Anda di halaman 1dari 3

Hambatan dan Faktor penyebab Komunikasi Interprofesional

Oleh : Mailan E. n. Way, (201670022)


A. Pendahuluan
Komunikasi merupakan penyampaian atau pertukaran informasi berupa
1
ucapan,tulisan atau tanda antara dua individu atau lebih. Komunikasi atau
communication adalah bertukar pikiran, opini, informasi melalui perkataan, tulisan
ataupun tanda-tanda ( Homby et al, 2007). 2Komunikasi juga membutuhkan kolaborasi,
yang merupakan unsur penting untuk meningkatkan kualitas tertentu, contohnya dalam
meningkatkan kualitas perawanat dan keselamatan pasien ( Reni,A at,2010).3 Untuk itu di
perlukan komunikasi interprofesi.3
Komunikasi interprofesi adalah komunikasi yang terjalin dimana antara dua
individu atau lebih yang membentuk interaksi untuk saling bertukar pikiran, opini, dan
informasi yang melibatkan dua profesi atau lebih dalam upaya untuk menjalankan
kolaborasi tim.2
B. Pembahasan
Komunikasi interprofesi adalah bentuk interaksi untuk saling bertukar pikiran,
opini, dan informasi yang melibatkan dua profesi atau lebih dalam upaya untuk
menjalankan kolaborasi tim. Untuk menjalankan kolaborasi interpofesional maka
dibutuhkan strategi untuk mencapai kualitas hasil yang dininginkan secara efektif dan
efisien dalam pelayanan kesehatan. 3
Komunikasi interprofesi tidak selamanya berjalan efektif, sehingga terdapat
hambatan dan faktor yang menjadi penyebab komunikasi interprofesi dapat berkomunikasi
serta terganggunya kolaborasikan peran masing-masing anggotanya dalam menjalankan
tugasnya.3 Berikut ini merupakan hambatan dan faktor penyebab komunikasi intraprofesi,
yaitu:
1. Hambatan dalam Komunikasi Interprofesi
o Nilai dan harapan pribadi
o Perbedaan kepribadian
o Hirarki
o Perilaku mengganggu
o Budaya dan etnisitas
o Perbedaan generasi
o Jenis kelamin
o Persaingan interprofessional dan intraprofessional yang penting
o Perbedaan bahasa dan jargon
o Perbedaan dalam jadwal dan rutinitas profesional
o Memvariasikan tingkat persiapan, kualifikasi, dan status
o Perbedaan persyaratan, peraturan, dan norma pendidikan profesional
o Ketakutan akan identitas profesional yang dilemahkan
o Perbedaan dalam pertanggungjawaban, pembayaran, dan penghargaan
o Kekhawatiran tentang tanggung jawab klinis
o Kompleksitas perawatan
o Penekanan pada pengambilan keputusan yang cepat

2. Faktor penyebab Komunikasi Interprofesi.2


Menurut potter dan perry (2005), faktor penyebabnya dipengaruhi oleh:
o Persepsi : pandangan pribadi atas hal-hal yang terjadi.
o Lingkungan :Komunikasi ini memerlukan lingkungan yang nyaman agar setiap
anggotanya cenderung dapat berkomunikasi dengan baik.
o Pengetahuan : suatu wawasan akan suatu hal atau pengetahuan yang lebih akan
sesuatu. Maka dalam komunikasi interprofesi dibutuhkan tingkat pemahaman
yang sama, jika berbeda maka akan terdapat kesulitan dalam berkomunikasi.

C. Kesimpulan
Komunikasi interprofesi merupakan bentuk percakapan atau pembicaraan antara dua
individu yang memiliki profesi yang sama, diaman mereka saling member
pengetahuan yang dimiliki serta saling berkolaborasi dalam menjalankan tugas dan
perannya masing-masing. Komunikasi ini dapat berjalan denga baik, namun masih
terdapat hambatan dan faktor yang menyebabkan komunikasi interprofesi tidak
efektif, salah satu contohnya perbedaan umur dan penetahuan yang berbeda antara
anggota. Maka agar hambatan dan faktor tersebut dapat diatasi dari pemimpin serta
setiap anggotanya , diperlukan kesadaran , kepercayaan, keterbukaan serta rasa
hormat sehingga komunikasi dalam kolaborasi interprofesi menjadi efektif.1,2

1. O’Daniel M, Rosenstein AH. professional communication and tim collaborative


Badan penelitian dan Mutu Kesehatan;2008.1-15. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/book/NBK2637
2. Prabandari YS, Tetradewi F. Interprofessional education ( ipe), communication and
interprofessional teamwork. In: Sedyowinarso M, Claramita M,editors. Buku acuan
umum cfhc-ipe.Yogyakarta: FK-Universitas Gadjah Mada; . 17-24 p.
3. Rokhmah NA, Anggorowati. Komunikasi efektif dalam praktek kolaborasi
interprofesi sebagai uapaya meningkatkan kualitas pelayanan.Journal of Health
Studies. 2017 March; 1(1):67.

Anda mungkin juga menyukai