Disusun Oleh :
Kelompok C-4
1. Hasna Taufiqah Nur F. (22030116170001)
2. Zulaikhah Atyas Permatasari (22030117140001)
3. Azizah Dynda Fadzilah (22030117140011)
4. Shafira Puspita Damayanti (22030117140013)
UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS KEDOKTERAN
DEPARTEMEN ILMU GIZI
LABORATORIUM ILMU TEKNOLOGI PANGAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
1. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui penilaian tentang karakteristik produk
b. Membandingkan produk satu dengan yang lain
2. Pelaksanaan Praktikum
a. Waktu pelaksanaan: Kamis, 20 September 2018
b. Tempat pelaksanaan: Laboratorium Kuliner lantai 1 Departemen Ilmu Gizi
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Uji Organoleptik 1
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut untuk
mengukur tekstur, penampakan, aroma, dan flavor produk pangan. Pengindraan
dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat
berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan
benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan, dan sikap terhadap rangsangan
adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran terhadap nilai atau
tingkat kesan, kesadaran, dan sikap disebut pengukuran subyektif atau penilaian
subyektif. Disebut penilaian subyektif karena hasil penilaian atau pengukuran
sangat ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan pengukuran.
Rangsangan yang dapat diindra dapat bersifat mekanis (tekanan, tusukan),
bersifat fisis (dingin, panas, sinar, warna), sifat kimia (bau, aroma, rasa). Pada
waktu alat indra menerima rangsangan, sebelum terjadi kesadaran prosesnya
adalah fisiologis, yaitu dimulai di reseptor dan diteruskan pada susunan syaraf
sensori atau syaraf penerimaan. Mekanisme pengindraan secara singkat adalah
penerimaan rangsangan (stimulus) oleh sel-sel peka khusus pada indra, terjadi
reaksi dalam sel-sel peka membentuk energi kimia, perubahan energi kimia
menjadi energi listrik (impuls) pada sel syaraf, penghantaran energi listrik
(impuls) melalui urat syaraf menuju ke syaraf pusat otak atau sumsum belakang,
terjadi interpretasi psikologis dalam syaraf pusat, serta hasilnya berupa kesadaran
atau kesan psikologis.
Bagian organ tubuh yang berperan dalam pengindraan adalah mata, telinga,
indra pencicip, indra pembau dan indra perabaan atau sentuhan. Kemampuan alat
indra memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau dibedakan
berdasarkan jenis kesan, intensitas kesan, luas daerah kesan, lama kesan dan
kesan hedonik. Jenis kesan adalah kesan spesifik yang dikenali misalnya rasa
manis dan asin. Intensitas kesan adalah kondisi yang menggambarkan kuat
lemahnya suatu rangsangan, misalnya kesan mencicip larutan gula 15% dengan
larutan gula 35% memiliki intensitas kesan yang berbeda. Luas daerah kesan
adalah gambaran dari sebaran atau cakupan alat indra yang menerima rangsangan.
Misalnya kesan yang ditimbulkan dari mencicip dua tetes larutan gula
memberikan luas daerah kesan yang sangat berbeda dengan kesan yang dihasilkan
karena berkumur larutan gula yang sama. Lama kesan atau kesan sesudah “after
taste” adalah bagaimana suatu zat rangsang menimbulkan kesan yang mudah atau
tidak mudah hilang setelah mengindraan dilakukan. Rasa manis memiliki kesan
sesudah lebih rendah atau lemah dibandingkan dengan rasa pahit. Rangsangan
penyebab timbulnya kesan dapat dikategorikan dalam beberapa tingkatan, yang
disebut ambang rangsangan (threshold). Dikenal beberapa ambang rangsangan,
yaitu ambang mutlak (absolute threshold), ambang pengenalan (recognition
threshold), ambang pembedaan (difference threshold) dan ambang batas (terminal
threshold). Ambang mutlak adalah jumlah benda rangsang terkecil yang sudah
mulai menimbulkan kesan. Ambang pengenalan sudah mulai dikenali jenis
kesannya, ambang pembedaan perbedaan terkecil yang sudah dikenali dan
ambang batas adalah tingkat rangsangan terbesar yang masih dapat dibedakan
intensitas.
Kemampuan memberikan kesan dapat dibedakan berdasarkan kemampuan
alat indra memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan
tersebut meliputi kemampuan mendeteksi (detection), mengenali (recognition),
membedakan (discrimination), membandingkan (scalling) dan kemampuan
menyatakan suka atau tidak suka (hedonik). Perbedaan kemampuan tersebut tidak
begitu jelas pada panelis. Sangat sulit untuk dinyatakan bahwa satu kemampuan
sensori lebih penting dan lebih sulit untuk dipelajari. Karena untuk setiap jenis
sensori memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda, dari yang paling mudah
hingga sulit atau dari yang paling sederhana sampai yang komplek (rumit).
c. Persiapan Contoh 1
Dalam evaluasi sensori, cara penyediaan contoh sangat perlu mendapat
perhatian. Contoh dalam uji harus disajikan sedemikian rupa sehingga
seragam dalam penampilannya. Bila tidak demikian, panelis akan mudah
dipengaruhi penampilan contoh tersebut meskipun itu tidak termasuk kriteria
yang akan diuji. Penyajian contoh harus memperhatikan beberapa hal seperti
berikut:
- Suhu Contoh
Contoh harus disajikan pada suhu yang seragam, suhu dimana contoh
tersbuut biasa dikonsumsi. Misalkan dalam penyajian contoh sup, maka
contoh tersebut harus disajikan dalam keadaan hangat (40 – 50°C).
Penyajian contoh dengan suhu yang ekstrim, yaitu kondisi dimana suhu
contoh terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menyebabkan kepekaan
pencicipan berkurang. Selain itu, suhu yang terlalu tinggi atau rendah akan
mempengaruhi terhadap pengukuran aroma dan flavor.
- Ukuran Contoh
Ukuran contoh untuk uji organoleptik juga harus disajikan dengan ukuran
seragam. Untuk contoh padatan dapat disajikan dalam bentuk kubus,
segiempat atau menurut bentuk asli contoh. Selain itu, contoh harus
disajikan dalam ukuran yang biasa dikonsumsi, misalnya penyajian 5 – 15
gram contoh untuk sekali cicip. Contoh keju cukup disajikan dalam
bentuk kubus seberat kurang lebih satu gram. Untuk contoh air dapat
disajikan contoh berukuran 5 – 15 ml dan tergantung pada jenis
contohnya. Apabila akan diambil contoh dari kemasan tertentu, misalkan
produk minuman kaleng, perlu dilakukan pencampuran dan pengadukan
contoh dari beberapa kaleng
- Kode Penamaan Contoh
Kode penamaan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga panelis tidak
dapat menebak isi contoh tersebut berdasarkan penamaannya. Untuk
pemberian nama biasanya digunakan 3 angka arab atau 3 huruf secara
acak. Pemberian nama secara berurutan biasanya menimbulkan bias,
karena panelis terbawa untuk meberikan penilaian terbaik untuk contoh
yang bernama atau berkode awal (misal 1 dan A) dan memberikan nilai
terendah untuk contoh yang berkode akhir (misal 3 atau C) pada suatu
pemberian nama atau kode sampai 1,2,3 atau A,B,C
- Jumlah Contoh
Pemberian contoh dalam setiap pengujian sangat bergantung pada jenis
uji yang dilakukan. Dalam uji pembedaan, akan disajikan jumlah contoh
yang lebih sedikit dari uji penerimaan. Selain itu, kesulitan faktor yang
akan diuji juga mempengaruhi jumlah contoh yang akan disajikan.
Sebagai contoh, bila akan diuji contoh dengan sifat tertentu sepaerti es
krim (dikonsumsi dalam keadaan beku), maka pemberian contoh untuk
setiap pengujian tidak lebih dari enam contoh, Karena apabila lebih dari
jumlah tersebut, produk es krim sudah meleleh sebelum pengujian. Faktor
lain yang harus dipertimbangkan adalah waktu yang disediakan oleh
panelis dan tingkat persediaan produk.
METODE
B. Dokumentasi
PEMBAHASAN
A. Fungsi Bahan
Kopi
Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji
tanaman kopi6.Kopi diperoleh dari buah tanaman kopi (coffea sp) yang termasuk dalam
familia Rubiacea.Pembuatan kopi bubuk oleh pabrik biasanya dilakukan secara modern
dengan skala yang cukup besar.Butiran kopi bubuk mempunyai luas permukaan yang
relatif besar dibandingkan jika dalam keadaan utuh. Dengan demikian, senyawa
pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah larut dalam air seduhan. Hasilnya
dipak dalam bungkus yang rapi dengan menggunakan kertas alumunium foil, agar
terjamin kualitasnya, serta dipasarkan ke berbagai daerah yang lebih luas.7
Kopi luwak merupakan kopi dengan harga jual tertinggi di dunia. Proses
terbentuknya dan rasanya yang sangat unik menjadi alasan utama tingginya harga jual
kopi jenis ini. Pada dasarnya, kopi ini merupakan kopi jenis arabika. Biji kopi ini
kemudian dimakan oleh luwak atau sejenis musang. Akan tetapi, tidak semua bagian biji
kopi ini dapat dicerna oleh hewan ini. Bagian dalam biji ini kemudian akan keluar
bersama kotorannya. Karena telah bertahan lama di dalam saluran pencernaan luwak,
biji kopi ini telah mengalami fermentasi singkat oleh bakteri alami di dalam perutnya
yang memberikan cita rasa tambahan yang unik.6
White Coffee atau Kopi Putih dibuat dari biji kopi yang digongseng (roasted) tidak
sampai matang, sehingga akan menghasilkan biji kopi yang berwarna lebih terang dan
aroma berbeda dari pada biji kopi umumnya yang digongseng sampai matang yang
biasanya akan menghasilkan biji kopi berwarna coklat gelap dan aroma khas kopi. Biji
kopi putih ini juga lebih keras dari biji kopi yang digongseng matang sehingga
membutuhkan grinder khusus untuk menggilingnya, dan karena berasal dari biji kopi
yang digongseng tidak sampai matang maka kopi putih diduga mengandung kafein lebih
tinggi dari pada kopi biasa.6
Kopi putih instan pertama kali diperkenalkan oleh PT. Javaprima Abadi, Semarang
dengan merek Luwak White Koffie.Luwak White Koffie yang menyatakan bahwa kopi
putih diproduksi dengan mesin berteknologi cold drying dari Jepang yaitu melalui proses
pembekuan atau pendinginan hingga -40 derajat Celcius yang mampu menghilangkan
asam gastrik penyebab nyeri lambung hingga 80% namun kafein masih tetap bisa
dipertahankan 100%.8
B. Proses Pembuatan
Proses pengujian ini, pertama kopi yang akan diuji diseduh terlebih dahulu dengan
air panas. Kopi yang akan diuji ada dua yaitu, Kopi Luwak “White Koffie” yang diberi
kode 405 dan Top Coffee “White Coffee Instant” yang diberi kode 301. Setelah diseduh,
kopi dimasukin kedalam wadah plastik yang telah disipakan. Uji yang kami lakukan
adalah uji pembanding ganda, maka kami menyiapkan dua pembanding yaitu
pembandinga A yang merupakan Top Coffee “White Coffee Instant” dan pembanding
B yang merupakan Kopi Luwak “White Koffie”. Pada uji ini kami menggunakan 20
panelis, setelah panelis selasai dengan uji ini kami merekap hasil panelis.
C. Karakteristik
1. Warna
Adanya perbedaan warna pada Kopi Luwak “White Koffie” dengan Top Coffee
“White Coffee Instant”. Kopi Luwak “White Koffie” memiliki warna yang lebih
muda daripada Top Coffee “White Coffee Instant”.
2. Aroma
Adanya perbedaan aroma pada Kopi Luwak “White Koffie” dengan Top Coffee
“White Coffee Instant”. Berdasarkan hasil pengamatan panelis, pembanding A
dengan kopi kode 301 memiliki aroma yang berbeda dibandingkan kopi kode 405
dan pembanding B memiliki aroma yang berbeda pada kopi kode 405 dibandingkan
dengan kopi kode 301, padahal pembanding A adalah kopi kode 301 dan sebaliknya.
Hal tersebut mungki terjadi karena faktor panelis yang tidak terlatih dan tempat
pengujian tercampur aduk dengan uji lainnya.
3. Rasa
Adanya perbedaan rasa pada Kopi Luwak “White Koffie” dengan Top Coffee
“White Coffee Instant”. Berdasarkan hasil pengamatan panelis, pembanding A
dengan kopi kode 301 memiliki rasa yang sama dibandingkan kopi kode 405 dan
pembanding B memiliki rasa yang sama pada kopi kode 405 dibandingkan dengan
kopi kode 301. Pembanding A yang merupakan kopi kode 301 dan pembanding B
yang merupakan kopi kode 405, dalam hal rasa panelis berhasil
mengidentifikasinya. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh kepekaan panelis.
D. Faktor Yang Mempengaruhi