Anda di halaman 1dari 12

2.8.

Tegangan Alir

Dalam proses pembentukan terhadap benda kerja harus diberikan tegangan sehingga
terjadi deformasi plastis disebut tegangan alir. Jadi tegangan alir adalah sifat bahan yang
dinyatakan ketahanan material terhadap perubahan bentuk. Istilah tegangan ( flow stress ) berasal
dari pengertian yang menggambarkan adanya aliran logam pada saat deformasi dari satu bentuk
ke bentuk yang lain. Agar terjadi deformasi plastis, tegangan yang diberikan harus mencapai
tegangan alir material yang diproses. Dalam diagram tegangan – tegangan, tegangan alir dapat
dinyatakan di sepanjang kurva daerah plstis.

Pada pengerjaan panas, boleh dikatakan tidak ada pengaruh besarnya deformasi terhadap
tegangan alir. Idealisasi ini ditunjukkan oleh gambar 2.6.

Gambar 2.6.

Idealisasi kurva Tegangan-tegangan temperatur tinggi (3)

Tegangan alir dalam proses pengerjaan tinggi sangat dipengaruhi oleh temperatur operasi
dan laju tegangan. Hal ini diartikan bahwa perubahan temperatur yang relatif sedikit akan besar
pengaruhnya terhadap tegangan air.

Untuk itu dapat dinyatakan bahwa daerah pengerjaan panas :

σo = f ( τ )

σo .. [ ( ɛ )

Kemudian harga flow stress dapat dinyatakan dari the true stress – true strain curva pada
gambar 2.7 yaitu :

σ
f = C (έ)m

dimana :
C : Koefisien kekuatan

m : Kepekaan laju regangan

έ : Laju regangan

Gambar 2.7

Diagram tegangan alir dalam proses pengerjaan panas [4]

2.8.1. Laju Regangan

Menurut George E. Dieter [5] laju regangan adalah hasil penurunan regangan terhadap
waktu, dapat ditulis sebagai berikut :

έ = dέ/dt ( 2-27 )

dimana : dέ = dh/h; h adalah ketebalan bahan.

Maka laju regangan dapat ditulis :

έ = (dh/dt).1/h ( 2-28 )

Turunan dh/dt adalah merupakan kecepatan linear dari reduksi, yaitu kecepatan dari perkakas.
Dalam hal ini adalah roll pada arah deformasi.

Vh = dh/dt ( 2-29 )

Dimana dh adalah perubahan ketebalan benda kerja saat dideformasi.

Substitusikan turunan di atas ke persamaan ( 2-26 ) didapat :

έ = Vh/h ( 2-30 )

Untuk menentukan laju regangan rata-rata arah longitudinal dari pengerolan dapat menggunakan
formula yang telah banyak dipakai secara luas pada literatur.
∆ℎ
έ= sec-1 ( 2-31 )
ℎ𝑜.𝑡

2𝑈√∆ℎ 𝑟
έ= ( 2-32 )
ℎ𝑜.ℎ𝑓

dimana :
∆ℎ : reduksi linear

t : waktu selama logam benda pada daerah deformasi

u : kecepatan keliling roll

r : radius roll

Dalam persamaan ( 2-31 ) laju regangan rata-rata adalah sama dengan perbandingan
regangan selama waktu deformasi. Penggambaran laju regangan rata-rata seperti tersebut diatas
adalah sudah jelas tidak teliti dan sesuai dengan perhitungan penggunaan persamaan ( 2-32 )
tidak membuat hasil yang tepat dari laju regangan.

Persamaan ( 2-32 ) adalah hasil eksperimen dari N. Ekelund yang dilakukan pada tahun
1927 sampai 1929, yang menyatakan bahwa laju regangan rata-rata adalah sama dengan
perbandingan komponen vertikal dari kecepatan keliling roll yang menggunakan titik tengah dari
busur kontak terhadap ketebalan rata-rata benda kerja yang diberikan oleh persamaan ( ho+hl )/2

Gambar 2.8.

Menentukan laju regangan Rata-rata [3]

Selama pengerolan laju regang dari beberapa bagian dalam daerah deformasi. Lokasi
berjarak x dari garis pusat penghubung rollgambar 2.8. menurut persamaan ( 2-30 ) dapat ditulis
sebagai :
𝑉𝑦
έx=2
ℎ𝑥

Kecepatan untuk memindahkan logam dalam arah vertikal adalah ditentukan dari kondisi
volume perdetik adalah konstan, sehingga efek dari pelebaran dapat diabaikan:

ℎ𝑓
y = vx tg ф = vf tg ф ( 2-34)
ℎ𝑥

dimana vf adalah kecepatan keluar logam dari roll.

Substitusikan harga vy dalam persamaan ( 2-33 ), didapat :

𝑡𝑔ф
έ x = 2 vf hf 2 ( 2-35)
ℎ𝑥

Harga dari laju regang rata-rata dapat ditentukan dari harga rata-rata diatas segmen sepanjang
busur kontak L:

𝐼
έ= 𝐼
∫𝐼𝐼 έ𝑥 𝑑𝑥 ( 2-36)
𝐿

𝑉𝑓.ℎ𝑓 𝑡𝑔ф 𝑑ℎ𝑥


atau έ = 2 𝐼
∫𝐼𝐼 2 tg ф =
𝐿 ℎ𝑥 2𝑑𝑥

𝑉𝑓.ℎ𝑓 𝐼 𝑑ℎ𝑥 𝑉𝑓.ℎ𝑓 1 1


didapatkan = έ =
𝐿
∫𝐼𝐼 ℎ𝑥2 =
𝐿
(
ℎ1

ℎ𝑜
) ( 2-36a)

Dari persamaan ( 2-36a ), laju regang rata-rata menurut Larke dapat dinyatakan sebagai :

𝑉𝑓 ℎ𝑜
έ= 10 ℎ
𝐿 1

dimana :

vf : kecepatan keluar logam dari roll

L : proyeksi horizontal dari busur kontak ( panjang busur kontak )

ho : tinggi sebelum dirol

hl : tinggi sesudah dirol


2.9. Gaya-Gaya dan Hubungan Geometri pada Pengerolan

Gambar 2.9 memperlihatkan sejumlah hubungan antara geometri pengerolan dan gaya-
gaya yang terlibat pada deformasi rol logam. Suatu halangan logam dengan tebal ho masuk sela
rol pada bidang masukan X X dengan kecepatan vo. Batangan tersebut melewati celah rol dan
meninggalkan ujung Y Y dengan tebal hf. Sebagai pendekatan pertama, dianggap tidak terjadi
penambahan lebar. Jadi penekanan logam dalam arah vertikal diubah menjadi perpanjangan pada
arah pengerolan. Karena volume melalui titik tertentu logam tiap satuan waktu harus sama, maka
didapat persamaan :

b.ho.vo = b.h.v – b.hf.vf ( 2-38 )

dimana :

b = lebar batangan

h = tinggi batangan

v = kecepatan pada sembarang ketebalan h antara ho dan hf

Agar elemen vertikal lembaran tidak mengalami pembahasan, persamaan ( 2-38 ) mensyaratkan
bahwa kecepatan keluar vf harus lebih besar dibandingkan kecepatan masuk vo. Oleh karena itu
kecepatan batangan harus terus menerus dinaikkan sejak dimasukkan. Hanya pada satu titik di
sepanjang permukaan kontak antara rol dan batangan, kecepatan permukaan rol vf sama dengan
kecepatan batangan. Titik ini dinamakan titik netral, atau titik tanpa pergelinciran ( no slip point
). Pada gambar 2.9 titik ini dinyatakan sebagai N.

Gambar 2.9

Gaya-gaya yang bekerja selama pengerolan [5]


Pada titik A di gambar 2.9. logam bekerja dengan dua buah gaya. Gaya ini merupakan
gaya radial Pr dan gaya gesek tangensial F. Antara bidang masuk dan titik netral, batangan
logam bergerak lebih lambat dibanding permukaan rol dan terjadi gaya gesekan pada arah yang
ditunjukkan pada gambar 2.9 sehingga logam tertarik diantara rol. Pada daerah sebelah kanan
titik N, gerak batangan lebih cepat dari pada permukaan rol. Kemudian arah gaya gesekan
berbalik sehingga berfungsi sebagai hambatan terhadap arah gerak batang yang meninggalkan
rol.

Komponen vertikal Pr dinamakan beban pengerolan P. Beban pengerolan adalah gaya rol untuk
menekan logam. Karena gaya ini juga sama dengan gaya reaksi dari logam yang mendorong rol,
maka gaya ini juga dinamakan gaya pemisah ( separating force ). Tekanan rol spesifik p adalah
beban pengerolan dibagi luas permukaan kontak. Luas permukaan kontak antara logam dan rol
sama dengan perkalian antara lebar batangan b dan panjang proyeksi busur kontak L.

(ℎ𝑜−ℎ𝑓)2 ½ ½
L = [ R ( ho-hf ) ] = [ R ( ho-hf)] = √𝑅. ∆ℎ ( 2-39 )
4

Oleh karena itu, besarnya tekanan rol spesifik diberikan oleh

𝑃
P= ( 2-40 )
𝑏.𝐿

Distribusi tekanan rol di sepanjang busur kontak ditunjukkan pada gambar 2.10. Tekanan
bertambah besar hingga mencapai harga maksimum pada titik netral dan kemudian turun.
Kenyataan, bahwa distribusi tekanan tidak berupa puncak yang tajam pada titik netral seperti
yang dibutuhkan secara teoritis untuk suatu pengerolan, menunjukkan bahwa titik netral tidak
berupa garis pada permukaan rol tetapi berupa luas permukaan. Luas dibawah kurva sebanding
dengan beban pengerolan, yang untuk keperluan perhitungan dianggap bekerja pada pusat
gravitasidistribusi tekanan. Oleh karena itu bentuk distribusi tekanan penting , karena letak beban
pengerolan resultan yang berkaitan dengan pusat pengerolan, menentukan torsi dan daya yang
dibutuhkan untuk menghasilkan reduksi. Daerah yang diarsir pada gambar 2.10 menyatakan
gaya yang dibutuhkan untuk mengatasi gaya gesekan antara rol dan batangan, sementara daerah
di bawah garis putus-putus AB menyatakan gaya yang dibutuhkan untuk mengubah bentuk
logam pada kompresi bidang homogen.
Gambar 2.10

Distribusi tekanan rol di sepanjang busur kontak [5]

2.10. Gaya Pengerolan

Gaya rol dapat dihitung dari perkalian tekanan rol dengan luas daerah kontak antara rol
dengan logam, lihat persamaan ( 2-40 ). Bila gesekan diabaikan, maka tekanan sama dengan
tegangan luluh bahan sedang luas daerah kontak adalah luas proyeksi busur kontak dikalikan
lebar logam pada sela rol. Dari persamaan ( 2-40 ) didapatkan :

P = p.b.L = 𝜎𝑜1.b. √𝑅. ∆ℎ ( 2-41 )

Tegangan luluh untuk kondisi regangan bidang, 𝜎𝑜1 , digunakan bila lebar ( b ) material tetap.
Bila terjadi pelebaran selama pengerolan, maka harus digunakan tegangan luluh uniaksial.

Untuk mendapatkan bentuk persamaan yang lebih sederhana, Sims menyederhanakan persamaan
( 2-41 ) menjadi :

2
P= σf √𝑅. ∆ℎ. 𝑄. 𝑤 ( 2-42 )
√3

Dimana :

σf = tegangan alir

Q = suatu faktor yang diperoleh melalui fungsi Sims dalam bentuk tabel/diagram

w = lebar material

Secara umum rumus Sims tergantung pada reduksi ( e ) yaitu ∆ℎ / ho dan perbandingan R / tf
atau R / ℎ1 .

Harga dari koefisien Q ini ditunjukkan pada lampiran 4


2.11. Daya Yang Dibutuhkan Setiap Reduksi

Untuk menghitung daya yang dibutuhkan harus dihitung terlebih dahulu torsi yang
terjadi, yaitu :

2.𝑃.𝐿
Torsi = = P.L ( 2-43 )
2

Dimana :

P = gaya pengerolan

L = panjang busur kontak ( meter )

Setelah gaya pengerolan dan torsi diketahui maka dapat dihitung daya reduksi yang dibutuhkan :

J = torsi x kecepatan sudut

𝑉
J = P.L. ( 2-44 )
𝑅

Dimana :

J = daya reduksi ( kw )

V = kecepatan keliling

R = radius rol

2.12. Pembatasan Ketebalan dan Reduksi

Sudut α2 antara bidang masuk dan garis pusat pengerolan dinamakan sudut kontak, atau
sudut gigit ( Angle of bite ) yang ditunjukkan pada gambar 2.11.

Gambar 2.11
Sistem tegangan yang bekerja pada daerah deformasi untuk pengerolan [5]

Komponen horizontal gaya normal adalah Pm sin α2, dan komponen horizontal gaya
gesekan adalah F cos α2 . Agar benda kerja masuk lubang antara roll, maka komponen horizontal
gaya normal yang cenderung menjauhkan benda kerja dan celah rol, syarat batas untuk
memasukkan billet kedalam roll tanpa bantuan gaya luar adalah :

F cos α2 = Pm sin α2

𝐹 𝑆𝑖𝑛 𝛼2
= = tan 𝛼
𝑃𝑚 𝐶𝑜𝑠 𝛼2

Tetapi F = μ Pm

Jadi μ = tan α ( 2-45 )

Benda kerja tidak dapat dimasukkan ke dalam rrol jika garis singgung sudut kontak melebihi
koefisien gesekan jika μ=0 pengerolan tidak dapat terjadi, tetapi jika nilai μ bertambah, billet
yang dimasukkan kedalam rol bertambah besar.

Untuk kondisi yang sama roll berdiameter besar akan memungkinkan memasukkan billet
yang lebih tebal. Hal ini terjadi karena meskipun sudut antara pusat rol dengan bidang masuk
akan sama dalam kedua kasus tetapi panjang busur kontak akan berbeda cukup besar. Jika
diperhatikan kembali pada gambar 2.11 kita dapat menuliskan panjang kontak sebagai berikut :

L =√𝑅. ∆ℎ

Dimana ∆ℎ = “tarikan ( draft )” yang terjadi selama pengerolan

𝐿 √𝑅.∆ℎ
tan 𝛼 = = ∆ℎ - √∆ℎ
𝑅
𝑅−∆ℎ
2 𝑅− 2

dari persamaan ( 2-36 ) : μ ≥ tan 𝛼 √∆ℎ/𝑅

atau : ∆h max = ʍ2 R ( 2-46 )


ʍ adalah koefisien gesek, menurut S. Ekelund dapat dirumuskan sebagai berikut :

ʍ = 0,84-0,0004.T

dimana :

T = temperatur proses ( 0C )

Penambahan sedikit demi sedikit di dalam reduksi, dengan menahan semua variabel pada
kondisi konstan, menyebabkan titik netral bergerak keluar. Apabila titik netral bergerak keluar
ini dikatakan reduksi maksimum tercapai, selanjutnya penambahan di dalam reduksi
menyebabkan billet berhenti dan rol juga berhenti.

Bilamana titik netral tepat bergerak keluar dari bidang rol, maka ʍ = 0.

Perhatikan kembali gambar 2.11 diatas kita dapat menuliskan persamaan dari sudut
kontak α2 sebagai berikut :

𝑙𝑓 𝑙0
α2 = √𝑅𝑜 √𝑙𝑓 − 𝑙

𝑙𝑓 𝑙0−𝑙𝑓
= √𝑅𝑜 √ 𝑙𝑓

𝑙𝑜−𝑙𝑓 𝑙𝑓
= √( )( )
𝑙𝑓 𝑅𝑜

𝑙𝑜−𝑙𝑓 ½
=( ) ( 2-47 )
𝑅𝑜

2.13. Penyesuaian Tinggi benda kerja

Pada proses pengerolan untuk shape rolling seperti bentuk oval, belah ketupat, lingkaran
belum ditemukan metode untuk menghitung gaya dan daya pengerolan, metode yang ada hanya
untuk flat rolling atau bentuk sederhana seperti bujur sangkar, persegi panjang. Dalam
perhitungan gaya dan daya rol diperlukan tinggi benda kerja sebelum dan sesudah pengerolan,
untuk itu dilakukan penyesuaian dengan mengubah ke bentuk empat persegi panjang yang
mempunyai luas sama dan perbandingan antara lebar dengan tingginya juga sama seperti pada
gambar 2.12. Metode yang dikembangkan oleh P. Polukhin yaitu metode penyesuaian lebar :

𝐹
hm = ( 2-48 )
𝑏

dimana :

hm = tinggi benda kerja dari penyesuaian lebar dalam bentuk persegi panjang

F = luas penampang

b = lebar

Gambar 2.12

Penyesuaian Tinggi Benda Kerja [6]

Anda mungkin juga menyukai