Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Asimilasi dan Akulturasi Kebudayaan

Salah satu bentuk penerimaan atau penyesuaian masyarakat terhadap perubahan sosial atau budaya baru yang
datang adalah asimilasi. Jadi, apa yang dimaksud dengan asimilasi? Apa saja contoh asimilasi? Pada pembahasan
kali ini akan dijelaskan tentang pengertian asimilasi kebudayaan dan contoh asimilasi serta pengertian akulturasi.

Melakukan Penyesuaian terhadap Perubahan


Berbagai perubahan yang terjadi dalam masyarakat menuntut adanya penyesuaian. Bentuk dari penyesuaian yang
dapat dilakukan oleh warga masyarakat dalam menghadapi perubahan sosial sebagai berikut.

Pengertian dan Contoh Asimilasi


Asimilasi adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan dari luar yang bercampur dengan unsur-unsur
kebudayaan lokal sehingga menjadi unsur kebudayaan baru yang berbeda.

Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli
sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan
antara orang atau kelompok. (Wikipedia)
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam proses asimilasi.

Pertama, masyarakat harus dapat menghargai unsur-unsur asing dan kebudayaan yang dibawanya.
Tidak semua unsur-unsur asing berdampak negatif. Banyak hal yang dapat kita ambil manfaatnya dari
unsur-unsur asing tersebut.

Kedua, adanya toleransi antarkebudayaan yang berbeda.


Toleransi adalah sikap menghargai kebudayaan atau pendapat yang berbeda atau bertentangan dengan
pendirian sendiri.

Adanya toleransi antarkebudayaan memungkinkan kebudayaan-kebudayaan yang berbeda dapat hidup


berdampingan secara damai. Masyarakat yang memiliki rasa toleransi tinggi cenderung mampu untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada.

Ketiga, adanya sikap terbuka.


Masyarakat yang senantiasa menghadapi berbagai perubahan yang terjadi dengan sikap terbuka, akan
dapat hidup dengan sejahtera.

Hal-hal yang dapat menghambat asimilasi antara lain rendahnya pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan lain,
ketakutan terhadap kebudayaan atau unsur-unsur baru, sikap superior yang menilai tinggi kebudayaannya sendiri,
perbedaan kepentingan, dan letak geografis yang terisolasi.
Pengertian akulturasi

Akulturasi

Akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan atau lebih yg saling bertemu dan saling mempengaruhi.

Atau bisa diartikan juga bahwa akulturasi adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing dl suatu
masyarakat, sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, dan sebagian
berusaha menolak pengaruh itu.

Akulturasi dapat juga dimaknai sebagai proses atau hasil pertemuan kebudayaan atau bahasa di antara anggota dua
masyarakat bahasa, ditandai oleh peminjaman atau bilingualisme.

Menerima Unsur-Unsur Baru


Keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat merupakan keadaan yang diidam-idamkan. Dengan keseimbangan,
seluruh unsur-unsur kemasyarakatan akan benar-benar berfungsi dan saling mengisi.

Setiap terjadi gangguan terhadap keadaan seimbang tersebut, masyarakat dapat menolaknya atau mengubah
susunan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan maksud untuk menerima suatu unsur baru.

Sebagai contoh, dewasa ini kebaya menjadi tren kembali untuk dijadikan busana resmi kaum muda. Sebelumnya,
ada rasa keengganan untuk mengenakan busana tersebut karena menganggap kebaya merupakan pakaian ”orang
dahulu” yang sudah ketinggalan zaman.

Namun, melalui berbagai modifikasi akhirnya kebaya menjadi pakaian yang digemari oleh kaum muda dan seolah
menjadi busana wajib untuk menghadiri acara-acara resmi.
KONSEP DASAR EPIDEMOLOGI
Posted on October 25, 2013

Seperti pada ulasan sebelumnya yang sudah saya tuliskan disini, inti dari Epidemiologi adalah studi
yang mempelajari distribusi (penyebaran) dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu
penyakit (menular/tidak menular) yang terjadi pada individu, kelompok atau masyarakat.
Dalam prakteknya ada faktor yang dipelajari dari studi epidemiologi penyakit baik itu untuk
penyakit menular ataupun tidak menular. Ketiga faktor tersebut sering disebut Segitiga Epidemiologi
atau Epidemiological Triad, yaitu konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang
hubungan antara tiga faktor yang berperan dalam terjadinya sebuah penyakit.

Penyakit dari sudut epidemiologi digambarkan sebagai mal-adjusment atau ketidakmampuan


manusia untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungannya dan merupakan fenomena sosial dimana
penyakit dapat timbul setiap saat pada seluruh bagian masyarakat di atas permukaan bumi ini tanpa
ada pengecualian.

Pengertian penyebab penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat ke suatu
proses kejadian penyakit, yaitu proses interaksi manusia (host), penyebab (agent), serta dengan
lingkungan (environment).

1. Faktor Host (tuan rumah/pejamu)

Host adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbul dan
menyebarnya penyakit. faktor resiko penyebab sakit pada manusia bisa beragam entah itu umur, jenis
kelamin, ras, genetik, pekerjaan, nutrisi, status kekebalan, adat istiadat, gaya hidup, psikis dan yang
lainnya. Tetapi manusia juga mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman
penyakit, diantaranya berupa:

 Resistensi : kemampuan dari host untuk bertahan terhadap suatu infeksi.


 Imunitas : kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat secara
alamiah maupun diperoleh sehingga kebal tetrhadap suatu penyakit.
 Infektiousness : potensi host yang terinfeksi untuk menularkan kuman yang berada dalam
tubuh manusia yang dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.
2. Faktor Agent (pembawa penyakit)

Agent penyakit adalah suatu substansi atau elemen-elemen tertentu yang keberadaannya bisa
menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Substansi atau elemen yang dimaksud
banyak macamnya yang secara sederhana dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1 Agent primer

 biologis: virus, bakteri, fungi, ricketsia, protozoa, mikroba.


 butrient: protein, lemak, karbohidrat.
 kimiawi: dapat bersifat endogenous seperti asidosis, hiperglikemia, uremia dan eksogenous
seperti zat kimia, allergen, gas, debu, dan lain-lain.
 fisika : panas, dingin, kelembaban, radiasi, tekanan
 mekanis : Gesekan, benturan, pukulan, dan lain-lain.
 psikis : faktor kehidupan sosial yang bersifat nonkausal dalam hubungannya dengan proses
kejadian penyakit maupun gangguan kejiwaan.
2. Agent sekunder
Ini merupakan unsur pembantu / penambah dalam proses terjadinya penyakit dan ikut dalam
hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, studi epidemiologi penyakit tidak bisa
hanya berpusat pada penyebab primer saja tapi harus dilihat apakah agent sekunder berpengaruh atau
tidak terhadap terjadinya penyakit. Yang dipelajari dari agent sekunder ini diantara sebagai berikut:

 Infektivitas: kesanggupan agent untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan Host untuk
mampu tinggal, hidup dan berkembang biak dalam jaringan Host
 Patogenesitas: kesanggupan agent untuk menimbulkan reaksi patologis (penyakit) pada
Host setelah infeksi
 Virulensi: kesanggupan agent untuk menghasilkan reaksi patologis berat yang
menyebabkan kematian
 Toksisitas: kesanggupan agent untuk memproduksi toksin yang merusak jaringan Host
 Invasivitas: kesanggupan agent untuk penetrasi dan menyebar kedalam jaringan Host
 Antigenisitas: kesanggupan agent merangsang reaksi imunologis Host (membentuk
antibodi)
3. Lingkungan (Environment)

Secara umum faktor lingkungan ini dibagi tiga:

 Lingkungan fisik : Bersifat abiotik seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, panas, radiasi,
dan lain-lain.
 Lingkungan biologis : Bersifat biotik seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, mikroorganisme
yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit dan hospes perantara
 Lingkungan sosial : Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap,
standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial
politik.Timbulnya penyakit berkaitan dengan gangguan interaksi antara ketiga faktor ini.
Faktor lingkungan adalah titik tumpu dari konsep segita epidemiologi yang disebutkan di atas.
Konsep Epidemiological Triad sangat sederhana, yaitu diibaratkan sebuah timbangan (equilibrium).
Dikatakan normal (sehat) apabila timbangan itu ada dalam keadaan seimbang, dan dikatakan tidak
normal (sakit) jika salah satu faktor dari host, agent atau environment lebih dominan. Ada 4
kemungkinan gangguan keseimbangan, yakni:
1. Peningkatan kesanggupan agen penyakit, misalnya virulensi kuman bertambah, atau
resistensi meningkat.
2. Peningkatan kepekaan pejamu terhadap penyakit, misalnya karena gizi menurun.
3. Pergeseran lingkungan yang memungkinkan penyebaran penyakit, misalnya lingkungan
yang kotor.
4. Perubahan lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host, misalnya kepadatan
penduduk di daerah kumuh.
Konsep dasar dari epidemiologi penyakit baik penyakit menular atau tidak menular semuanya
berdasarkan pada hal-hal yang disebutkan di atas.

Gaya Hidup (Bahasa Inggris: lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa
berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Istilah gaya
hidup pada awalnya dibuat oleh psikolog Austria, Alfred Adler, pada tahun 1929. Pengertiannya
yang lebih luas, sebagaimana dipahami pada hari ini, mulai digunakan sejak 1961.[1]
Gaya hidup bisa dilihat dari cara berpakaian, kebiasaan, dan lain-lain. Gaya hidup bisa dinilai relatif
tergantung penilaian dari orang lain. Gaya hidup juga bisa dijadikan contoh dan juga bisa dijadikan
hal tabu. Contoh gaya hidup baik: makan dan istirahat secara teratur, makan makanan 4 sehat 5
sempurna, dan lain-lain. Contoh gaya hidup tidak baik: berbicara tidak sepatutnya, makan
sembarangan, dan lain-lain. Kesehatan bergantung pada gaya hidup[butuh rujukan] yohanes

Anda mungkin juga menyukai