Hubungan Ekonomi Bilateral Indonesia Jepang Serta Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Hubungan Ekonomi Bilateral Indonesia Jepang Serta Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
RESTY SOPIYONO
06.5186
JURUSAN : STATISTIKA
PEMINATAN : EKONOMI
1
HUBUNGAN EKONOMI BILATERAL INDONESIA-JEPANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Sains Terapan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
Oleh:
RESTY SOPIYONO
06.5186
2
HUBUNGAN EKONOMI BILATERAL INDONESIA-JEPANG
Oleh:
RESTY SOPIYONO
06.5186
Mengetahui/Menyetujui,
Tim Penguji
Penguji I Penguji II
3
PERNYATAAN
Oleh
RESTY SOPIYONO
06.5186
adalah benar-benar hasil dari penelitian dan bukan dari hasil plagiat atau hasil
karya orang lain. Jika di kemudian hari diketahui ternyata skripsi ini hasil plagiat
atau hasil karya orang lain, penulis bersedia skripsi ini dinyatakan tidak sah dan
gelar Sarjana Sains Terapan dicabut atau dibatalkan.
Resty Sopiyono
4
KATA PENGANTAR
egala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya ke muka bumi ini. Hanya atas rahmat-Nyalah skripsi yang berjudul
“Hubungan Ekonomi Bilateral Indonesia-Jepang Serta Dampaknya
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” ini dapat terselesaikan. Pada
kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr.Suryamin, M.Sc. selaku Ketua STIS.
2. Bapak Muchlis Husin, S.E., M.A. selaku pembimbing dalam penulisan skripsi
ini yang telah meluangkan banyak waktu dan memberi banyak masukan.
3. Ibu Dr.Budiasih selaku penguji pertama dan Ibu Retnaningsih, S.Si., M.E.
selaku penguji kedua yang telah memberikan banyak masukan pula.
4. Ibu Titi Kanti untuk ilmunya, serta semua pegawai BPS yang telah membantu
penulis dalam penyediaan data yang diperlukan.
5. Mamah dan Ayah atas perhatian, pengorbanan, dan doanya selama ini.
6. Kakak ku Mas Dian, maaf sering merepotkan. You are really the best brother.
Terima kasih juga untuk adik ku Aji dan Fakhrul.
7. My Best Friend (BF): Ndari, Didi, Eva, dan Leni, juga untuk Fika dan Amar
serta Intan. Terima kasih atas dukungannya selama ini. Akhirnya kita lulus
bareng.
8. Teman-teman AZKA seperjuangan, Syifa, Anna, Fitri, Nure, Putri, Bilih,
Awet, Habib, dan Angga.
9. Teman-teman STIS angkatan 48, khususnya 1H, 2A, 3SE2, dan 4SE3. Terima
kasih atas bantuan, saran dan kritik selama ini.
10. Semua pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan skripsi ini.
Tak ada gading yag tak retak. Saran dan kritik pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
banyak pihak.
Jakarta, Agustus 2010
Penulis
i
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
ABSTRAK……………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………… v
DAFTAR GRAFIK………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1
1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah…………………………………….. 7
1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………… 9
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….. 10
1.5 Sistematika Penulisan………………………………………………….. 10
iii
Indonesia dari Jepang, dan Nilai Realisasi PMA Riil Jepang di
Indonesia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ……………. 79
4.4 Respon Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terhadap Guncangan
(Shock) Ekspor Riil Indonesia ke Jepang, Impor Riil Indonesia dari
Jepang, dan Realisasi PMA Riil Jepang di Indonesia………………. 83
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 91
LAMPIRAN……………………………………………………………… 94
RIWAYAT HIDUP……………………………………………….. ... … 112
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
negara mana pun dapat segera jatuh atau bangun berdasarkan tinggi-rendahnya
swasta domestik yang akhirnya akan membantu penciptaan dana yang dibutuhkan
1
Menurut Aji (2009) globalisasi dalam berbagai aspeknya memberikan
kesempatan bagi tumbuhnya kompetisi antar bangsa. Pada sisi yang lain,
terintegrasinya perdagangan dunia tanpa batas negara, maka terbuka peluang bagi
produk dalam negeri yang kompetitif ke pasar internasional, dan juga sebaliknya
perubahan yang cukup pesat dengan munculnya berbagai kerjasama antara blok-
blok perdagangan maupun ekonomi baru yang bersifat bilateral, regional maupun
negara yang tergabung dalam kerjasama tersebut dan menjaga stabilitas keuangan
North America Free Trade Area (NAFTA), Asia Pacific Economic Cooperation
2
bilateral trade agreement atau Free Trade Area (FTA) bilateral dianggap lebih
saat ini kedua negara telah membina hubungan persahabatan yang sangat erat
politik, ekonomi, dan kebudayaan. Hubungan kedua negara mulai pulih dengan
dengan Jepang oleh kedua menteri luar negeri, Aiichiro Fujiyama dan Suhandrio
Jepang selalu disebut Saudara Tua atau The Big Brothers of Asia, sehingga
secara politik dan ekonomi, Jepang bukan saja penopang ekonomi Asia, namun
perdagangan antara Indonesia dan Jepang didasarkan pada Treaty of Amity and
3
Commerce (Perjanjian Persahabatan dan Perdagangan) yang ditandatangani di
Tabel 1. Perdagangan Luar Negeri Indonesia dengan Mitra Dagang Utama Tahun
Perdagangan Luar
Negara 2007 20081) Negeri
Ekspor Impor Ekspor Impor 2007 2008
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
ASIA
1.Jepang 23632,8 6526,7 27743,9 15128,0 30159,5 42871,9
2. Singapura 10501,5 9839,8 12862,0 21789,5 20341,3 34651,5
3. Cina 9675,5 8657,9 11636,5 15247,2 18233,4 26883,7
4. Korea Selatan 7582,7 3196,7 9116,8 6920,1 10779,4 16036,9
5.Malaysia 5096,1 6411,9 6432,6 8922,3 11508,0 15354,9
6. India 4943,9 1609,6 7163,3 2901,9 6553,5 10065,2
7.Thailand 3054,3 4287,1 3661,3 6334,3 7341,4 9995,6
AUSTRALIA DAN
OCEANIA
1. Australia 3394,6 3004,0 4111,0 3997,5 6398,6 8108,5
2. Selandia Baru 362,2 503,5 542,3 706,7 865,7 1249,0
AMERIKA
1. Amerika Serikat 11614,2 4787,2 13036,9 7880,1 16401,4 20917,0
2. Kanada 550,6 1055,6 645,5 1871,5 1606,2 2517,0
EROPA
1. Jerman 2316,0 1982,0 2465,2 3068,8 4298,0 5534,0
2. Perancis 802,9 1443,7 938,5 1689,7 2246,6 2628,2
3. Italia 1380,0 667,5 1900,7 999,3 2047,5 2900,0
4. Inggris 1454,2 654,0 1546,9 1067,6 2108,2 2614,5
5. Belanda 2749,5 504,0 3926,4 602,7 3253,5 4529,1
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
Catatan: 1)Termasuk kawasan Berikat
4
Dalam hubungan perdagangan internasional, sejak empat dasawarsa lalu
hingga saat ini, Jepang merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia. Dari
tabel terlihat bahwa Jepang menjadi primadona eksportir Indonesia untuk menjual
hasil produksinya. Seperti halnya ekspor, Jepang pun termasuk negara asal impor
Indonesia utama.
Pada tahun 2008 saja, total perdagangan luar negeri Indonesia dari Jepang
mencapai 27,74 miliar Dollar AS dan impor Indonesia dari Jepang sebesar 15,13
miliar Dollar AS. Jadi pada tahun 2008, Indonesia mengalami surplus
Indonesia akibat krisis ekonomi yang melanda Asia pada tahun 1997, kini
Indonesia dari tahun 1990 hingga 2009, Jepang menduduki tempat pertama
dengan angka 18,05 persen dalam kesuluruhannya. Pada tahun 2008, Badan
5
Agustus 2007. IJ-EPA yang dirintis sejak 2004 telah menempatkan Indonesia
ekonomi ini disahkan melalui Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2008 tanggal 19
Mei 2008. Kemudian diikuti Exchange Diplomatic Notes IJ-EPA pada 1 Juni
2008.
EPA merupakan era baru bagi Indonesia dalam menjalin kerja sama
ekonomi bilateral. Bagi sebagian kalangan mungkin perjanjian ini dinilai terlalu
jauh. Namun, jika becermin pada pengalaman negara tetangga yang telah lebih
bagaimana meredam dampak negatif yang tak dikehendaki. Hasil nyata yang
Indonesia-Jepang dan akan menjadi landasan utama untuk memasuki era baru
ekonomi.
berbagai sektor antara lain perdagangan barang dan jasa, investasi, movement of
masuk (BM) bagi Indonesia dan Jepang. Secara bertahap sekitar 93 persen pos
6
tarif Jepang untuk Indonesia akan diturunkan. Sedangkan untuk produk Indonesia,
Olek karena itu, bagi Indonesia, Jepang adalah mitra dagang dan salah satu
(Anugrahita: 2004).
Nasional (RPJPN) 2005-2025, yakni menuju bangsa yang berdaya saing. Untuk
bilateral antara Indonesia dengan Jepang mengalami pasang surut sesuai dengan
perkembangan ekonomi dan politik dunia. Akibat krisis finansial tahun 1997,
7
ekspor Indonesia ke Jepang ataupun sebaliknya mengalami penurunan. Baru pada
tahun 2000 ekspor Indonesia ke Jepang mulai melewati nilai ekspor yang telah
dicapai tahun 1996. Situasi serupa juga dirasakan pada tahun 2009, nilai ekspor
pengaruh dampak krisis finansial tahun 1997 juga sangat terasa. Berdasarkan data
yang dikeluarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), jika tahun 1996
Penanaman Modal Asing (PMA) Jepang ke Indonesia tercatat 1,33 miliar Dollar
AS, pada tahun 2009 hanya mencapai angka sekitar 678,94 juta Dollar AS.
Dengan PMA, banyak hal positif yang didapat bagi perekonomian negara
kerja, serta transfer teknologi dan ilmu pengetahuan. Banyak bukti empiris di
beberapa negara seperti China, Malaysia, dan Korea Selatan yang menunjukkan
dasar bagi kemitraan strategis antara Jepang dan Indonesia. Ini menjadi era baru
Indonesia.
Oleh karena itu, pembahasan penelitian ini dibatasi hanya pada hubungan
bilateral ekonomi kedua negara, yaitu dalam bidang perdagangan (ekspor dan
impor) serta investasi (PMA). Hubungan bilateral dalam bentuk lain seperti
8
Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
ini perdagangan Indonesia Jepang serta nilai realisasi PMA Jepang untuk
Indonesia?
(shock) pada nilai ekspor Indonesia ke Jepang, nilai impor Indonesia dari
Indonesia-Jepang, dalam hal ini nilai ekspor Indonesia ke Jepang, nilai impor
Indonesia dari Jepang, serta nilai realisasi PMA Jepang di Indonesia terhadap
9
1.4 Manfaat Penelitian
Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang secara garis besar dirinci
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
Dalam bab ini menjelaskan sumber data dan metode analisis yang
10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi intisari dan implikasi hasil penelitian serta saran-
11
BAB II
LANDASAN TEORI
Pertumbuhan Ekonomi
output perkapita dalam jangka panjang. Mengacu pada pengertian tersebut, maka
terdapat tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu
adanya proses pertumbuhan, output per kapita, dan jangka waktu yang panjang.
berarti perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu
ekonomi yang dicapai. Karena itu untuk memberikan suatu gambaran kasar
mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, ukuran yang selalu
yaitu tingkat pertumbuhan PDB riil (PDB atas dasar harga konstan).
12
Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai
barang dan jasa akhir (neto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas
dasar berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar
harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung
menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB
atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur
ekonomi dari tahun ke tahun. Menurut Sudanti, Ikhsan, dan Widyanti (2000),
tingkat pertumbuhan PDB dapat digunakan sebagai salah satu indikator untuk
1. PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas
2. PDB dihitung atas dasar konsep aliran (flow concept), artinya perhitungan
PDB hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada satu periode
tertentu. Perhitungan ini tidak mencakup nilai produk yang dihasilkan pada
untuk membandingkan jumlah nilai tambah yang dihasilkan pada tahun ini
13
3. Batas wilayah perhitungan PDB adalah negara (wilayah domestik). Hal ini
perekonomian domestik.
ekonomi adalah data PDB atas dasar harga konstan. Dengan menggunakan data
PDB atas dasar harga konstan, maka pertumbuhan PDB hanya mencerminkan
dengan referensi tahun tertentu. Penghitungan PDB dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik.
1. Pendekatan Produksi
(barang dan jasa) yang dihasilkan berbagai unit produksi di wilayah suatu negara
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Produk akhir sering pula
14
dimana nilai produksi adalah jumlah produk dikalikan dengan rata-rata harga
produk tersebut. Di samping itu, biaya antara adalah jumlah seluruh biaya
untuk barang-barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan/habis dalam
proses produksi.
3. Industri Pengolahan,
5. Bangunan,
2. Pendekatan Pendapatan
Dengan pendekatan ini, definisi PDB adalah jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di
suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa yang
dimaksud meliputi upah dan gaji (balasa jasa tenaga kerja), sewa tanah, bunga
dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam hal ini, PDB juga
15
3. Pendekatan Pengeluaran
Dengan pendekatan ini, PDB dapat diartikan sebagai jumlah nilai produk
penggunaan barang dan jasa yang diproduksi oleh berbagai golongan dalam
masyarakat.
sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir
yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-
faktor produksi. PDB yang dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDB atas
dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup pajak tak langsung neto.
Teori Klasik
16
barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang
dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat
pengembalian modal dari investasi yang dibuat adalah tinggi. Maka para
investasi baru dan pertumbuhan terwujud. Keadaan seperti itu tidak akan terus
rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai keadaan
tidak berkembang (stationary state). Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya
17
keadaan tidak berkembang tersebut, tetapi hanya mampu mengundurkan keadaan
tersebut.
Teori Schumpeter
para ekonom klasik, Schumpeter optimis bahwa dalam jangka panjang tingkat
hidup orang banyak bisa ditingkatkan terus sesuai dengan kemajuan teknologi
(dalam arti luas) yang bisa dicapai masyarakat. Dan sejalan dengan para ekonom
Schumpeter, masalah penduduk tidak dianggap sebagai aspek sentral dari proses
pertumbuhan ekonomi.
meningkatkan efisiensinya.
berkembang. Tetapi keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu
18
kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan. Didorong oleh
akan meminjam modal dan akan melakukan penanaman modal. Investasi yang
baru ini akan meninggikan tingkat ekonomi kegiatan negara. Maka pendapatan
akan bertambah dan tingkat konsumsi akan bertambah tinggi. Kenaikan tersebut
ekonomi akan semakin lambat jalannya. Pada akhirnya akan tercapai tingkat
“keadaan tidak berkembang” atau stationary state. Akan tetapi berbeda dengan
Teori Harrod-Domar
untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat
19
tabungan adalah proporsional dengan pendapatan nasional, (3) rasio modal-
tertentu yang cukup untuk menyerap seluruh tenaga kerja dengan tingkat upah di
satu periode tertentu, maka pada periode berikutnya tidak akan mencukupi lagi
untuk menyerap seluruh tenaga kerja yang ada. Hal ini terjadi karena adanya
tambahan kapasitas produksi pada periode awal dan tersedia pada periode
berikutnya. Karena itu diperlukan tambahan dana yang untuk mencapai tingkat
hubungan antara dana modal (capital stock =K) dan hasil produksinya (output =
antara besarnya stok modal (K) dengan output (Y), yang diformulasikan dalam
rasio modal-output (capital/output ratio, COR). K di sini adalah nilai dari seluruh
barang modal yang ada berupa tanah, bangunan, peralatan dan bahan. Sedangkan
Y dapat diukur dengan Pendapatan Nasional Kotor atau dengan Produk Nasional
Kotor. Semakin tinggi peningkatan stok modal, semakin tinggi pula output yang
dihasilkan. Dalam konsep ini dijelaskan bahwa sebagai akibat investasi yang telah
investasi di masa lalu. Dari sini terlihat bahwa perlunya penanaman modal dalam
20
menciptakan pertumbuhan ekonomi atau untuk meningkatkan pertumbuhan
1. Ada hubungan ekonomi yang langsung antar besarnya stok modal (K) dengan
(1)
di mana (2)
S=sY (3)
tabungan domestik yang merupakan porsi tertentu (s) dari output (Y), artinya
S = I = ΔK (4)
V ΔY = sY (5)
(6)
21
Persamaan (6) di atas secara jelas menyatakan bahwa pertumbuhan GNP
(ΔY/Y) ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s) serta
rasio modal output nasional (k). Secara lebih spesifik, persamaan itu menyatakan
nasional akan secara langsung atau secara positif berbanding lurus dengan rasio
tabungan (semakin banyak bagian GNP yang ditabung dan diinvestasikan, maka
akan lebih besar lagi pertumbuhan GNP yang dihasilkannya) dan secara negatif
di mana:
22
pertambahan tenaga kerja, melainkan kemajuan teknologi dan pertambahan
Perdagangan Internasional
dilakukan atas dasar suka sama suka, untuk memperoleh barang yang dibutuhkan.
Dalam masa globalisasi, perdagangan tidak hanya dilakukan dalam satu negara
saja. Bahkan dunia sudah memasuki perdagangan bebas. Hampir tidak ada satu
Para ahli ekonomi telah meyakini bahwa perdagangan luar negeri akan
yang dapat diperoleh dari melakukan spesialisasi dan perdagangan luar negeri.
tanpa menggunakan bantuan dari negara lain. Berikut alasan mengapa suatu
beberapa produk pertanian tertentu yang tidak dapat tumbuh di suatu negara,
atau sumberdaya lain yang tidak dimiliki oleh negara tertentu, misalnya
minyak.
2. Mengimpor teknologi yang lebih modern dari negara lain. Bagi negara yang
23
penelitian untuk dapat memperoleh teknologi yang lebih efisien. Dengan
impor teknologi dari negara maju yang mempunyai teknologi lebih canggih.
negara lain sebagai orientasi pasarnya. Bagi negara yang dapat memproduksi
barang dengan jumlah banyak melebihi permintaan dalam negeri maka pasar
dikuasai oleh suatu negara. Walaupun ada banyak negara yang bisa
jumlah biaya yang sama. Negara yang memproduksi suatu barang dengan
biaya yang lebih mahal dari harga barang tersebut yang ditawarkan oleh
negara lain, akan lebih memilih mengimpor dari negara yang menawarkan
harga lebih murah. Dan negara tersebut akan lebih konsentrasi untuk
(Sukirno, 2004).
24
digunakan seperti tenaga kerja dan barang modal atau peningkatan pemanfaatan
skala ekonomi.
gagasan baru, teknologi yang lebih baik, serta kecakapan manajerial dan
25
ketrampilan produksi yang lebih baik dari negara maju itu ke negara
berkembang.
setempat.
1. Ekspor
menyangkut produksi barang dan jasa yang diproduksi suatu negara, tetapi untuk
dikonsumsikan di luar batas negara tersebut. Kegiatan produksi itu berbeda untuk
Kotler dalam Supranto (1994) membagi ekspor menjadi dua, yaitu ekspor
tidak langsung dan ekspor langsung. Ekspor tidak langsung artinya perusahaan
ekspornya karena sudah cukup besar, berani menanggung resiko, dan keuntungan
26
Perkembangan ekspor suatu negara ditentukan oleh komposisi tenaga kerja
yang digunakan, yaitu tenaga kerja terdidik (skilled workers) dan tenaga kerja
2. Impor
modal dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Suatu negara
Ada dua macam defisiensi yang terjadi, yaitu defisiensi kuantitas dan
defisiensi kualitas. Melakukan impor untuk defisiensi kuantitas adalah impor yang
yang dilakukan karena kurangnya kuantitas barang yang biasanya disebabkan oleh
adalah impor yang dilakukan karena kurangnya kualitas barang yang dihasilkan.
Dalam hal ini penyebab utamanya adalah faktor selera. Di samping faktor selera,
suatu negara antara lain ditentukan oleh kemampuan barang yang dihasilkan di
negara itu untuk bersaing dengan barang yang dihasilkan oleh negara lain.
Apabila barang dari negara lain mutunya lebih baik atau harga-harganya lebih
murah daripada barang-barang yang sama yang dihasilkan di dalam negeri, maka
27
banyak barang dari luar negeri. Namun, kondisi ini ditentukan oleh kesanggupan
memiliki keunggulan absolut. Melalui proses ini, sumber daya di kedua negara
dapat digunakan dalam cara yang paling efisien. Output kedua komoditi yang
diproduksi pun akan meningkat. Peningkatan dalam ouput ini akan mengukur
komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang
absolut lebih kecil (ini merupakan komoditi dengan keunggulan komparatif) dan
28
mengimpor komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditi ini
faktor produksi antar negara. Teori ini dihubungkan oleh dua orang ekonom dari
Swedia, Eli Hecksher dan Bertil Ohlin. Menurut teori ini perdagangan antar
costs). Perbedaan tersebut terjadi karena ada perbedaan jumlah faktor produksi
Perbedaan antara teori H-O dengan teori keunggulan absolut atau teori
maupun yang dikembangkan, akan tetapi atas dasar proporsi serta intensitas
tersebut. Jadi teori H-O menyatakan bahwa suatu negara akan atau sebaiknya
banyak. Hal ini berarti harga relatif faktor produksi tersebut murah sehingga
ongkos produksinya relatif murah dan pada akhirnya harga barang-barang yang
29
Penanaman Modal Asing (PMA)
lainnya.
unsur asing (foreign element), di mana unsur asing ini dapat ditentukan oleh
Pengertian modal asing dalam UU No.1 tahun 1967 diatur dalam pasal 2
yang meliputi:
1. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan
Indonesia.
30
3. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan undang-undang ini
Indonesia.
undang ini tidak hanya berbentuk valuta asing, tetapi meliputi pula alat-alat
tertutup untuk penanaman modal asing secara penuh ialah bidang-bidang yang
penting bagi negara dan menguasai hajat hidup rakyat banyak sebagai berikut:
a. Pelabuhan-pelabuhan;
c. Telekomunikasi;
d. Pelayaran;
e. Penerbangan;
f. Air minum;
i. Mass media;
Saham Dalam Rangka Penanaman Modal Asing, PMA dapat dilakukan dalam
bentuk:
31
1. Patungan antara modal asing yang dimiliki warga negara Indonesia dan atau
2. Langsung, dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara dan atau
pembelian barang modal, tanah, bahan baku, dan persediaan di mana investor
(MNC).
lainnya. Arus portofolio saat ini paling banyak dan cepat mengalir ke seluruh
penjuru dunia melalui pasar uang dan pasar modal di seluruh dunia
(Notohamijoyo, 2004).
Menurut Soetarto (1995), pada mulanya bentuk arus modal asing yang
berkembang, yakni berupa paket bantuan luar negeri. Begitu perekonomian mulai
32
menjadi tempat yang menguntungkan dan menarik bagi arus modal komersial dan
Ada beberapa teori dari arus modal asing langsung yang menjelaskan
proses serta alasan masuknya arus modal asing langsung ke dalam sebuah negara,
antara lain:
arus PMA dari suatu negara ke negara lain yang dikenal dengan electic theory.
Menurut teori ini terdapat tiga hal pokok yang menyebabkan terjadi aliran
modal dari negara ke negara lain. Pertama, harus ada keunggulan kepemilikan
Keunggulan ini bersifat sangat spesifik untuk tiap perusahaan dan diperlukan
kepemilikan ini dapat berupa monopoli atas suatu produk atau merek tertentu,
proses produksi yang lebih efisien, keahlian manajemen, dan pengetahuan yang
Selain itu terdapat pula faktor eksternal (di negara asal modal) seperti
tingginya tingkat upah, energi yang semakin mahal, terbatasnya sumber daya
alam, ketatnya peraturan mengenai lingkungan di dalam negeri di mana semua hal
menanamkan modalnya. Keunggulan ini akan menjadi daya tarik bagi calon
33
investor untuk mengeksploitasi potensi-potensi yang ada demi kepentingan
bisnisnya.
besar, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang rendah, tenaga kerja
Apabila kondisi pertama dipenuhi tetapi syarat kedua tidak dipenuhi, maka
(ownership advantage).
Ketiga, meskipun syarat pertama dan kedua dipenuhi, harus ada suatu
atau investor asing untuk melakukan investasi langsung dan tidak memilih cara
waralaba (franchising).
tertentu telah mendorong para ahli untuk mengalihkan pandangan mereka dari
a. Pandangan Hymer
sebagai suatu cara untuk mengawinkan telaah mengenai investasi luar negeri
34
pasar-pasar hasil produksi. Menurut Hymer seorang investor luar negeri
tersebut antara lain manajemen perusahaan yang handal, informasi yang luas
tentang pasar atau pembeli, hak paten yang dimiliki, resep untuk menarik
negeri.
35
Teori-teori yang dikemukakan oleh Hymer maupun teori apropriabilitas
oleh Dunning.
Thee Kian Wie menyebutkan bahwa faktor pendorong dan penarik yang
1. Faktor-faktor terdekat
daya saing.
36
negara asal investor terhadap penanaman modalnya di luar negeri akhir-
akhir ini dapat dipahami karena adanya surplus dalam neraca berjalan
(Soetarto:1995).
pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu
dengan pedagang besar berikutnya (bukan konsumen), dengan kata lain yaitu
pertambangan dan penggalian, industri, impor, dan ekspor. IHPB disajikan dalam
37
c. Menurut kelompok barang dalam proses produksi.
dari ibukota propinsi dan kota besar lainnya yang potensial. Metode sampling
pedagang yang lengkap sebagai kerangka sampel dan kelanjutan kegiatan tertentu
dikembangkan yaitu:
(8)
Di mana:
setiap komoditi cakupan IHPB. IHPB dihitung secara nasional, sedangkan IHPB
Deret waktu IHPB yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) hingga
38
Kemitraan Indonesia-Jepang Dalam IJ-EPA
Jepang mendefinisikan EPA sebagai bentuk dari FTA, namun dengan pengaturan
yang lebih komprehensif. FTA secara umum dipandang sebagai kesepakatan yang
jasa di antara negara dan kawasan yang menjadi anggotanya. Sementara itu,
International Trade and Industry (MITI) pada tahun 2001, EPA digambarkan
dicakup oleh FTA tradisional tetapi dengan jangkauan yang lebih luas melalui
tanggal 19 Mei 2008. Kemudian diikuti Exchange Diplomatic Notes IJ-EPA pada
1 Juni 2008. Implementasi IJ-EPA dimulai secara resmi pada 1 Juli 2008.
ekonomi.
39
Indonesia-Japan Economic Partnership (IJ-EPA)
Tujuan
yaitu:
Ekspor ke Jepang dapat ditingkatkan lebih dari 20 persen dari total ekspor
Indonesia.
40
2. Peningkatan akses pasar jasa.
Misalnya melalui potensi pasar Jepang bagi tenaga kerja terlatih di Indonesia.
ditingkatkan.
Indonesia.
adalah adanya pembebasan bea masuk (BM) bagi Indonesia dan Jepang. Sekitar
93 persen pos tarif Jepang ke Indonesia dan 90 persen pos tarif ekspor Indonesia
41
Tabel 2. Ringkasan Pos Tarif perdagangan Dalam IJ-EPA
(1) (2)
Sekitar 90% pos tarif (99% dari nilai Sekitar 93% pos tarif (92% dari nilai
ekspor Indonesia ke Jepang) masuk ke ekspor Jepang ke Indonesia) masuk ke
dalam IJ-EPA dalam IJ-EPA
Sekitar 80% dari pos tarif menjadi = 0 Sekitar 35% dari pos tarif menjadi = 0
pada saat berlakunya IJ-EPA (fast pada saat berlakunya IJ-EPA (fast
track) track)
Sekitar 10% dari pos tarif secara Sekitar 58% dari pos tarif secara
bertahap akan= 0% (3-15 tahun sejak bertahap akan= 0% (3-15 tahun sejak
berlakunya IJ-EPA) berlakunya IJ-EPA)
Sekitar 10% dari pos tarif tidak masuk Sekitar 7% dari pos tarif tidak masuk
dalam IJ-EPA (exclusion list) dalam IJ-EPA (exclusion list)
Sumber: Kementrian Perdagangan Republik Indonesia
pembangunan sejumlah proyek bernilai 10 miliar US Dollar. Dari nilai ini, sekitar
4 miliar Dollar AS merupakan proyek energi. Proyek yang akan ditawarkan itu
antara lain PLTU Cirebon (600 MW) dan PLTP Sarulla (10 MW), selain
(Herbawati: 2007).
Sementara itu, yang juga akan diterjuni investor Jepang antara lain
investasi di bidang energi, termasuk biofuel; di bidang prasarana; dan jasa dengan
aliran terbesar, seperti untuk sektor perdagangan, transportasi, real estate dan
42
asuransi; serta di bidang pertanian, perikanan dan kehutanan (kemitraan dengan
UKM).
variabel yang erat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi yang akan digunakan
dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut yaitu ekspor, impor, dan investasi.
pertumbuhan ekonomi dalam negeri, khususnya ekspor. Ekspor yang lebih besar
jatuh ke pihak luar negeri. Tetapi pandangan ini tidak seluruhnya benar, karena
impor juga menumbuhkan kegiatan investasi dalam negeri, apabila yang diimpor
merupakan barang modal, barang mentah, atau barang setengah jadi untuk
keperluan industri.
43
negeri karena terbatasnya modal yang dimiliki.Selain itu dalam teori pertumbuhan
bukan saja tambahan modal yang diterima oleh suatu negara, tetapi juga transfer
teknologi dari perusahaan asing tersebut yang juga dapat mendorong tercipatanya
pertumbuhan ekonomi.
signifikan hutang luar negeri dan penanaman modal asing berpengaruh positif
terhadap PDB. Dengan demikian, naik turunnya hutang luar negeri dan
44
(2009) juga menganalisis hubungan kausalitas antara investasi, ekspor, dan
Thailand, Mexico, dan Chili). Penelitian ini menunjukkan bahwa untuk India,
Pakistan dan Chili ekspor berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, dan dari
enam negara tersebut hanya Chili yang hasilnya menunjukkan bahwa PMA
Dari teori dan penelitian di atas, studi tentang analisis antara ekspor
Indonesia ke Jepang, impor Indonesia dari Jepang, realisasi PMA dari Jepang,
karena dari statistik yang ada, Jepang merupakan mitra utama Indonesia dalam
antara kedua negara. Jepang merupakan mitra penting Indonesia dalam hubungan
Pertumbuhan ekonomi yang teguh dapat menimbulkan dua efek penting, yaitu
jumlahnya.
45
Selain itu, meningkatnya pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari
satu indikator yang dilihat oleh para investor untuk menanamkan modalnya di
iklim investasi di Indonesia sehingga mendorong para investor asing dari Jepang
Hubungan ekonomi
Indonesia-Jepang
Perdagangan Investasi
46
2.4 Definisi Peubah Operasional
riil atas dasar harga konstan 2000=100 yang dinyatakan dalam miliar Rupiah.
Jepang yang dinyatakan dalam Ribu Dollar AS dan telah dikonversi dengan IHPB
ekspor atas dasar harga konstan 2000=100 sehingga menjadi nilai ekspor riil.
Yang dimaksud ekspor adalah total penerimaan Indonesia dari penjualan barang
ke luar negeri.
Impor Indonesia dari Jepang adalah semua total pengeluaran impor Indonesia
ke Jepang yang dinyatakan dalam Ribu Dollar AS dan telah dikonversi dengan
IHPB impor atas dasar harga konstan 2000=100 sehingga menjadi nilai impor riil.
Yang dimaksud impor adalah total pengeluaran Indonesia untuk pembelian barang
PMA Indonesia dari Jepang adalah nilai realisasi PMA Jepang untuk Indonesia
yang dinyatakan dalam Ribu Dollar AS dan telah dikonversi dengan IHPB umum
atas dasar harga konstan 2000=100 sehingga menjadi nilai realisasi PMA riil.
Yang dimaksud dengan PMA adalah nilai modal yang ditanamkan oleh warga
negara asing baik perorangan maupun badan usaha berupa investasi asing
langsung di Indonesia.
47
2.5 Hipotesis Penelitian
berikut:
ekonomi Indonesia
ekonomi Indonesia
48
BAB III
METODOLOGI
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari beberapa sumber yang berasal dari publikasi beberapa instansi
1. PDB atas dasar harga konstan berasal dari publikasi Produk Domestik Bruto
2. Nilai ekspor Indonesia ke Jepang dan nilai impor Indonesia dari Jepang
4. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) berasal dari publikasi Indeks Harga
(BPS).
Periode waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 tahun, yaitu
mulai tahun 1990 hingga tahun 2009. Data yang digunakan berupa data
Software yang digunakan dalam penelitian ini yaitu microsoft excel 2007
49
3.2 Metode analisis
Analisis Deskriptif
menggambarkan suatu data menjadi sebuah informasi yang jelas dan mudah
perdagangan internasional kedua negara dalam hal ini ekspor dan impor, serta
Pada dasarnya setiap nilai dari hasil pengamatan (data), selalu dapat
dikaitkan dengan waktu pengamatannya. Hanya saja pada saat analisisnya, kaitan
fungsi atas waktu, maka data seperti ini dinamakan data deret waktu (time series).
1. Deskripsi (description)
Tujuan ini digunakan jika ingin mempresentasikan karakter dari data yang
50
hanya saja autokorelasinya signifikan atau tidak), maka dengan cara
2. Menerangkan (explanation)
Jika variabel data deret waktu lebih dari satu, maka telaah dilakukan untuk
sehingga bisa dibangun sebuah model regresi untuk keperluan analisis data
3. Perkiraan (prediction)
Jika memiliki sampel data deret waktu dan menginginkan perkiraan nilai data
sasaran utama dari analisis data deret waktu, yang prosesnya bisa berdasarkan
4. Kontrol (control)
cukup baik untuk digunakan. Dalam statistika, sebuah model baik digunakan
Stasioneritas
51
(spurious regression). Sebab untuk data yang tidak stasioner metode inferensia
tersebut tidak mengansung unsur trend. Di samping itu, suatu data hasil proses
c. Covariance antar nilai dari waktu yang berbeda tergantung dari jarak nilai
(time lag), bukan pada posisi waktu di mana covariance tersebut dihitung.
Rata-rata : (9)
Variance : (10)
Covariance : (11)
Untuk mendeteksi apakah suatu series data stasioner atau tidak, dapat
dilihat secara visual dari plot/grafik data observasi terhadap waktu. Apabila
atau tidak terlihat adanya kecenderungan (trend) naik atau turun, maka dapat
dikatakan stasioner. Namun pengunaan grafik sangat tergantung pada kejelian dan
pengalaman peneliti, untuk itu dapat dilakukan uji formal guna meyakinkan
peneliti.
52
Unit Root Test
akar-akar unit (unit root test) dari setiap variabel. Salah satu metode uji unit root
yang dapat dilakukan yaitu Augmented Dickey-Fuller (ADF). Pada uji ini telah
(12)
(13)
(14)
di mana:
: tren waktu
Perbedaan ketiga persamaan di atas yaitu dalam hal konstanta dan variabel
trend waktu. Asumsi yang digunakan pada persamaan (12) yaitu dalam pengujian
Untuk tiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam
bentuk logaritma natural (ln). Sesuai dengan pendapat Sims (1980), semua data
estimasi yang dipergunakan dalam VAR adalah dalam bentuk logaritma, kecuali
data yang sudah dalam bentuk persen. Salah satu alasannya adalah memudahkan
53
perubahan data akibat shock, di mana shock tersebut menyebabkan perubahan
data secara permanen. Untuk kasus seperti ini uji ADF dapat memberikan hasil
yang bias akibat tidak menolak adanya unit root. Peneliti menggunakan uji
pengujian yang lebih tepat ketika terdapat shock sebagai akibat adanya krisis
ekonomi tahun 1997. Asumsi yang digunakan dalam uji Phillips-Perron antara
lain:
(15)
(16)
(17)
T adalah trend.
(18)
yang mempunyai rata-rata yang sama dengan nol dan varians konstan serta
variabel mempunyai akar unit. Series yang memiliki akar unit disebut juga
random walk, yaitu merupakan salah satu bentuk series yang nonstasioner.
54
Jika data asli dari suatu series sudah stasioner, maka data tersebut
jika data asli tidak stasioner, pengujian lanjutan dilakukan sampai diperoleh
(19)
(20)
(22)
Persamaan ini menunjukkan bahwa turunan pertama dari series yang random
walk ( adalah sebuah series stasioner dengan asumsi bahwa adalah benar-
benar random.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya unit root, dilakukan penghitungan nilai
(23)
konsisten dari varians error pada persamaan (20), dihitung dengan rumus:
55
(24)
(25)
(26)
sebagai berikut:
(27)
dengan nilai kritis tabel Mackinnon. Jika nilai statistik uji Phillips-Perron lebih
negatif dari tabel nilai kritis tabel Mackinnon, maka H0 ditolak. Dapat
disimpulkan bahwa data time series tidak mengandung unit root atau telah
stasioner.
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan panjang lag optimal yang akan
VAR adalah penetapan panjang lag yang optimal. Beberapa penelitian mutakhir
1
Newey-West bandwidth adalah metode pemilihan lag truncation pada Eviews
56
tentang VAR menggunakan multivariate Akaike Information Criteria (AIC)).
(28)
dari model dan jumlah observasi. Untuk menetapkan lag yang paling optimal,
model VAR harus diestimasi dengan lag yang berbeda-beda. Untuk memeriksa
panjang lag, mulai dengan lag terpanjang yang mungkin atau lag terpanjang yang
bandingkan nilai AIC masing-masing model dan nilai yang paling rendah yang
57
Hubungan kausalitas tersebut adalah bahwa variabel x akan menyebabkan
berikut:
(29)
di mana:
(30)
Hipotesis awal yang akan diuji yaitu H0: = 0 atau nilai lag dari
variabel x tidak disertakan dalam model. Dengan kata lain variabel x tidak
berikut:
(31)
di mana n merupakan jumlah observasi, ESSU adalah jumlah kuadrat error, dan
58
Jika hasil F-hitung berada di luar daerah ktiris tabel F pada tingkat
timbal balik (feedback causality) dari y ke x. lakukan prosedur yang sama dengan
cara menukar x sebagai variabel tak bebas dan y sebagai variabel bebas.
sebagai berikut:
x to y (x→y).
y to x (y→x).
(LNEKSPOR), nilai impor Indonesia dari Jepang (LNIMPOR), dan nilai realisasi
variabel runtut watu dan menganalisis dampak dinamis dari faktor gangguan yang
59
atau kombinasi dari multivariate regresi dengan analisis time series. Perbedaan
pengujian lanjutan yang terkait dengan waktu di dalam atau di antara variabel-
variabelnya.
variabel selain diterangkan oleh nilainya di masa lampau, juga dipengaruhi oleh
nilai masa lalu dari semua variabel endogen lainnya dalam model yang diamati.
Di samping itu, dalam analisis VAR biasanya tidak ada variabel eksogen dalam
model tersebut.
(32)
di mana:
Pada penelitian ini model VAR yang akan dibentuk sebagai berikut:
(33)
60
di mana:
IMPOR = Nilai Impor Riil Indonesia dari Jepang (Ribu Dollar AS)
PMA = Nilai Realisasi PMA Riil Indonesia dari Jepang (Ribu Dollar AS)
dalam banyak kasus lebih bagus dibandingkan dengan hasil yang diperoleh
Selain itu, analisis VAR juga merupakan alat analisis yang sangat berguna
berstruktur.
variabel dan k lag untuk tiap variabel pada tiap persamaan, maka terdapat
61
3. Jika model VAR dengan m-variabel, maka seluruh m-variabel haruslah
variabel tertentu. Selain itu, IRF juga digunakan untuk mengetahui shock dari satu
variabel terhadap variabel yang lain dan berapa lama pengaruh tersebut terjadi.
(34)
{e1t} dan {e2t}. Berdasarkan model Sims, vektor dari error dapat dituliskan
sebagai berikut:
(35)
sebagai berikut:
(36)
di mana (37)
62
Koefisien dapat digunakan untuk men-generalisasi pengaruh guncangan
Indonesia dari Jepang (LNIMPOR), dan nilai realisasi PMA Jepang untuk
Indonesia (LNPMA).
Variance Decomposition
yang relatif lebih penting dalam VAR. Tes ini dilakukan untuk memberikan
melihat seberapa besar guncangan (shock) dari variabel pertumbuhan nilai ekspor
(LNGDP) sebagai variabel endogen. Dengan demikian dari analisis ini dapat
63
variabel makro ekonomi dalam hal hubungan ekonomi bilateral Indonesia-Jepang
64
BAB IV
Hingga saat ini Jepang adalah mitra terbesar Indonesia dalam hubungan
dengan Jepang mencapai 28,42 miliar Dollar AS atau 13,32 persen dari total
perdagangan luar negeri Indonesia dengan Jepang sejak tahun 2005 terus
Jepang pada tahun 2008 mencapai 42,87 miliar Dollar AS yang terdiri dari nilai
ekspor Indonesia ke Jepang sebesar 27,74 miliar Dollar AS dan nilai impor
65
Indonesia dari Jepang sebesar 15,13 miliar Dollar AS. Jika dilihat dari nilai ekspor
sebesar 12,62 miliar Dollar AS. Surplus Indonesia terhadap Jepang ini
internasionalnya.
Jika dilihat dari grafik berikut ini, nilai ekspor riil Indonesia ke Jepang
Indonesia ke Jepang terjadi dari tahun 1990 hingga tahun 1995, tetapi kemudian
mengalami penurunan pada tahun 1996-1998 dan mulai merangkak naik sejak
Sebagai akibat krisis ekonomi yang melanda Asia membuat nilai ekspor
riil Indonesia ke Jepang tahun 1998 mengalami penurunan tertinggi sejak tahun
1990. Nilai ekspor riil ini turun 69,80 persen dibanding tahun sebelumnya
menjadi 11,59 miliar Dollar AS. Pemulihan dari krisis ekonomi membuat ekspor
riil Indonesia mulai merangkak naik sejak tahun 1999 dan terus mengalami
harga komoditas primer seperti kelapa sawit, karet, dan barang tambang. Tetapi
tingginya depresiasi nilai rupiah ketika krisis moneter membuat nilai ekspor riil
Indonesia ke Jepang hingga saat ini belum mencapai nilai ekspor riil sebelum
krisis terjadi.
66
60000
40000
30000
20000
10000
1999
2008
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2009
Tahun
Pada tahun 2008 nilai ekspor rill Indonesia ke Jepang kembali menurun
menjadi 13,24 miliar Dollar AS. Hal ini disebabkan adanya penurunan permintaan
barang ekspor sebagai dampak dari krisis global yang sangat berpengaruh
nilai Rupiah yang seharusnya meningkatkan nilai ekspor Indonesia, hal ini tidak
terjadi karena permintaan dari negara tujuan ekspor dalam hal ini Jepang juga
menurun. Ini karena Jepang juga terkena dampak dari krisis global tersebut
penurunan.
Jepang hingga saat ini merupakan mitra utama Indonesia dalam hal ekspor.
Pada tahun 2009 saja Jepang menduduki peringkat pertama untuk tujuan ekspor
67
Indonesia dengan nilai riil 8,64 miliar Dollar AS atau mencapai 15,94 persen dari
15.94%
Jepang
9.87% China
49.08%
USA
Singapura
9.31% Korea Selatan
8.81% Lainnya
6.99%
Gambar 4. Nilai Ekspor Indonesia ke Negara Tujuan Utama Tahun 2009 (%)
Grafik berikut ini menunjukkan share yang cenderung sama untuk nilai
ekspor Indonesia ke Jepang selama tahun 2005-2008 baik produk migas maupun
non-migas. Pada tahun 2009 nilai ekspor riil Indonesia ke Jepang mencapai 8,64
miliar Dollar AS dengan komposisi ekspor riil migas sebesar 3,07 miliar Dollar
AS (35,51 persen) dan ekspor riil nonmigas sebesar 5,57 miliar Dollar AS (64,49
persen). Ini mengalami pergeseran di mana pada tahun 2008 komposisi migas
lebih tinggi di banding non-migas, yaitu sebesar 6,66 miliar Dollar AS (50,28
persen) untuk ekspor riil migas dan 6,58 miliar Dollar AS (49,72 persen) untuk
ekspor riel non-migas. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya
sehingga dapat berdaya saing dengan produk dari negara lain dalam pasar Jepang.
68
Nilai Ekspor Riil (Juta Dollar AS)
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
non-migas migas
Bagi Jepang, Indonesia memiliki arti yang sangat penting sebagai pemasok
energi dan bahan baku lainnya. Jepang merupakan negara utama Indonesia untuk
tujuan ekspor gas dan minyak, baik minyak mentah maupun hasil olahannya.
Hampir separuh dari ekspor minyak dan gas Indonesia dikirim ke Jepang. Meski
begitu, Jepang juga berada di peringkat teratas sebagai negara tujuan ekspor non-
dan produk olahannya serta nikel dan karet. Karena itu, tantangan selanjutnya
sebelum kemudian diekspor agar dapat menciptakan nilai tambah yang lebih
69
Tabel 4. Nilai Ekspor Riil Indonesia ke Jepang untuk Beberapa Komoditi Primer
Tahun 2007-2008 (Juta Dollar AS)
ASEAN berasal dari Indonesia. Akan tetapi, jika diperhitungkan dari total impor
Jepang secara global, produk Indonesia baru menguasai 4,00 persen pangsa pasar
di Jepang pada tahun 2009. Karena itu melalui implementasi IJ-EPA ini, untuk
Jepang.
Tabel 5. Share Impor Jepang dari Negara ASEAN Tahun 2009 (%)
70
Perkembangan Impor Riil Indonesia dari Jepang
Nilai impor riil Indonesia dari Jepang cenderung fluktuatif sejak tahun
1990 hingga tahun 2009. Sama seperti keadaan ekspor, terjadi penurunan impor
yang cukup tajam pada tahun 1998 hingga mencapai 76,48 persen dibanding
tahun 1997 menjadi 5,42 miliar Dollar AS. Jika diteliti, pertumbuhan impor yang
negatif ini berlanjut hingga tahun 1999. Baru mulai tahun 2000 nilainya mulai
30000
Nilai Impor Riil (Juta Dollar AS)
25000
20000
15000
10000
5000
0
1992
2000
2008
1990
1991
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2009
Tahun
Gambar 6. Perkembangan Nilai Impor Riil Indonesia dari Jepang Tahun 1990-
2009 (Juta Dollar AS)
Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 membuat nila impor riil
impor riil ini baru terjadi pada tahun 2009. Nilai impor riil Indonesia dari Jepang
menurun 28,92 persen menjadi 4,57 miliar Dollar AS pada tahun 2009.
71
Berbeda dengan negara tujuan ekspor, di mana Jepang menduduki
peringkat pertama, meskipun termasuk delapan negara asal impor, pada tahun
2009 Jepang hanya menduduki peringkat ketiga di bawah Singapura dan China
dengan nilai impor riil sebesar 4,57 miliar Dollar AS atau 10,17 persen dari total
impor Indonesia.
14.46%
16.06% Singapura
China
46.12%
Jepang
USA
10.17% Malaysia
Sumber: BPS
Gambar 7. Nilai Impor Indonesia dari Negara Utama Tahun 2009 (%)
Jika dilihat dari komposisi migas dan non-migas, hampir 100 persen impor
industri dan bukan negara penghasil migas, karena itu ekspor utama negara ini
pun bergerak pada sektor industri pengolahan. Pada tahun 2008, impor Indonesia
dari Jepang mencapai 6,42 miliar Dollar AS dengan komposisi impor migas
sebesar 111,78 juta Dollar AS (1,74 persen) dan impor nonmigas sebesar 6,31
penurunan nilai impor menjadi 4,57 miliar Dollar AS, untuk migas sebesar 15,53
juta Dollar AS (0,34 persen) dan nonmigas sebesar 4,55 miliar Dollar AS (99,66
persen).
72
Nilai Impor Riil (Juta Dollar AS)
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Non-Migas Migas
Gambar 8. Perkembangan Nilai Impor Riil Migas dan Non-Migas Indonesia dari
Pada tahun 2008, jenis barang utama yang diimpor dari Jepang yaitu
bagian dan perlengkapan kendaraan bermotor dengan nilai riil sebesar 565,92 juta
Dollar AS atau naik 355,71 persen dari tahun sebelumnya. Peringkat kedua
diduduki oleh kendaraan bermotor untuk barang yang meningkat 147,83 persen
menjadi 370,64 juta Dollar AS. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa
Selanjutnya mesin bangunan dan konstruksi berada di urutan ketiga setelah pada
tahun sebelumnya berada di urutan pertama dengan nilai riil sebesar 345,31 juta
Dollar AS.
73
Tabel 6. Nilai Impor Riil Utama Indonesia dari Jepang Menurut Kelompok
Barang Tahun 2007-2008 (Juta Dollar AS)
Dari grafik berikut ini dapat dikatakan bahwa nilai realisasi PMA riil
Jepang dari tahun 1990 hingga 2009 di Indonesia fluktuatif dan cenderung
mengalami penurunan. Puncaknya pada tahun 1992 di mana nilai investasi riil
Jepang di Indonesia mencapai 4,68 miliar Dollar AS dengan jumlah Izin Usaha
Meskipun pada tahun 2008 nilai realisasi PMA riil Jepang mengalami
peningkatan, tetapi pada tahun 2009 kembali mengalami penurunan. Hal ini juga
disebabkan adanya krisis global yang terjadi. Jepang yang terkena dampak dari
krisis itu membuat kebijakan untuk membuat para investor yang ada di luar
krisis ekonomi yang terjadi. Dampaknya kebijakan ini membuat realisasi PMA
Jepang di Indonesia mengalami penurunan yang cukup tinggi. Jika pada tahun
2008 realisasi PMA riil Jepang di Indonesia mencapai 564 juta Dollar AS, maka
74
pada tahun 2009 nilainya hanya mencapai 273,67 juta Dollar AS atau turun
5000
Nilai Realisasi PMA Riil (Juta Dollar AS) 4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
2002
2004
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2003
2005
2006
2007
2008
2009
Tahun
Gambar 9. Nilai Realisasi PMA Riil Jepang di Indonesia Tahun 1990-2009 ( Juta
Dollar AS)
Pada tahun 2009, Jepang menduduki peringkat ketiga untuk negara yang
paling banyak menanamkan PMAnya di Indonesia dengan nilai riil 273,67 juta
Dollar AS atau mencapai 6,30 persen dari total realisasi PMA di Indonesia. Jika
dilihat dari peringkat negara, PMA terbesar Indonesia untuk total tahun 2000-
2009 ditempati oleh Singapura, disusul oleh Mauritius, baru kemudian Jepang.
Hal ini mengalami pergeseran yang cukup signifikan. Jika sebelum tahun 2000
ekonomi, politik, dan keamanan yang tidak terkendali di dalam negeri membuat
75
Singapura
Sumber: BKPM
Gambar 10. Lima Besar Negara Asal PMA Indonesia Tahun 2009 (%)
Tetapi jika dilihat dari jumlah tenaga kerja, berdasarkan data yang
penyerapan tenaga kerja. Dari tahun 2000 hingga 2009, total tenaga kerja yang
urutan pertama dalam nilai investasi dan mencapai dua kali lipat nilai investasi
yang ditanamkan Jepang untuk Indonesia sejak tahun 2002 hingga tahun 2009,
untuk penyerapan tenaga kerja hanya mencapai 187.526 pekerja. Hal ini
industri alat angkutan dan tranportasi lainnya. Sejak tahun 2004 sektor ini selalu
Pada tahun 2008 saja sektor ini menyumbang 56 persen dari total investasi
langsung di Indonesia yaitu sebesar 315,88 juta Dollar AS. Hal ini dapat dilihat
76
produk Jepang ini memang telah mendunia dan terus membuka perusahaannya di
banyak negara. Ini tidak terlepas dari permintaan barang impor Indonesia yang
tinggi untuk kendaraan bermotor. Karena itu banyak perusahaan otomotif Jepang
industri lain
Sumber: BKPM
Gambar 11. Realisasi PMA Jepang di Indonesia Menurut Sektor Industri Tahun
2008 (%)
bisnis mereka dalam tiga tahun ke depan, terutama untuk pemasaran dan produksi
77
Tabel 7. Peringkat Indonesia untuk Pemasaran dan Produksi di Mata Pengusaha
Jepang Tahun 2006
Sumber: JETRO
JETRO ini memberi kesan bahwa Indonesia semakin tidak menarik bagi investor
tanah air. Hal ini membuat Indonesia semakin tertinggal dalam jejaring produksi
multinasional Jepang.
78
4.3 Pengaruh Nilai Ekspor Riil Indonesia ke Jepang, Nilai Impor Riil
Indonesia dari Jepang, dan Nilai Realisasi PMA Riil Jepang di Indonesia
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Indonesia dari Jepang, dan nilai realisasi PMA Jepang di Indonesia terhadap
penelitian ini menggunakan Pairwise Granger Causality Tests pada lag 2 hingga
lag optimal 4. Apabila hasil pengujian kausalitas Granger antara dua variabel
signifikan secara statistik, maka artinya variabel tersebut dapat digunakan untuk
Indonesia ke Jepang baik pada lag kedua, ketiga, dan keempat. Hasil ini
Indonesia dengan nilai impor Indonesia dari Jepang pada lag kedua, ketiga, dan
dengan baik.
79
Tabel 8. Uji Kausalitas Nilai Ekspor Riil Indonesia ke Jepang, Nilai Impor Riil
Indonesia dari Jepang, dan Nilai Realisasi PMA Jepang di Indonesia
dengan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
80
menjadikan neraca perdagangan menjadi positif yang juga akan berdampak positif
Uji kausalitas di atas juga memberikan hasil bahwa impor Indonesia dari
Namun pandangan ini tidak seluruhnya benar, karena impor juga menumbuhkan
kegiatan investasi dalam negeri, apabila yang diimpor adalah barang modal, bahan
mentah, barang setengah jadi untuk keperluan industri. Di samping itu impor
penduduk.
terhadap kedua variabel, yaitu ekspor Indonesia ke Jepang dan impor Indonesia
oleh perubahan pertumbuhan ekonomi itu sendiri pada periode sebelumnya (Yt-2
dan Yt-4) serta perubahan pertumbuhan nilai ekspor Indonesia ke Jepang pada
periode Yt-1, Yt-2, dan Yt-3. Untuk variabel perubahan pertumbuhan nilai impor dan
81
nilai realisasi PMA tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia.
Jika dilihat dari tanda koefisien yang terbentuk, dapat diketahui pula
(Yt-4) serta perubahan pertumbuhan nilai ekspor Indonesia ke Jepang pada periode
Yt-1, Yt-2, dan Yt-3 berpengaruh positif terhadap perubahan pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan nilai ekspor Indonesia ke Jepang, nilai impor Indonesia dari Jepang,
Tabel 9. VAR model dengan DLNPDB sebagai variabel dependen (koefisien dan
t-statistik [ ])
Lag
DLNPDB DLNEKSPOR DLNIMPOR DLNPMA
(triwulan)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 -0,1518 0,0427 0,0075 0,0011
[-1,3136] [2,5726]** [1,0721] [0,3414]
82
Secara umum dapat dikatakan bahwa perubahan pertumbuhan ekonomi
Indonesia ke Jepang. Hal ini berarti bahwa jika perubahan pertumbuhan nilai
Gambar 12, 13, dan 14 menunjukkan respon yang akan terjadi pada
Indonesia.
.03
.02
.01
.00
-.01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
83
Jika dilihat di antara ketiga variabel tersebut (di luar pertumbuhan
ekonomi), hanya ekspor yang memberikan efek yang positif untuk jangka
panjang. Shock yang terjadi pada nilai ekspor Indonesia ke Jepang memiliki efek
hingga tiga tahun mendatang (triwulan ke-12). Besarnya pengaruh shock pada
naik sejak periode pertama. Shock nilai ekspor Indonesia ke Jepang memiliki
persen pada periode ke dua. Tingginya nilai ekspor akan berakibat pada
.03
.02
.01
.00
-.01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Berbeda dengan ekspor, shock yang terjadi pada pertumbuhan nilai impor
Tetapi jka dilihat, pada periode pertama hingga ketiga guncangan pada
84
pertumbuhan nilai impor memberikan respon positif terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Hal ini karena masih banyaknya bahan baku dan penolong
industri Indonesia yang berasal dari impor Jepang. Meskipun hingga periode
ketiga shock yang terjadi pada nilai impor Indonesia dari Jepang memberikan
hasil yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, namun dari periode
empat hingga tiga tahun mendatang guncangan ini akan memberikan pengaruh
nilai impor akan membuat konsumsi dalam negeri meningkat, tetapi tidak untuk
.03
.02
.01
.00
-.01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
jika shock terjadi pada pertumbuhan nilai realisasi PMA Jepang di Indonesia.
Pada periode awal, guncangan yang terjadi pada nilai realisasi PMA tidak akan
empat hingga akhir periode (triwulan ke-12) shock pada PMA terus memberikan
85
efek negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Shock nilai realisasi PMA Jepang di
Indonesia sebesar 0,0069 persen pada periode ke lima. Hal ini terjadi karena
PMA yang fluktuatif dan cenderung menurun setiap tahunnya membuat investasi
Decomposition (VD). Analisis ini menjelaskan sejauh mana peran suatu variabel
Decomposition dapat pula dipakai untuk melihat kekuatan dan kelemahan dari
panjang.
Indonesia terhadap dirinya sendiri terus mengalami penurunan hingga periode 12.
LNPDB.
86
Pada periode pertama, guncangan LNPDB memberikan pengaruh terhadap
hingga menjadi 77,45 persen pada periode 12. Shock LNEKSPOR memberikan
hingga akhir periode peneitian (periode 12). Jika pada periode 2 shock
Tabel 10. Hasil Analisis Variance Decomposition Ekspor, Impor, dan PMA
Indonesia-Jepang Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Keadaan yang sama juga dialami oleh LNIMPOR dan LNPMA. Keduanya
87
dengan akhir periode penelitian. Dari periode kedua hingga periode keempat,
persen, tetapi kemudian meningkat pada periode ke lima menjadi 2,89 persen dan
sebesar 5,09 persen terhadap LNPDB pada periode 12. Untuk shock LNPMA
besarnya tidak jauh berbeda dengan shock LNIMPOR pada setiap periode dalam
hingga periode 12. Pada akhir periode (periode 12), shock LNPMA memberikan
lebih besar dibanding kedua variabel lainnya (impor dan PMA). Meningkatnya
menjadi surplus. Peningkatan ekspor ini juga dapat meningkatkan investasi dan
pengaruh yang besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Nilai realisasi PMA
yang cenderung menurun hingga saat ini membuat PMA belum berperan penting
88
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Nilai ekspor Indonesia ke Jepang serta nilai impor Indonesia dari Jepang
mengalami penurunan yang tinggi pada tahun 1998 dan mulai merangkak naik
sejak tahun 1999 hingga tahun 2009, sedangkan nilai realisasi PMA Jepang di
hingga 2009.
shock yang terjadi pada pertumbuhan nilai impor Indonesia dari Jepang dan
89
5.2 Saran
yaitu:
Indonesia
dengan Jepang tetap surplus karena guncangan pada nilai impor secara jangka
tahun 1990. Karena Pada zaman Orde Baru peranan investasi asing sangat
dalam periode waktu yang lebih panjang hasilnya akan convergence menuju
90
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Seno dkk. 2009. Perdagangan dan Investasi di Indonesia: Sebuah Catatan
Tentang Daya Saing dan Tantangan Ke Depan. Jakarta: BAPPENAS.
Enders, Walter. 1995. Applied Economic Time Series. New York: John Wiley &
Sons, Inc.
91
Herbawaty, Neneng. 20 Agustus 2007. EPA Indonesia-Jepang: Peningkatan
Kapasitas, PR besar Indonesia. Majalah Bisnis Indonesia. 3 Mei 2010.
http://www.bisnis.com.
Nova Puspita. 2004. Analisis Pengaruh Fasilitas PMDN, PMA dan Non
PMA/PMDN Terhadap Produksi Industri Kayu Rotan dan Bambu Di
Indonesia Tahun 2002. [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.
92
Todaro, Michael P dan Stephen C. Smith. 2004. Pembangunan Ekonomi di Dunia
Ketiga Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Wibowo, Abadi. 2004. Pengaruh Hutang Luar negeri dan Penanaman Modal
Asing Terhadap Produk Domestik Bruto Triwulanan Tahun 1990-2003
[Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Statistik.
http://www.jetro.go.jp/en/reports/statistics/
http://www.depdag.go.id/index.php?option=statistik&task=detil&itemid=06
93
Lampiran 1. Data PDB Indonesia ADHK 2000=100, Ekspor Indonesia ke Jepang,
Impor Indonesia dari Jepang, dan PMA Indonesia dari Jepang
94
Q3 341472.50 2837707.98 636079.74 176851.31
Q4 329645.48 3195430.79 919459.35 295599.60
2000 Q1 342852.40 3110286.18 975315.98 517792.30
Q2 340865.20 3488035.22 938690.81 837381.37
Q3 355289.50 3881418.40 1499963.85 228071.56
Q4 350762.80 3935417.56 1983284.29 539905.21
2001 Q1 356114.90 3675994.41 1534022.09 176099.77
Q2 360533.00 3338209.55 1237528.90 177204.09
Q3 367517.40 3389370.18 1015451.24 552745.64
Q4 356240.40 2606601.26 902468.10 199831.61
2002 Q1 368650.40 2642256.10 1021367.32 57998.20
Q2 375720.90 2723832.95 952987.59 71810.88
Q3 387919.60 3132790.13 1186843.50 82695.49
Q4 372925.50 3546236.29 1248114.34 221199.48
2003 Q1 386743.90 3480121.39 1076466.69 142278.36
Q2 394620.50 3287515.48 1056183.69 95382.15
Q3 405607.60 3315098.13 1088327.45 277124.16
Q4 390199.30 3520760.04 1007279.17 203137.26
2004 Q1 402597.30 3610930.38 1435905.22 222536.65
Q2 411935.50 3570954.10 1381652.18 210883.04
Q3 423852.30 4439423.75 1568163.43 370270.40
Q4 418131.70 4340801.35 1695886.87 237493.43
2005 Q1 426612.10 4215814.57 1748622.86 115676.41
Q2 436121.30 4477334.85 1890064.67 194287.64
Q3 448597.70 4737546.54 1798160.79 672360.09
Q4 439484.10 4618443.78 1469406.85 161701.47
2006 Q1 448485.30 4959770.70 1400272.29 538775.23
Q2 457636.80 5304085.45 1199684.63 114664.32
Q3 474903.50 5671409.41 1405607.91 130261.18
Q4 466101.10 5796857.43 1510208.85 119074.41
2007 Q1 475641.70 5047947.99 1425141.72 152780.26
Q2 488421.10 6535060.34 1566534.00 93983.21
Q3 506933.00 5957877.91 1695372.35 293312.49
Q4 493331.50 6091910.60 1839625.82 78083.86
2008 Q1 505198.40 6648945.54 3408901.42 314138.44
Q2 519169.80 7190050.01 3702808.53 568414.00
Q3 538599.00 8044086.08 3809381.69 219669.63
Q4 519348.70 5860774.53 4122381.84 275157.15
2009 Q1 528065.70 3751528.07 2130523.81 132640.22
Q2 540363.50 4103295.75 2206294.23 126191.28
Q3 561003.00 4932033.21 2532904.70 126676.79
Q4 547543.30 5787873.37 2974006.03 293436.27
95
Lampiran 2. IHPB Umum, Ekspor, dan Impor tahun Dasar 2000=100
96
2000 Q1 100.00000 100.00000 100.00000
Q2 100.00000 100.00000 100.00000
Q3 100.00000 100.00000 100.00000
Q4 100.00000 100.00000 100.00000
2001 Q1 117.02520 128.02382 115.81682
Q2 119.65857 126.70121 117.94930
Q3 111.66233 103.17550 109.57702
Q4 109.04734 98.22526 108.00945
2002 Q1 125.74461 122.57615 118.70612
Q2 118.64240 109.86381 110.22766
Q3 113.39441 100.98126 105.25188
Q4 112.60232 100.60919 104.09365
2003 Q1 131.14292 133.29053 118.99911
Q2 120.65352 109.80457 109.98105
Q3 115.21837 100.37850 106.09354
Q4 113.31760 99.48669 104.93469
2004 Q1 133.09037 132.16230 120.84718
Q2 133.68718 130.29337 121.68627
Q3 130.90996 126.78414 119.61536
Q4 126.11143 124.33569 119.47850
2005 Q1 151.14860 166.93879 138.95606
Q2 150.23354 164.24640 137.68846
Q3 148.24541 159.54280 135.27874
Q4 154.96370 154.38500 137.96925
2006 Q1 164.66667 147.00000 155.66667
Q2 170.00000 155.00000 162.00000
Q3 175.33333 160.33333 164.66667
Q4 176.33333 152.33333 166.33333
2007 Q1 181.66667 152.00000 169.66667
Q2 191.00000 165.00000 182.66667
Q3 197.66667 169.66667 187.00000
Q4 210.66667 180.66667 205.66667
2008 Q1 225.66667 191.66667 217.33333
Q2 247.00000 214.33333 248.00000
Q3 260.33333 222.00000 249.33333
Q4 249.33333 209.33333 224.66667
2009 Q1 241.83776 226.48029 214.45552
Q2 242.87755 220.09017 213.87608
Q3 243.12248 213.25555 214.64227
Q4 255.69011 205.84667 218.45132
97
Lampiran 3. Nilai PDB Konstan, Ekspor Konstan, Impor Konstan, dan PMA
Konstan Indonesia-Jepang
Kuar
Tahun Ekspor Konstan PMA Konstan Impor Konstan PDB
tal
1990 Q1 9221724.99232 268315.21142 3643498.57807 227207.57815
Q2 11265442.61579 105374.76039 4079480.64567 228147.25043
Q3 14210465.28912 131428.48438 5445542.74033 249495.75861
Q4 15114665.75229 7869.38580 5831982.16038 244677.48106
1991 Q1 9516119.95851 93782.99428 5300062.39324 247076.56026
Q2 12894700.22169 285184.97427 6094957.03784 242627.56204
Q3 13826925.80467 267251.82393 5088927.56047 264701.32925
Q4 14245405.03940 1091358.49350 4695844.85592 261031.65847
1992 Q1 8651635.53262 384415.75466 5365239.40962 259981.41523
Q2 10598913.02960 3348368.31785 4735299.85185 258523.44634
Q3 13420786.79662 153710.76532 5060986.15545 283276.90513
Q4 16798013.94662 795546.07969 10474519.78402 279370.77336
1993 Q1 9106166.39857 451726.45528 4020837.10138 274051.94302
Q2 11474488.82471 120625.99327 4760921.28007 275562.95385
Q3 14832750.96081 526271.29718 5164817.39066 300307.51210
Q4 16501015.75041 1377110.43116 6340589.04584 301637.07639
1994 Q1 9043811.35836 1078588.22435 484310.91773 298743.23450
Q2 11461773.61788 2224375.91731 10792645.24886 305096.74292
Q3 14468034.39279 443848.99023 6423207.92506 321050.80629
Q4 15499642.77155 450108.06340 6766519.35523 313454.01063
1995 Q1 8488417.57421 764281.98022 4928181.52304 323025.52292
Q2 10993147.22184 324261.94635 7950352.03735 327494.68365
Q3 14528871.93345 385116.79708 7769586.05887 346239.84691
Q4 16657737.47705 668938.58282 6798189.65415 343371.94861
1996 Q1 8450436.16244 1464278.76076 5481828.91507 341562.22567
Q2 10298325.39467 504926.25825 6150117.47300 349344.83451
Q3 13222339.05322 1283651.62520 5796528.75708 375364.92831
Q4 7109978.84740 349377.77460 6538761.47201 378653.84347
1997 Q1 7949270.32530 616025.47515 5522737.29357 367338.14301
Q2 10236919.77867 915735.28891 5696072.97724 367509.03297
Q3 11853638.44862 807002.39373 5694907.01667 395269.16316
Q4 8336490.75439 656859.52636 4523003.33616 382758.82723
1998 Q1 2316305.06485 235386.37348 1601269.62421 350848.20047
Q2 2107470.46728 568845.73318 1337287.81811 318474.89639
Q3 2589167.48879 103236.74859 263885.58155 332024.44852
Q4 4577644.50805 538701.59767 1840213.30067 312877.28601
1999 Q1 2339710.73475 407478.42599 655646.56674 329335.05820
Q2 5047816.55623 2647471.32648 762878.97111 324187.81018
98
Q3 3831254.63760 205522.34875 718627.70536 341472.49629
Q4 4431072.11571 350449.75949 1060480.19509 329645.48471
2000 Q1 3110286.17600 517792.29934 975315.97800 342852.40000
Q2 3488035.21800 837381.37121 938690.80900 340865.20000
Q3 3881418.40000 228071.56200 1499963.85100 355289.50000
Q4 3935417.55800 539905.20882 1983284.28800 350762.80000
2001 Q1 2871336.40090 150480.20835 1324524.49673 356114.90000
Q2 2634710.00618 148091.42399 1049204.12642 360533.00000
Q3 3285053.36356 495015.31079 926700.91168 367517.40000
Q4 2653697.56764 183252.15880 835545.53602 356240.40000
2002 Q1 2155603.70647 46123.80535 860416.71998 368650.40000
Q2 2479281.28395 60527.16673 864562.99215 375720.90000
Q3 3102348.07886 72927.31284 1127622.12502 387919.60000
Q4 3524763.73011 196443.08258 1199030.24611 372925.50000
2003 Q1 2610929.25124 108491.07141 904600.62020 386743.90000
Q2 2993969.66623 79054.59925 960332.46380 394620.50000
Q3 3302597.64349 240520.80996 1025818.81858 405607.60000
Q4 3538925.77478 179263.65083 959910.59262 390199.30000
2004 Q1 2732193.87280 167207.18013 1188199.15408 402597.30000
Q2 2740702.80064 157743.65861 1135421.61996 411935.50000
Q3 3501560.89304 282843.56625 1311005.05273 423852.30000
Q4 3491194.84038 188320.30292 1419407.60776 418131.70000
2005 Q1 2525365.54031 76531.58096 1258399.82967 426612.10000
Q2 2725986.65352 129323.74549 1372710.98685 436121.30000
Q3 2969451.71474 453545.29198 1329226.44326 448597.70000
Q4 2991510.61877 104347.96719 1065024.86918 439484.10000
2006 Q1 3373993.67143 327191.43771 899532.51970 448485.30000
Q2 3421990.61032 67449.60151 740546.06975 457636.80000
Q3 3537261.58565 74293.44753 853608.04433 474903.50000
Q4 3805376.87133 67528.01973 907941.19178 466101.10000
2007 Q1 3321018.41316 84099.22346 839965.64971 475641.70000
Q2 3960642.62970 49205.87163 857591.60420 488421.10000
Q3 3511519.39921 148387.43010 906616.23209 506933.00000
Q4 3371906.23672 37065.12261 894469.60551 493331.50000
2008 Q1 3469015.06226 139204.62775 1568512.92285 505198.40000
Q2 3354611.19984 230127.12715 1493067.95645 519169.80000
Q3 3623462.19730 84380.13824 1527826.88021 538599.00000
Q4 2799733.05717 110357.14758 1834888.06113 519348.70000
2009 Q1 1656447.95664 54846.78000 993457.18403 528065.70000
Q2 1864370.28390 51956.74743 1031575.96052 540363.50000
Q3 2312733.82740 52104.10497 1180058.67135 561003.00000
Q4 2811740.07981 114762.46351 1361404.48917 547543.30000
99
Lampiran 4. Uji Stasioneritas
a. LNPDB
13.4
13.2
13.0
12.8
12.6
12.4
12.2
90 92 94 96 98 00 02 04 06 08
LNPDB
100
Test critical values: 1% level -4.080021
5% level -3.468459
10% level -3.161067
b. LNEKSPOR
16.8
16.4
16.0
15.6
15.2
14.8
14.4
14.0
90 92 94 96 98 00 02 04 06 08
LNEKSPOR
101
Null Hypothesis: D(LNEKSPOR) has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 24 (Newey-West using Bartlett kernel)
c. LNIMPOR
17
16
15
14
13
12
90 92 94 96 98 00 02 04 06 08
LNIMPOR
102
Adj. t-Stat Prob.*
d. LNPMA
16
15
14
13
12
11
10
8
90 92 94 96 98 00 02 04 06 08
LNPMA
103
Null Hypothesis: LNPMA has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 4 (Newey-West using Bartlett kernel)
104
C -0.010197 0.107410 -0.094934 0.9246
105
Lampiran 5. Uji Kausalitas Granger
106
DLNPDB does not Granger Cause DLNIMPOR 76 4.63725 0.00518
DLNIMPOR does not Granger Cause DLNPDB 4.82411 0.00416
107
Lampiran 6. Uji Lag Optimal
108
Lampiran 7. Model VAR Berdasarkan Lag Optimum
109
[ 0.30301] [-0.42387] [-2.58683] [-0.57041]
110
Lampiran 8. Output Impulse Response
.02 .02
.01 .01
.00 .00
-.01 -.01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
.02
.02
.01
.01
.00
.00
-.01
-.01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Response of LNPDB:
Period LNPDB LNEKSPOR LNIMPOR LNPMA
111
Lampiran 9. Variance Decomposition (VD)
112
RIWAYAT HIDUP
Waryono dan Sopiah. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara.
SMP Negeri 103 Jakarta. Selanjutnya pada tahun 2006, penulis lulus dari SMA
Islam Al Azhar Syifa Budi Kemang dan pada tahun yang sama mendapat
113