CTD adalah alat yang digunakan dalam sampling oseanografi untuk mengukur
salinitas air laut, suhu serta kedalaman air laut pada tempat dan kedalaman yang
diinginkan. Alat ini terdiri
dari 3 sensor utama, yaitu
sensor tekanan untuk
pengukuran
kedalaman, thermistor
sebagai sensor suhu, dan sel
induktif (conductivity)
sebagai sensor salinitas,
juga dapat diberikan sensor
tambahan seperti sensor
klorofil, kekeruhan, oksigen
dsb. Umumnya ada 3
komponen utama dalam
pengoperasian CTD yaitu :
CTD, perangkat komputer
dengan software-nya, dan
perangkat interface sebagai
unit penghubung antara CTD dan komputer (Gambar 1).
CTD (Conductivity Temperature Depth) adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur karakteristik air seperti
suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas.. Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem
pengolahan, dan unit luaran.
Unit masukan data terdiri dari sensor CTD, rosette, botol sampel, kabel koneksi dll. Sensor berfungsi untuk mengukur
parameter karakteristik fisik air laut yang terdiri dari sensor tekanan, temperatur, dan konduktivitas. Botol sampel
berfungsi sebagai wadah sampel air sedangkan rosset berfungsi untuk mengatur penutupan botol. Kabel koneksi
berfungsi sebagai penompang, dan juga berfungsi sebagai pengantar sinyal. Telekomando akan memberikan sinyal
kepada rosset untuk menutup botol secara berurutan, setelah mengambil sampel air laut.
Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer yang dilengkapi perangkat lunak.
Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke
digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap penekanan tombol
fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur
sehingga kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam.
Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama,
yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas).
a. Sensor Tekanan.
Sensor tekanan merupakan sensor yang memanfaatkan hubungan langsung antara tekanan dan kedalaman. Sensor ini
terdirai dari tahanan yang berbentuk seperti jembatan wheatsrone kemudian dinamakan strain gauge. Strain gauge
merupakan alat resistansi yang berubah ketika mendapat tekanan, Tahanan ini akanmemegang peranan ketika
mendapat gaya dalam bentuk fisika seperti tekanan, beban (berat), arus dll. (Herunadi, 1998).
b. Sensor Temperatur.
Sensor temperatur adalah sensor yang berpengaruh terhadap suatu hambatan, dalam bentuk termistor. Termistor
(tahanan termal) merupakan alat semikonduktor yang berperan sebagai tahanan dengan besar koefisien tehanan
temperatur yang tinggi dan biasanya bernilai negative. Alatini terbuat dari campuran Oksida-Oksida logam yang
diendapkan seperti mangan, nikel, kobalt dll.
c. Sensor Konduktifitas.
Sensor konduktofitas merupakan sensor yang mendeteksi adanya nilai daya hantar listrik di suatu perairan. Sensor ini
merupakan sensor yang terdiri dari tabung berongga danempet buah terminal elektroda platina-rhodium di belakang
sisinya. Sebagai sensor yang melewati nilai konduktifitas maka rata-rata hasil proses dalam pengukuran akan melewati
nilai rendah (low pass fliter). Sensor ini akan mulai mengukur ketika alat telah bergerak masuk kedalam air sampai
pada posisi yang diinginkan. Sebenarnya sensor ini mengukur nilai konduktifitas untuk mengetahui nilai salinitas atau
kadar garam di sebuah perairan sacara tidak langsung.
Pada Prinsipnya teknik pengukuran pada CTD ini adalah untuk mengarahkan sinyal dan mendapatkan sinyal dari
sensor yang menditeksi suatu besaran, kemudian mendapatkan data dari metode multiplexer dan pengkodean
(decode), kemudian memecah data dengan metode enkoder untuk di transfer ke serial data stream dengan dikirimkan
ke kontrolunit via cabel.
CTD diturunkan ke kolom perairan dengan menggunakan winch disertai seperangkat kabel elektrik secara perlahan
hingga ke lapisan dekat dasar kemudian ditarik kembali ke permukaan. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor
tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas). Pengukuran
tekanan pada CTD menggunakan strain gauge pressure monitor atau quartz crystal.
Tekanan akan dicatat dalam desibar kemudian tekanan dikonversi menjadi kedalaman dalam meter. Sensor temperatur
yang terdapat pada CTD menggunakan thermistor, termometer platinum atau kombinasi keduanya. Sel induktif yang
terdapat dalam CTD digunakan sebagai sensor salinitas. Pengukuran data tercatat dalam bentuk data digital. Data
tersebut tersimpan dalam CTD dan ditransfer ke komputer setelah CTD diangkat dari perairan atau transfer data dapat
dilakukan secara kontinu selama perangkat perantara (interface) dari CTD ke komputer tersambung.
CTD diletakan pada kerangka Rosette. Kemudian probe dihubungkan dengan kabel elektrik yang ada kerangka
Rosette. Berat dari kerangka Rosette tersebut sekitar 25 Kg dan menghabiskan panjang kabel sekitar 5 meter untuk
mengikat probe ke lengan-lengan kerangka. Setelah semua perangkat di pasang, akan lebih baik jika kita memeriksa
keseimbangan peralatan, jika dipastikan fix maka kita dapat mulai memasukan CTD kedalam laut.
1. Mulai dengan program akusisi data dan dilengkapi profil untuk mengidentifikasi data. Siapkan peralatan yang
akan digunakan dan letakkan botol sesuai dengan prosedur paemasangan.
2. Setelah kerangka (Rosette) diletakan pada posisinya dan CTD (Probe atau rangkaian sensor yang sudah di
Set) diletakan di dalamnya, maka instrumen ini akan ke sisi (pinggir) kapal, lalu dihubungkan kabel-kabek
interkoneksinya maka instrumen tersebut siap diturunkan (lihat gambar 1).
GAMBAR 1
3. Setelah CTD siap untuk diturunkan maka kontrol unit di set untuk kondidi ON. Ketika kontrol unit sedang
dipersiapkan maka instrumen (Rosette dan Probe) dapat diturunkan pelan-pelan mendekati permukaan air
(lihat gambar 2).
GAMBAR 2
4. CTD mulai diturunkan kedalam air secara pelan-pelan, dan pada saat inilah rangkaian Probe dan kontrol unit
saling berhubungan untuk merekam data dalam benntuk sinyal analog pada tipe recorder. Pada saat ini juga
prosedur akusisi dimulai dan kerangka Rosette pada CTD diturunkan dengan kecepatan tertentu sampai pada
kedalaman yang diinginkan (lihat gambar 3).
GAMBAR 3
5. Pada saat CTD probe diturunkan maka pengiriman data ke kontrol unit juga di mulai. Perhatikan data yang di
dapat dan keaadaan kece[atan penurunannya.
6. Setelah mendapatkan data yang diinginkan maka stop penerimaan data dari Probe. Berhentikan juga
perekaman data pada recorder. Kemudian dapat ditarik ke permukaan air, dengan catatan tidak ada lagi data
yang di kirim oleh CTD dan dipastikan OFF.
7. Setelah unit data akusisi di-Offkan dan instrument diletakan di atas kapal maka tekan End of Profile data dan
diberhentikan akusisi program. Data yang di dapat bisa langsung disambungkan ke personal Computer atau
direkam oleh Tipe Recorder.
8. Proses pengambilan data selesai.
Alat - alat Aplikasi Akustik Kelautan
1. Conductivity Temperature Depth (CTD)
Alat yang digunakan dalam sampling oseanografi untuk mengukur salinitas air laut,
suhu serta kedalaman air laut pada tempat dan kedalaman yang diinginkan adalah CTD
(Conductivity Temperature Depth). Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data,
sistem pengolahan, dan unit luaran. CTD digunakan untuk mengukur karakteristik air seperti
suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas. Unit pengolah terdiri dari sebuah unit
pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit
pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta
pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan
sampel serta kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan
mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis
kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam. Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah
fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor
tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut
(konduktivitas).
CTD diturunkan ke kolom perairan dengan menggunakan winch disertai seperangkat kabel
elektrik secara perlahan hingga ke lapisan dekat dasar kemudian ditarik kembali ke
permukaan. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan
sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas). Pengukuran tekanan
pada CTD menggunakan strain gauge pressure monitor atauquartz crystal.
Pencatatan tekanan dalam desibar kemudian tekanan dikonversi menjadi kedalaman
dalam meter. Sel induktif yang terdapat dalam CTD digunakan sebagai sensor
salinitas. Sensor temperatur yang terdapat pada CTD menggunakan thermistor, termometer
platinum atau kombinasi keduanya. Pengukuran data tercatat dalam bentuk data digital. Data
tersebut tersimpan dalam CTD dan ditransfer ke komputer setelah CTD diangkat dari
perairan atau transfer data dapat dilakukan secara kontinu selama perangkat perantara
(interface) dari CTD ke komputer tersambung.
Sumber :
http://seandy-laut-biru.blogspot.com/2010/01/acoustic-doppler-current-profiler-adcp.html
http://abymarssiono.wordpress.com/2011/03/17/tekanan-dan-alat-alat-pengukurnya/
Instrument CTD (Conductivity, Temperature, and Depth)
CTD singkatan dari Conductivity, Temperature, and Depth - adalah alat
utama untuk menentukan sifat fisik penting dari air laut antara lain Konduktivitas,
Temperatur (suhu), dan Kedalaman laut. Alat ini memeberikan gambaran yang tepat
dan komprehensif dari distribusi dan variasi suhu air, salinitas, dan densitas yang
membantu kita untuk memahami bagaimana pengaruh lautan terhadap kehidupan
di dalamnya
Gambar: Perangkat CTD dalam posisi siap diturunkan ke air (atas), Proses kerja
CTD dengan sensor yang melekat padanya (bawah).
Refraktometer
Refraktometer sebenarnya alat ukur mengukur indek bias suatu zat. Definisi
indek bias cahaya suatu zat adalah kecepatan cahaya didalam hampa dibagi
dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Kebanyakan obyek yang dapat kita
lihat, tampak karena obyek itu memantulkan cahaya kemata kita. Pada pantulan
yang paling umum terjadi, cahaya memantul kesemua arah, disebut pantulan baur.
Untuk keperluan ini cukup kita melukiskan satu sinar saaja, mustahil ada atau hanya
merupakan abstrasi geometrical saja (Sear,1994).
Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kadar/
konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula, garam, protein, dsb. Prinsip kerja dari
refraktometer sesuai dengan namanya adalah memanfaatkan refraksi cahaya.
Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest Abbe seorang ilmuan dari German pada
permulaan abad 20 (Khopkar, S.M. 2007).
Refraktometer adalah alat ukur untuk menentukan indeks cairan atau padat,
bahan transparan dengan refrektometry. Prinsip pengukuran: oleh cahaya,
penggembalaan kejadian, total refleksi. Ini adalah pembiasan (refraksi) atau refleksi
total cahaya yang digunakan. Sebagai prisma umum menggunakan 3 prinsip, satu
dengan indeks bias disebut prisma. Cahaya merambat dalam transisi antara
pengukuran prisma dan media sampel (cairan) dengan kecepatan yang berbeda
indeks bias diketahui dari media sampel diukur dengan refleksi cahaya (Anonim,
2010).
Refraktometer analog tradisional sering digunakan sebagai sumber cahaya sinar
matahari atau lampu pijar untuk berpisah dengan filter warna detektor adalah skala
yang dapat dibaca dengan sistem optik, optik dengan mata. Contoh refraktometer
adalah Obbe refraktometer, Pulfrich refraktometer, Woltan Stans refraktometer
(1802),Jellay refraktometer (Khopkar, S.M. 2007).
- Kelebihan alat ini adalah:
Refraktometer alat ini bekerja berdasarkan indeks bias, dimana indeks
bias berubah untuk setiap perubahan brix.
- Kekurangan alat ini adalah:
Zat yang terlarut dianggap seluruhnya gula (untuk refraktometer sucrose) sedangkan untuk
refraktometer garam (salt) zat terlarutnya dianggap sebagai garam (NaCl) seluruhnya.
Sechi Disk
Sechi disk adalah alat pengukur kecerahan (transparansi perairan di laut) yang
terbuat dari piringan yang kemudian diberi warna cat hitam dan putih. umumnya
ukuran yang digunakan adalah piringan dengan ukuran dengan diameter 18 inchi.
Dan dibuat menggunakan piringan metal dengan warna hitam dan putih. Secchi disk
digunakan untuk melihat seberapa jauh jarak (kedalaman) penglihatan seseorang
ketika melihat ke dalam perairan. Caranya, piringan diturunkan ke dalam air secara
perlahan menggunakan pengikat/tali sampai pengamat tidak melihat bayangan
secchi. Saat bayangan pringan sudah tidak tampak, tali ditahan/ berhenti diturunkan.
Selanjutnya secara perlahan piringan diangkat kembali sampai bayangannya
tampak kembali. Kedalaman air dimana piringan tidak tampak dan tampak oleh
penglihatan adalah pembacaan dari alat ini. Dengan kata lain, kedalaman kecerahan
oleh pembacaan piringan secchi adalah penjumlahan kedalaman tampak
dan tidaknya suatu kedalam laut ( Anonim, 2012).
- Kelebihan alat ini adalah alatnya sederhana dan mudah digunakan.
- Kekurangan :
Kecerahan sangat tergantung pada keadaan cuaca dan waktu pengukuran.
Sebagai alat ukur kecerahan perairan dalam mengukur transparansi air, perolehan
datanya masih sebatas perkiraan atau tidak terlalu akurat.
(Anonim, 2012)
WKC ( water Kuality Chaker)
merupakan alat untuk mengukur kualitas suatu perairan. Salah satu horiba
yang digunakan pada saat praktikum adalah Horiba's U-50. Instrumen ini berfungsi
untuk mengetahui kualitas air pada suatu tempat dimana memungkinkan
perhitungan di atas 11 parameter kualitas air. Instrumen ini di design untuk
keduanya baik pekerjaan berat ataupun memudahkan dalam cara pengoperasian ,
sehingga ini sangatlah cocok untuk lapangan pekerjaan. Sampling di sungai,
lingkungan dinding bawah, danau, run off, dan lain-lain sangatlah mudah dengan
mengunakan serial Horiba U-52 . Horiba adalah suatu alat untuk aplikasi yang
menuntut panjangnya kabel, dalam pengukuran pada berbagai poin-poin, atau
menghubungkan pemeriksaan dengan alat untuk memilih komponen penting dari
table atau data berikut. Multi-Probe Sensor mampu memeriksa kedalaman, daya
konduksi, temperatur, dan kekeruhan (Anonim, 2012).
Kelebihan alat ini adalah dengan menggunakan satu alat kita dapat mendapat informasi
berbagai parameter fisika dan kimia DO, PH, temperatur, konduktivitas, kedalaman, salinitas
serta turbidity. Kekurangan alat ini yaitu pengkalibrasiannya yang harus dilakukan pada pH 4
Kelebihan alat ini adalah baik untuk bekerja dengan cepat dan akurat, dan rumus
kalibrasi dengan mudah dapat diubah dalam grafik kecepatan, yang membuat perluasan lebih
mudah. Kekurangan alat ini adalah tidak dapat mengetahui arah arus, dan komponennya dapat
menambah atau mengurangi jumlah putaran baling-baling sehingga tidak dapat mengetahui
kecepatannya dengan benar.
ADCP
Accoustic Doppler Current Profiler atau yang lebih sering disingkat dengan ADCP ini
merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran di dalam kolom air laut seperti
pengukuran kecepatan rambat suara di dalam air laut. ADCP yang beroperasi tidak hanya dapat
mengukur kecepatan suara di dasar laut tapi juga pada interval yang sama hingga ke
permukaan. ADCP bekerja dengan prinsip gelombang suara yang disebut efek doppler. suara
yang datang dengan frekuensi tinggi yang mendekati alat, kemudian menjauhi alat. ADCP
bekerja dengan mendeteksi keberadaan suara pada frekuensi yang konstan. pantulan suara
yang bergerak didalam air dibawa oleh partikel partikel air dan dipantulkan kembali ke ADCP.
karena efek doppler, pantulan gelombang suara yang dibawa oleh partikel air menjauh dari alat
menyebabkan penurunan frekuensi elombang suara. perbedaan gelombang suara yang
dikeluarkan oleh ADCP dengan gelombang yang diterima disebut dengan “pergeseran doppler”
(doppler shift), dimana pergeseran ini digunakan untuk mengukur seberapa cepat gelombang
tersebut bergerak melalui partikel air
Wave Pole
Wave Pole adalah papan kayu dengan panjang 4 meter, lebar 15 cm dan tebal 3 cm
yang berskala tiap 20 cm. Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati puncak
dan lembah, perhitungan periode gelombang dilakukan dengan menghitung waktu gerakan
gelombang melewati titik tertentu. Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan
mengamati batas puncak gelombang dan batas lembah gelombang yang melewati
wave pole yang kami letakkan di sekitar 30 meter dari garis pantai untuk kemudian dicatat.
Perhitungan periode gelombang dilakukan dengan cara ; pertama, menentukan titik tetap
dari letak wave pole dengan jarak 2 meter, 3 meter, 4 meter, dan 5 meter yang berfungsi
sebagai acuan jarak untuk menentukanperiode/waktu gelombang. Periode gelombang di
hitung pada saat gelombang melewati wave pole sampai gelombang tersebut
melewati batas titik tetap yang tadi telahditentukan (perhitungan periode gelombang ini
dilakukan sebanyak 5 kali ulangan)
(Jelajah iptek,
2012).
Kelebihan alat ini adalah penggunaannya yang cukup mudah. Kekurangan alat ini adalah
membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan data gelombang yang cukup banyak dan
kita harus mengetahui terlebih dahulu puncak dan lembah gelombang.
Tide Staff
Tide Staff merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana, berupa papan
dengan tebal 1 – 2 inci dan lebar 4 – 5 inci. Sedangkan panjangnya harus lebih dari
tunggang pasut. Dimana pemasangan tide gauge ini haruslah pada kondisi muka air
terendah (lowest water) skala nolnya masih terendam air, dan saat pasang tertinggi
skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi (highest water). Dengan
demikian maka tinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui. Dan dari data yang
dicatat dari skala tide gauge tersebut, kita dapat mengetahui pola pasang surut pada
suatu daerah pada waktu tertentu. Dalam pemasangannya rambu tersebut disekrup
atau ditempelkan pada posisi vertical pada tiang atau penyangga yang cocok. Lokasi
rambu harus berada pada lokasi yang aman dan mudah terlihat dengan jelas, tidak
bergerak-gerak akibat gelombang atau arus laut. Tempat tersebut tidak pernah
kering pada saat kedudukan air yang paling surut. Oleh karena itu panjang rambu
pasut yang dipakai sangat tergantung sekali pada kondisi pasut air laut di tempat
tersebut. Bila seluruh rambu pasut dapat terendam air, maka air laut tidak dapat
dipastikan kedudukannya.Pada prinsipnya bentuk rambu pasut hampir sama dengan
rambu dipakai pada pengukuran sifat datar (leveling). Perbedaannya hanya dalam
mutu rambu yang dipakai. Mengingat bagian bawah rambu pasut harus dipasang
terendam air laut, maka rambu dituntut pula harus terbuat dari bahan yang tahan air
laut.Rambu pasut hampir selalu digunakan pada pelabuhan-pelabuhan laut. Akan
tetapi dalam hal ini biasanya titik nol skala rambu diletakkan sama dengan muka
surutan setempat, sehingga setiap saat tinggi permukaan air laut terhadap muka
surutan tersebut atau kedalaman laut dapat diketahui berdasarkan pembacaan pada
rambu. Dengan demikian hal ini sangat membantu bagi keamanan kapal yang akan
berlabuh atau meninggalkan pelabuhan( Anonim, 2008).
Kelebihan alat ini adalah penggunaannya yang cukup mudah. Kekurangan alat ini adalah
membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan data gelombang yang cukup banyak dan
kita harus mengetahui terlebih dahulu puncak dan lembah gelombang.
Prinsip kerja alat pengukuran pasut ini berdasarkan pada gerak naik turunnya
permukaan laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan
alat pencatat. Alat ini harus dipasang pada tempat yang tidak begitu besar
dipengaruhi oleh gerakan air laut sehingga pelampung dapat bergerak secara
vertical dengan bebes. Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun
yang lebih banyak dipakai adalah dengan rambu pasut. Di pantai dimana terdapat
ombak pecah, atau dimanapun ada gangguan permukaan air yang minimal, kisaran
pasang surut dapat diukur dengan rangkaian papan yang sudah terbagi-bagi dalam
kelas-kelas tertentu. Air yang mengarah ke pantai akan terukur pada interval-interval
yang tertera pada papan. Papan yang paling dekat dengan pantai harus mencapai
atas air pada saat terjadi high water, dan yang jauh dari pantai harus mencapai
mean low water level agar pada saat surut terendah dapat terbaca skalanya. Perlu
berhati-hati dalam pembacaan pada papan yang sudah lapuk. Papan pengukur
pasang surut juga dapat dipasang pada bendungan-bendungan dekat pantai, di
penggalangan kapal dan struktur-struktur lain yang airnya tenang ( Anonim, 2008)
Jika menginginkan pengukuran yang akurat maka pengukuran dilkukan di
tempat yang pengaruh gelombangnya sedikit. Dekat pantai di atas mean high water
biasanya dibuat penampungan yang dasarnya kira-kira 3 sampai 6 kaki ke bawah
dari level lowest low water. Penampungan dihubungkan ke laut dengan pipa yang
sempit yang menurun sampai ke dasar. Ujung dari pipa dibuat semacam alat
penyiram air yang dimaksudkan untuk pengairan dan buoy akan menahannya pada
daar laut. Jika pengaruh gelombang tidak terasa pada kedalaman ini maka level air
pada penampungan hanya menggambarkan pergerakan pasang surut. Pada saat
lautan terlihat tenang di permukaan, maka pada penampungan air alirannya lancar
dan level air akan terukur oleh papan berskala. Mengukut pasang surut akan sulit
dan akan menghabiskan waktu, untuk mengatasi masalah ini digunakanlah
marigraph. Marigraph adalah alat pengukur pasang surut otomatis yang akan
mencatat sendiri kisaran pasang surut. Alat ini akan memberikan catatan yang
konstan dari level air
Kelebihanya adalah alatnya lebih canggih dan mudah digunakan, kekuranganya
adalah pengukuranya tidak aqurat jika ada gelombang tinggi.