,

KECEMASAN DAN STRES PADA PASIEN BARU CKD YANG


MENJALANI HEMODIALISIS
Rini Purwanti
rini.purwanti81@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Kecemasan dialami hampir semua pasien baru CKD yang menjalani hemodialisis.
Kecemasan dapat mengakibatkan perubahan respon fisiologis maupun psikologis. Hingga saat ini program
program pemerintah dalam mengatasi penyakit ini masih berfokus pada pengobatan terapi pengganti ginjal
(TPG) seperti hemodialisis. Belum ada program yang ditujukan untuk mengatasi masalah psikososial
pasien, padahal dampak psikososial mempunyai pengaruh yang besar pada kepatuhan pasien dan dalam
menjalani terapi hemodialisis.

Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan rancangan pre post test
control grup design. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh pasien baru CKD yang menjalani
Hemodialisis yang berada di rumah sakit Haji. Sampel sebanyak 60 klien direkrut dengan teknik allocation
random sampling, yang terdiri dari 30 orang masuk kedalam kelompok intervensi dan 30 orang masuk
kelompok control

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa psikoedukasi efektif menurunkan tingkat depresi, kecemasan
dan stres pada pasien baru CKD yang menjalani Hemodialisis

Kata kunci: CKD; Psikoedukasi; Hemodialisis

Pendahuluan

Jumlah pasien Chronic Kidney Disease (CKD) di 2000). Pasien CKD yang menjalani hemodialisis
Indonesia yang menjalani hemodialisis sebanyak < 6 bulan memiliki tingkat kecemasan yang
30.554 pasien pada tahun 2015 dengan jumlah significan berat dibanding dengan yang
pasien baru menjalani hemodialisis sebesar menjalani hemodialisa > 6 bulan (Jhoni Y. K.
21.050 (IRR, 2015). Hemodialisa (HD) Jangkup, Christofel Elim, Lisbeth F. J. Kandou,
merupakan tindakan untuk menggantikan 2015). Pasien yang menjalani hemodialisis (HD)
sebagian dari fungsi ginjal. Tindakan ini rutin mengalami berbagai masalah yang timbul akibat
dilakukan pada penderita Chronic Kidney tidak berfungsinya ginjal. Hal ini menjadi stresor
Disease (CKD) . Pasien CKD akan menjalani fisik yang berpengaruh pada berbagai dimensi
terapi hemodialisa ketika Laju Filtrasi Glomerolus kehidupan pasien yang meliputi bio, psiko, sosio,
(LFG) kurang dari 15 ml/ menit/ 1,73 ml (Alam & spiritual. Kelemahan fisik yang dirasakan seperti
Hadibroto, 2007). Pasien menjalani kegiatan mual, muntah, nyeri, lemah otot, oedema adalah
hemodialisis secara terus menerus seumur sebagian dari manifestasi klinik dari pasien yang
hidupnya (Baradero, Dayrit & Siswadi, 2009). menjalani HD. Ketidakberdayaan serta
Meskipun tindakan HD memperpanjang usia kurangnya penerimaan diri pasien menjadi faktor
tanpa batas jelas, HD tidak akan mengembalikan psikologis yang mampu mengarahkan pasien
seluruh fungsi ginjal. Pasien tetap mengalami pada tingkat stres, cemas bahkan depresi
sejumlah permasalahan serta komplikasi (Ratnawati,2011).
(Smeltzer & Bare, 2008). Hal ini menimbulkan
permasalahan psikologis pasien seperti depresi, Dampak dari kecemasan fisik yaitu penurunan
kecemasan dan iritabilitas (Nugroho Wahjudi, atau peningkatan tekanan darah, penurunan atau
peningkatan denyut nadi, peningkatan respirasi,
diare, mual, muntah, dan anoreksia. Dampak Metode yang digunakan dalam penelitian ini
kecemasan psikologis yaitu insomnia, kontak adalah Quasy Experiment dengan rancangan
mata kurang, iritabilitas, takut, gemetar. Dampak pre-post test control group design. Populasi
hd kecemasan interpersonal yaitu blocking penelitian yaitu pasien baru CKD yang menjalani
dalam pembicaraan dan sulit berkonsentrassi ( hemodialisis di RS Haji Surabaya yaitu
Baroroh,2011). Dampak psikologis tersebut berjumlah 95 pasien . Pengambilan sampel
secara langsung dapat mempengaruhi tindakan menggunakan probability sampling dengan
hemodialisis yang berlangsung bahkan jika teknik Alocation Random sampling. Jumlah total
gangguan fisik memberat tindakan hemodialisis sampel sebesar 60 pasien, yang terbagi menjadi
tidak dapat dilakukan sehingga dampak kematian 30 kelompok kontrol dan 30 kelompok perlakuan.
semakin tinggi pada pasien. Selain itu resiko Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat
penolakan pasien terhadap tindakan hemodialisis pengaruh intervensi psikoedukasi terhadap
juga semakin besar dikarenakan ketakutan yang tingkat depresi, stress dan kecemasan pasien
berlebihan akibat depresi, stress dan kecemasan baru CKD yang menjalani hemodialisis. Adapun
yang tidak teratasi. kriteria khusus dalam pemilihan sampel ini antara
lain: pasien yang menjalani hemodialisa < 3
Psikoedukasi adalah pendidikan kesehatan pada bulan, pasien berusia 18-60 tahun, pasien bisa
pasien baik yang mengalami penyakit fisik baca tulis.
maupun gangguan jiwa yang bertujuan untuk
mengatasi masalah psikologis yang dialami Kelompok intervensi mendapatkan terapi
mereka. Penyakit fisik disini bisa berupa gagal psikoedukasi sedangkan kelompok kontrol
ginjal, kanker, Hipertensi, diabetes melitus, dan mendapatkan penjelasan (inform to consent)
sebagainya. Sedangkan gangguan jiwa bisa standar dari rumah sakit. Setelah selesai
berupa depresi, kecemasan dan skizofrenia. penelitian, kelompok kontrol juga diberikan
Terapi psikoedukasi ini bisa berupa psikoedukasi psikoedukasi. Psikoedukasi yang diberikan
pasif seperti pemberian informasi dengan leaflet, berupa psikoedukasi aktif dan pasif.
booklet atau melalui email atau website dan juga Psikoedukasi aktif yang dilakukan yaitu dengan
bisa berupa aktif psikoedukasi berupa konseling konseling, sedangkan psikoedukasi pasif dengan
atau pemberian pendidikan kesehatan secara cara pemberian booklet kepada responden
individu atau kelompok. setelah diberikan konseling. Pemberian
psikoedukasi pasif dimaksudkan untuk
Hasil sistematic review terhadap 9010 abstrak melengkapi psikoedukasi aktif atau konseling
penelitian dari Cochrane, PsycInfo and PubMed yang telah dilakukan, dengan tujuan agar
yang dilakukan oleh Donker et al. (2009) di responden bisa mempelajari kembali apa yang
Netherland menunjukkan bahwa psikoedukasi sudah didiskusikan. Pengumpulan data dilakukan
pasif berupa pemberian leaflet pada penderita dengan menggunakan kuesioner Depression
depresi dan distress psikologi dapat menurunkan Anxiety Stress Scale (DASS). Skoring dari DASS
gejala tersebut secara signifikan. kriteria: normal = 0–29 , ringan = 30–59 , sedang
Penelitian lain dengan metode randomized = 60–89 , berat = 90–112 dan > 120 = tingkat
multicenter dari Bauml et al. (2006) di Jerman sangat berat
yang meneliti tentang pengaruh psikoedukasi Metode pengumpulan data dilakukan dengan
pada penderita skizofrenia dan keluarganya cara melakukan pretest dan posttest pada
menunjukkan bahwa terapi psikoedukasi bisa kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menurunkan hospital rate dari 58% menjadi 41 setelah 2 minggu perlakuan. Data yang telah
%. Berdasarkan latar belakang masalah yang terkumpul dianalisis menggunakan uji statistik
sudah diuraikan di atas, maka efektifitas Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann Whitney U
intervensi psikoedukasi dalam mengatasi Test.
masalah psikososial berupa depresi, cemas dan
stress pada pasien baru CKD yang menjalani HASIL
hemodialisis belum dapat dijelaskan
Hasil pada table 1, baik kelompok intervensi
METODE maupun kelompok kontrol menunjukkan bahwa
sebelum dilakukan terapi psikoedukasi sebagian Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon
besar responden yaitu 80% untuk kelompok Signed Rank Test pada kelompok perlakuan
intervensi dan 86,7% untuk kelompok kontrol diperoleh nilai sig (2-tailed) adalah ρ =0,000
mengalami depresi, stress dan kecemasan sehingga ρ<0,05. Hasil tersebut menunjukkan
(yang diukur dengan DASS) tingkat berat. bahwa pada kelompok intervensi terdapat
Sedangkan hanya sebagian kecil baik dari perbedaan yang signifikan antara tingkat depresi,
stress dan kecemasan (yang diukur dengan
kelompok intervemsi maupun kelompok kontrol
DASS) pasien baru CKD yang menjalani
mengalami depresi, stress dan kecemasan
hemodialisis sebelum dan sesudah dilakukan
tingkat sedang maupun ringan. terapi psikoedukasi
Pada table 2, setelah dilakukan intervensi terapi Pada kelompok kontrol hasil pre dan post
test mayoritas tidak mengalami penurunan
psiko edukasi, pada kelompok intervensi
tingkat stres, cemas dan depresi. Tingkat stres,
sebagian besar 80% mengalami penurunan dari
cemas dan depresi mayoritas berada pada
tingkat berat ke tingkat ringan, sedangkan pada tingkat kecemasan berat sebanyak 90%,
kelompok kontrol cenderung tetap atau tidak meningkat 1 responden dari jumlah sebelumya.
mengalami perubahan tingkat stress, cemas dan Hasil uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed
depresi dan cenderung meningkat yaitu pada Rank Test pada kelompok perlakuan diperoleh
tingkat berat sebesar 90%. nilai sig (2-tailed) adalah ρ = 0,317
sehingga ρ < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan
Tabel 1 Prosentase tingkat stress, cemas dan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat stres,
depresi dari responden kelompok intervensi dan cemas dan depresi antara pre-test dan post-test
kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi pada kelompok kontrol.
psikoedukasi Hasil data posttest pada kelompok
intervensi dan kontrol menunjukkan bahwa
Tingkat terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua
stres, Kelompok intervensi Kelompok Kontrol
cemas dan
kelompok yang dilakukan dengan menggunakan
depresi ∑ % ∑ % uji Mann – Whitney U Test. Tabel distribusi
Ringan 3 10 2 6,7 menunjukkan perbedaan hasil data posttest
Sedang 3 10 2 6.7 tingkat depresi, stress dan kecemasan pada
Berat 24 80 26 86.7 perlakuan dan kelompok kontrol adalah sebesar
Total 30 100% 30 100% 0,010 yang berarti bahwa p < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan hasil data posttest pada kedua
Tabel 2. Prosentase tingkat stress, cemas dan kelompok (kelompok kontrol dan kelompok
depresi dari responden kelompok intervensi dan perlakuan).
kelompok control sesudah dilakukan intervensi
psikoedukasi PEMBAHASAN
Tingkat Kelompok intervensi Kelompok Kontrol
stres,
cemas Pre Test Post Pre Test Post Test Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data
dan Test bahwa tingkat depresi, stress dan kecemasan,
depresi ∑ % ∑ % ∑ % ∑ %
yang diukur dengan DASS, baik pada kelompok
intervensi maupun kelompok kontrol sebagian
Ringan 3 10 24 8 2 6.7 1 3,3 besar mengalami tingkat berat, dan selebihnya
0
Sedang 3 10 6 2 2 6.7 2 6,7 mengalami tingkat sedang. Hal tersebut
0 menunjukkan bahwa pasien baru CKD yang
Berat 24 80 0 0 26 86. 27 90 menjalani hemodialisis mengalami masalah
7 psikososial yang cukup signifikan yang
Total 30 100 30 1 30 10 30 100
0 0
termanifestasi dalam bentuk depresi, stress dan
0 kecemasan. Hasil penelitian ini mendukung hasil
Wilcoxon ρ=0.000 ρ=0.317 penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Signed Padayatchi et al. (2010)
Rank Test Untuk mengatasi masalah psikososial yang
Mann ρ=0.010
Whitney dihadapi oleh pasien baru CKD yang menjalani
U Test hemodialisis, pada penelitian ini telah dilakukan
psikoedukasi (psikoedukasi aktif dan pasif).
Psikoedukasi merupakan pendidikan kesehatan leaflet efektif dalam menurunkan gejala depresi
untuk mengatasi masalah psikososial bagi pasien dan stres. Terapi psikoedukasi yang telah
baik yang mengalami penyakit fisik maupun dilakukan kepada kelompok Intervensi berupa
gangguan jiwa (Donker et al. 2009). Psikoedukasi gabungan dari psikoedukasi aktif dan
ini terdiri dari psikoedukasi aktif dan pasif. psikoedukasi aktif. Pemberian terapi gabungan
Psikoedukasi aktif dilakukan dengan melakukan (aktif dan pasif) ini didasarkan pada temuan
konseling bagi pasien yang mengalami masalah sebelumnya oleh Moult et al. (2004) bahwa
psikososial terkait penyakit yang dialaminya informasi kesehatan yang diterima oleh seorang
sedangkan psikoedukasi pasif dilakukan dengan pasien bisa terlupakan dalam beberapa menit
memberikan booklet, pamplet, website atau video setelah mereka mendapatkan informasi, karena
tentang bagaimana mengatasi masalah itu diperlukan booklet supaya penderita bisa
psikososial yang biasanya dialami oleh pasien mengulang di rumah apa yang telah dibicarakan
baru CKD yang menjalani hemodialisis. Pada sebelumnya dengan perawat. Pasien baru CKD
penelitian ini dilakukan kombinasi keduanya yang akan dilakukan tindakan hemodialisis yang
sehingga diharapkan dapat lebih efektif dalam masuk kedalam kelompok intervensi diberikan
mengatasi masalah pasien. konseling tentang masalah psikososial yang
mereka hadapi, kemudian diberikan booklet yang
Pada pasien yang baru menjalani tindakan berisi tentang cara–cara mengatasi masalah
hemodialisis rata rata didapatkan adalah depresi, psikososial yang biasa dialami pasien baru CKD
stress dan kecemasan tingkat berat Karena pada yang menjalani Hemodialisis. Kombinasi kedua
periode awal pasien merasa berputus asa dan pendekatan psikoedukasi (pasif dan aktif) ini
tidak dapat sembuh seperti sedia kala. Setelah sangatlah efektif dalam mengatasi masalah
terapi berkelanjutan pasien mulai beradaptasi psikososial pasien baru CKD yang menjalani
dengan baik serta tingkat kecemasan mulai hemodialisis, terbukti dengan hasil penelitian
sedang dan ringan ( witilisna, 2015). Hal ini yang signifikan dimana terdapat perbedaan yang
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jhoni bermakna dari tingkat depresi, stress dan
Y.K Jangkup 2016, yang menyimupulkan bahwa kecemasan kelompok intervensi dan kelompok
semua pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang kontrol
menjalani proses hemodialisis <6 bulan memiliki
tingkat kecemasan yang signifikan berat KESIMPULAN DAN SARAN
dibandingkan dengan yang menjalani proses
hemodialisis >6 bulan. Diasumsikan karena pada Kesimpulan
tahap awal mengalami Penyakit Ginjal Kronis Depresi, stress dan kecemasan pada pasien
(PGK) yang menjalani hemodialisis akan baru CKD yang menjalani hemodialisis bisa
mengalami kecemasan tinggi. Sesuai dengan timbul dikarenakan tidak memiliki informasi yang
teori Moos dalam Taylor 2003, seseorang cukup tentang penyakit gagal ginjal kronik atau
individu yang didiagnosis PGK stadium akhir Chronic Kidney Disease (CKD), dan terapi
akan berada pada kondisi krisis, yang ditandai pengganti ginjal yang tersedia.
dengan ketidakseimbangan fisik dan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi
psikososialnya psikoedukasi terbukti efektif menurunkan tingkat
Kompleksitas masalah yang timbul selama depresi, stress dan kecemasan pada pasien
hemodialisis akan berdampak terjadinya baru CKD yang menjalani hemodialisis.
kecemasan pada pasien. Keterbatasan pola Depresi, stress dan kecemasan yang menurun
kebiasaan hidup dan ancaman kematian. Oleh akan meningkatkan self-awareness dan
Karena itu banyak pasien dan keluarganya meningkatkan mekanisme koping pasien,
memerlukan dukungan secara emosional untuk sehingga dapat meningkatkan kualitas hidupnya
menghadapi kecemasan tentang penyakitnya
(sudirman, 2014) Saran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Saran kepada perawat hemodialisa untuk selalu
psikoedukasi efektif dalam menurunkan tingkat mengkaji masalah psikososial pasien yang
depresi, stress dan kecemasan yang dialami menjalani hemodialisis terutama pasien baru.
pasien baru CKD yang menjalani Hemodialisis. Untuk unit Hemodialisa disarankan membuat
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian ruangan pojok konseling bagi pasien baru CKD
sebelumnya yang dilakukan oleh Donker et al. yang menjalani hemodialisis dan memperbanyak
(2009) di Netherland yang menyimpulkan bahwa booklet mengatasi masalah psikososial pada
terapi psikoedukasi pasif berupa pemberian pasien baru CKD yang menjalani hemodialisis
yang dihasilkan pada penelitian ini untuk
dibagikan pada pasien yang menjalani
hemodialisis.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2005. Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Baroroh. (2011).Intervensi Keperawatan :
NANDA-NIC-NOC (NNN). Based on NIC
and NOC book. Proses Dokumentasi
Keperawatan (semester 2) PSIK FIKES
UMM April 2011
Donker, T. et al., 2009. Psychoeducation for
depression, anxiety and psychological
distress: a meta-analysis. BMC Medicine,
7(1), p.79. Available at:
http://www.biomedcentral.com/1741-
7015/7/79
Jhoni Y. K. Jangkup, Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Penyakit Ginjal Kronik (Pgk) Yang
Menjalani Hemodialisis Di Blu Rsup Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado, 2015; p. 6-7
Jong, K., 2011. Psychosocial and mental heanth
interventions in areas of massive
violence 2nd ed., Medecins san frontier.
Amsterdam: Rozenberg Publishing
Services
Moult, B., Franck, L. & H., B., 2004. Ensuring
quality information for patients:
development and preliminary validation
of a new instrument to improve the quality
of written healthcare material. Health
Expectations, 7(2), pp.165–173.
Ratnawati, Tingkat Kecemasan Pasien dengan
Tindakan Hemodialisa di BLUD RSU Dr
M.M Dunda Kabupaten Gorontalo, 2011
Suryani et al., 2014. Psychosocial need analysis
of patients with pulmonary tuberculosis.
Makara Journal of Health Research,
18(3).
Suryani, Psikoedukasi Menurunkan Tingkat
Depresi, Stres Dan Kecemasan Pada
Pasien Tuberkulosis Paru, 2016
Yani Eko H, Tingkat Kecemasan Pasien Yang
Dilakukan Tindakan Hemodialisa di
Ruang Hemodialisa RSUD DR Soehadi
Prijonegoro Sragen, 2016.

Anda mungkin juga menyukai