Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Biosains Vol. X No. X.

Desember 201x ISSN 2443-12xx (cetak)


ISSN 2460-68xx (online)

PENGARUH EKSTRAK BROTOWALI (Tinospors crispa L.) Miers TERHADAP


PENURUNAN KADAR GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

Ines Masda Mahardika


Program Studi Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Jember, Alamat Instansi
inesmasdamahardika07@gmail.com

ABSTRAK

Brotowali merupakan tanaman herbal yang digunakan untuk pengobatan penyakit diabetes melitus. Diabetes
melitus adalah Penyakit yang dikarenakan kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam daram menjadi
tinggi. Tumbuhan Brotowali memiliki banyak senyawa penting sebagai bahan ramuan obat yang terkandung
dalam rasa pahitnya seperti senyawa flavon O-glikosida, resin, palmatine, picroretine, dan berberine. Tujuan
dari study literatur ini untuk menguji pengaruh ekstrak Brotowali terhadap penurunan kadar gula dalam
darah pada penderita diabetes melitus. Hasilnya menyebutkan bahwa kandungan flavonoid dan alkaloid serta
senyawa-senyawa yang ada dalam tanaman brotowali mampu menurunkan kadar gula dalam darah yaitu
dengan meningkatkan pengeluaran insulin yang dihasilkan oleh sel-β Langerhans pankreas selain itu
penurunan kadar glukosa juga disebabkan oleh adanya kandunga borapetoside C yang dapat meningkatkan
fosforilasi IR dan protein kinase B (Akt) serta ekspresi GLUT2.

Kata Kunci : Brotowali (Tinospora cispra L.), Diabetes melitus, Insulin

THE EFFECT OF EXTRACTS BROTOWALI (Tinospora crispa L.) Miers


To REDUCTION OF BLOOD SUGAR LEVELS IN DIABETES MELLITUS PATIENTS

Ines Masda Mahardika

ABSTRACT

T. crispa is a herbal medicine that proved as a drug for patient Diabetes mellitus. Diabetes melitus is a disease
due to a deficiency of insulin so that the blood sugar levels become high. Brotowali plants have many important
compounds as ingredients for medicines contained in their bitter taste such as flavone O-glycosides, resins,
palmatine, picroretine, and berberine compounds.The aim of this literature study was to examine the effect of
Brotowali extract on reducing blood sugar levels in people with diabetes mellitus. The results stated that the
content of flavonoids and alkaloids and the compounds in the brotowali plant were able to reduce blood sugar
levels by increasing the release of insulin produced by pancreatic Langerhans β cells in addition to decreasing
glucose levels also caused by the presence of borapetoside C which can increase IR phosphorylation and protein
kinase B (Akt) and GLUT2 expression.

Keywords: Brotowali (Tinospora cispra L.), Diabetes melitus, Insulin

Pendahuluan
Indonesia merupakan negara dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi. Tumbuhan yang tumbuah
di Indonesia beberapa diantaranya merupakan tumbuhan herba. Di Indonesia terdapat 7.000 jenis tumbuhan
yang tumbuh dan berkhasiat sebagai tanaman obat, tetapi yang diamanfaatkan secara rutin hanya sebagian
kecil saja sekitar 300 jenis tanaman. Diketahui terdapat kurang lebih 40 juta masyarakat Indonesia telah
menggunakan tumbuhan herba untuk mengobati penyakit (Zuhud, 2001).
Masyarakat Indonesia saat inimemiliki kecenderungan untuk menggunakan obat-obatan dari bahan
asal tanaman obat. Mereka menyadari bahan produk berbahan baku dari tanaman relatif lebih dan ramah
lingkungan dibandingkan dengan produk dari sintesis kimia (Balfas dan Willis, 2006). Fenomena ini
mengakibatkan terjadinya peningkatan permintaan akan produk tanaman obat. Akan tetapi, kurangnya
informsdi tentang kuantitas, jenis, dan kualitas produk menyebabkan permintaan akan tanaman obat sulit
diduga (Pribadi, 2015).

1
Jurnal Biosains Vol. X No. X. Desember 201x ISSN 2443-12xx (cetak)
ISSN 2460-68xx (online)

Pemanfaatan tanaman obat sangat potensial dikembangkan di Indonesia karena melimpahnya bahan
baku untuk digunakan. Jamu merupakan salah satu bentuk pemanfaatan tanaman obat yang paling umum
dilakukan di Indonesia. Seiring berkembangnya era modernisasi, jamu telah diproses menggunakan teknologi
canggih dan diproduksi oleh industri berskala besar. Fakta ini yang kemudian mendorong pemerintah
Indonesia untuk melakukan upgrading jamu menjadi obat herbal berstandar (OHT), dan fitofarmaka. Akan
tetapi, hingga tahun 2017 jumlah produk fitofarmaka baru 9 macam.
Salah satu tumbuhan yang berpotensi sebagai tumbuhan obat tradisional adalah Brotowali
(Tinospora crispa L.). Tanaman Brotowali memiliki beberapa nama lokal antara lain: bratawali (Melayu),
putrawali, daun gadel, antawali (Bali), andawali (Sunda), sedangkan di Malaysia Brotowali dikenal dengan
nama akar serutum atau akar patawali. Brotowali banyak dimanfaatkan sebagai obat herbal berbagai macam
penyakit seperti demam, luka, cacingan, infeksi kulit (Noor, 1989). Berdasarkan latar belakang diatas perlu
diadakan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman brotowali sebagai obat herbal fitofarmaka sehingga hasil
penelitian diharapkan mampu menambah informasi mengenai khasiat-khasiat yang terkandung dalam
Brotowali.

Hasil dan Pembahasan


Morfologi Brotowali
Brotowali tergolong dalam tumbuhan panjat (liana) yang dapat membelit (kekanan) dengan batang
atau ranting berbentuk spiral. Akar tipe tunggang dan memiliki batang sukulen (succulent), berbentuk bulat,
warna hijau-cokelat, batang tua memiliki benjolan-benjolan (tuberculatum), dari batang keluar akar ‘akar
gantung’ yang tumbuh dan dapat mencapai tanah (Syari, 2012). Daun tunggal, tanpa stipula, berbentuk
jantung, tulang daun menjari, ujung daun runcing, tepi rata, ukuran helai daun (6-13 cm) x (7 – 14 cm), helai
daun berwarna hijau muda dengan permukaan halus, tangkai daun panjang, pangkal bengkok dan membesar.
Bunga tipe majemuk, berwarna hijau keputihan ketika masih kuncup dan beruah ketika mekar menjadi
merah dan putih, bentuk bunga aktinomorf, uniseksual, mahkota berjumlah 6 helai, berwarna hijau, kelopak
berjumlah 3 helai, benangsari berjumlah 6 bulir, berwarna hijau, dan kepala sari berwarna kuning. Buah
berwarna merah muda yang terletak di dalam tandan. Brotowali merupakan tumbuhan yang memiliki rasa
pahit pada seluruh bagian tubuhnya tertutama pada bagian batang. Batang akan mengeluarkan getah
berwarna jernih apabila diiris (Syamsul, 1991).

(A) (B)

2
Jurnal Biosains Vol. X No. X. Desember 201x ISSN 2443-12xx (cetak)
ISSN 2460-68xx (online)

(C) (D)
Gambar 1.
(A) Tumbuhan Brotowali (B) Daun brotowali (C) Bunga Brotowali (D) Buah Brotowali

Sitematika Brotowali
Klasifikasi tumbuhan Brotowali Tinospora crispa (L.) Miers adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Ranunculales
Famili : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora cispra (L.) (Santa, 1998).

Kandungan Kimia
Brotowali (Tinospora crispa L.) merupakan salah satu tumbuhan obat herbal yang dikenal sejak
ribuan tahun lalu. Banyak penduduk Asia Tenggara yang memanfaatkan tumbuhan ini karena khasiatnya
dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit. Penduduk Thailand mengguanakan Brotowali sebagai
ramuan untuk menjaga kesehatan. Sementara itu, penduduk Malaysia dan Filiphina memanfaatkan Brotowali
sebagai minuman untuk mengobati diare (Agoes, 2010). Seluruh bagian tanaman dari Brotowali memiliki
rasa pahit (Kresnadi, 2003). Hal ini dikarenakan adanya kandungan senyawa flavon O-glikosida, resin,
palmatine, picroretine, berberine (Dweck, 2006). Daun dan batang Brotowali mengandung alkaloid, saponin
dan tannin, sedangnkan batang Brotowali mengandung senyawa flavonoid (Supriadi, 2001). Kandungan
kimia jenis-jenis tumbuhan Brotowali menunjukkan adanya beberapa macam alkaloid, yaitu berberina,
palmatina, kolumbamina dan yatrorrhiza.

3
Jurnal Biosains Vol. X No. X. Desember 201x ISSN 2443-12xx (cetak)
ISSN 2460-68xx (online)

Kandungan senyawa pahit pada Brotowali bermanfaat untuk menjaga sistem pencernaan (hati,
empedu dan pankreas). Senyawa tersebut juga digunakan pada kondisi menurunnya sekresi asam lambung
yang berdampak pada penurunan selera makan. Penurunan asam lambung mengakibatkan terjadinya invasi
mikroba dan parasit dalam lambung sehingga menyebabkan bakteri yang ada pada lambung mengalami
penurunan jumlah. Pikroretin pada Brotowali berfungsi merangsang saraf sehingga pernafasan dapat bekerja
dengan baik. Kandungan alkaloid dan berberin bermanfaat untuk membunuh bakteri pada luka.

Diabetes Melitus
Diabetes melitus atau kencing manis merupakan suatu penyakit akibat gangguan kronis pada sistem
metabolisme karbohidrat (glukosa) di dalam tubuh. Diabetes disebabkan oleh kurangnya hormon insulin
dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur glukoda sebagai sumber energi dan mensistesis lemak.
Akibatnya kadar glukosa dalam darah menumpuk (hiperglikemia) sehingga diekskresikan melalui urin tanpa
diproses terlebih dahulu (gycosuria). Gejala yang ditimbulkan oleh penderita diebetes melitus yaitu
meningkatnya produksi urin (poliuria), merasa amat haus (polidipsia), nafsu makan bertambah (popiphagia),
dan tubuh merasa lelah diikuti dengan penurunan pada berat badan.
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang banyak mengancam kesehatan manusia. Di
Indonesia penderita diabetes melitus mencapai 3 juta orang atau sekitar 1,5 % dari 200 juta penduduk.
Diabetes melitus dapat muncul secara mendadak pada anak-anak dan orang dewasa. Pada orang dewasa,
penyakit ini seringkali tidak terdeteksi tanpa melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. seorang penderita
diabetes melitus yang tidak menyadari penyakitnya, maka dapat memperburuk keadaannya. Hal tersebut
dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronis yang berakibat fatal, seperti merambat pada jantung dan
kardiovaskuler, kebutaan, timbulnya impotensi dan gangguan terhadap syaraf (Kristina, 2006).

Jenis Diabetes Melitus


Menurut WHO (1999), Diabetes melitus dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan waktu dimulainya
penyakit yaitu tipe 1, IDDM (Insulin Dependent Diabtes Melitus) dan tipe 2 NIDDM ( Non Insulin Dependent
Diabtes Melitus). Tipe 1 terjadi pada usia dibawah 30 tahun rentang 10-13 tahun, karena adanya destruksi
dari sel-sel beta pankreas sehingga insulin tidak diproduksi kembali dan mengakibatkan sel-sel tidak dapat
menyerap glukosa dari darah. Hal tersebut yang menyebabkan kadar glukosa darah meningkat mencapai
ambang ginjal glukosa yakni 10 mmol/l, sehingga glukosa yang berlebihan dikeluarkan melalui urine
bersama dengan dikeluarnya air (glycosuria). Penyebab diabetel melitus tipe 1 disebabkan karena adanya
suatu infeksi virus yang menimbulkan reaksi auto-imun berlebihan untuk menghambat virus. Akibatnya sel-
sel pertahanan tubuh tidak hanya memerangi virus, melainka juga merusak sel-sel Langerhans. Selain itu
diabetel melitus tipe 1 juga dapat terjadi akibat adanya turunan dari tetua.
Diabetes melitus tipe 2 terjadi pada usia di atas 40 tahun yang biasa menyerang orang dengan berat
badan berlebih (obesitas). Tipe 2 ini bersifat ‘silent killer’. Penyebab diabetes melitus tipe 2 terjadi akibat

4
Jurnal Biosains Vol. X No. X. Desember 201x ISSN 2443-12xx (cetak)
ISSN 2460-68xx (online)

penyusutan pada sel-sel beta karena proses menua yang disebabkan oleh penumpukan amiloid di daerah sel-
sel beta pankreas. Sel-sel beta pankreas yang tersisa umumnya masih aktif, tetapi insulin yang diseksresi
semakin berkurang. Selain itu kepekaan reseptor dari sel-sel beta pankreas mengalami penurunan. Resistensi
insulin yang meningkat bersamaan denga hipofungsi sel-sel beta pankreas mengakibatkan peningkatan guka
darah (hiperglikemia) (Kristina, 2006).

Tabel 1. Perbandingan Perbedaan DM Tipe 1 dengan DM Tipe 2

Farmakologis Terhadap Diabetes Melitus


Efek farmakologi dari Brotowali yaitu dapat menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Tanaman
Brotowali dapat memberikan efek farmakologis berupa penghilang rasa sakit (analgesik), penurunan panas
(antiperitik), anti-inflamasi, antikoagulan, tonuikum, antiperiodikum, anti diuretikum dan adanya ekstrak
methanol dati brotowali yang mempunyai anti bakteri terhadap kuman. Bagian batang Brotowali banyak
dimanfaatkan sebagai obat sakit perut, demam, sakit kuning, sakit pinggang, cacingan dan antidiabetik atau
obat penyakit diabetes melitus. Kandungan alkaloid dan flavonoid yang ada dalam Brotowali bermanfaat
menurunkan kadar gula darah.
Brotowali mengandung senyawa flavonoid dan alkaloid yang berperan dalam mengontrol kadar gula
darah (GDP). Mekanisme flavonoid dalam menurunkan gula darah yaitu dengan meningkatkan pengeluaran
insulin yang dihasilkan oleh sel-β Langerhans pankreas dengan cara merubah metabolisme Ca2+ dan
meregenerasi sel langerhans pankreas terutama pada sel-β (Nuraliev dan Avezov, 1992). Sedangkan senyawa
alkaloid juga berperan dalam penurunan kadar gula darah yaitu denga cara meningkatkan transportasi
glukosa di dalam darah, menghambat absorbsi glukosa di usus, merangsang sintesis glikogen dan

5
Jurnal Biosains Vol. X No. X. Desember 201x ISSN 2443-12xx (cetak)
ISSN 2460-68xx (online)

menghambat sintesis glukosa dengan menghambat kerja enzim glukosa6-fosfatase, fruktosa 1,6-bifosfatase
yang merupakan enzim yang berperan dalam glukoneogenesis, serta meningkatkan oksidaso glukosa melalui
glukosa 6-fosfat dehidrogenase (Arjadi, 2007). Hasil penelitian lainnya menyebutkan bahwa efek
insulinotropik dari brotowali terjadi karena brotowali mengadakan blokade pada saluran Ca++ di membran
sel-β Langerhans, sehingga Ca++ menumpuk dalam ruang intraseluler, sehingga insulin disekresi
(Rasan,1998). Penurunan kadar glukosa juga disebabkan oleh adanya kandunga borapetoside C yang dapat
meningkatkan fosforilasi IR dan protein kinase B (Akt) serta ekspresi GLUT2 (Jaya, 2015).
Pengujian terhadap aktivitas antidiabetes dilakukan dengan campuran ekstrak brotowali dan ekstak
buah mengkudu dengan metode toleransi glukosa. Kadar glukosa yang mencapai ≥ 200 mg/dL dapat
diindikasikan bahwa penyakit diabetes melitus terdeteksi. Hasil menunjukkan adanya kandunga alkaloid dan
flavanoid , saponin dan steroid atau triterpenoid. Selain itu adanya kandungan aloksan pada batang brotowali
sebagai penghasil radikal bebas yang mampu meningkatkan konsentrasi ion Ca 2+ di sel –β pulau pankreas
(Rohila dan Ali, 2012). Kandungan saponin pada batang brotowali menunjukkan adanya aktivitas antioksidan
dan penangkal radikal bebas. Pencampuran dari kedua ekstrak memberikan efek pada penurunan kadar gula
darah karena mengandung prekursor alami xeronin yaitu proxeronin. Proxeronin akan diubah menjadi
xeronin alkaloid dalam tubuh enzim prozxeroninase. Xeronin bekerja pada tingkat molekuler untuk
memperbaiki sel-sel yang rusak yaitu untuk memperbaiki sel-sel β pankreas yang rusak sehingga insulin
dapat diproduksi kembali dan mampu bekerja dalam pengaturan kadar gula darah (Victorson, 2016).
Senyawa flavanoid memiliki peran dalam menangkap radikal bebas atau sebagai antioksidan alami.
Aktivitas antioksidan memungkinkan flavanoid untuk menangkap adanya radikal bebas sehingga mampu
mencegah komplikasi pada diabetes melitus. Flavanoid dilansir juga menghasilkan aktivitas antidiabetes
yaitu dengan meregenerasi sel pada pulau langerhans. Sedangkan adanya kandungan senyawa tanin berfugsi
untuk memacu metabolisme glukosa darah sehingga tidak terjadi timbunan glukosa dalam darah. Alkaloid
merupakan senyawa yang mampu meregenerasi sel β pankreas yang rusak. Perbaikan sel yang rusak dapat
meningkatkan jumlah insulin di dalam tubuh sehingga terjadi penurunan kadar glukosa darah dalam tubuh
(Prameswari, 2014).
Kesimpulan
Ekstrak brotowali mampu menangani penyakit diabetes melitus karena memiliki senyawa berupa
flavanoid dan alkaloid yang mampu menekan terjadinya timbunan glukosa dalam darah dengan cara memacu
laju metabolisme glukosa darah sehingga dapat meningkatkan produksi insulin yang digunakan untuk
mengatur penurunan gula dalam darah.

Daftar putaka
Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Jakarta : Salemba Medika
Arjadi F, Susatyo.P. 2007. Regenerasi Sel Pulau Langerhans Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Diabetes
yang diberi Rebusan Daging Mahkota Dewa (Phaleria macrocarp (scheff.) Boerl, volume 2,
nomor 2

6
Jurnal Biosains Vol. X No. X. Desember 201x ISSN 2443-12xx (cetak)
ISSN 2460-68xx (online)

Balfas, R, & Willis, M. 2016. Pengaruh ekstrak tanaman obat terhadap mortalitas kelangsungan hidup
spodoptera litura F. (LEPIDOPTERA, NOCTUIDAE). Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
20(2)
Dweck, A.C, Cavin, J.-P., 2006. A review of Andawali (Tinospora crispa). Personal Care Magazine 7, 1–3,
Available at: www.dweckdata.com/published papers/Tinospora crispa.pdf.
Jaya.L.R. 2015. Teh BrotowALI (Tinospora cispr L.) Miers untuk menurunkan Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Tipe II. Skripsi. Surabaya : Universitas Airlangga
Kresnady, 2003, Khasiat dan Manfaat Brotowali Si Pahit yang Menyembuhkan. Media Pustaka:
Tangerang.
Kristina.L dan suharmiati. 2006. Analisis Rasionalisasi Kandungan Ramuan Diabetes Melitus di
Laboratotium Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Pengobatan Obat Tradisional (LP4OT).
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan volume 9 nomor 2.
Nuraliev , I, N, Avezov. 1992. The Eficacy of quarcetin in Alloxan diabetes, Eksp, Klin. Farmakolo, 55
Prameswari, O.M., dan Wijdanarko, (2014). Uji Efek Air Daun Pandan Wangi terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah dan Histopatologi Tikus Diabetes Mellitus. Jurnal Pangan dan Agrobisnis. 2(2): 16-
27.
Pribadi, E. R. 2015. Pasokan dan Permintaan tanaman obat Indonesia serta arah penelitian dan
pengembangannya. Perspektif, 8(1)
Rasan dan Mastarie. 1998. Pengaruh Brotowali (Tinospora cispra L.) Miers Terhadap Metabolisme
Glukosa Pada Kelinci. Warta Tumbuhan Obat Indonesia volume 4, nomor 2.
Rohilla, A., and Ali, S. 2012. Alloxan Induced Diabetes : Mecanism and Effects. International Journal of
Research in Pharmaceutical and Biomedical Science. Vol 3(2) : 819-820
Santa.IGP.,B. Prajogo.E.W. 1998. Studi Taksonomi Brotowali (Tinospora cispra L.) Miers Ex Hook F. &
Thoms). Warta Tumbuhan Obat Indonesia volume 4, nomor 2.
Supriadi. 2001. Kandungan Brotowali (Tinospora crispa). Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:
Jakarta.
Syamsulhidayat dan Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1. Balitbang Kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Victorsoon L. Zega dkk. 2016. Uji beberapa dosis ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia l.) terhadap
kadar glukosa darah pada tikus wistar (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan. Volume 2.
WHO.1999 Department of Noncommunicable Disease Surveillance Geneva. Definition, Diagnosis and
Classification of Diabetes Mellitus and its Complications. Report of a WHO Consultation Part 1:
Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus .
Zuhud, E.A.M, Aziz S. Ghulamahdi M, Andarwulan N, Darusma L.K. 2001. Dukungan Teknologi
Pengembangan Obat Asli Indonesia dari Segi Budaya, Pelestarian, dan Pasca Panen. Workshop
on Agribusiness based on Biopharmaca.

Anda mungkin juga menyukai