Anda di halaman 1dari 5

INDIKATOR ASAM BASA

Oleh :
Juniarti Dwi Lestari Arham
1613441004
Pendidikan Kimia ICP

(beberapa jenis indikator pH)


Indikator asam-basa (disebut juga indikator pH) adalah senyawa halokromik yang
ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya adalah larutan yang akan
memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan tersebut. Indikator pH secara umum
digunakan dalam teknik titrasi kimia analitik dan biologi untuk menentukan reaksi kimia.
Karena pilihan subyektif (penentuan) warna, indikator pH tidak memberi hasil pembacaan
yang presisi. Untuk mengukur pH secara presisi, suatu pH meter biasanya digunakan.
Terkadang, pencampuran beberapa indikator berbeda digunakan untuk menghasilkan
perubahan warna pada rentang nilai pH yang lebar. Indikator komersil tersebut (misalnya
indikator universal) digunakan hanya ketika membutuhkan pengetahuan kasar mengenai pH.
Indikator adalah suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam dan basa.
Dengan indikator, kita dapat mengetahui suatu zat bersifat asam dan basa. Indikator juga
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kekuatan suatu asam atau basa. Beberapa
indikator terbuat dari zat warna alami tanaman, tetapi ada juga beberapa indikator yang
dibuat secara sintesis di laboratorium. Kisaran perubahan pH yang menyebabkan indikator
berubah warna disebut trayek pH indikator.
Indikator asam-basa akan cenderung untuk bereaksi dengan kelebihan asam atau basa
pada saat titrasi untuk menghasilkan warna. Perubahan warna ini disebabkan oleh resonansi
isomer elektron. Setiap indikator asam-basa merupakan ion yang memiliki tetapan ionisasi
yang berbeda-beda. Ion ini memiliki sistem yang terkonjugasi yang dapat menyerap
gelombang warna tertentu dan meneruskan gelombang warna lainnya. Gelombang warna
yang diserap adalah bagian dari spektrum warna, sehingga ion tersebut akan terlihat
berwarna. Indikator, seperti telah tertulis merupakan senyawa ion yang biasanya adalah asam
lemah dan dapat terionisasi dan membentuk kesetimbangan menjadi bentuk anionnya.
Biasanya warna indikator saat belum terionisasi dan setelah terionisasi akan berbeda. Mata
manusia hanya bisa melihat warna pertama apabila perbandingan konsentrasi indikator
sebelum terionisasi dan konsentrasi anion setelah indikator terionisasi lebih dari 10, dan dapat
melihat warna kedua saat perbandingan itu kurang dari 0,1. Berarti perubahan warna akan
terlihat apabila konsentrasi H+ berubah 100 kali atau setara dengan perbedaan pH sebesar 2
satuan. Daerah perubahan warna indikator ini juga bergantung pada pKa atau pKb suatu
indikator. Indikator PP yang berwarna merah keunguan berarti ionnya menyerap warna selain
merah keunguan dan meneruskan warna merah keunguan.
Tabel berikut ini berisi beberapa indikator pH yang umum digunakan di laboratorium.
Indikator biasanya memberi perubahan warna pada nilai pH yang tertulis pada nilai transisi.
Contohnya, fenol merah menghasilkan warna jingga antara pH 6.8 dan pH 8.4. Rentang
transisi mungkin berbeda sedikit bergantung pada konsentrasi indikator dalam larutan dan
pada suhu di mana indikator tersebut digunakan. Gambar di sebelah kanan menunjukkan
rentang dan perubahan warna yang terjadi pada indikator tersebut.

Warna pada Batas Batas Warna pada


Indikator pH transisi transisi pH
batas bawah bawah atas batas atas

Gentian violet (Metil ungu


Kuning 0.0 2.0 biru-violet
10B)

Malasit hijau (transisi


Kuning 0.0 2.0 hijau
pertama)

Malasit hijau (transisi kedua) Hijau 11.6 14.0 tak berwarna

Timol biru (transisi pertama) Merah 1.2 2.8 kuning

Timol biru (transisi kedua) Kuning 8.0 9.6 biru

Metil kuning Merah 2.9 4.0 kuning

Bromofenol biru Kuning 3.0 4.6 biru


Warna pada Batas Batas Warna pada
Indikator pH transisi transisi pH
batas bawah bawah atas batas atas

Merah kongo biru-violet 3.0 5.0 merah

Metil jingga Merah 3.1 4.4 kuning

Bromokresol hijau Kuning 3.8 5.4 biru

Metil merah Merah 4.4 6.2 kuning

Metil ungu Ungu 4.8 5.4 hijau

Azolitmin Merah 4.5 8.3 biru

Bromokresol ungu Kuning 5.2 6.8 ungu

Bromotimol biru Kuning 6.0 7.6 biru

Fenol merah Kuning 6.4 8.0 merah

Merah netral Merah 6.8 8.0 kuning

Naftolftalein merah pucah 7.3 8.7 biru kehijauan

Kresol merah Kuning 7.2 8.8 ungu-kemerahan

Kresolftalein tidak berwarna 8.2 9.8 ungu

ungu-merah
Fenolftalein tidak berwarna 8.3 10.0
muda

Timolftalein tidak berwarna 9.3 10.5 biru

Alizarin kuning R Kuning 10.2 12.0 merah

Indigo carmine Biru 11.4 13.0 kuning

Indikator pH juga bisa berasal dari bahan alami seperti bunga tapak dara (Vinca Rosea
U), bunga jengger ayam (Celosia Cristata L), dan bunga tembelekan (Lantara Camara L)
dengan didasari pemikiran bahwa zat warna pada tanaman merupakan senyawa organik
berwarna seperti dimiliki oleh indikator sintetis, selain itu mudah dibuat juga murah karena
bahan-bahannya mudah didapat serta menambah pengetahuan tentang manfaat bunga
tapakdara, jengger ayam dan tembelekan. Karakteristik bunga yang baik digunakan sebagai
indikator pH yaitu bunga yang masih segar berwarna tua digunakan hanya mahkota bunga
sedangkan benang sari dan putik tidak digunakan.
Pada pembuatan indikator cair bunga dicuci dengan air mengalir agar bersih juga
dimaksudkan agar pigmen warna bunga tidak ikut larut dalam air. Bunga yang sudah dicuci
kemudian dipotong kecil-kecil untuk memperluas permukaan bunga sehingga proses
pelarutan bunga lebih efektif. Semakin luas permukaan bunga maka semakin banyak pigmen
warna bunga yang larut pada proses pelarutan. Pada proses pemotongan bunga tidak
dicincang melainkan dipotong kecil-kecil. Setelah bunga dipotong selanjutnya bunga
dikeringkan dalam oven untuk mengurangi kadar air yang terkandung. Pengovenan dilakukan
pada suhu 50ºC selama 15 menit. Pada suhu tersebut, pigmen bunga tidak berubah sehingga
ketika dilarutkan akan menghasilkan warna yang mudah diamati. Apabila pengeringan
dilakukan pada suhu lebih besar dari 50ºC maka warna bunga akan berubah karena
karakteristik warna bunga awal hilang. Bunga yang sudah kering dimasukkan dalam stoples
dan ditambahkan alkohol 70% sampai ± 0,5 cm di atas bunga lalu didiamkan semalam agar
pigmen warna bunga larut dalam alkohol. Alkohol 70% sebenarnya merupakan etanol, yang
dipilih sebagai pelarut selain dilihat dari sifat polarnya juga dilihat dari aspek ekonomisnya.
Etanol lebih mudah didapatkan dan harganya lebih murah dibandingkan dengan jenis alkohol
lainnya.
Penggunaan pelarut untuk melarutkan bunga digunakan secukupnya karena apabila
berlebihan maka larutan yang dihasilkan akan menjadi encer sehingga menyebabkan produk
yang dihasilkan kurang baik. Setelah semalam, larutan disaring untuk mendapatkan filtratnya
yaitu ekstrak bunga. Ekstrak bunga tersebut merupakan indikator cair. Kemudian indikator
cair dituangkan dalam stoples lain dan disimpan dalam kulkas sampai akan digunakan. Cara
penggunaan indikator cair yaitu meneteskan indikator tersebut pada larutan yang akan diuji
pHnya. Larutan akan memberikan perubahan warna yang kemudian perubahan warna
tersebut dicocokkan dengan warna pada trayek pH indikator tersebut. Masing-masing warna
pada trayek pH memiliki pH yang berbeda setiap warnanya. Warna larutan yang sama dengan
warna pada trayek pH menunjukkan bahwa pH larutan sama dengan pH pada trayek pH
indikator tersebut.
Banyak tumbuhan yang mengandung zat kimia yang berasal dari senyawa famili
antosianin yang berwarna secara alami. Mereka berwarna merah dalam larutan asam dan biru
dalam larutan basa. Antosianin dapat diekstrak dengan air atau pelarut lain dari banyak
tumbuhan berwarna atau bagian tumbuhan, termasuk dari daun (kubis merah); bunga
(geranium, poppy, atau kelopak mawar); beri (blueberry, blackcurrant); dan batang
(rhubarb). Ekstraksi antosianin dari tanaman rumah tangga, terutama kubis merah, untuk
membentuk indikator pH mentah adalah pengantar kimia demonstrasi yang populer.

(struktur umum antosianin)


Lakmus, yang digunakan oleh alkemis pada Abad Pertengahan dan banyak tersedia, adalah
indikator pH yang dibuat secara alami dari spesi lumut, terutama Roccella tinctoria.
Perubahan warna terjadi apabila di larutan asam akan berwarna merah dan biru dalam larutan
alkali. Bunga Hydrangea macrophylla dapat berubah warna bergantung pada keasaman
tanah. Pada tanah yang asam, reaksi kimia terjadi di tanah yang membuat aluminium tersedia
untuk tanaman ini, mengubah bunga berwarna biru. Di tanah alkali, reaksi ini tidak dapat
terjadi dan karena aluminium tidak diambil oleh tanaman. Akibatnya, bunga tetap berwarna
merah muda.

Indikator Warna pH batas bawah Warna pH batas bawah

Bunga Hortensia biru merah muda ke ungu

Antosianin merah Biru

Lakmus merah Biru

H. macrophylla H. macrophylla Gradien indikator pH Kembang kol ungu direndam


di tanah yang asam di tanah yang alkali ekstrak kubis merah dalam soda kue (kiri)
pada larutan asam dan cuka (kanan). di sebelah kiri hingga Antosianin
basa di sebelah kanan bertindak sebagai
indikator pH.

Anda mungkin juga menyukai