Anda di halaman 1dari 7

MID TEST

CELL MOLECULER BIOLOGY


Lecturer: Sutiman BS, Prof.,SU.,DSc

OLEH:

FITRIA NUGRAHA AINI

NIM: 176070100011007

PROGRAM MAGISTER ILMU BIOMEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
Biologi sebagai Ilmu empiris, melakukan pengembangan konsep melalui cara
analisa dan penyederhanaan dimulai ketika ditemukan mikroskop untuk mengamati
bagian tubuh terkecil yang disebut sel. Saat ini disadari bahwa komponen subseluler
seperti protein, membrane, DNA ternyata mengandung kecerdasan yang tidak dapat
dipikirkan dengan cara Newtonian. Makhluk hidup memang menunjukkan gejala dualistik:
ada gerakan yang dapat diukur kecepatannya atau percepatannya, ada ukuran berat,
besaran, gaya tarik dan mekanik, osmosis, namun kenyataannya hubungan besaran
dengan proses tempat dan ukuran benda sering tidak bersifat linier. Kecerdasan yang
dimaksud ternyata ada di tingkat molekul penyelenggara proses hidup di dalam sel seperti
protein, DNA, RNA. Mereka tahu apa yang dilakukan, dengan siapa, kapan dan dimana
harus bekerja. Lubang kepompong untuk keluarnya kupu sangat-sangat kecil
dibandingkan ukuran kupunya, sehingga seolah seperti tidak mungkin keluar dari
kepompong. Ikan Salmon yang mengembara di laut mengenali dan balik kembali ke
tempat kelahirannya di hulu sungai dengan cara melawan arus untuk berpijah dan
beranak serta mati. Biji yang berkecambah menghasilkan bagian akar yang selalu tumbuh
menuju pusat bumi, sedangkan bagian pucuk tumbuh ke atas. Di tingkat ekosistem
kecerdasan terlihat melalui fenomena suksesi dari setiap kerusakan akibat dari
pencemaran maupun bencana alam.

Sistem kehidupan merupakan fenomena kompleks di mana strukturnya di desain


untuk mendukung sistem kerja yang secara keseluruhan meupakan generasi yang dimiliki
diri untuk fungsi-fungsi spesifik. Dalam rangka pemahaman mekanisme kerja kehidupan
pengamatan harus difokuskan dan obyek biologis harus disederhanakan. Pendekatan ini
dikenal sebagai pendekatan reduksionisme yang bertujuan untuk memperoleh informasi
data penting. Asumsi dari pendekatan ini adalah bahwa suatu individu sebagai unit
terkecil dari organisasi biologis adalah sel. Di dalam sel-sel hidup terdapat proses
kompleks yang diperankan oleh makromolekul kompleks. Setiap makromolekul
mempelopori satu atau beberapa kegiatan biologis tertentu melakukan jaringan jalur
metabolisme. Ilmu biologi secara khusus dikembangkan melalui pendekatan
reduksionisme, telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan ilmu
kehidupan dan pemahaman manusia tentang misteri kehidupan meskipun belum banyak
yang terjawab
Aktivitas penyederhanaan (reduksionistik) di atas merupakan jalan mencari
pengetahuan yang selama kurun waktu puluhan sampai ratusan tahun belakangan ini
dianggap sebagai jalan berfikir yang dapat diandalkan untuk pengembangan ilmu-ilmu
hayati. Melalui pendekatan reduksionistik seperti tersebut ini sudah banyak pengetahuan
dan rahasia sistem kehidupan diperoleh dan menjadi pengetahuan ummat berupa
khasanah keilmuan. Namun demikian di sisi lain, masih sangat banyak pula hal yang
menjadi misteri dan terasa tidak akan pernah dapat dipahami bila dikaji dengan cara
pendekatan yang selama ini dilakukan. Dominasi jalan berfikir analitik dan reduksionistik
ini menjadikan khasanah ilmu hayati bersifat parsial dan bahkan terasa hanya menjadi
tumpukan pengetahuan- pengetahuan yang sulit dirajut menjadi pengetahuan untuk
memahami hakekat yang memerlukan pendekatan yang lebih komprehensif.
Kecenderungan penyerderhanaan obyek kajian umumnya disertai dengan memilih bagian
yang dianggap strategis dan penting. Sebagai konsekuensinya banyak sekali asumsi dan
sekaligus juga pengabaian fakta, Akibat dari jalan berfikir selama ini terlihat nyata pada
Ilmu Kedokteran ketika melakukan upaya-upaya mengatasi permasalahan penyakit-
penyakit yang memiliki ketidak-jelasan antara sebab dan akibat. Upaya pengembangan
teknologi pengobatan di bidang Kedokteran yang sering memiliki efek samping yang tidak
dikehendaki memerlukan bahasan dengan sudut pandang baru untuk mengatasinya.
Untuk memberikan kajian yang lebih komprehensif terhadap konsep-konsep
dalam Biologi yang selama ini cenderung bersifat linearistik serta analitik- reduksionistik,
maka dalam kajian Ilmu-ilmu Hayati termasuk Kedokteran perlu memanfaatan konsep-
konsep Fisika Modern. Hal ini berarti Biologi harus menyentuh aspek diskusi sampai pada
sistem kerja atomik maupun partikel. Dengan demikian sebuah makro molekul tidak
cukup hanya didiskusikan strukturnya ataupun dibahas hanya dengan bahasa Kimia,
namun juga harus ada bahasan tentang karakter makro molekul tersebut di aspek medan
gaya energi serta fenomena-fenomena gerakan sangat cepat yang tidak berjalan atas asas
ruang dan waktu.

Dalam filsafat biologi, perdebatan tentang reduksionisme berfokus pada


pertanyaan apakah dan dalam arti genetika klasik dapat direduksi menjadi biologi
molekuler. Meskipun untaian diskusi lain telah hadir (misalnya, apakah teori evolusi
secara inheren anti-reduksionis karena prinsip seleksi alam), perdebatan filosofis semakin
membahas berbagai domain yang lebih luas (misalnya, pengembangan, ekologi, evolusi,
biologi sel, dan neuroscience), dan termasuk pertanyaan tambahan tentang sifat dan
status interdisipliner, seperti integrasi data atau standar lintas bidang biologi. Pertanyaan
tentang pengurangan biologi meresap sepanjang sejarah filsafat dan sains. Banyak
perdebatan kontemporer memiliki analog historis yang mencerminkan kontroversi yang
sudah berlangsung lama tentang legitimasi strategi penelitian reduksionis dan cara-cara
penjelasan yang digunakan oleh subdisiplin ilmu kehidupan yang berbeda.

Pendekatan Nano Science adalah pendekatan baru di bidang Ilmu hayati yang
sering juga disebut Nano Biologi. Padangan ini menititik beratkan pada ukuran materi
biologis yang bekerja aktif pada skala di bawah 100 nm. Obyeknya berupa protein, DNA,
RNA ataupun lipid dan karbohidrat yang umumnya berupa makromolekul komplek.
Bedanya dengan pembicaraan di bidang Biokimiawi, adalah adanya perspektif Fisika
Modern.

Nano Science pada awalnya adalah bidang kajian Material Science yang sarat
dengan pemikiran berbasis Fisika Modern. Pemanfaatan konsep-konsep Fisika Modern
dengan Ilmu-ilmu hayati yang selama ini tidak pernah ada atau sangat jarang diajarkan di
kalangan akademisi. Forumnya terpisah dengan jenis kompetensi yang amat berbeda
sehingga jarang berkomunikasi. Di dalam bidang Ilmu Hayati misalnya, Kedokteran
penggunaan Fisika Modern memang sudah sangat popular, namun hanya sebatas untuk
pengembangan alat diagnosis (CT Scan, MRI, Ultrasonografi dll), namun masing-masing
tetap pada body of knowledgenya masing-masing. Ilmu-ilmu hayati yang memiliki obyek
kompleks dan awal perkembangannya merupakan bidang kajian diskriptif, tetap sarat
dengan bahasan ilmiah yang bersifat Newtonian dan cenderung tidak memanfaatkan
Fisika Modern yang perkembangannya sesungguhnya sangat luar biasa.

Pemikiran Nano Biologi, dengan memasukkan Fisika Modern ini, terbukti dapat
menggerakkan berbagai pemikiran yang selama ini tidak pernah ada. Benefit dari cara
pandang ini adalah kemampuan memahami mekanisme kerja alam seperti apa adanya
yang selama ini terabaikan dan tersederhanakan (efek cara pandang reduksionistik).
Banyak hal seperti aliran darah, cara menembus sel darah merah ke relung-relung antara
sel yang jauh lebih sempit dari ukurannya, dan banyak hal lain yang tidak dapat terpikirkan
ketika hanya memakai pemikiran Newtonian.

Molekul-molekul cerdas dalam sistem biologi berupa protein, DNA, RNA, asam
lemak. Dalam konsep Biologi Sel, molekul-molekul ini memiliki kecerdasan (smart) artinya
mereka tahu kapan, dimana, dan dengan siapa ketika menjalankan fungsinya. Kecerdasan
ini terkait dengan struktur molekul dan posisi atom-atomnya. Partner berbeda akan
menghasilkan kegiatan dengan tujuan dan proses yang berbeda. Secara ilmiah fungsi
komplek molekul ini tidak cukup dibahas dengan hukum kimia (biokimia) namun juga
harus melibatkan konsep fisika modern. Biologi sebagai ilmu empiris dengan obyek
makhluk hidup dengan fenomena komplek, memang sejak awal pertama dikembangkan
sampai dengan dekade terakhir, tidak pernah memasukkan bahasan berperspektif Fisika
Modern. Di sinilah “gap” tersebut yang menyebabkan bahasan di bidang Ilmu Hayati.
Mekanisme kerja makromolekul-makromolekul cerdas tersebut pada tataran
energi bekerja pada skala di bawah 10 mV dan medan gaya magnetik berukuran beberapa
puluh Gauss. Dengan demikian dalam nano Biologi, semua hal bila ingin dibuat ramah ke
dalam system biologi harus diatur agar dapat berada pada tataran energy yang selevel
sehingga dapat berkomunikasi.

Bahasan tentang fenomena kelistrikan, magnetic, resonasi gelombang, transfer


elektron pada obyek hidup merupakan bahasan yang harus dilakukan. Sudut pandang
Nano Sain dengan obyek kajian berskala 1 sampai 100 nanometer, membawa pada ranah
befikir yang mendaya-manfaatkan diskusi-diskusi Fisika Modern untuk fenomena
magnetik, sistem transfer partikel subatomik sampai dengan konstelasi posisi atom terkait
struktur senyawa komplek. Kinerja enzim, DNA dan molekul-molekul komplek lainnya,
dapat lebih secara komprehensif didiskusikan dalam nuansa holistik melalui sintesa
pemikiran berbasis karakter komponenkomponen tunggalnya setelah dianalisis dan
diketahui sifat-sifatnya. Harapan ke depan, pandangan Nano Science ini amat berguna
dalam memberikan nilai tambah bagi cara berfikir reduksionistik-analitik yang selama ini
merupakan cara mengembangkan pengetahuan dalam bidang yang terkait kehidupan
termasuk lingkungannya.

Kinerja enzim, DNA dan molekul-molekul kompleks lainnya, dapat lebih secara
komprehensif didiskusikan dalam nuansa holistik melalui sintesa pemikiran berbasis
karakter komponen-komponen tunggalnya setelah dianalisis dan diketahui sifat-sifatnya.
Harapan ke depan, pandangan Nano Science amat berguna dalam memberikan nilai
tambah bagi cara berfikir reduksionistik-analitik yang selama ini merupakan cara
mengembangkan pengetahuan dalam bidang yang terkait kehidupan termasuk
lingkungannya.
Gambar di atas menggambarkan bahwa pelaku proses hidup di dalam sel adalah
senyawa kompleks yang secara umum berukuran antara1 sampai 100 nm. Pelaku proses
hidup tersebut adalah DNA, RNA, dan protein yang semua memiliki kecerdasan.
Kecerdasan adalah ranah fisika modern sekaligus juga mengikut hukum Newton. Disinilah
Biologi Sel memperoleh perspektif kajiannya yang baru yang selama ini tidak populer
diajarkan dan dijadikan acuan kajian di bidang biologi sel.

REFERENSI

Stanford Encyclopedia of Phylosophy. 2017. Reductionism in Biology.


https://plato.stanford.edu/entries/reduction-biology/ (Diakses pada 10 April 2018)

Sutiman B. Sumitro. 2011. Pemahaman Holistic Ilmu-ilmu Hayati Melalui Pendekatan


Complexity Science dan Nanobiologi. SmartBio Indonesia Nanobilogy Institute.

Sutiman B. Sumitro. 2016. Perspektif Nano Science Dalam Ilmu Hayati (The whole is
greater and smarter than the sum of the parts). Prosiding Seminar Nasional from
Basic Science to Comprehensive Education. UIN Alauddin Makassar.

Sutiman B. Sumitro, Sri Widyarti, Sofy Permana. 2017. Biologi Sel: Sebuah Perspektif
Memahami Sistem Kehidupan. Malang: UB Press.

Anda mungkin juga menyukai