Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1. Mampu memahami bagaimana ketergantungan laju reaksi terhadap suhu
2. Mampu melakukan penentuan nilai energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan
persamaan Arrhenius

1.2 Dasar Teori


1.2.1 Suhu dan Laju Reaksi
Pada tahun 1889 Arrhenius mengusulkan suatu persamaan empiris yang
menyatakan ketergantungan konstanta laju reaksi pada suhu yang berlaku
pada jenjang suhu yang tidak begitu lebar. Persamaan tersebut adalah sebagai
berikut :
−𝐸𝑎⁄
𝐾 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇 …………………………………….(pers 1.1)
dengan : K = konstanta kecepatan reaksi
Ea = energi aktivasi
A = factor frekuensi
R = Konstanta gas universal
T = suhu

Faktor e-Ea/RT memiliki kesamaan dengan hokum distribusi Boltzmann.


Faktor ini menunjukan fraksi molekul yang memiliki energy yang melebihi
energi aktivasi.
Persamaan 1.1 dapat ditulis dalam bentuk natural logaritmanya:
In K = In A –Ea/RT
Plot ln k sebagai fungsi 1/T akan merupakan suatu garis lurus dengan
slope –Ea/R dan akan memotong sumbu ln k pada ln A. salah satu jenis plot
di atas dapat dilihat pada Gambar 1.1 (Bird, 1987).

Ln A

Slope = -Ea/R

Ln K
1/T
Gambar 1.1 Grafik Arrhenius

1.2.2 Energi aktivasi


Energi aktivasi merupakan suatu minimum yang harus dilewati oleh suatu
reaksi untuk menghasilkan produk, misalnya :

A+B A…………B produk

A…………………….B

Energi Ea` Ea``

A+B

Produk

Laju reaksi

Gambar 1.2 Grafik Energi Aktivasi

Dari diagram di atas dapat di jelaskan bahwa selama reaksi berlangsung


antara sebuah molekul A dan sebuah molekul B, potensial energinya
bergerak dari kiri ke kanan dan terlebih dahulu melalui puncak maksimum.
Puncak maksimum ini sebenarnya yang memainkan peranan penting dalam
penentuan laju suatu reaksi. Spesies yang memiliki energi maksimum
tersebut tingkat transisi (transition state). Energi E` dari komplek ini
terhadap posisi energi reaktan A + B disebut energi aktivasi unuk reaksi
yang berlangsung dari kiri kekanan. Sedangkan energi E`` dari komplek
teraktivikasi terhadap energi produk disebut energi aktivasi yang
berlangsung dari kanan kekiri.

Dengan melihat hal tersebut diatas jelas bahwa energi aktivasi akan
mudah di lewati bila molekul-molekul yang bertumbuk semakin cepat dan
efektif menghasilkan komplek aktif dan kemudian menjadi produk.

1.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi


1. Konsentrasi
Konsentrasi berkaitan dengan jumlah partikel yang bereaksi. Makin
besar konsentrasi berarti makin banyak partikel sehingga makin banyak
yang bergerak dan makin banyak yang bertumbukanlaju reaksi akan
makin besar.
2. Pengaruh Temperatur (T)
Kenaikan temperatur berpengaruh besar pada kenaikan pergerakan
partikel, sehingga laju reaksi makin besar. Disamping itu, perubahan
temperatur akan mempengaruhi juga pada harga konstan laju reaksi.
Temperatur makin besar, maka harga k makin besar. Jadi temperatur
makin besar, maka laju reaksi makin besar, begitu juga sebaliknya.
3. Pengaruh Luas Permukaan (A)
Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi sama seperti
pengaruhnya terhadap tumbukan. Sehingga semakin besar luas
permukaan maka peluang untuk tumbukan semakin besar. Sehingga laju
reaksi semakin besar.
4. Pengaruh Katalis
Katalis adalah suatu zat yang dapat mempercepat atau
memperlambat laju reaksi. Katalis yang sifatnya mempercepat suatu
reaksi disebut katalisator. Sedangkan katalis yang memperlambat suatu
reaksi disebut inhibitor. Secara umum sering kita langsung
menganalogikan bahwa katalis adalah katalisator, yaitu zat yang dapat
mempercepat laju reaksi.
5. Pengaruh Pengadukan
Pengadukan berpengaruh pada pertemuan antar partikel. Makin
cepat proses pengadukan maka reaksi akan semakin kecil.
6. Sifat alami suatu reaksi
Beberapa reaksi memang secara alami lambat atau lebih cepat
dibandingkan yang lain. Jumlah spesies yang ikut bereaksi serta keadaan
fisik reaktan, ataupun kekompleksan jalannya (mekanisme reaksi) dan
faktor lain sangat menentukan kecepatan) laju reaksi.
7. Tekanan
Reaksi yang melibatkan gas, kecepatan reaksinya berbanding lurus
dengan kenaikan tekanan dimana faktor tekanan ini ekuivalen dengan
konsentrasi gas.
8. Pelarut
Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut.
Sifat pelarut baik terhadap reaktan, hasil intermediet, dan produknya
mempengaruhi laju reaksi. Seperti sifat soluasi pelarut terhadap ion dalam
pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut dalam pembentukan
counter ion.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat
- 10 buah tabung reaksi beserta rak tabung - Gelas kimia 600 ml
- Pipet volume 10 ml - Hot plate
- Pipet volume 5 ml - Pengaduk magnet
- Pipet volume 1 ml - Termometer
- Stopwatch
- Gelas kimia 200 ml
2.2 Bahan
- Larutan kalium persulfat 0.04 M
- Larutan KI 0.1 M
- Larutan natrium thiosulfat 0.001 M
- Larutan kanji 1 %
- Es batu
2.3 Prosedur kerja
1. Menyiapkan suatu sistem seperti table berikut pada tabung terpisah

Volume tabung I Volume Tabung II

Ml ml ml ml ml ml

S2O82- H2O I- H2O S2O32- Kanji

5 5 10 - 1 1

2. Mendinginkan tabung I dan II ke dalam gelas piala yang berisi campuran air
dan es sampai suhu kedua tabung tersebut sama dengan yang berada didalam
termosfat.
3. Mencampurkan isi kedua tabung kedalam tabung reaksi yang diletakkan diatas
penangas plat dengan mengaduk menggunakan magnetik strirer dan
menyalakan stopwatch.
4. Mengulangi percobaan tersebut untuk suhu yang berbeda yaitu 15oC, 20oC,
25oC, 30oC.
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1 Data Pengamatan


Tabel 3.1 Data percobaaan
Waktu
Suhu rata-rata (⁰C) Perubahan Warna
Reaksi (s)
10 30.05 Bening – ungu
15 23.04 Bening – ungu
20 20.06 Bening – ungu
25 14.50 Bening – ungu
30 13.40 Bening – ungu

3.2 Hasil Perhitungan


Tabel 3.2 Hasil Perhitungan

No t (s) 1/t ln 1/t T 1/T A ( s-1 ) Ea (kJ/mol)


1. 30.05 0.033277 -3.40 283 0.003534
2. 23.04 0.0434027 -3.14 288 0.003473
3. 20.06 0.049850 -3.00 293 0.003413
10155,80 29,67
4. 14.50 0.068965 -2.67 298 0.003355
5. 13.40 0.074626 -2.60 303 0.003300

3.3 Pembahasan
Percobaan Arrhenius dan Energi Aktivasi ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan dapat menghitung energi
aktivasi dari data hasil percobaan yang didapat dengan menggunakan persamaan
Arrhenius. Energi aktivasi digunakan untuk memutuskan ikatan-ikatan pada
pereaksi sehingga dapat membentuk ikatan baru pada hasil reaksi.

Dalam percobaan ini pada tabung pertama berisi H2O dan Na2S2O8,
dalam tabung kedua berisi larutan KI, Na2S2O8 dan indikator kanji. Masing-
masing dari tabung I dan II dicampurkan dengan suhu yang divariasikan dari suhu

10⁰C - 30⁰C. Ketika larutan telah bercampur terjadi perubahaan warna karena
didalam larutan terdapat indikator kanji yang berfungsi sebagai indikator
kemudian reaksi terjadi dan membentuk I2. Oleh karena itu campuran mengalami
perubahan warna dari bening menjadi ungu.

2I-+S2O82-→2SO42- + I2

Perubahan warna yang terjadi akan demakin cepat apabila reaksi


berlangsung pada temperatur yang lebih tinggi. Pada temperatur yang lebih
tinggi, ion-ion pereaksi akan memiliki energi kinetik yang lebih besar. Disini
terlihat adanya penambahan energi kinetik partikel yang dilakukan dengan
menaikkan temperatur reaksi, inilah energi yang diberikan dari luar sistem untuk
mencapai kondisi transisi seperti yang dijelaskan oleh teori. Energi tersebut akan
diukur besarnya (Energi Aktivasi).

Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh, waktu reaksi pada suhu

10⁰C = 30.05 detik, 15⁰C = 23.04 detik, 20⁰C = 20.06 detik, 25⁰C = 14.50 detik,

30⁰C = 13.40 detik. Hubungan energi aktivasi dengan laju reaksi adalah
berbanding terbalik. Semakn besar energi aktivasi maka laju reaksi akan semakin
lambat karena energi minimum untuk terjadi reaksi semakin besar. Ini
membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka energi aktivasinya akan
semakin kecil dan semakin sedikit waktu yang diperlukan sehingga akan
memperbesar harga laju reaksi.
Selanjutnya membuat grafik hubungan antara ln K dengan 1/T. Dengan
menurunkan persamaan Arrhenius, maka akan diperoleh suatu persamaan linier
yaitu :

1 𝐸𝑎 1
𝑙𝑛 = ln 𝐴 − .
𝑡 𝑅 𝑇

Dimana Ln 1/t (waktu) merupakan fungsi dari 1/T (suhu). Dari grafik ln
1/t sebagai fungsi 1/T didapatkan persamaan yaitu:
y = – 3568,8x + 9,2258

Dengan memasukan data yang diperoleh kedalam persamaan Arrhenius,


maka nilai faktor frekuensi (A) akan diperoleh dari nilai intersepnya yaitu
sebesar 10155,80 s-1 dan nilai energi aktivasi akan diperoleh dari nilai slopenya
yaitu 29,67 kJ/mol.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka di dapat kesimpulan bahwa :
 Suhu mempengaruhi laju reaksi dimana semakin tinggi suhu maka laju
reaksi semakin meningkat.
 Nilai Energi Aktivasi yang diperoleh yaitu 29,67 kJ/mol.
 Nilai faktor frekuensi yang diperoleh yaitu 10155,80 s-1.

4.2 Saran
 Sebaiknya praktikum ini menggunakan indikator kanji yang masih bagus
sehingga tidak terjadi kesalahan ketika mengamati perubahan warna reaksi
mulai berlangsung.
 Praktikan menyarankan pada praktikum yang akan datang untuk
memvariasikan konsentrasi bahan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.http:// www.belajarkimia/blogspot.com/hal-hal-yang-mempengaruhi-laju-
reaksi. (Diakses pada tanggal 19 Mei 2016).

Anonim. http://www.wikipedia Indonesia.org/persamaan-arrhenius-dan-energi-


aktivasi. (Diakses pada tanggal 19 Mei 2016).

Bird, T.1987. Physical Chemistry. Diterjemahkan oleh: Kwee Ie Tjien. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.
Tim penyusun.2016. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Samarinda : Politeknik
Negeri Samarinda.
LAMPIRAN I

Arhenius
0
0.00325 0.0033 0.00335 0.0034 0.00345 0.0035 0.00355
-0.5

-1

-1.5
Arhenius
-2
Linear (Arhenius)
-2.5

-3 y = -3568.8x + 9.2258
R² = 0.9759
-3.5

-4

Perhitungan :
−𝐸𝑎⁄
𝐾 = 𝐴𝑒 𝑅𝑇

𝐸𝑎 𝐸𝑎
ln K = ln A − 𝑅𝑇 𝑏=− 𝑅

𝐸𝑎
y = bx + c −3568,8 = − 𝑘𝐽
8,3143𝑥10−3
𝑚𝑜𝑙

y = -3568,8x + 9,2258 𝐸𝑎 = 29,67 𝑘𝐽/𝑚𝑜𝑙

ln A = c

ln A = 9,2258

𝐴 = 𝑒 9,2258 = 10155,80 s-1


Gambar Alat

Stopwatch Gelas Kimia

Bulp thermometer

Botol Semprot tabung reaksi dan rak tabung

Pipet Volume dan Pipet Ukur Hot plate

Anda mungkin juga menyukai