Anda di halaman 1dari 21

A.

JUDUL PERCOBAAN : TITRASI ASAM BASA

B. HARI/TANGGAL PERCOBAAN : RABU, 25 OKTOBER 2017

JAM : 09.30-12.00

C. TUJUAN PERCOBAAN :

1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam


oksalat (C2H2O4)

2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH

3. Menentukan konsentrasi HCl dengan NaOH menggunakan ekstrak


tumbuhan kamboja

D. TINJAUAN PUSTAKA :

Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi


merupakan suatu metode kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat
habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui
konsentrasinya. Suatu zat yang akan dititrasi atau ditentukan konsentrasinya
disebut ‘titran’ dan biasanya diletakkan di dalam labu erlenmeyer,
sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai ‘titer’.
Baik ‘titer’ maupun ‘titran’ biasanya berupa larutan.

Adapun larutan yang bertindak sebagai titran (larutan standar)


adalah asam kuat atau basa kuat. Jika larutan standarnya adalah asam kuat,
maka disebut ‘titrasi asidmetri’ dan jika larutan standarnya adalah basa kuat
maka disebut ‘titrasi alkalimetri’.

Pada saat melakukan titrasi asam-basa, perlu diperhatikan


kemungkinan terjadinya larutan buffer maupun hidrolisis. Selain itu, juga
harus memilih indikator yang sesuai untuk menentukan titik akhir titrasi.
Idealnya titik akhir titrasi sama dengan titik ekuivalen. Titik ekuivalen
tercapai ketika asam dan basa tepat habis bereaksi dengan sempurna.
Dengan demikian, pada titik ekuivalen larutan yang terjadi bersifat netral,
sehingga diprediksikan larutan memiliki pH = 7.

Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana reaksi telah berjalan


dengan sempurna yang biasanya ditandai dengan pengamatan visual melalui
perubahan warna indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa
adalah asam lemah atau basa lemah. Jumlah indikator yang ditambahkan ke
dalam larutan yang akan dititrasi harus sedikit mungkin, sehingga indikator
tidak mempengaruhi pH larutan dengan demikian jumlah titran yang
diperlukan untuk terjadi perubahan warna juga seminimal mungkin.

 Indikator Asam Basa

a. Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah


(senyawa organik) yang dalam larutannya warna molekul-
molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya
b. Zat indikator dapat berupa asam atau basa yang larut, stabil, dan
menunjukkan perubahan warna yang kuat
c. Indikator asam-basa terletak pada titik ekuivalen dan ukuran dari
pH
Titrasi asam basa didasarkan atas reaksi netralisasi asam dengan
basa. Pada titik ekuivalen, jumlah yang dititrasi ekuivalen dengan jumlah
basa yang dipakai. Untuk menentukan titik ekuivalen ini biasanya dipakai
suatu indikator asam-basa, yaitu suatu zat yang berubah warnanya
tergantung pada pH larutan. Macam indikator yang dipilih harus sedemikian
rupa sehingga pH titik ekuivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan
warna indikator. Jika pada suatu titrasi dengan indikator tertentu timbul
perubahan warna maka titik akhir telah tercapai. Jadi, titik akhir titrasi dapat
ditandai saat perubahan warna indikator yang dipakai. Titik akhir titrasi
tidak selalu berhimpit dengan titik ekuivalen dan kesalahannya disebut
dengan kesalahan titrasi. Kesalahan titrasi dapat diperkecil dengan cara
memilih indikator yang setepat mungkin.
Titrasi merupakan suatu prosedur yang bertujuan untuk menentukan
banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat
bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis (ingin diketahui
konsentrasinya) yang disebut dengan titik ekuivalen. Secara teknis titrasi
dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit dan bahkan tetes
demi tetes larutan basa melalui buret, ke dalam larutan asam dengan volume
tertentu yang terletak pada labu erlenmeyer sampai keduanya tepat habis
yang ditandai dengan berubahnya warna indikator. Indikator asam basa
organik lemah yang mengalami perubahan warna pada pH tertentu. Daam
suatu titrasi dipilih indikator yang mengalami perubahan warna di sekitar
titik ekuivalen.
 Rumus Umum Titrasi
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan
sama dengan mol-ekuivalen basa, maka halini dapat kita tulis
sebagai berikut:

Mol ekuivalen asam = Mol ekuivalen basa

Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara


normalitas dengan volume maka rumus diatas dapat kita tulis
sebagai berikut:
N x V asam = N x V basa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas
(M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada
basa, sehingga rumus di atas menjadi:

n x M x V asam = n x M x V basa

Keterangan:
N =Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH- (pada basa)
 Indikator Buatan
Indikator buatan adalah indikator siap pakai yang sudah
dibuat di laboratorium atau pabrik alat-alat kimia. Contoh indikator
buatan adalah kertas lakmus yang terdiri atas lakmus merah dan
lakmus biru, phenolptalein, indikator universal, metal jingga, dan
lain-lain.
1. Indikator Universal

Indikator universal adalah gabungan dari beberapa indikator.


Larutan indikator universal yang biasa digunakan dalam
laboratorium terdiri dari metal jingga (trayek : 2,9-4,0), metal merah
(trayek : 4,2-6,3), bromtimol biru (trayek : 6,0-7,6), dan fenolftalein
(trayek : 8,3-10,0). Indikator-indikator itu memberi warna yang
berbeda bergantung pada pH larutan.

Tabel 1. Perubahan Warna dari Beberapa Indikator Buatan

Warna dalam Warna dalam


No. Nama Larutan
Asam Asam

1. Timol Biru Merah Kuning

2. Bromfenol Biru Kuning Biru

3. Metil Orange Merah Kuning

Bromkresol
4. Kuning Biru
Hijau

5. Metil Merah Merah Kuning

Bromkresol
6. Kuning Ungu
Ungu

7. Brotimol Biru Kuning Biru

8. Kresol Merah Kuning Merah

9. Fenolftalein Tidak berwarna Merah


10. Alirazin Kuning Kuning Merah

 Indikator Alami
Indikator alami merupakan bahan-bahan alam yang dapat
berubah warnanya dalam larutan asam, basa, dan netral. Indikator
alami yang biasanya dilakukan dalam pengujian asam basa adalah
tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga-bungaan, umbi-
umbian, kulit buah, dan dedaunan.

Tabel 2. Perubahan Warna dari Beberapa Indikator Alam

Indikator Warna dalam Warna dalam


Warna Asli
Alam Asam Basa

Kubis Ungu/Merah
Merah Muda Hijau
Merah Lembayung
Bunga
Merah Tua Merah Hijau
Sepatu
Bunga
Merah Merah Hijau
Mawar

Bunga Merah
Cokelat Orange
Kamboja Kecokelatan

Bayam Merah
Merah Muda Kuning
Merah Keunguan
Jingga
Geranium Merah Kuning
Tua/Orange
Merah Bata
Kunyit Kuning Kuning
hingga coklat

Bunga Jingga
Merah Kuning
Pacar Tua/Orange
E. ALAT DAN BAHAN
a. Alat-alat
1) Statif dan klem 1 buah
2) Buret 50 mL 1 buah
3) Pipet tetes 3 buah
4) Labu Erlenmeyer 3 buah
5) Gelas Ukur 1 buah
6) Gelas Kimia 2 buah
7) Corong 1 buah
8) Kertas saring 1 buah
b. Bahan-bahan
1) NaOH
2) C2H2O4 0,5 M
3) HCl
4) Indikator universal berwarna merah
5) Ekstrak Tumbuhan (Bunga Kamboja)

F. ALUR PERCOBAAN
1. Percobaan I

NaOH 10 ml C2H2O4 0,5 M

- Biuret dibilas menggunakan


- Dimasukkan ke
NaOH
- Dimasukkan ke buret sehingga dalam labu
melebihi skala nol, lalu erlenmeyer
dikeluarkan sedikit demi sedikit
- Ditetesi indikator
hingga mencapai skala nol
universal sebanyak
2 tetes.

Titrasi

Perubahan warna
(Hijau)

Volume NaOH

Konsentrasi NaOH
2. Percobaan II

NaOH 10 ml HCl

- Biuret dibilas menggunakan


- Dimasukkan ke
NaOH
- Dimasukkan ke buret sehingga dalam labu
melebihi skala nol, lalu erlenmeyer
dikeluarkan sedikit demi sedikit - Ditetesi indikator
hingga mencapai skala nol universal sebanyak
2 tetes.

Titrasi

Perubahan warna
(Hijau)

Volume NaOH

Konsentrasi HCl
3. Percobaan III
Kamboja

- Ditumbuk

- Ditetesi etanol

Ekstrak Kamboja

NaOH 10 ml HCl

- Biuret dibilas menggunakan


NaOH - Dimasukkan ke
dalam labu
- Dimasukkan ke buret
erlenmeyer
sehingga melebihi skala nol,
lalu dikeluarkan sedikit
demi sedikit hingga
mencapai skala nol - Ditetesi ekstrak
kamboja sebanyak
2 tetes.

Titrasi

Perubahan warna
(Jingga kecoklatan)

Volume NaOH

Konsentrasi HCl
Percobaan
Reaksi-reaksi Volume NaOH Perubahan Warna
ke
∆V1 = 15,5 ml Merah muda
2NaOH(aq) + C2H2O4(aq)
1 ∆V2 = 15,9 ml menjadi hijau
→ Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
∆V3 = 15,8 ml
∆V1 = 11 ml Merah muda
NaOH(aq) + HCl(aq) →
2 ∆V2 = 9,5 ml menjadi hijau
NaCl(aq) + H2O(l)
∆V3 = 10 ml
∆V1 = 7,9 ml jingga menjadi
NaOH(aq) + HCl(aq) →
3 ∆V2 = 8,2 ml jingga kecoklatan
NaCl(aq) + H2O(l)
∆V3 = 8,3 ml

H. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. ANALISIS
 Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
menggunakan indikator universal
Pada percobaan ini, larutan NaOH dan C2H2O4 sebelum
ditetesi dengan indikator universal adalah tidak berwarna. Setelah
ditetesi dengan indikator universal dan sebelum dititrasi, larutan
C2H2O4 berubah warna menjadi merah muda. Namun setelah
dititrasi dengan NaOH, berubah warna ada yang berwarna hijau dan
ada yang berwarna ungu. Pada percobaan pertama, volume NaOH
saat mencapai titik akhir titrasi yaitu 15,5 ml yang ditandai dengan
perubahan warna pada larutan asam oksalat (C2H2O4) dari merah
muda menjadi berwarna hijau. Pada percobaan kedua, volume
NaOH saat mencapai titik akhir titrasi yaitu 15,9 ml yang ditandai
dengan perubahan warna pada larutan asam oksalat (C2H2O4) dari
merah muda menjadi berwarna ungu. Pada percobaan ketiga,
volume NaOH saat mencapai titik akhir titrasi yaitu 15,8 ml yang
ditandai dengan perubahan warna pada larutan asam oksalat
(C2H2O4) dari merah muda menjadi berwarna hijau.
2NaOH(aq) + C2H2O4(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
 Penentuan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
menggunakan indikator universal
Pada percobaan ini, larutan HCl dan NaOH sebelum ditetesi
dengan indikator universal adalah tidak berwarna. Setelah ditetesi
dengan indikator universal dan sebelum dititrasi, larutan HCl
berubah warna menjadi merah muda. Namun setelah dititrasi dengan
NaOH, berubah menjadi berwarna hijau. Pada percobaan pertama,
volume NaOH saat mencapai titik akhir titrasi yaitu 11 ml yang
ditandai dengan perubahan warna pada larutan HCl dari merah muda
menjadi berwarna hijau. Pada percobaan kedua, volume NaOH saat
mencapai titik akhir titrasi yaitu 9,5 ml yang ditandai dengan
perubahan warna pada larutan HCl dari merah muda menjadi
berwarna hijau. Pada percobaan ketiga, volume NaOH saat
mencapai titik akhir titrasi yaitu 10 ml yang ditandai dengan
perubahan warna pada larutan HCl dari merah muda menjadi
berwarna hijau.
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
 Penentuan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
menggunakan ekstrak tumbuhan kamboja
Pada percobaan ini, indikator universal diganti fungsikan
dengan indikator alami dari ekstrak tumbuhan yaitu bunga kamboja
yang ditambhakn dengan etanol. Fungsi dari etanol adalah
mengeluarkan atau melarutkan sari-sari dalam tumbuhan dan
memperkuat warna ekstrak tumbuhan. Pada percobaan ini, larutan
HCl dan NaOH sebelum ditetesi dengan indikator alami adalah tidak
berwarna. Setelah ditetesi dengan indikator alami dan sebelum
dititrasi, larutan HCl berubah warna menjadi jingga. Namun setelah
dititrasi dengan NaOH, berubah warna dari jingga menjadi jingga
kecoklatan . Pada percobaan pertama, volume NaOH saat mencapai
titik akhir titrasi yaitu 7,9 ml yang ditandai dengan perubahan warna
pada larutan HCl dari menjadi berwarna jingga menjadi jingga
kecoklatan. Pada percobaan kedua, volume NaOH saat mencapai
titik akhir titrasi yaitu 8,2 ml yang ditandai dengan perubahan warna
pada larutan HCl dari jingga menjadi jingga kecoklatan. Pada
percobaan ketiga, volume NaOH saat mencapai titik akhir titrasi
yaitu 8,3 ml yang ditandai dengan perubahan warna pada larutan
HCl dari jingga menjadi jingga kecoklatan.
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
2. PEMBAHASAN
 Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
menggunakan indikator universal
Berdasarkan teori, sebelum ditetesi indikator universal dan
dititrasi, larutan C2H2O4 tidak berwarna dan setelah ditetesi
indikator universal larutan asam oksalat berwarna merah muda,
namun setelah dititrasi dengan NaOH larutan asam oksalat yang
telah ditetesi indikator universal berubah warna menjadi hijau. Hal
ini disebabkan karena trayek pH indikator universal yaitu dari 1-14
dengan asam berwarna merah, netral berwarna hijau, dan basa
berwarna ungu. Digunakannya indikator universal karena indikator
universal memiliki trayek pH yang panjang, sehingga mencakup
berbagai macam indikator buatan seperti PP, MM, dan lain-lain. Jadi
pada saat larutan C2H2O4 ditetesi dengan indikator universal warna
larutan C2H2O4 berwarna merah muda karena bersifat asam.
Sedangkan larutan asam oksalat yang telah ditetesi dengan indikator
universal dan setelah dititrasi berubah warna menjadi hijau, hal ini
dikarenakan tedapat penambahan NaOH yang bersifat basa. Pada
saat titik ekuivalen, maka proses titrasi dihentikan kemudian dicatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut
dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi
titer maka praktikan dapat menghitung kadar titran. Keadaan dimana
titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator
disebut sebagai “titik akhir titrasi” dan pada hasil percobaan yang
praktikan lakukan, sebelum ditetesi indikator universal dan dititrasi,
larutan C2H2O4 tidak berwarna dan setelah ditetesi indikator
universal warna larutan asam oksalat bnerwarna merah muda, lalu
setelah dititrasi larutan asam oksalat yang ditetesi indikator
universal berubah warna menjadi hijau tetapi pada pengulangan
yang kedua berubah menjadi warna ungu. Titrasi pertama mencapai
titik akhir pada volume 15,5 ml, titrasi kedua mencapai titik akhir
pada volume 15,9 ml dan titrasi yang ketiga mencapai titik akhir
pada volume 15,8 ml.
 Penentuan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
menggunakan indikator universal
Berdasarkan teori, sebelum ditetesi indikator universal dan
dititrasi, larutan HCl tidak berwarna dan setelah ditetesi indikator
universal larutan HCl berwarna merah muda, namun setelah dititrasi
dengan NaOH larutan HCl yang telah ditetesi indikator universal
berubah warna menjadi hijau. Hal ini disebabkan karena trayek pH
indikator universal yaitu dari 1-14 dengan asam berwarna merah,
netral berwarna hijau, dan basa berwarna ungu. Digunakannya
indikator universal karena indikator universal memiliki trayek pH
yang panjang, sehingga mencakup berbagai macam indikator buatan
seperti PP, MM, dan lain-lain. Jadi pada saat larutan HCl ditetesi
dengan indikator universal warna larutan HCl berwarna merah muda
karena bersifat asam. Sedangkan larutan HCl yang telah ditetesi
dengan indikator universal dan setelah dititrasi berubah warna
menjadi hijau, hal ini dikarenakan tedapat penambahan NaOH yang
bersifat basa maka larutan menjadi bersifat netral. Pada saat titik
ekuivalen, maka proses titrasi dihentikan kemudian dicatat volume
titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut dengan
menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi titer,
maka praktikan dapat menghitung konsentrasi HCl. Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi” dan pada hasil
percobaan yang praktikan lakukan, sebelum ditetesi indikator
universal dan dititrasi, larutan HCl tidak berwarna dan setelah
ditetesi indikator universal warna larutan HCl berwarna merah
muda, lalu setelah dititrasi larutan HCl yang ditetesi indikator
universal berubah warna menjadi hijau. Hal ini menunjukkan
kesesuaian hipotesis yang praktikan buat dengan hasil percobaan
yang telah dilakukan. Titrasi pertama mencapai titik akhir pada
volume 11 ml, titrasi kedua mencapai titik akhir pada volume 9,5 ml
dan titrasi yang ketiga mencapai titik akhir pada volume 10 ml.
 Penentuan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
menggunakan ekstrak tumbuhan kamboja
Berdasarkan teori, sebelum ditetesi indikator alami yakni
ekstrak tumbuhan bunga kamboja yang ditambahkan dengan etanol,
(asam plumerat adalah ekstrak kamboja yang bereaksi dengan etanol
maka akan terbentuk ester) dan dititrasi, larutan HCl tidak berwarna
dan setelah ditetesi indikator alami yakni ekstrak tumbuhan (bunga
kamboja) larutan HCl berwarna jingga, namun setelah dititrasi
dengan NaOH larutan HCl yang telah ditetesi indikator alami yakni
ekstrak tumbuhan (bunga kamboja) berubah warna menjadi jingga
kecoklatan. Hal ini disebabkan karena trayek pH indikator alami
yakni ekstrak tumbuhan (bunga kamboja) yaitu dari 3-5 dengan
warna dalam asam adalah jingga dan warna adalam basa adalah
merah kecoklatan. Jadi pada saat larutan HCl ditetesi dengan
indikator alami yakni ekstrak tumbuhan (bunga kamboja) warna
larutan HCl berwarna jingga karena bersifat asam. Sedangkan
larutan HCl yang telah ditetesi dengan indikator alami yakni ekstrak
tumbuhan (bunga kamboja) dan setelah dititrasi berubah warna
menjadi jingga kecoklatan, hal ini dikarenakan terdapat penambahan
NaOH yang bersifat basa maka larutan menjadi bersifat netral. Pada
saat titik ekuivalen, maka proses titrasi dihentikan kemudian dicatat
volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut
dengan menggunakan data volume titran, volume dan konsentrasi
titer, maka praktikan dapat menghitung konsentrasi HCl. Keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi” dan pada hasil
percobaan yang praktikan lakukan, sebelum ditetesi indikator alami
yakni ekstrak tumbuhan (bunga kamboja) dan dititrasi, larutan HCl
tidak berwarna dan setelah ditetesi indikator alami yakni ekstrak
tumbuhan (bunga kamboja) warna larutan HCl berwarna jingga, lalu
setelah dititrasi larutan HCl yang ditetesi indikator alami yakni
ekstrak tumbuhan (bunga kamboja) berubah warna menjadi jingga
kecoklatan. Hal ini menunjukkan kesesuaian hipotesis yang
praktikan buat dengan hasil percobaan yang telah dilakukan. Titrasi
pertama mencapai titik akhir pada volume 7,9 ml, titrasi kedua
mencapai titik akhir pada volume 8,2 ml dan titrasi yang ketiga
mencapai titik akhir pada volume 8,3 ml.
I. DISKUSI
Pada percobaan pertama pengulangan yang kedua ketika mencapai
titik akhir pada volume 15,9 larutan C2H2O4 yang telah ditetesi dengan
indikator universal dan dititrasi berubah warna menjadi ungu, ketidak
sesuaian antara hasil percobaan dengan teori adalah karena kurangnya
ketelitian dalam pengontrolan tetesan NaOH pada buret, karena NaOH yang
bersifat basa berlebih maka menyebabkan larutan menjadi berwarna ungu.
J. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, percobaan yang pertama
yaitu menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan C2H2O4
menggunakan indikator universal dengan reaksi 2NaOH(aq) + C2H2O4(aq)
→ Na2C2O4(aq) + 2H2O(l) didapatkan hasil konsentrasi NaOH sebesar
0,63 M dengan perubahan warna dari merah muda menjadi hijau.
Percobaan kedua, yaitu menetukan konsentrasi HCl dengan larutan
NaOH menggunakan indikator universal dengan reaksi NaOH(aq) +
HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) didapatkan hasil konsentrasi HCl sebesar
0,63 M dengan perubahan warna dari merah muda menjadi hijau.
Percobaan ketiga, yaitu menentukan konsentrasi HCl dengan larutan
NaOH menggunakan indikator alami ekstrak tumbuhan (bunga
kamboja) dengan reaksi NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
didapatkan hasil konsentrasi HCl 0,5 M dengan perubahan warna jingga
menjadi jingga kecoklatan.
2. Saran

Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam mengontrol tetesan


NaOH dalam buret agar didapatkan hasil atau data yang valid sesuai
dengan teori. Dan diharapkan lebih memahami konsep mengenai trayek
pH yang digunakan dalam percobaan.
K. JAWABAN PERTANYAAN
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan
indikator universal?
Karena indikator universal merupakan indikator yang perubahan
warnanya signifikan dengan trayek pH 1-14 sehingga lebih valid dapat
mendeteksi larutan yang bersifat asam dan basa.
2. Apakah perbedaan titik ekuivalen dengan titik akhir?
a) Titik ekuivalen adalah titik dimana asam dan basa tepat habis
bereaksi dengan sempurna artinya dimana asam dan basa dalam
jumlah yang sama, netral. Mol zat penitran sma dengan mol zat
dititran, saat tercapai titik ekuivalent tidak dapat diamati karena
belum terjadi lonjakan pH dari asam ke basa maupun sebaliknya
sehingga belum terjadi perubahan warna indikator.
b) Titik akhir adalah titik dimana terjadi perubahan warna indikator dan
proses titrasi dihentikan. Titik akhir tercapai saaty terdapat titran
yang berlebih sehingga terjadi lonjakan pH dari asam ke basa.
3. Pada larutan diatas mana yang berfungsi sebgai larutan baku primer,
larutan baku sekunder, dan larutan baku tersier?
a) Larutan baku primernya adalah asam oksalat (C2H2O4) karena
larutan asam oksalat sudah diketahui konsentrasinya dari awal .
b) Larutan baku sekundernya adalah larutan NaOH karena konsentrasi
larutan NaOH didapatkan setelah percobaan titrasi pertama.
c) Larutan baku tersiernya adalah HCl karena konsentrasi HCl
didapatkan setelah percobaan titrasi kedua yang menggunakan
larutan baku sekunder (larutan NaOH).

DAFTAR PUSTAKA

Basset, at all. (Revisers). 1978. Vogel’s Text Book of Quantitative Inorganic


Analysis Fourth Edition. London and New York : Longman.
Brady, James E. 1990. General Chemistry 5th ed. New York : Mc. Graw Hill.
Puspitasari, Indarini Dwi. 2014. Kimia Analitik Dasar. Bandung : Alfabeta.
Sastrawijaya, Tresna. 1993. Kimia Dasar II. Jakarta : Proyek
Pengembangan
Sugiarto, Bambang dkk. 2013. Kimia Umum. Surabaya : UNESA Press.
Tim Kimia Dasar. 2016. Petunjuk praktikum kimia dasar I. Surabaya :
UNESA Press.
LAMPIRAN

Perhitungan

1. Percobaan pertama
2NaOH(aq) + C2H2O4(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)
10 ml
0,5 M

Volume NaOH V1(ml) V2(ml) V3(ml)

Volume awal 0 0 0

Volume akhir 15,5 15,9 15,8

Selisih (∆V) 15,5 15,9 15,8

Konsentrasi NaOH 1 :
n C2H2O4 x M C2H2O4 x V C2H2O4 = n NaOH x M NaOH x V NaOH
2 x 0,5 x 10 = 1 x M NaOH x 15,5
10 = 15,5 M NaOH
M NaOH = 0,64 M
Konsentrasi NaOH 2 :
n C2H2O4 x M C2H2O4 x V C2H2O4 = n NaOH x M NaOH x V NaOH
2 x 0,5 x 10 = 1 x M NaOH x 15,9
10 = 15,9 M NaOH
M NaOH = 0,62 M
Konsentrasi NaOH 3 :
n C2H2O4 x M C2H2O4 x V C2H2O4 = n NaOH x M NaOH x V NaOH
2 x 0,5 x 10 = 1 x M NaOH x 15,8
10 = 15,8 M NaOH
M NaOH = 0,63 M
Konsentrasi rata-rata :

∆M NaOH = M NaOH 1 + M NaOH 2 + M NaOH 3

3
= 0,64 + 0,62 + 0,63
3
= 0,63 M
2. Percobaan kedua
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
10 ml

Volume NaOH V1(ml) V2(ml) V3(ml)

Volume awal 0 0 0

Volume akhir 11 9,5 10

Selisih (∆V) 11 9,5 10

Konsentrasi HCl 1 :
n NaOH x M NaOH x V NaOH = n HCl x M HCl x V HCl
1 x 0,63 x 11 = 1 x M HCl x 10
6,93 = 10 M HCl
M HCl = 0,69 M
Konsentrasi HCl 2 :
n NaOH x M NaOH x V NaOH = n HCl x M HCl x V HCl
1 x 0,63 x 9,5 = 1 x M HCl x 10
5, 98 = 10 M HCl
M HCl = 0,59 M
Konsentrasi HCl 3 :
n NaOH x M NaOH x V NaOH = n HCl x M HCl x V HCl
1 x 0,63 x 10 = 1 x M HCl x 10
6,3 = 10 M HCl
M HCl = 0,63 M
Konsentrasi rata-rata :
∆M HCl = M HCl 1 + M HCl 2 + M HCl 3
3
= 0,69 + 0,59 + 0,63 = 0,63 M
3
3. Percobaan ketiga
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
10 ml

Volume NaOH V1(ml) V2(ml) V3(ml)

Volume awal 0 0 0

Volume akhir 7,9 8,2 8,3

Selisih (∆V) 7,9 8,2 8,3

Konsentrasi HCl 1 :
n NaOH x M NaOH x V NaOH = n HCl x M HCl x V HCl
1 x 0,63 x 7,9 = 1 x M HCl x 10
4,97 = 10 M HCl
M HCl = 0,49 M
Konsentrasi HCl 2 :
n NaOH x M NaOH x V NaOH = n HCl x M HCl x V HCl
1 x 0,63 x 8,3 = 1 x M HCl x 10
5,16 = 10 M HCl
M HCl = 0,51 M
Konsentrasi HCl 3 :
n NaOH x M NaOH x V NaOH = n HCl x M HCl x V HCl
1 x 0,63 x 8,3 = 1 x M HCl x 10
5,22 = 10 M HCl
M HCl = 0,52 M
Konsentrasi rata-rata :
∆M HCl = M HCl 1 + M HCl 2 + M HCl 3
3
= 0,49 + 0,51 + 0,52
3
= 0,5 M
Larutan asam oksalat setelah ditetesi dengan
indikator universal

Larutan HCl setelah ditetesi dengan


indikator universal

Larutan HCl setelah ditetesi dengan


indikator alami dari ekstrak bunga kamboja
+ etanol

Larutan asam, oksalat setelah ditetesi dengan


indikator universal dan dititrasi dengan
NaOH
Larutan HCl setelah ditetesi dengan
indikator universal dan dititrasi dengan
NaOH

Larutan HCl setelah ditetesi dengan


indikator alami dan dititrasi dengan NaOH

Anda mungkin juga menyukai