Anda di halaman 1dari 9

TUTORIAL III

Kode/Nama Matakuliah: SATS4422 / METODE SEKUENSIAL


Pengembang: Deddy A Suhardi

Pokok Bahasan: Prinsip Uji Sekuensial

1
Sampel Sekuensial

Pada pengujian tak sekuensial, banyaknya pengamatan n


diperlakukan sebagai konstanta dan bersifat tetap.
Pada pengujian sekuensial, banyaknya pengamatan n
yang diperlukan tergantung keputusan dari hasil
pengamatan sebelumnya. Jadi banyaknya pengamatan n
merupakan peubah acak.

2
Prosedur Uji Sekuensial
Metode sekuensial dalam menguji hipotesis, memberikan suatu aturan keputusan
sebagai berikut:
1. Menerima hipotesis H
2. Menolak hipotesis H
3. Lanjutkan pemeriksaan dengan menambah satu pengamatan
Keputusan tersebut dilakukan pada pengamatan ke-m, m=1,2,3, …
Berdasarkan pengamatan pertama, dilakukan pengujian dan dipilih satu dari tiga
kemungkinan keputusan tersebut.
Jika diperoleh keputusan 1 atau 2, maka proses berakhir,
Jika diperoleh keputusan 3, maka pengujian harus terus dilakukan dengan
menambahkan pengamatan,
Selanjutnya berdasarkan sampel sampai dengan pengamatan tambahan itu
dilakukan pengambilan keputusan kemabali, dan jika masih diperoleh keputusan 3,
maka proses pengujian diteruskan dengan menambah pengamatan ketiga, …. dan
seterusnya.

3
Pengujian Nisbah Sekuensial
Misalkan f(x,θ) merupakan fungsi peluang peubah acak X dengan
parameter θ dan akan dilakukan pengujian hipotesis H0: θ=θ0 dan
H1: θ=θ1
Jadi distribusi X diberikan oleh f(xi,θ0) bila H0 benar, atau distribusi
X diberikan oleh f(xi,θ1) bila H1 benar
Pengamatan pada peubah acak X secara empiris dapat dinyatakan
dengan x1, x2, … , xm untuk setiap bilangan asli m dan mempunyai
peluang:
• P1m = f(x1,θ1), … , f(xm,θ1) bila H1 benar
• P0m = f(x1,θ0), … , f(xm,θ0) bila H0 benar
4
Kaidah Pengujian Nisbah Sekuensial
Pengujian H0 lawan H1 tersebut di atas dapat dilakukan dengan
mengambil dua konstanta positif A dan B (A>B) dengan kaidah
sebagai berikut:
p1m
1. Proses berhenti dengan keputusan tolak H0 bila A
p0 m

2. Proses berhenti dengan keputusan terima H0 bila p1m  B


p0 m

3. Proses dilanjutkan dengan menambah pengamatan bila


p1m
B A
p0 m
5
…. Kaidah Uji Sekuensial
Pengujian H0 lawan H1 seperti di atas sering lebih mudah bila dihitung
dalam bentuk logaritma natural, sehingga
p1m f ( x1 ,1 ) f ( xm ,1 )
ln = z1 + + zm = ln + + ln
p0 m f ( x1 ,0 ) f ( xm ,0 )

dengan kaidah sebagai berikut:


1. Proses berhenti dengan keputusan tolak H0 bila
z1 + + zm  ln A
2. Proses berhenti dengan keputusan terima H0 bila
z1 + + zm  ln B
3. Proses dilanjutkan dengan menambah pengamatan bila
ln B  z1 + + zm  ln A 6
Penentuan Konstanta A dan B
Permasalahan yang muncul pada pengujian H0 lawan H1
dengan nisbah sekuensial seperti di atas adalah
bagaimana menentukan konstanta A dan B.
Jika kita akan melakukan pengujian sekuensial dengan
kekuatan (α,β), maka batas A dan B masing-masing
merupakan fungsi dari (α,β).
Dari inferensi (pembuktian penurunan rumus dapat dilihat
pada modul di halaman 2.26 – 2.28) diperoleh batas A dan
B sebagai berikut:
1−  
A dan B 
 1− 7
Contoh Soal
Misalkan X berdistribusi normal dengan mean μ
dan ragam σ2=1, akan diuji hipotesis H0: μ=0
dan H1: μ=1 dengan uji nisbah sekuensial pada
α=1% dan β=2%, tentukanlah:
a. p1m = f ( xi ,1)
b. p0m = f ( xi ,0)
f ( xi ,1)
c. zi = ln
f ( xi ,0)
1 3
d. z1 + + zm bila diperoleh sampel sekuensial 0,1, , −1, −
2 48
Jawaban Contoh Soal
Diketahui peubah acak X menyebar normal
1  x− 2

− 
f ( x) = 1 e 2 


2 
dengan σ2=1, μ0=0, μ1=1, α=0,01, β=0,02
1 − 12 ( xi −1)2
a. p1m = f ( xi ,1) = e untuk −   xi  
2
1 − 12 xi2
b. p10 = f ( xi ,0) = e untuk −   xi  
2
1 − 12 ( xi −1)2
e
f ( xi ,1) 2  1
− ( xi −1)
2
xi 
1 2
c. zi = ln = ln 1 2
= ln  e 2
e  =
2
teruskan
f ( xi ,0) 1 − 2 xi
e  
2 9
Cobalah Anda selesaikan bagian c dan d

Anda mungkin juga menyukai