Makalah Komplikasi Persalinan Kala II Panggul Sempit
Makalah Komplikasi Persalinan Kala II Panggul Sempit
SEMPIT
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi
Persalinan adalah proses fisiologik dimana uterus mengeluarkan atau berupaya
mengeluarkan janin dan plasenta setelah masa kehamilan 20 minggu atau lebih dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa
bantuan. Menurut cara persalinan dibagi menjadi :
1. Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan
cukup bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi belakang
kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu
berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tindakan/pertolongan buatan dan tanpa
komplikasi.
2. Persalinan abnormal adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat maupun melalui
dinding perut dengan operasi caesarea, karena adanya komplikasi atau penyulit-penyulit yang
tidak memungkinkan untuk lahir normal.
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan servik sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahimya bayi. Kala II dikenal juga dengan kala pengeluaran (APN,
2004).
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan serviks sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5-6 cm. Hal ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan jalan lahir
terutama dukungan ukuran panggul.
Komplikasi persalinan adalah adanya penyulit yang timbul pada saat akan
terjadi persalinan yang bisa membuat persalinan beresiko atau lahir tidak normal dengan
menggunakan alat atau melalui operasi SC.
2.2 Pembagian Panggul
Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :
1. Kesempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugata vera kurang dari 10 cm atau kalau
diameter transversa kurang dari 12 cm. Conjugata vera dilalui oleh diameter biparietalis
yang ± 9½ cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm, maka sudah jelas bahwa conjugata
vera yang kurang dari 10cm dapat menimbulkan kesulitan.
2. Kesempitan bidang tengah panggul
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah symphysis dan spinae ossis
ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke 4 dan ke 5
3. Kesempitan pintu bawah panggul
Ppintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau
kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka
besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah
panggul.
2.3 Menilai Panggul Sempit Secara Klinis
Berikut ini adalah cara untuk menilai panggul sempit secara klinis (dengan
pemeriksaan tanpa alat) :
Metode Pinard :
- Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.
- Pasien dalam posisi semi duduk.
- Tangan kiri mendorong kepala bayi kearah bawah belakang panggul sementara jari
tangan kanan di posisikan di tulang kemaluan (simfisis) untuk mendeteksi ketidak
seimbangan kepala dengan jalan lahir (disproporsi).
Metode Muller – Kerr :
- Metode ini lebih akurat dalam mendeteksi disproporsi kepala dengan jalan lahir.
- Pasien mengosongkan kandung kemih dan rektum.
- Posisi berbaring telentang.
- Tangan kiri mendorong kepala ke dalam panggul dan jari tangan kanan dimasukkan ke
dalam vagina (VT) dan jempol kanan diletakkan di tulang kemaluan.
Derajat panggul sempit ditentukan oleh ukuran/jarak antara bagian bawah tulang
kemaluan (os pubis) dengan tonjolan tulang belakang (promontorium). Jarak ini
dinamakan konjugata vera (garis merah pada gambar di bawah ini).
Dikatakan sempit Ringan: jika ukurannya 9-10 cm, Sempit sedang: 8-9 cm, sempit berat:
6-8 cm dan sangat sempit jika kurang dari 6 cm.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomis melainkan
panggul sempit secara obstetri atau fungsional artinya perbandingan antara kepala dan
panggul. Contohnya panggul ukuran normal tetapi bayi ukurannya besar sehingga tidak
seimbang antara ukuran bayi dengan jalan lahir. Panggul sempit tetap bayinya
kecil/prematur maka masih bisa bayinya lahir secara normal.
Derajat panggul sempit ditentukan oleh ukuran/jarak antara bagian bawah tulang
kemaluan (os pubis) dengan tonjolan tulang belakang (promontorium). Jarak ini
dinamakan konjugata vera (garis merah pada gambar di bawah ini).
Dikatakan sempit Ringan: jika ukurannya 9-10 cm, Sempit sedang: 8-9 cm, sempit berat:
6-8 cm dan sangat sempit jika kurang dari 6 cm.
Untuk panggul sempit ringan masih bisa dilakukan persalinan percobaan
sedangkan mulai sempit sedang dan seterusnya dilakukan persalinan dengan operasi SC.
3.2 Saran
Ibu untuk selalu memperhatikan kehamilannya dan selalu memeriksakan
kehamilannya ke bidan agar komplikasi-komplikasi persalinan yang mungkin terjadi bisa
diketahui sedini mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.drdidispog.com/2009/06/panggul-sempit.html
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/03/makalah-komplikasi-persalinan-kala-ii.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16931/4/Chapter%20II.pdf(PUSTAKA
CAPTER ii)
MAKALAH KOMPLIKASI PERSALINAN KALA II DISTOSIA BAHU
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Distosia ialah kesulitan dalam jalannya persalinan atau dapat didefenisikan
Distosia ialah persalinan atau abnormal yang timbul akibat berbagai kondisi yang
berhubungan dengan lima faktor persalinan, yaitu :
1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan power).
2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir / passage)
3. Sebab-sebab pada janin, meliputi kelainan presentasi atau kelainan posisi, bayi
besar dan jumlah bayi (penumpang/passenger).
4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan
5. Respons psikologi ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan
pengalaman, budaya dan warisannya sistem pendukung.
Dalam kepustakaan tercatat ada janin yang dapat dilahirkan secara pervaginam
tetapi meninggal yaitu seberat 11,3 Kg (Belcher) dan 11 Kg (Moss). Dan janin yang lahir
dan hidup tercatat seberat 10,8 Kg (Barnes) tetapi anak ini hanya hidup kira-kira 11 jam
(Rustam, 1998).
2.2 Klasifikasi
1. Distosia karena kelainan tenaga
2. Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin.
3. Distosia karena kelainan panggul
4. Distosia karena kelainan traktus genitalis (Hanifah, 2006).
2.3 Etiologi
Faktor-faktor penyebab dari Distosia bahu bermacam-macam antara lain :
kehamilan postern, paritas wanita hamil dengan diabetes melitus dan hubungan antara ibu
hamil yang makannya banyak bertambah besarnya janin masih diragukan.
Adapun penyebab lain dari Distosia bahu, yaitu :
1. Kehamilan postern
2. Wanita-wanita yang habitus indolen
3. Anak-anak berikutnya selalu lebih besar dari anak terdahulu
4. Orang tua yang besar
5. Eritroblastosis
6. Diabeter Melitus
2.4 Diagnosis
Menentukan apakah bayi besar atau tidak kadang-kadang sulit. Hal ini dapat
diperkirakan dengan cara :
1. Keterunan atau bayi yang lahir terdahulu besar dan sulit melahirkan dan adanya
diabetes melitus
2. Kenaikan berat badan yang berlebihan tidak oleh sebab lainnya (eodem dan
sebagainya)
3. Pemeriksaan teliti tentang disproporsi Sefalo atau Feto-pelvik dalam hal ini
dianjurkan untuk mengukur kepala bayi dengan ultrasonografi
4. Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada dekat vulva
5. Tarikan kepala gagal melahirkan bahu yang terperangkap dibelakang simfisi
pubis.
2.5 Prognosis
Pada panggul normal janin dengan berat badan kurang dari 4500 gram pada
umumnya tidak menimbulkan kesukaran persalinan. Kesukaran dapat terjadi karena
kepala yang besar atau kepala yang lebih keras (pada post maturitas) tidak dapat
memasuki pintu atas panggul atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga panggul.
Bahu yang lebar selain dijumpai pada janin besar juga dijumpai pada anensefalus.
Apabila kepala anak sudah lahir tetapi kelahiran bagian-bagian lain macet karena
lebarnya bahu, janin dapat meninggal akibat asfiksia. Menarik kepala kebawah terlalu
kuat dalam pertolongan melahirkan bahu yang sulit dapat berakibat perlukaan pada
nervus brokhialis & muskulus sternokleidomastoidelis.
2.6 Komplikasi
1. Pada Ibu :
a. Partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dapat
menimbulkan dehirasi serta asidosis dan infeksi intrapartum.
b. Dengan his yang kuat, sedang janin dalam jalan lahir tertahan, dapat menimbulkan
regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologis (Bandl).
c. Dengan persalinan yang tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan lahir pada suatu
tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul.
2. Pada Bayi :
a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal apalagi jika ditambah dengan infeksi
intrapartum.
b. Propalus funikuli, apabila terjadi mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan
memerlukan kelahirannya dengan segala apabila ia masih hidup.
c. Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala melewati rintangan pada panggul dengan
mengadakan moulge.
d. Selanjutnya tekanan oleh promontarium atau kadang-kadang oleh simfisis pada panggul
picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin, malahan dapat
pula menimbulkan fraktur pada os parietalis (Hanifah, 2002).
2.7 Penanganan
1. Pada kesukaran melahirkan bahu dan janin hidup dilakukan episiotomi yang cukup lebar
dan janin diusahakan lahir atau bahu diperkecil dengan melakukan kleidotomi unilateral
atau bilateral.
2. Dalam posisi ibu berbaring terlentang, mintalah ia untuk menekuk kedua tungkainya dan
mendekatkan lututnya sejauh mungkin ke arah dadanya. Mintalah bantuan dua orang
asisten untuk menekan fleksi kedua lututnya ibu ke arah dada.
3. Dengan memakai sarung tangan yang telah didisinfektankan tingkat tinggi. Lakukan
tarikan yang kuat dan terus menerus ke arah bawah pada kepala janin untuk
menggerakkan bahu depan dibawah simfisi pubis.
Catatan : Hindari tarikan yang berlebihan pada kepala yang dapat mengakibat trauma
pada pleksus brakhralis. Mintalah seseorang asisten untuk melakukan tekanan secara
srimultan kearah bawah pada daerah supra pubis untuk membantu persalinan bahu.
Catatan : jangan lakukan tekanan fundus. Hal ini dapat mempengaruhi bahu lebih lanjut
dan dapat mengakibatkan ruptura uteri.
4. Jika bayi masih belum dapat dilahirkan :
- Pakailah sarung tangan yang telah didisinfektan tingkat tinggi, masukkan tangan kedalam
vagina.
- Lakukan penekanan pada bahu yang terletak didepan dengan arah sternum bayi untuk
memutar bahu dan mengecilkan diameter bahu.
- Jika diperlukan, dilakukan penekanan pada bahu belakang sesuai dengan arah sternum.
5. Jika bahu masih belum dapat dilahirkan setelah dilakukan tindakan diatas
- Masukkan tangan kedalam vagina
- Raih humerus dari lengan belakang dan dengan menjaga lengan tetap fleksi pada siku,
gerakkan lengan ke arah dada.
6. Jika semua tindakan di atas tetap tidak dapat melahirkan bahu, pilihan lain adalah :
- Patahkan klavikula untuk mengurangi lebar bahu dan bebaskan bahu depan.
- Lakukan tarikan dengan mengait ketiak untuk mengeluarkan lengan belakang (Ida Bagus,
2001)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu
untuk “melipat” kedalam panggul (misal pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif
dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui
pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelum bahu berhasil
melipat masuk kedalam panggul.
3.2 Saran
Setiap ibu agar memeriksakan dirinya secara rutin pada waktu kehamilan agar
dapat mengetahui adanya komplikasi pada ibu dan janinnya.