Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TERMODINAMIKA SEMESTER GENAP


2019/2020 TERMOKIMIA

NAMA : Rizka Salsabilah Putri


NIM 1820208017
KELOMPOK : II (Dua)

Dosen Pengampuh
Ravensky Yurianty Pratiwi, S.Pd., M.Si
NIDN. 2027079201

LABORATORIUM IPA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN FATAH 2020
22 Mei 2020

TERMOKIMIA

I. TUJUAN
1. Untuk menentukan equivalen air kalorimeter
2. Untuk menentukan kalor penetral asam kuat dengan basa kuat

II. DASAR TEORI


Termokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan kalor
(panas) dalam reaksi kimia. Kalor merupakan salah satu bentuk energi, energi
didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja. Beberapa istilah
dalam termokimia yang harus diketahui adalah sistem dan lingkungan. Sistem
adalah sekumpulan elemen atau tidak yang saling berpengaruh antara satu
dengan yang lainnya. Lingkungan adalah segala sesuatu diluar sistem
(Foliatini, 2008).
Kajian tentang kalor dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia
disebut termokimia. Termodinamika merupakan cabang dari termokimia
karena tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Kita dapat mengukur
(secara tidak langsung, dengan cara mengukur kerja atau kenaikan
temperatur) energi yang dihasilkan oleh reaksi dengan kalor dan dikenal
sebagai Q, bergantung pada kondisinya. Didalam termokimia terdapat tiga
jenis sistem antara lain sistem terbuka, sistem tertutup, dan sistem terisolasi.
Sistem terbuka yaitu sistem dimana dapat terjadi pertukaran energi dan massa
dengan lingkungannya, sistem tertutup yaitu sistem dimana hanya terjadi
pertukaran energi dengan lingkungannya, massa tidak berubah, sedangkan
pada sistem terisolasi ialah keadaan yang tidak memungkinkan terjadinya
pertukaran energi maupun massa dengan lingkungannya (Altkins, 1999).
Hampir semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan
(melepaskan) energi, umumnya dalam bentuk kalor. Penting bagi kita untuk
memahami perbedaan antara energi termal dan kalor. Kalor adalah
perpindahan energi termal antara dua benda yang suhunya berbeda walaupun
kalor diserap atau kalor dibebaskan. Ketika menggambarkan perubahan
energi yang terjadi selama proses tersebut. Ilmu kimia yang mempelajari
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia disebut termokimia
(thermochemistry) (Chang, 2004).
Panas dan kerja, keduanya adalah bentuk perpindahan energi kedalam
atau keluar sistem, maka dapat dibayangkan sebagai energi dalam keadaan
singgah. Jika perubahan energi disebabkan kontak mekanik sistem dengan
lingkungannya, maka kerja dilakukan. Jika perubahan itu disebabkan oleh
kontak kalor menyebabkan perubahan suhu, maka kalor dipindahkan. Dalam
banyak proses, kalor dan keduanya menembus batas sistem, dan perubahan
energi dalam sistem adalah jumlah dari konstribusi itu. Pernyataan ini disebut
hukum pertama yang mempunyai rumus matematika :
E=q+w
Suatu sistem dapat dibayangkan mengandung kerja atau kalor, sebab kerja
dan kalor keduanya mengacu bukan pada keadaan sistem, tetapi pada proses
yang mengubah suatu keadaan-keadaan lainnya. Perubahan keadaan yang
sama dari sistem dapat dilakukan dengan memindahkan kalor ke sistem tanpa
melakukan kerja, sehingga : E = q + w. Karena q dan w tergantung pada
proses tertentu atau lintasan yang menghubungkan keadaan, maka mereka
bukanlah fungsi keadaan (Oxtoby, 2001).
Energi dalam suatu zat/sistem juga dapat berubah jika zat/sistem
melakukan atau menerima kerja (usaha luar). Jenis kerja yang sering
menyertai perubahan kimia atau proses fisika (perubahan wujud) adalah kerja
ekspansi, yaitu kerja yang berhubungan dengan perubahan volume. Jika suatu
zat/sistem mengembang, maka zat itu mengusir udara atau mengangkat beban
diatasnya. Untuk melakukan hal itu diperlukan sejumlah energi yang disebut
kerja. Jadi, zat/sistem melakukan kerja maka energi dalamnya akan berkurang
walaupun zat/sistem itu tidak melepas kalor. Sebaliknya sistem menerima
kerja (volume berkurang), maka energi dalam sistem bertambah (Purba,
1999).
Reaksi kimia yang menyangkut pemecahan atau pembentukan ikatan
kimia selalu berhubungan dengan penyerapan atau pelepasan panas. Reaksi
eksotermik adalah suatu reaksi yang melepaskan energi. Jika reaksi
berlangsung pada suhu tetap berdasarkan perjanjian ∆H akan bernilai negatif
karena keadaan panas dari sistem menurun. Sebaliknya pada reaksi
endodermik yaitu reaksi yang membutuhkan panas berdasarkan perjanjian ∆H
akan bernilai positif (Bird, 1993).
Menurut Sukardjo (2002), panas pelarutan ada dua macam, yaitu
panas pelarutan integral dan panas pelarutan diferensial. Besarnya panas
pelarutan bergantung pada jumlah mol pelarut dan zat terlarut. Panas
pelarutan adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan dilarutkan dalam
larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas
pelarutan untuk larutan encer yang biasanya terdapat dalam tabel panas
pelarutan. Panas pelarutan biasanya terdapat pada tabel merupakan panas.
Pengenceran dari keadaan jenuh menjadi encer.
Panas penetralan terjadi dalam larutan asam kuat dan basa kuat
dengan sedikit air ternyata berharga konstan. Hal ini disebabkan karena asam
kuat dan basa kuat akan mudah terionisasi sempurna dalam bentuk ion
didalam larutan. Panas penetralan merupakan jumlah panas yang dilepaskan
ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi dengan asam dan basa atau sebaliknya
(Subowo dan Sanjaya, 1983).
Kalorimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
perubahan kalor. Salah satu jenis kalorimeter adalah kalorimeter bom. Sistem
termodinamika adalah isi dari kalorimeter tersebut, antara lain reaktan dan
produk bom itu sendiri, air tempat bom thermometer, dan pengaduk
merupakan lingkungannya (Petrucci, 1992).
Pada awalnya pengukuran termal dibatasi oleh ketersediaan
instrument kalorimetrik komersial yang dapat beroperasi pada tekanan tinggi.
Namun dengan adanya perkembangan dan ketersediaan dari aliran panas dan
kekuatan yang diimbangi dengan jenis kalorimeter pada tekanan tinggi (yaitu
sampai 40 MPa), sifat termal pengukuran dapat dilakukan pada kondisi skala
yang diperkecil dari sebenarnya (Gupta, 2008).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Kalorimeter
2. Termometer
3. Stirer
B. Bahan
1. Air dingin
2. Air kalor
3. HCl
4. NaOH
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Penentuan Ekuivalen Air Kalorimeter

Pada menu Calorimetry - Water Equivalent, pilih simulator.


Kemudian menconteng Cross section
Selanjutnya

Pilih air dingin (cold water) dan mulai reaksi dengan mengklik tombol
“Mulai (Start)”
Selanjutnya

Catat waktu dan suhu hingga 4 menit 30. Kemudian masukkan nilai
dalam lembar kerja

Lakukan hal yang sama pada sampel air panas (Hot water) dan pada
sampel campuran (Air dingin + air panas)

2. Reaksi Penetralan NaOH dan HCl

Pada menu Calorimetry - Heat of Neutralization pilih simulator.


Kemudian menconteng Cross section

Selanjutnya

Pilih larutan HCl dan mulai reaksi dengan mengklik tombol “Mulai
(Start)”

Selanjutnya

Catat waktu dan suhu hingga 4 menit 30. Kemudian masukkan nilai
dalam lembar kerja

Lakukan hal yang sama pada sampel larutan NaOH dan pada larutan
campuran (HCl + NaOH)
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Data Hasil Pengamatan
a) Tabel Penentuan Ekuivalen Air Kalorimeter
No. Perlakuan Pengamatan
Sampel air dingin Grafik lurus dikarenakan suhu
1 (cold water) konstan dari 0 detik – 270 detik
yaitu 27,1˚C (T2)
Sampel air panas Grafik turun dikarenakan suhu
(hot water) berubah-ubah dari 0 detik – 150
2 detik dan kemudian suhu konstan
pada 150 detik – 270 detik yaitu
47,8˚C (T1)
Sampel campuran Grafik turun dikarenakan suhu
(Air dingin + air panas) berubah-ubah dari 300 detik – 420
3 detik dan kemudian suhu konstan
pada 420 detik – 570 detik yaitu
38,7˚C (T3)

b) Tabel Reaksi Penetralan NaOH dan HCl


No. Perlakuan Pengamatan
Sampel larutan Grafik lurus dikarenakan suhu konstan
1
HCl dari 0 detik – 270 detik yaitu 29˚C (T2)
Sampel larutan Grafik turun dikarenakan suhu berubah-
NaOH ubah dari 0 detik – 180 detik dan
2
kemudian suhu konstan pada 180 detik –
270 detik yaitu 28,10˚C (T1)
Sampel larutan Grafik turun dikarenakan suhu berubah-
campuran ubah dari 300 detik – 480 detik dan
3
(HCl + NaOH) kemudian suhu konstan pada 480 detik –
570 detik yaitu 33,60˚C (T3)
Tabel Data Hasil Penentuan Ekuivalen Air Kalorimeter
Waktu Suhu
No.
(Detik) Air Dingin Air Kalor Campuran
1. 0 27,10˚C 50,10˚C
2. 30 27,10˚C 49,50˚C
3. 60 27,10˚C 48,80˚C
4. 90 27,10˚C 48,40˚C
5. 120 27,10˚C 48,10˚C
6. 150 27,10˚C 47,80˚C
7. 180 27,10˚C 47,80˚C
8. 210 27,10˚C 47,80˚C
9. 240 27,10˚C 47,80˚C
10. 270 27,10˚C 47,80˚C
11. 300 40,70˚C
12. 330 39,90˚C
13. 360 39,10˚C
14. 390 38,90˚C
15. 420 38,70˚C
16. 450 38,70˚C
17. 480 38,70˚C
18. 510 38,70˚C
19. 540 38,70˚C
20. 570 38,70˚C
Tabel Data Hasil Penetralan HCl dan NaOH
Waktu Suhu
No.
(Detik) HCl NaOH Campuran
1. 0 29˚C 30,10˚C
2. 30 29˚C 29,60˚C
3. 60 29˚C 29,10˚C
4. 90 29˚C 28,70˚C
5. 120 29˚C 28,50˚C
6. 150 29˚C 28,30˚C
7. 180 29˚C 28,10˚C
8. 210 29˚C 28,10˚C
9. 240 29˚C 28,10˚C
10. 270 29˚C 28,10˚C
11. 300 36,10˚C
12. 330 35,60˚C
13. 360 34,90˚C
14. 390 34,40˚C
15. 420 34,00˚C
16. 450 33,80˚C
17. 480 33,60˚C
18. 510 33,60˚C
19. 540 33,60˚C
20. 570 33,60˚C
2. Perhitungan
a) Perhitungan Penentuan Ekuivalen Air Kalorimeter
 Suhu air dan kalorimeter, T1 = 47,80˚C
 Suhu air dingin, T2 = 27,10˚C
 Suhu campuran, T3 = 38,70˚C
 Kalor yang didapatkan dari air kalor
Q = 50 [T3-T2] = 50 [38,70˚C – 27,10˚C]
= 580 cal
 Ekuivalen air kalorimeter
W = [50(T3-T2) / (T1-T3)] – 50
= [50(38,70˚C - 27,10˚C) / (47,80˚C - 38,70˚C)] – 50
= [50(11,6˚C) / (9,1˚C)] – 50
= 63,73 – 50
= 13,73 cal

Hasil :
Ekuivalen air pada kalorimeter = 13,73 cal
b) Penentuan Reaksi Penetralan NaOH – HCl
 Suhu alkali dan kalorimeter, T1 = 28,10˚C
 Suhu asam, T2 = 29˚C
 Suhu campuran, T3 = 33,60˚C
 Ekuivalen air kalorimeter
W = [50(T3-T2) / (T1-T3)] – 50
= [50(38,70˚C - 27,10˚C) / (47,80˚C - 38,70˚C)] – 50
= [50(11,6˚C) / (9,1˚C)] – 50
= 63,73 – 50
= 13,73 cal
 Kalor yang diserap
Q = (50+W) (T3-T1) + 50 (T3-T2)
= (50+13,73 cal) (33,60˚C - 28,10˚C) + 50 (33,60˚C - 29˚C)
= (63,73 cal) (5,5˚C) + 50 (4,6˚C)
= (63,73 cal) (5,5˚C) + (230˚C)
= 580,515 cal
 Kalor penetralan
∆H = (Q×1000) / (V×C)
= (580,515 cal × 1000) / (50 mL × 1 N)
= (580.515 cal) / (50 mL.N)
= 11.610,3 cal
 Kalor penetralan HCl dan NaOH = 48,76 Kj

Hasil :
Kalor penetralan HCl dan NaOH = 48,76 Kj
B. Pembahasan
Pada percobaan praktikan kali ini yang berjudul termokimia.
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah untuk menentukan equivalen
air kalorimeter dan untuk menentukan kalor penetral asam kuat dengan
basa kuat. Alat-alat yang digunakan adalah kalorimeter, termometer, dan
stirer. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air panas atau air kalor,
air dingin, dan larutan campuran (HCl + NaOH).
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari tentang perubahan
kalor (panas) dalam reaksi kimia. Kalor merupakan salah satu bentuk
energi, energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja.
Beberapa istilah dalam termokimia yang harus diketahui adalah sistem
dan lingkungan. Sistem adalah sekumpulan elemen atau tidak yang saling
berpengaruh antara satu dengan yang lainnya. Lingkungan adalah segala
sesuatu diluar sistem (Foliatini, 2008).
Langkah pertama yang praktikan lakukan adalah membuka laman
virtual lab menggunakan browser dengan link http://vlab.amrita.edu,
kemudian praktikan membuat akun terlebih dahulu. Setelah berhasil
membuat akun, praktikan login dengan menggunakan email dan password
yang telah terdaftar. Kemudian masuk ke halaman menu dan memilih
chemical sciences, lalu pilih physical chemistry virtual lab. Selanjutnya
pilih Calorimetry - Water Equivalent untuk percobaan penentuan
ekuivalen air kalorimeter. Selanjutnya pilih simulator untuk memulai
praktikum. Pada simulator, pertama-tama praktikan melakukan percobaan
dengan menggunakan sampel air dingin kemudian klik mulai. Kemudian
catat suhu dan waktu hingga waktu 4 menit 30 detik. Setelah waktunya
selesai, didapatkan bahwa grafiknya lurus yang berarti suhu pada sampel
air dingin ini konstan yaitu 27,10˚C. Selanjutnya praktikan mengubah
sampel yaitu air kalor atau air panas, kemudian klik mulai. Catat suhu dan
waktu hingga 4 menit 30 detik. Setelah waktunya selesai, didapatkan
bahwa grafiknya menurun yang berarti terjadi perubahan suhu pada
sampel air kalor ini, dimana praktikan mendapatkan hasil bahwa suhu
konstan pada detik ke-150 dengan suhu 47,80˚C. Selanjutnya praktikan
mengubah sampel yaitu sampel campuran (air dingin + air panas),
kemudian klik mulai. Catat suhu dan waktu dari 300 detik hingga 570
detik. Setelah waktunya selesai, didapatkan bahwa grafiknya menurun
yang berarti terjadi perubahan suhu pada sampel campuran ini, dimana
praktikan mendapatkan hasil bahwa suhu konstan pada detik ke-420
dengan suhu 38,70˚C. Setelah mendapatkan hasil dari praktikum ini,
praktikan dapat menghitung ekuivalen air pada kalorimeter dan didapat
hasil sebesar 13,73 cal.
Kemudian untuk percobaan penetralan HCl dan NaOH masuk ke
halaman menu dan memilih chemical sciences, lalu pilih physical
chemistry virtual lab. Selanjutnya pilih Calorimetry - Heat of
Neutralization. Selanjutnya pilih simulator untuk memulai praktikum.
Pada simulator, pertama-tama praktikan melakukan percobaan dengan
menggunakan sampel larutan HCl kemudian klik mulai. Kemudian catat
suhu dan waktu hingga waktu 4 menit 30 detik. Setelah waktunya selesai,
didapatkan bahwa grafiknya lurus yang berarti suhu pada sampel larutan
HCl ini konstan yaitu 29˚C. Selanjutnya praktikan mengubah sampel
yaitu larutan NaOH, kemudian klik mulai. Catat suhu dan waktu hingga 4
menit 30 detik. Setelah waktunya selesai, didapatkan bahwa grafiknya
menurun yang berarti terjadi perubahan suhu pada sampel larutan NaOH
ini, dimana praktikan mendapatkan hasil bahwa suhu konstan pada detik
ke-180 dengan suhu 28,30˚C. Selanjutnya praktikan mengubah sampel
yaitu sampel campuran (HCl + NaOH), kemudian klik mulai. Catat suhu
dan waktu dari 300 detik hingga 570 detik. Setelah waktunya selesai,
didapatkan bahwa grafiknya menurun yang berarti terjadi perubahan suhu
pada sampel campuran ini, dimana praktikan mendapatkan hasil bahwa
suhu konstan pada detik ke-480 dengan suhu 33,60˚C. Setelah
mendapatkan hasil dari praktikum ini, praktikan dapat menghitung kalor
penetralan HCl dan NaOH sebesar 48,76 Kj.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan termokimia yaitu penentuan ekuivalen air
kalorimeter dan penetralan HCl dan NaOH, dapat disimpulkan bahwa :
1. Penentuan ekuivalen air kalorimeter dapat dilakukan dengan
menggunakan sampel air dingin, air kalor, dan sampel campuran (air
dingin + air panas).
2. Penetralan HCl dan NaOH dapat dilakukan dengan menggunakan
sampel HCl, NaOH, dan sampel campuran (HCl + NaOH).
3. Hasil penentuan ekuivalen air kalorimeter sebesar 13,73 cal
4. Hasil kalor penetralan HCl dan NaOH sebesar 48,76 Kj

B. Saran
Untuk praktikum selanjutnya diharapkan agar sampel diketahui
molaritas atau normalitasnya, serta volume yang digunakan agar
praktikan dapat menghitung kalor penetralan HCl dan NaOH dengan
lebih mudah.
VII. JAWABAN TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan termokimia
? Jawab :
Termokimia adalah cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan
hubungan timbale balik panas dengan reaksi kimia atau dengan
perubahan keadaan fisika. Secara umum, termokimia ialah penerapan
termodinamika untuk kimia.

2. Jelaskan prinsip kerja kalorimeter


? Jawab :
Fungsi utama kalorimeter adalah mengukur dan mendeteksi kalor pada
suatu perubahan reaksi kimia. Prinsip kerja kalorimeter adalah
mengalirkan arus listrik pada kumparan kawat penghantar yang
dimasukkan ke dalam air suling. Kawat akan bergerak (akibat perbedaan
potensial) pembawa muatan bertumbukan dengan atom logam dan
kehilangan energi. Sehingga kawat pembawa muatan bertumbukan
dengan kecepatan konstan yang sebanding dengan kuat medan listriknya.
Pertumbuhannya membawa muatan akan menyebabkan logam yang
dialiri arus listrik memperoleh energi yaitu energi kalor atau panas.
Semakin besar nilai tegangan listrik dan arus listrik pada suatu bahan
maka panas listrik yang dimiliki bahan kalorimeter semakin kecil. Dapat
dilihat pengukuran dengan menggunakan arus kecil menghasilkan nilai
yang kecil. Hal ini merupakan suatu anggapan yang salah karena dalam
pengukuran pertama perubahan suhu yang digunakan sangatlah kecil
berbeda dengan data yang menggunakan arus besar.

3. Apa yang dimaksud dengan reaksi eksoterm dan endoterm


? Jawab :
Reaksi eksoterm adalah reaksi yang berlangsung dengan melepaskan
kalor dari sistem ke lingkungan. Sedangan reaksi endoterm adalah reaksi
yang berlangsung dengan menyerap kalor dari lingkungan ke sistem.
DAFTAR PUSTAKA

Altkins, P.W. 1999. Kimia Fisika 4 jilid I. Jakarta: Erlangga


Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Chang, R. 2004. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti edisi 3 Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Foliatini. 2008. Buku Pintar Kimia. Jakarta: Wahyu Media
Gupta, A. Jason Lachance. E.D Sloan Jr., Carolyn A. Koh. 2008. Measurements
of Methane Hydrate Heat of Dissociation Using High Pressure Differential
Scanning Calorimetry. USA: Departement Of Chemical Engineering
Colorado School Of Mines
Petrucci, R.H. 1992. Kimia Dasar Edisi 4 Jilid 1 Alih Bahasa : Suminar. Jakarta:
Erlangga
Subowo, T dan Sanjaya A. 1983. Kimia Fisika. Bandung: CV Armico
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta
http://vlab.amrita.edu (Diakses pada tanggal 22 Mei 2020, Pukul 15.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai