Anda di halaman 1dari 32

1

RANCANG BANGUN DAN REKAYASA

SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS LEBAH MADU


DI KABUPATEN PONOROGO

I. PENDAHULUAN

Wilayah Kabupaten Ponorogo memiliki lahan pertanian (lahan kering) yang


luas dan subur dengan kondisi iklim yang mendukung untuk tumbuhnya
berbagai jenis tanaman pertanian (pangan), perkebunan dan kehutanan yang
bernilai ekonomis tinggi. Sebagian dari potensi sumberdaya lahan ini
sekarang merupakan "lahan tidur" yang belum dapat dikembangkan dan
diolah secara lebih intensif untuk menghasilkan komoditas yang ekonomis.
Salah satu kendala serius yang saat ini dihadapi oleh pemilik lahan adalah
keterbatasan modal usaha dan tingginya harga harga sarana produksi
pertanian.

Wilayah pedesaan ini memiliki tenaga kerja yang sangat banyak dengan
kualifikasi agraris yang cukup baik. Sebagian besar dari mereka ini sekarang
sedang mengalami dampak krisis ekonomi, yaitu kesulitan mendapatkan
pekerjaan di luar sektor pertanian dan terbatasnya kesempatan kerja di sektor
pertanian tradisional.

Potensi petani lahan kering di wilayah ini sangat besar, tidak kurang dari 50
Kelompok tani tersebar di hampir seluruh wilayah. POKTANI ini mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan kehidupan masyarakat pedesaan di
sekitarnya. Melalui berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para anggotanya ,
POKTANI ini mempunyai peran yang sangat besar sebagai agent pembaharu
dalam lingkungan masyarakat pedesaan.

Memperhatikan potensi potensi yang ada di wilayah tersebut seperti yang


disajikan di atas, maka perlu dijalin kerjasama kemitraan di antara para
pemangku kepentingan dalam memanfaatkan potensi lahan untuk
memproduksi komoditas unggulan yang sangat diperlukan oleh penduduk.
Model kemitraan seperti ini dapat dituangkan dalam kegiatan "SENTRA
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS LEBAH MADU ".

II. TUJUAN

Tujuan utama dari kegiatan ini ialah mengembangkan SPAKU Lebah Madu
yang berintikan KELOMPOK TANI. Secara lebih spesifik tujuan ini dapat
dirinci sbb:
1. Mendapatkan model peningkatan produksi komoditas rakyat, yang
meliputi pangan (jagung, kedelai dan ubi-ubian), komoditas ternak
2

(lebah madu), komoditas hutan rakyat (sengon, mahoni, akasia,


kaliandra, gleriside) melalui penggarapan lahan lahan pertanian yang
belum digarap secara intensif di wilayah pedesaan
2. Mendapatkan model peningkatan pendapatan petani kecil/buruh tani dan
masyarakat pedesaan melalui SPAKU Lebah Madu.
3. Menciptakan lapangan usaha dan kesempatan kerja yang dapat diakses
oleh angkatan kerja pedesaan yang kehilangan pekerjaan akibat dampak
krisis ekonomi.
4. Meningkatkan peran serta semua pemangku-kepentingan dalam ikut
serta mengembangkan ekonomi masyarakat
5. Meningkatkan kualifikasi kelompok masyarakat pedesaaan yang ada
untuk mampu mengelola unit-unit usaha Lebah Madu.

III. RUANG LINGKUP

1. Agribisnis Lebah Madu


Sistem agribisnis merupakan kegiatan yang kompleks yang dimulai
dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai pemasaran produk
produk yang dihasilkan oleh suatu usahatani atau agroindustri yang saling
berkaitan satu sama lain. Dalam agribisnis terdapat subsistem yang terdiri
dari : a) sistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, teknologi dan
pengembangan sumberdaya pertanian, b) subsistem produksi pertanian atau
usahatani, c) subsistem pengolahan hasil hasil pertanian atau agroindustri dan
d) subsistem pemasaran hasil hasil pertanian.
Penyediaan dan penyaluran sarana produksi mencakup semua
kegiatan yang meliputi perencanaan, pengolahan, pengadaan dan penyaluran
sarana produksi untuk memperlancar penerapan teknologi dalam usahatani
dan memanfaatkan sumberdaya pertanian secara optimal. Teknologi yang
dimaksud adalah teknik teknik bercocok tanam, penggunaan bibit baru yang
lebih baik, penggunaan pupuk dan pestisida. Disamping itu dalam kegiatan
pra usahatani dalam agribisnis yaitu pemilikan tenaga kerja, pemilikan sarana
produksi yang tepat dan efisien. Untuk mendorong terciptanya sistem
agribisnis yang dinamis, khususnya yang menunjang terlaksananya usahatani
yang baik dan menjamin pemasaran hasil pertanian serta pengolahan hasil
pertanian diperlukan jasa dari pemerintah dan kelembagaan seperti jasa
transportasi, jasa keuangan, jasa penyaluran dan perdagangan serta jasa
penyuluhan. Sektor jasa akan menghubungkan aktivitas subsistem yang
terkait dalam agribisnis.
Pengembangan agribisnis haruslah diawali dengan perencanaan yang
terdiri dari perencanaan lokasi, komoditas, teknologi, pola usahatani beserta
skala usahanya untuk mencapai tingkat produksi yang optimal. Dalam pada
itu dalam tingkat pengolahan hasil, diperluas dan diperbaiki dari pengolahan
sederhana sampai dengan pengolahan lanjut yang laku di pasaran yang lebih
luas. Dalam subsistem pemasaranpun harus berubah yaitu dari pemasaran
tradisional lokal, diperluas sampai ke regional dan ekspor. Untuk maksud
3

tersebut diperlukan ketrampilan manajemen pemasaran, informasi pasar dan


promosi.
Dalam kegiatan agribisnis haruslah banyak banyak menerima
informasi pasar untuk input maupun output. Agribisnis merubah dan
meningkatkan usahatani yang bersifat lokal, mikro menjadi usahatani yang
lebih besar dan luas berskala usaha yang lebih besar; dapat menjangkau ruang
lingkup yang lebih luas. Sehingga membutuhkan modal yang besar dan ini
akan bersaing dengan usaha lain. Agribisnis yang masih dalam tahap awal dan
perkembangan membutuhkan dukungan dan pembinaan berupa pendidikan
dan pelatihan serta kemitraan usaha.
Pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis bertujuan : 1)
menarik dan mendorong sektor pertanian, 2) menciptakan struktur
perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel; 3) menciptakan nilai
tambah; 4) meningkatkan penerimaan devisa; 5) menciptakan lapangan kerja
dan 6) memperbaiki pembagian pendapatan. Sedangkan wawasan agribisnis
itu sendiri memperhatikan : a) aspek lingkungan; b) permintaan; c)
sumberdaya dan d) teknologi.
Lingkungan yang mendukung berupa iklim bisnis akan mendorong
dan mengambangkan agribisnis. Iklim bisnis berupa tersedianya kebutuhan
kebutuhan yang saling terkait satu sama lain, dan saling membutuhkan.
Sehingga komponen komponen didalamnya aktif bekerja secara fungsional.
Disamping itu iklim bisnis akan terjadi dengan adanya pengaruh dari luar
yang secara langsung menyentuh aktivitas produksi maupun pemasaran.
Permintaan pasar amat berpengaruh terhadap pengembangan
agribisnis. Mekanisme pasar dan perubahan permintaan didalamnya akan
mempengaruhi volume kegiatan agribisnis. Adanya permintaan secara lokal
maka agribisnis itu relatif kecil dan apabila permintaan sudah meluas sampai
regional, nasional dan ekspor maka volume kegiatan agribisnis itu makin
besar. Dengan demikian ada korelasi antara besarnya kegiatan agribisnis
dengan luasnya dan mekanisme permintaan.
Tersedianya sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumber-
daya buatan manusia, sebagai modal dasar dalam mengembangkan agribisnis.
Kecukupan akan sumberdaya, maka pengembangan agribisnis tergantung
pada kemampuan manusia untuk memanfaatkannya. Kemampuan itu
diwujudkan dalam bentuk teknologi yang diciptakannya.

2. Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) .


Secara garis besar tujuan KUBA dapat dibedakan menjadi dua
yaitu : 1) tujuan intern KUBA dan 2) tujuan ekstern KUBA. Tujuan intern
KUBA yaitu : a) memenuhi kebutuhan para anggotanya; b) menyediakan
kesempatan kerja; c) meningkatkan pendapatan para anggotanya ; d)
menghemat biaya pemasaran; e) media pendidikan untuk para anggotanya; f)
mengurangi kerugian para anggota (efisien); g) mengembangkan cita cita
para anggotanya; h) sebagai media pendidikan bagi para anggotanya dibidang
usaha; i) KUBA dapat menyebar luaskan hasil hasil pembangunan dan dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Tujuan ekstern
4

yaitu KUBA dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya, dan dapat
mengangkat tingkat perekonomian masyarakat kecil menjadi tingkat
perekonomian lebih atas.
Dari tujuan tersebut maka kegiatan KUBA hendaklah sejalan
dengan pola pembangunan pertanian pada umumnya. Dalam Tri Matra
Pembangunan Pertanian mengandung 3 aspek yaitu : (1) Wilayah terpadu
yaitu keterpaduan antar sektoral, subsektoral pusat dan daerah; dan antar
badan usaha, petani KUBA dengan Badan Usaha Swasta, petani KUBA
dengan Badan Usaha Negara; (2) Komoditas terpadu, yang didasarkan pada
skala prioritas komoditas di sustau wilayah dengan mempertimbangkan
keterpaduan dengan penyediaan sarana produksi proses produksi,
penanganan pasca panen, pengolahan agroindustri pemasaran; (3) Usaha
terpadu, yaitu keterpaduan yang diarahkan pada usahatani dalam satu
kesatuan kelompok, petani, kesatuan hamparan wilayah yang memenuhi
skala ekonomi yang menguntungkan, kesatuan wilayah dan komoditas dalam
rangka mencapai tingkat pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga usaha
yang layak.

PETANI

plasma plasma
5

(KOPERASI)
PETANI (INTI) PETANI

plasma plasma

PETANI
(MAJELIS TA’LIM)

Contoh kotak-kotak koloni lebah madu


6

PENGUSAHA ASOSIASI

SARJANA PERG.TINGGI
BARU LULUS UNIBRAW

BURUHTANI PEMERINTAH DAERAH


(BALITBANGDA
DINAS TEKNIS TERKAIT
PKT, PERHUTANI
KANDEP PERINDAG
DIPERTA, DAN LAINNYA)

(KOPERASI)

KUBA KUBA KUBA KELOMPOK


USAHA

PENDAMPING

PETANI/KELOMPOK TANI
MAJELIS TA’LIM

Perguruan Tinggi mengadakan pembinaan kepada KUBA yang dalam hal ini
para pengurus dan anggotanya menurut bidang usaha masing masing. Petani
7

maju/kontak tani sebagai kader pembangunan (pertanian) berfungsi sebagai


penyuluh dan pembina petani dan masyarakat sekitarnya.
Petani anggkota KUBA sebagai plasma yang menerima teknologi dari
KUBA. Perguruan Tinggi juga dapat mengadakan monitoring dan
mengadakan evaluasi keberhasilan Program dengan menggunakan ukuran
ukuran tertentu.

3. Faktor yang mempengaruhi pembinaan KUBA

Membina KUBA berarti memberikan teknologi (IPTEK) baru yang


diharapkan dapat diterima dan diterapkan oleh para anggota dan pengurus
KUBA . Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan proses penerimaan
innovasi adalah : 1) sifat innovasi, 2) saluran komunikasi yang digunakan, 3)
keadaan masyarakat (KUBA) yang akan menerima innovasi, 4) peran
penyuluh, 5) jenis pengambilan keputusan. Teknologi innovasi yang akan di
innovasikan kepada KUBA hendaklah mempertimbangkan persyaratan yaitu
dari segi teknis, sosial dan ekonomi. Segi teknis bahwa teknologi mudah
dilaksanakan oleh penerima; segi sosial, tidak bertentangan dengan kaidah
kaidah atau norma masyarakat yang ada dan segi ekonomi, memberi
keuntungan.
Saluran komunikasi mempengaruhi cepat lambatnya teknologi itu sampai
pada obyek dengan metoda komunikasi yang tepat maka pesan itu dengan
mudah diterima. Metoda komunikasi yang tepat di daerah pedesaan adala
face to face atau kunjungan langsung ke obyeknya. Kondisi masyarakat di
lingkungan KSP mempunyai karakteristik tersendiri sehingga diperlukan
metoda tertentu agar pesan (teknologi) itu mudah diterima. Dalam pada itu
peranan penyuluh mutlak. Dengan penyuluh yang berkualitas maka akan
lebih mudah meyakinkan pesan yang diberikan kepada obyeknya.

Penyuluh sebagai pembina hendaklah memenuhi persyaratan : 1) menguasai


ilmu pengetahuan (IPTEK), 2) pandai bergaul menghormati norma norma
yang ada, 3) mempunyai tekad dan idealisme yang tinggi untuk
mensukseskan programnya. Penyuluh hendaknya dapat dengan cepat mampu
menganalisis situasi dan dapat membaca problema yang dihadapi oleh obyek
dan segera mengambil langkah langkah untuk mengatasinya.

Pengambilan keputusan untuk menerima teknologi baru dilakukan oleh klien


(petani) dengan cara individual atau berkelompok atau berdasarkan instruksi
dari pejabat yang berwenang; bahkan oleh pemimpin non formal. Oleh karena
itu perlu dipertimbangkan saluran mana yang lebih efektif agar teknologi itu
dapat segera diterima oleh klien (petani).

4. INSTANSI TERKAIT

1. Pemkab Ponorogo
8

a. Mengkoordinasikan dengan instansi terkait di daerah.


b. Pengadaan lahan (dapat lahan tidur atau lahan milik petani gurem calon
anggota KUBA, atau lahan milik publik)
c. Pengadaan sarana dan prasarana antara lain :
Jalan menuju lokasi
Transportasi
Saluran air
Dan lain lain

2. Dinas teknis terkait


Pengadaan informasi mengenai Agribisnis lebah madu
Pengadaan tenaga fasilitator/petugas lapangan keperkebunanan
Membantu Pemilihan lokasi yang cocok dengan jenis tanaman
Budidaya /pengelolaan LEBAH MADU
Pembinaan teknis

3. Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil & Menengah


Mengkoordinasikan perijinan pembentukan Koperasi
Membina Manajerial Koperasi
Pembinaan Manajerial perkreditan

4. LITBANG Penelitian
a. Bantuan tenaga sarjana baru sebagai pendamping/mitra usaha bagi KUBA
b. Bantuan teknis dan manajerial dalam pengelolaan usaha
c. Memfasilitasi forum komunikasi antar pihak (FORKA : Forum Komunikasi
Agribisnis) dalam pelaksanaan program
d. Membantu pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program.

5. Pengusaha Suasta
a. Menampung hasil produksi petani/pengusaha kecil/menengah
b. Pengolahan hasil panen
c. Membantu alih teknologi/manajemen
d. Membina para petani/pengusaha
e. Bantuan pengadaan bibit
f. Melakukan ekspor atau pemasaran dalam negeri.
9

PASAR PASAR
LOKAL EKSPOR

LEMBAGA FORKA PEMERINTAH


BALITBANGDA (SUMBER
INVESTASI)
DINAS TEKNIS
BALAI Modal kerja

Bantuan teknis
Bantuan bibit
Alih teknologi/
manajemen
Pemasaran

Pembentukan KUBA Modal


KOPERASI LEBAH MADU
Pembinaan Saprodi/Alsin
Modal Pengemas
Rekruitmen petani

PETANI PETANI SAPRODI/


BIBIT PRODUKSI ALSINTAN
10

PEMDA DINAS TEKNIS PERGURUAN TINGGI


TERKAIT Lembaga RisTek

LEMBAGA KUBA
LAIN lebah madu SUASTA PASAR

LOKAL
EKSPOR

PETANI PETANI
BIBIT PRODUKSI

3.5. Strategi Pelaksanaan Kegiatan

Pokok-pokok kegiatan meliputi :

1. Tahap persiapan.
a. Inventarisasi, identifikasi dan registrasi sumberdaya di lokasi terpilih
b. Pembentukan forum komunikasi
c. Persiapan administrasi

2. Tahap Perencanaan:
a. Pemilihan Lokasi: Desa-desa lokasi; Rumah Tangga Petani (RTP), risalah
lapangan dengan pemetaan sederhana
b. Penyusunan rencana Kegiatan (Konsep KSP AGROFORESTRY LEBAH
MADU)
c. Penyusunan Pedoman/JUKNIS/JUKLAK bagi pelaksanaan operasional di
lapangan (Konsep mengenai Unit Usaha Otonom KSP LEBAH MADU,
KUBA dan Pendampingan)
d. Penyiapan prakondisi: Penyuluhan dan penerangan masyarakat.

3. Tahap pelaksanaan
11

a. Sosialisasi (Konsep PONPES sebagai media Pemberdayaan Sumberdaya


Manusia Pedesaan)
b. Sosialisasi (Konsep KOPERASI sebagai Lembaga Keuangan Bagi
Kelompok Usaha Bersama KSP LEBAH MADU )
c. DIKLAT (Konsep Pelatihan manajemen KSP LEBAH MADU)
d. Penyiapan lapangan: Lahan, SDM, dan kelembagaan penunjang
e. Penyiapan material dan peralatan; bibit tanaman/ternak LEBAH
f. Penanaman tanaman (sesuai dengan rancangan)
g. Pemeliharaan komoditi (tanaman dan /atau ternak)
h Pengelolaan hasil panen: Sistem bagi hasil dan alih kelola.

4. Tahap pengawasan dan pengendalian


a. Forum komunikasi
b. Pendampingan dalam kerangka upaya pemberdayaan (Konsep Tenaga
Pendamping KSP LEBAH MADU)
c. Pelaporan.
d. Perguliran.

3.6. LOKASI

Lokasi kegiatan pengembangan SPAKU LEBAH MADU ini adalah di


wilayah sekitar kawasan hutan Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

3.7. KOMODITAS

Komoditas unggulan yang akan dikembangkan adalah:


(1). Komoditas tanaman pangan yaitu Jagung (Cv. BISI-2), dan Kedelai (Cv.
Wilis-1 dan Garut). Produktivitas jagung BISI-2 berkisar 6-7 ton/ha,
sedangkan produktivitas kedelai unggul sekitar 2-2.5 ton/ha.
(2). Komoditas tanaman perkebunan: tebu, kopi, coklat, cengkeh, tembakau,
randu, kenanga, melinjo, mangga, dan pohon buah buahan lainnya.
(3). Komoditas perhutanan rakyat: sengon, mahoni, akasia, kaliandra.
gleriside, tanaman pakan lebah, tanaman pakan ternak dan lainnya.
(4). Komoditas ternak: Lebah madu

3.8. Rancang-bangun SPAKU LEBAH MADU

Unit KSP LEBAH MADU seluas 100 ha yang pengelolaannya


dikoordinasikan oleh KOPERASI dirancang dengan satu jenis komoditas
unggulan (misalnya kopi, mangga, atau lainnya); didukung oleh tanaman sela
jagung atau kedelai (saat tanaman pokok masih kecil) dan garut (saat
naungan telah cukup berat), tanaman pakan lebah, dan komoditas ternak
LEBAH MADU. Pemilihan komoditi ini semuanya dilakukan dengan
12

mempertimbangkan kesesuaian lahan, aspirasi masyarakat dan prospek


pasarnya.

IV. METODE IMPLEMENTASI,


POLA USAHA DAN PEMBINAAN

4.1. STRATEGI IMPLEMENTASI

Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan dua macam pola, yaitu Pola
Kemitraan pada Lahan Tidur dan Pola Kemitraan pada lahan petani gurem.
Abstraksi kedua pola ini adalah sbb:

Budidaya lebah madu


13

PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT POLA INTI KOPERASI

POLA KEMITRAAN LAHAN POLA KEMITRAAN PETANI GUREM

Wilayah Kecamatan Wilayah Kecamatan


( Satu Pewakil) (Satu Pewakil)

DINAS PKT

Pola Kemitraan KUBA: Pola Kemitraan KUBA :


0. Luas Lahan: 5 HA 0. Luas lahan: 5 ha
1. Ketua: SANTRI PONPES 1. Ketua:
2. Pendamping teknis: Mahasiswa 2. Pendamping teknis: Mahasiswa
3. Koordinator Lapangan: 3. Koordinator lapangan:
Santri yang dipilih Petani maju/kontak tani
4. Buruh tani/buruh buruh lain 4. Anggota KUBA: petani gurem
dengan upah harian UMR (lahan 0.25 -0.5 ha) sebanyak
dibantu personil santri 10-20 orang
5. Pedagang palawija sbg MITRA 5. Tngakerja tambahan: buruh
tani
KERJA buruh lain dengan UMR dibantu
6. Konsultan: Pamong desa, tokoh personil
masyarakat, Instansi teknis 6. Pedagang palawija/koperasi sbg
mitra pemasaran
7. Pamong desa,tokoh masyarakat
dan instansi teknis sbg
konsultan

SATGAS Pengendali dan Pemantauan Pusat Informasi dan Penyuluhan


Pola Kemitraan KOPPONTREN Pertanian, Jawa Timur

Tahapan kegiatan: Program kegiatan ini dilakukan dengan serangkaiatan


kegiatan yang dilakukan selama tiga tahun dan dikelompokkan menjadi 3
langkah, yakni:
Langkah I:
(a).Survei identifikasi tentang kendala dan pemetaan sumberdaya lahan di
lokasi .
(b).Melakukan analisis kebutuhan informasi, material dan instrumental
penunjang kegiatan agribisnis KOMODITAS PANGAN.
Langkah II:Perekayasaan kelembagaan dan manajerial KUBA ; 2) Orientasi
KUBA
Langkah III:
(1). Implementasi penanaman dan perawatan tanaman .
(2). Pengendalian, pemantauan dan evaluasi
14

TAHAPAN IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN KSP LEBAH MADU

PERSIAPAN DATABASE:

1. Pemetaan Calon lokasi


2. Identifikasi WILSAR dan POKSAR
3.. Audiensi dengan pamong dan masyarakat
1 minggu 4. Pendaftaran /sensus
5. Pembentukan calon organisasi/kelembaga
an KUBA
6. DIKLAT singkat PENGURUS

LANGKAH I

PERSIAPAN OPERASIONAL:

1. ORIENTASI manajerial: KUBA


2. Persiapan Manajemen: Administrasi dan Keuangan
1 minggu 3. Persiapan lapangan/LAHAN USAHA:
Rencana alokasi pertanaman
4. Pemantauan/peninjauan lapangan

PENYUSUNAN RENCANA KERJA USAHA


1 minggu AGRIBISNIS KOMODITAS PANGAN

INTI dan PLASMA KUBA LEBAH

LANGKAH II

Operasional I :
1. ORIENTASI teknis budidaya
2. Pengadaan material/instrumental
3. Persiapan lahan
1 MINGGU 4. Penanaman bibit tanaman
5. Pengawasan melekat oleh KUBA

LANGKAH III Operasional II:


1. Perawatan dan pemeliharaan tanaman
2. Pengendalian dan pemantauan
3. Pelaporan

4.2. Pola Usaha


15

Agar pelaksanaan program kemitraan sesuai dengan kebutuhan maka


dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut :

Tahap I : (satu periode musim tanam)

Tiap lima hektar lahan dikelola oleh satu KUBA (Kelompok Usaha bersama
Agribisnis) dipimpin oleh seorang PETANI senior sebagai penanggung
jawab, didampingi oleh 5 orang mahasiswa sebagai pendamping teknis,
kegiatan lapangan dikoordinir oleh seorang petani maju/kontak tani dan
didukung oleh tenagakerja sekitar 1750 2000 HOK (hari orang kerja).
Dilakukan bimbingan dan penyuluhan serta praktek oleh tenaga mahasiswa
pertanian bekerjasama dengan PPL dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Daerah.
Setiap minggu dilakukan diskusi kelompok membahas pelaksanaan kerja
mingguan
Dilakukan evaluasi 2 kali (pertengahan dan terakhir musim)
Selanjutnya masuk tahap II.

Tahap II (musim tanam ke dua).


Identik dengan Tahap I.
Diskusi kelompok untuk membahas hasil hasil pelaksanaan kerja mingguan
Evaluasi 2 kali (pertengahan dan akhir musim tanam)
Diskusi antar kelompok
Selanjutnya masuk tahap ke III.

Tahap III (satu periode musim tanam)


Identik dengna Tahap I
Bimbingan dan penyuluhan serta praktek tenaga ahli dari mahasiswa dan PPL
.
Tiap minggu diskusi kelompok, Diskusi antar kelompok
Selanjutnya peserta dilepas dan dianggap sudah dapat melaksnakan dengan
baik, sebagai pengusaha, penyuluh, petani dan tenaga pengolah.
Monitoring dan konsultasi secara berkala akan dilakukan oleh tenaga dari
PETANI dan perguruan tinggi, tenaga penyuluh dari DEPHUTBUN,
Departemen Koperasi dan PKM, Deperindag.
16

POLA PEMBINAAN USAHA PADA LAHAN MILIK MASYARAKAT


(satu musim tanam 120 hari, satu tahun dua kali musim tanam)

TAHUN III HASILNYA

5 ha

TAHUN II KUBA

5 ha
PETANI
PENGUSAHA

TAHUN I KUBA 5 ha Karangtaruna

5 ha PETANI
KUBA
TENAGA KERJA
KUBA:*) terampil
1 petani
5 Karangtaruna
1 Santri 5 ha
1500 2000 HOK
( BURUH)
5 ha KUBA

KUBA

5 ha

KUBA

Keterangan:
*) Organisasi KUBA (Kelompok Usaha Bersama Agribisnis):
1. Satu orang Santri Senior sebagai penanggungjawab keseluruhan kegiatan
usaha agribisnis pada lahan 5 ha
2. Lima orang karangtaruna sebagai pendamping teknis budidaya tanaman
(mereka adalah mahasiswa yang sedang Praktek Kerja Lapang (PKL) atau
sedang penelitian skripsi)
3. Seorang petani (kontak tani) sebagai koordinator operasional kerja
lapangan sehari hari
4. Tenaga kerja (1500 2000 HOK) selama satu musim tanam, terdiri atas
personil santri, buruh tani dan buruh buruh lainnya di pedesaan.
5. Pada tahun ke dua KUBA berkewajiban membina dua unit KUBA baru,
dan seterusnya.
17

POLA PEMBINAAN USAHA PADA LAHAN PETANI GUREM


(satu musim tanam 120 hari, satu tahun dua kali musim tanam)

TAHUN III HASILNYA

5 ha

TAHUN II KUBA

5 ha
PETANI
PENGUSAHA

TAHUN I KUBA 5 ha karangtaruna


PETANI
5 ha PETANI
KUBA
TENAGA KERJA
KUBA:*) terampil
1 Petani
5 karangtaruna
1 PENDAMPING 5 ha
1500 2000 HOK
(BURUH tani)
5 ha KUBA

KUBA

5 ha

KUBA
Keterangan:
*) Organisasi KUBA (Kelompok Usaha Bersama Agribisnis):
1. Satu orang petani SENIOR sebagai penanggungjawab keseluruhan
kegiatan usaha agribisnis pada lahan 5 ha
2. Lima orang karangtaruna sebagai pendamping teknis budidaya tanaman
(mereka adalah mahasiswa yang sedang Praktek Kerja Lapang (PKL) atau
sedang penelitian skripsi)
3. Seorang petani (kontak tani) sebagai koordinator operasional kerja
lapangan sehari hari yang mengkoordinir petani petani gurem pemilik
lahan (10 20 orang petani)
4. Tenaga kerja (1500 2000 HOK) selama satu musim tanam, terdiri atas
personil santri, buruh tani dan buruh buruh lainnya di pedesaan.
5. Pada tahun ke dua KUBA berkewajiban membina dua unit KUBA baru,
dan seterusnya.

4.3. Budidaya Lebah Madu


18

Lebah merupakan insekta penghasil madu yang telah lama dikenal


manusia. Sejak zaman purba manusia berburu sarang lebah di goa-goa, di
lubang-lubang pohon dan tempat-tempat lain untuk diambil madunya. Lebah
juga menghasilkan produk yang yang sangat dibutuhkan untuk dunia
kesehatan yaitu royal jelly, pollen, malam (lilin) dan sebagainya. Selanjutnya
manusia mulai membudidayakan dengan memakai gelodog kayu dan pada
saat ini dengan sistem stup. Di Indonesia lebah ini mempunyai nama
bermacam-macam, di Jawa disebut tawon gung, gambreng, di Sumatera
barat disebut labah gadang, gantuang, kabau, jawi dan sebagainya. Di
Tapanuli disebut harinuan, di Kalimantan disebut wani dan di tataran Sunda
orang menyebutnya tawon Odeng.
Lebah termasuk hewan yang masuk dalam kelas insekta famili Apini
dan genus Apis. Spesiesnya bermacam-macam, yang banyak terdapat di
Indonesia adalah A. cerana, A. Dorsata A. Florea. Jenis unggul yang sering
dibudidayakan adalah jenis A. mellifera. Menurut asal-usulnya lebah dibagi 4
jenis berdasar penyebarannya:
1. Apis cerana, diduga berasal dari daratan Asia menyebar sampai
Afghanistan, Cina maupun Jepang.
2. Apis mellifera, banyak dijumpai di daratan Eropa, misalnya
Prancis, Yunani dan Italia serta di daerah sekitar Mediterania.
3. Apis Dorsata, memiliki ukuran tubuh paling besar dengan daerah
penyebaran sub tropis dan tropis Asia seperti Indonesia, Philipina
dan sekitarnya. Penyebarannya di Indonesia merata mulai dari
Sumatera sampai Irian.
4. Apis Florea merupakan spesies terkecil tersebar mulai dari Timur
Tengah, India sampai Indonesia. Di Indonesia orang menyebutnya
dengan tawon klanceng.

Ada pelbagai jenis lebah madu boleh digunapakai. Di antaranya lebah


dari spesis Apis dorsata, Apis cerana, dan Apis mellifera. Spesis Apis
mellifera paling banyak digunakan dalam industri lebah madu. Jenis ini lebih
19

produktif dan juga lebih jinak dibandingkan spesis Apis cerana . Racun pada
sengatnya sangat sesuai untuk mengubati pelbagai jenis penyakit.

Ciri-ciri lebah madu yang baik:


 Ratu lebah berupaya hidup hingga 3 tahun
 Ratu lebah menghasilkan jumlah telur yang banyak
 Koloni lebah banyak hasilkan madu, bee pollen, royal jelly dan
propolis
 Larva lebah yang dihasilkan lebih segar
 Lebah biasanya lebih agresif
 Memperbanyakan koloni lebah madu

Pada permulaan ternak lebah madu tidak banyak yang perlu


disediakan. Peternak hanya perlu membeli koloni lebah madu dari penternak
lebah madu. Biasanya pembelian koloni ini dibuat pada waktu malam dan
dilengkapi dengan kotak, kasa dan penutupnya. Untuk sementara waktu,
tidak perlu membeli koloni lebah madu dalam jumlah terlalu banyak, dan
tidak juga terlalu sedikit. Dalam penyediaan kotak koloni lebah madu,
biasanya perlu dibuat tiang (kayu/besi) agar kotak tidak menyentuh tanah.
Untuk menghasilkan keuntungan yang optimum dari penternakan
lebah madu ini, penternak lebah madu harus mempunyai sekurang-kurangnya
100 kotak koloni lebah madu.

4.3.1. PERSYARATAN LOKASI

Suhu udara yang cocok untuk kehidupan lebah adalah sekitar 26


derajat C, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas normal. Suhu di atas 10
derajat C lebah masih beraktifitas. Di lereng pegunungan/dataran tinggi yang
bersuhu normal (25 derajat C) seperti Malang dan Bandung lebah madu
masih ideal dibudidayakan. Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka,
jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya.
 Lokasi ternakan: Lokasi yang disukai lebah adalah tempat
terbuka. Juga tiada masalah sekiranya di bawah pokok atau di
kawasan panas terik, jauh dari keramaian dan banyak terdapat
bunga. Dengan jumlah kawasan pemakanan yang mencukupi ini,
ratu lebah dapat menghasilkan lebih banyak telur dan lebah
pekerja juga lebih giat membuat sarang baru.
 Suhu yang ideal: sesuai dalam sekitar 26-30°C. Di lereng
pergunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25°C).
 Penyediaan Ratu lebah madu yang baru: untuk ditempatkan dalam
koloni lebah madu yang baru.
 Mengasingkan atau memisahkan koloni lebah madu: koloni lebah
madu yang sudah padat, akan dipisahkan dan diletakkan ke dalam
kotak koloni lebah madu yang baru dan menempatkan ratu lebah
baru atau ratu lebah yang sedia ada ke kotak koloni tersebut.
20

4.3.2. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

Dalam pembudidayaan lebah madu yang perlu dipersiapkan yaitu:


Lokasi budidaya, kandang lebah modern (stup), pakaian kerja dan peralatan
Syarat yang utama yang harus yang dipenuhi dalam budidaya lebah adalah
ada seekor ratu lebah dan ribuan ekor lebah pekerja serta lebah jantan. Dalam
satu koloni tidak boleh lebih dari satu ratu karena antar ratu akan saling
bunuh untuk memimpin koloni.

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1. Perkandangan

a. Suhu
Perubahan suhu dalam stup hendaknya tidak terlalu cepat, oleh
karena itu ketebalan dinding perlu diperhatikan untuk menjaga agar suhu
dalam stup tetap stabil. Yang umum digunakan adalah kayu empuk setebal
2,5 cm.

b. Ketahanan terhadap iklim


Bahan yang dipakai harus tahan terhadap pengaruh hujan, panas,
cuaca yang selalu berubah, kokoh dan tidak mudah hancur atau rusak.

c. Konstruksi
Konstruksi kandang tradisional dengan menggunakan gelodok dari
bambu, secara modern menggunakan stup kotak yang lengkap dengan
framenya.

2. Peralatan
21

Peralatan yang digunakan dalam budidaya lebah terdiri dari: masker,


pakaian kerja dan sarung tangan, pengasap, penyekat ratu, sangkar ratu, sapu
dan sikat, tempat makan, pondamen sarang, alat-alat kecil, peralatan
berternak ratu dan lain-lain.

Peralatan penternakan lebah madu :


 Kotak lebah, tempat koloni lebah madu terbuat dari kayu Suren
atau Mahoni
 Alat pengasapan untuk menghalau lebah madu yang agresif
 jaring pelindung muka
 Sisiran - yang terbuat dari rangka kayu dan ditengahnya diberi
kawat sebagai penahan landasan sarang lebah madu.
 Pengungkit sisiran
 Pisau
 Sikat sisiran lebah madu
 Pollen Trap untuk pungut hasil Bee Pollen
 Frame Royal jelly untuk pungut hasil Royal Jelly dan tempat
untuk menghasilkan Ratu Lebah yang baru.
 mesin pemerah madu untuk mengeluarkan madu
 bekas/ baldi kutip madu
 Pengutip madu.

2. Pembibitan

1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk


Bibit lebah unggul yang di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana
(lokal) dan A. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan
koloni lebah, oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam
satu koloni lebah dapat produksi maksimal. ratu A. cerana mampu bertelur
22

500-900 butir per hari dan ratu A. mellifera mampu bertelur 1500 butir per
hari.
Untuk mendapatkan bibit unggul ini sekarang tersedia tiga paket
pembelian bibit lebah:
a. paket lebah ratu terdiri dari 1 ratu dengan 5 lebah pekerja.
b. paket lebah terdiri dari 1 ratu dengan 10.000 lebah pekerja.
c. paket keluarga inti terdiri dari 1 ratu dan 10.000 lebah pekerja
lengkap dengan 3 sisiran sarang.

2. Perawatan Bibit dan Calon Induk


Lebah yang baru dibeli dirawat khusus. Satu hari setelah dibeli, ratu
dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam stup yang telah disiapkan. Selama 6
hari lebah-lebah tersebut tidak dapat diganggu karena masih pada masa
adaptasi sehingga lebih peka terhadap lingkungan yang tidak
menguntungkan. Setelah itu baru dapat dilaksanakan untuk perawatan dan
pemeliharaan rutin.

3. Sistem Pemulia-biakan
Pemuliabiakan pada lebah adalah menciptakan ratu baru sebagai
upaya pengembangan koloni. Cara yang sudah umum dilaksanakan adalah
dengan pembuatan mangkokan buatan untuk calon ratu yang diletakkan
dalam sisiran. Tetapi sekarang ini sudah dikembangkan inseminasi buatan
pada ratu lebah untuk mendapatkan calon ratu dan lebah pekerja unggul.
Pemuliabiakan lebah ini telah berhasil dikembangkan oleh KUD Batu
Kabupaten Malang.

4. Reproduksi dan Perkawinan


Dalam setiap koloni terdapat tiga jenis lebah masing-masing lebah
ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Alat reproduksi lebah pekerja berupa
kelamin betina yang tidak berkembang sehingga tidak berfungsi, sedangkan
alat reproduksi berkembang lebah ratu sempurna dan berfungsi untuk
reproduksi.
Proses Perkawinan lebah terjadi pada awal musim bunga. Ratu lebah
terbang keluar sarang diikuti oleh semua pejantan yang akan mengawininya.
Perkawinan terjadi di udara, setelah perkawinan pejantan akan mati dan
sperma akan disimpan dalam spermatheca (kantung sperma) yang terdapat
pada ratu lebah kemudian ratu kembali ke sarang. Selama perkawinan lebah
pekerja menyiapkan sarang untuk ratu bertelur.

5. Proses Penetasan
Setelah kawin, lebah ratu akan mengelilingi sarang untuk mencari sel-
sel yang masih kosong dalam sisiran. Sebutir telur diletakkan di dasar sel.
Tabung sel yang telah yang berisi telur akan diisi madu dan tepung sari oleh
lebah pekerja dan setelah penuh akan ditutup lapisan tipis yang nantinya
dapat ditembus oleh penghuni dewasa. Untuk mengeluarkan sebutir telur
23

diperlukan waktu sekitar 0,5 menit, setelah mengeluarkan 30 butir telur, ratu
akan istirahat 6 detik untuk makan. Jenis tabung sel dalam sisiran adalah:
a. Sel calon ratu, berukuran paling besar, tak teratur dan biasanya
terletak di pinggir sarang.
b. Sel calon pejantan, ditandai dengan tutup menonjol dan terdapat
titik hitam di tengahnya.
c. Sel calon pekerja, berukuran kecil, tutup rata dan paling banyak
jumlahnya.

Lebah madu merupakan serangga dengan 4 tingkatan kehidupan yaitu


telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Lama dalam setiap tingkatan punya
perbedaan waktu yang bervariasi.

Rata-rata waktu perkembangan lebah:

1. Lebah ratu: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang


penutup 1 hari, iatirahat 2 hari, Perubahan larva jadi pupa 1
hari, Pupa/kepompong 3 hari, total waktu jadi lebah 15 hari.
2. Lebah pekerja: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang
penutup 2 hari, iatirahat 3 hari, Perubahan larva jadi pupa 1
hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 21 hari.
3. Lebah pejantan: menetas 3 hari, larva 6 hari, terbentuk benang
penutup 3 hari, iatirahat 4 hari, Perubahan larva jadi pupa 1
hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 24 hari.
Selama dalam periode larva, larva-larva dalam tabung akan
makan madu dan tepung sari sebanyak-banyaknya. Periode ini
disebut masa aktif, kemudian larva menjadi kepompong
(pupa). Pada masa kepompong lebah tidak makan dan minum,
di masa ini terjadi perubahan dalam tubuh pupa untuk menjadi
lebah sempurna. Setelah sempurna lebah akan keluar sel
menjadi lebah muda sesuai asal selnya.

Membuat Ratu Lebah yang baru (requeening)


1. Ambil larva lebah madu yang baru menetas usia 1 hari
2. Masukan sepotong frame Royal jelly
3. Frame Royal jelly yang sudah berisi larva lebah madu di
tempatkan pada kotak koloni ( kotak lebah madu yang
berisi koloni lebah madu minimum 2 tingkat)
4. Sekat/pisahkan kotak koloni lebah madu tersebut dengan
ratu lebah berada di kotak bawah dan frame royal jelly
untuk ratu lebah madu yang baru di tempatkan pada kotak
atasnya. Sehingga ratu lebah madu tidak boleh mendekati
calon ratu lebah madu.
5. Dibiarkan selama 11 hari sampai ratu lebah yang baru
menjadi kepompong.
24

6. Setelah11 hari ratu lebah yang baru tersebut di pindahkan


ke kotak lebah yang berisi koloni lebah tanpa ada ratunya.
7. 13 hari ratu lebah yang baru keluar dari kepompong dan
seterusnya menjadi ratu lebah oleh koloni lebah tersebut
8. Biasanya setelah seminggu, ratu lebah yang baru bersedia
untuk mengawan dan akan mengembangkan koloni lebah
yang baru (ditempatkan di kotak koloni yang baru).

3. Pemeliharaan

1. Sanitasi, Tindakan Preventif dan Perawatan


Pada pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada
kandang berupa kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang
untuk beberapa frame atau sisiran. Dengan sistem ini peternak dapat harus
rajin memeriksa, menjaga dan membersihkan bagian-bagian stup seperti
membersihkan dasar stup dari kotoran yang ada, mencegah semut/serangga
masuk dengan memberi tatakan air di kaki stup dan mencegah masuknya
binatang pengganggu.

2. Pengontrolan Penyakit
25

Pengontrolan ini meliputi menyingkirkan lebah dan sisiran sarang


abnormal serta menjaga kebersihan stup.

3. Pakan Lebah

Tanaman makanan yang sesuai untuk ternakan lebah madu


 pokok rambutan=nektar
 pokok petai belalang= nektar
 pokok mangga = nektar
 pokok durian = nektar
 pokok kopi = nektar + pollen
 pokok kenaf = nektar
 pokok jagung = pollen
 pokok jati= nektar
 pokok gajus = nektar
 pokok longan= nektar
 pokok getah = nektar
 pokok petai = nektar
 pokok nenas = nektar (tidak digunakan secara meluas)
 pokok kekabu = nektar + pollen
 pokok gelam = nektar + pollen

Cara pemberian pakan lebah adalah dengan menggembala lebah ke


tempat di mana banyak bunga. Jadi disesuaikan dengan musim bunga yang
ada. Dalam penggembalaan yang perlu diperhatikan adalah :
a. Perpindahan lokasi dilakukan malam hari saat lebah tidak aktif.
b. Bila jarak jauh perlu makanan tambahan (buatan).
c. Jarak antar lokasi penggembalaan minimum 3 km.
d. Luas areal, jenis tanaman yang berbunga dan waktu musim bunga.

Tujuan utama dari penggembalaan ini adalah untuk menjaga


kesinambungan produksi agar tidak menurun secara drastis. Pemberian pakan
tambahan di luar pakan pokok bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan
akibat musim paceklik/saat melakukan pemindahan stup saat
penggeembalaan. Pakan tambahan tidak dapat meningkatkan produksi, tetapi
hanya berfungsi untuk mempertahankan kehidupan lebah. Pakan tambahan
dapat dibuat dari bahan gula dan air dengan perbandingan 1:1 dan adonan
tepung dari campuran bahan ragi, tepung kedelai dan susu kering dengan
perbandingan 1:3:1 ditambah madu secukupnya.

Beberapa tanaman pakan lebah yang sangat penting :

Nama Tanaman Masa Produksi


Sumber Pakan
Kaliandra Sepanjang tahun (masa puncak
bln Maret-November) Nektar
26

Randu Jateng 15 mei -15 Juni, kadang ada yg


Sampai 15 juli. Nektar + Tepung Sari
Randu Jatim 5 Juni – 5 Juli, kadang ada Nektar + Tepung Sari
yg sampai 20 juli.
Randu Bwangi 20 Juni – 20 Juli Nektar + Tepung Sari
Mangga 20 Juli – 20 Agustus Nektar
Mete 5 Juli – 5 September Nektar
Juwet 5 Agustus – 5 September Nektar
Karet 5 Agustus – 5 September Nektar
Sengon 5 September – 5 Oktober Nektar
Rambutan 5 September – 5 Oktober Nektar
Duren 5 September – 5 Oktober Nektar
Klengkeng 5 September – 5 Oktober Nektar
Sonokeling 5 Oktober – 5 November Nektar
Kopi 1 minggu sejak mekar Nektar + Tepung sari
Kenaf Satu bulan sejak tanam –
Daun mau habis Nektar
Jagung Satu minggu sejak mekar tp
Dalam satu areal bisa bergantian Tepung sari

7. HAMA DAN PENYAKIT

1. Penyakit
Di daerah tropis penyakit lebah jarang terjadi dibandingkan dengan
daerah sub tropis/daerah beriklim salju. Iklim tropis merupakan penghalang
terjalarnya penyakit lebah. Kelalaian kebersihan mendatangkan penyakit.
Beberapa penyakit pada lebah dan penyebabnya antara lain:

1. Foul Brood ; ada dua macam penyakit ini yaitu American Foul
Brood disebabkan oleh Bacillus larva dan European Foul Brood.
Penyebab:
Streptococcus pluton. Penyakit ini menyerang sisiran dan
tempayak lebah.

2. Chalk Brood
Penyebab: jamur Pericustis Apis. Jamur ini tumbuh pada tempayak
dan menutupnya hingga mati.

3. Stone Brood
Penyebab: jamur Aspergillus flavus Link ex Fr dan Aspergillus
fumigatus Fress.
Tempayak yang diserang berubah menjadi seperti batu yang keras.

4. Addled Brood
Penyebab: telur ratu yang cacat dari dalam dan kesalahan pada
ratu.
27

5. Acarine
Penyebab: kutu Acarapis woodi Rennie yang hidup dalam batang
tenggorokkan lebah hingga lebah mengalami kesulitan terbang.

6. Nosema dan Amoeba


Penyebab: Nosema Apis Zander yang hidup dalam perut lebah dan
parasit Malpighamoeba mellificae Prell yang hidup dalam
pembuluh malpighi lebah dan akan menuju usus.

2. Hama
Hama yang sering mengganggu lebah antara lain:
1. Burung, sebagai hewan yang juga pemakan serangga
menjadikan lebah sebagai salah satu makanannya.
2. Kadal dan Katak, gangguan yang ditimbulkan sama dengan
yang dilakukan oleh burung.
3. Semut, membangun sarang dalam stup dan merampas
makanan lebah.
4. Kupu-kupu, telur kupu-kupu yang menetas dalam sisiran
menjadi ulat yang dapat merusak sisiran.
5. Tikus, merampas madu dan merusak sisiran.

3. Pencegahan Serangan Penyakit dan Hama


Upaya mencegah serangan penyakit dan hama tindakan yang perlu
adalah:
1. Pembersihan stup setiap hari.
2. Memperhatikan abnormalitas tempayak, sisiran dan kondisi lebah.
3. Kaki-kaki stup harus diberi air untuk mencegah serangan semut.
4. Pintu masuk dibuat seukuran lebah.

8. PANEN

1. Hasil Utama
Madu merupakan hasil utama dari lebah yang begitu banyak
manfaatnya dan bernilai ekonomi tinggi.

2. Hasil Tambahan
Hasil tambahan yang punya nilai dan manfaat adalah royal jelly (susu
ratu), pollen (tepungsari), lilin lebah (malam) dan propolis (perekat lebah).

3. Pengambilan madu
Panen madu dilaksanakan pada 1-2 minggu setelah musim bunga.
Ciri-ciri madu siap dipanen adalah sisiran telah tertutup oleh lapisan lilin tipis.
Sisiran yang akan dipanen dibersihkan dulu dari lebah yang masih menempel
kemudian lapisan penutup sisiran dikupas. Setelah itu sisiran diekstraksi
untuk diambil madunya.
28

Kaedah memungut hasil lebah madu


1. Asapkan kawasan kotak koloni agar dapat menghalau lebah
madu ketika mengutip hasil. pastikan memakai pakai yang
sesuai serta memakai jaring pelindung muka
2. Dengan menggunakan pengungkit sisiran, angkat sisiran
dari kotak koloni lebah, goncangkan hingga lebah yang
tinggal terjatuh.
3. Gunakan sikat sekiranya masih ada lebah yang masih
tinggal/ melekat pada sisiran
4. Setelah sisiran bebas dari lebah, masukkan sisiran ke dalam
baldi dan terus dibawa ke mesin pemerah madu
5. Asingkan landasan sarang lebah ke dalam mesin pemerah
madu. Gunakan pisau sekiranya landasan melekat kuat
pada sisiran.
6. setelah pemilihan landasan sarang telah dibuat, masukkan
dalam mesin pemerah madu dan mula memerah.
7. pastikan putaran mesin tidak terlalu perlahan kerana
dikhuatiri tidak kesemua madu akan keluar. jika terlalu kuat
pula akan menyebabkan kematian larva lebah.
8. setelah bersih, sisiran dikeluarkan dari mesin ekstrak dan
dibawa ke kotak koloni semula.
29

9. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

9.1. Analisis Usaha Budidaya


Perkiraan analisis budidaya lebah madu dengan jumlah 100 koloni
lebah dalam satu tahun adalah sebagai berikut:

No Perincian Jumlah
(Rupiah)
1) Biaya Produksi
a.Penyusutan kamar madu 16 m2 (0,05xRp.1.600.000,-) 80.000
b Penyusutan rumah lebah 100 m2 (0,1xRp.2.500.000,-) 250.000
c Paket lebah 100 buah @ Rp. 100.000,- 10.000.000
d Penyusutan ekstraktor 1 buah (0,1xRp. 225.000,-) 22.500
e Penyusutan pengasap 2 buah (0,5xRp. 50.000,-) 25.000
f Penyusutan stup 100 buah (0,2xRp.2.500.000,-) 500.000
g Perawatan bangunan (2%xRp.4.100.000,-) 82.000
h Gaji 2 orang @ Rp. 200.000,-x12 4.800.000
i Pakaian, sarung tangan, dll 250.000
j Makanan 100.000
k Botol dan lain-lain 400.000
Jumlah biaya produksi 16.509.500
2) Pendapatan
Madu 1200 kg @ Rp. 13.000,- 15.600.000
Paket lebah 30 buah @ Rp. 150.000,- 4.500.000
Jumlah pendapatan Rp. 20.100.000
3)Keuntungandalam satu tahun 3.590.500
4)Parameter kelayakan usaha
a.B/C ratio 1,22

9.2. Gambaran Peluang Agribisnis

Beternak lebah madu memiliki prospek sangat cerah, karena


kebutuhan madu dalam negeri sampai saat ini masih belum mencukupi. Harga
dari produk lebah yang tinggi, biaya produksi yang relatif murah, tatalaksana
pemeliharaan yang mudah dan kondisi lingkungan yang mendukung
merupakan peluang emas yang perlu mendapat perhatian.
30

4.4 Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui sampai seberapa jauh kegiatan yang telah dilakukan


selama pembinaan, maka dilakukan 1) monitoring dan 2) evaluasi.
Monitoring adalah mengamati perkembangan dan kemajuan dari jauh melalui
laporan aktivitas secara frekuentif dengan mencatat setiap kegiatan dan hasil
hasil yang telah dicapai serta permasalahan yang terjadi.
Untuk mengetahui hasil dan monitoring dilakukan pencatatan harian
(recording) harian dengan mengisi tabel berikut :

Tabel monitoring kegiatan Tahun .....

No. Tanggal Jenis Kegiatan Keterangan: Hasil & Masalah


1. ....... ................ ..............................
2. ....... ................ ..............................
3. ....... ................ .............................
4. ....... ................ .............................
dst.

Recording ini diisi oleh koordinator KUBA setiap hari/mingguan yang


kemudian secara frekuentif dilaporkan ke koordinator yang kemudian
diteruskan ke Penanggung jawab KUBA.
Dari hasil pengumpulan data, informasi dari monitoring kemudian dianalisis
selanjutnya dievaluasi, kemudian diadakan peninjauan lapangan untuk
mengetahui keadaan sebenarnya. Tinjauan lapangan dilaksanakan secara
periodik sesuai dengan kebutuhan, diupayakan lebih sering ke lapangan.

Koordinator
Anggota
inform inform
K P

kunjungan lapangan
PETANI Penanggungjawab

VII. Pelatihan Budidaya Lebah Madu


31

Budidaya perlebahan merupakan kompetensi yang harus dipelajari


dengan seksama dan penuh kesabaran. Dengan pelatihan yang terprogram
diharapkan petani lebah dapat mengetahui tentang masalah perlebahan mulai
dari pengadaan bibit lebah, penyediaan stup lebah, budidaya lebah sampai
dengan pemanenan hasil budidaya berupa madu yang dihasilkan.

Pelatihan budidaya lebah madu

Mengemas hasil madu


32

VIII. PENUTUP

Kegiatan pengembangan SPAKU lebah madu ini mempunyai prospek yang


sangat bagus dalam menyediakan kesempatan kerja bagi warga pedesaan,
menjadi sumber pendapatan bagi petani dan masyarakat sekitar,
menumbuhkan pengusaha pengusaha kecil di pedesaan, dan meningkatkan
produksi pangan.

Biaya investasi yang cukup tinggi diperlukan pada tahap pertama, sedangkan
pada tahap tahap selanjutnya diharapkan dapat dibiayai sendiri dari hasil
panen tahap pertama, dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai