Anda di halaman 1dari 26

BREEDING PROGRAM STRUCTURE

(MODEL PEMBIBITAN)
Sumber:
a) Buku/modul matakuliah Ilmu Pemuliaan
b) Sumber lain yang ditentukan oleh pengajar

Sumber materi ajar lain :


Semua Keputusan Menteri Pertanian thn 2006
tentang Pedoman Pembibitan Ternak yang Baik
(sapi potong, perah; kambing, domba; ungggas;
kerbau)
PERLUNYA TERNAK BIBIT
BERKUALITAS
Ingat arti ternak bibit:
• Hasil pemuliaan
• Punya persyaratan tertentu
• Untuk dikembangbiakkan
Shg ternak bibit punya komposisi G ttt yg
ditunjukkan dari persyaratan ttt dan dapat
menghasilkan keturunan secara teratur serta
dapat mewariskan persyaratan ttt tsb
Perlunya ternak bibit berkualitas berkaitan dgn:
• Peran/fungsi ternak bagi kehidupan manusia
• Keterbatasan sumber daya alam maka
peningkatan produktivitas ternak lebih diarahkan
pada peningkatan kualitas.
• Peningkatan pendapatan/kesejahteraan
pemelihara/pemilik/peternak
• Perubahan selera masyarakat
• Peningkatan pendapatan daerah/devisa negara
• Program NTB BSS & Swasembada daging
Untuk itu, ketersediaan ternak bibit yang
berkualitas harus:
• Terjamin secara kontinyu
• Memenuhi standar mutu, syarat kesehatan,
syarat keamanan hayati
• Memenuhi kebutuhan dalam hal jumlah
Bibithasil pemuliaan via seleksi & perkawinan
yg butuh arah (breeding policy) & prasarana
pendukung yakni recording
MODEL PEMBIBITAN
1. one-tier (model satu tahap)
Anak terbaik hasil perkawinan tetua dijadikan
penganti tetua baik pejantan dan/atau induk
Secara skematis: Tetua
(pejantan&/induk)

terbaik
Anak
2. two-tier (model dua tahap)
Ternak dikelompokkan atas:
• a. Inti (Nucleus)=I
• b. Pengganda (Multiplier)=P
• c. Komersil (Commercial)=K
Konsepnya, keturunan unggul dari I disebar ke P,
keturunan P disebar ke K
Dibedakan atas:
• A. Model terbuka (open)
• B. Model tertutup (close)
A. Model terbuka
• Ternak pengganti kelompok I dpt berasal dari
kelompok P & ada kemungkinan berasal dari
kelompok K. Secara skematis:

• I
• P

• K
B. Model tertutup
• Ternak pengganti kelompok I hanya berasal
dari kelompok I saja
• Secara skematis:

• I
• P

• K
Dari model tsb, ditjenak 1982 membuat 4
metode pembibitan sapi potong sbb:
1. Metode secara Tradisional
*Cara kerja, sapi-sapi rakyat yg jantan akan di
culling dgn cara dikastrasi jika punya P jelek
karena cacat luar (kualitatif)
*Belum mengarah ke perbaikan mutu G tapi
mengarah pd cegah kemunduran mutu
ternak
*Akan berhasil jika tdk keliru saat tentukan
ternak-ternak yg jelek
2. Metode Tradisional yg Disempurnakan
• Dibedakan atas, penggunaan a)sistem skoring
& b)sistem skoring + recording
• Pd sistem skoring (a). Yang dinilai adalah bagian ttt
dari ternak dan diberi skor (kuantitatif)
Cara ini dpt dipertanggungjawabkan hasilnya dlm
upaya perbaikan mutu G ternak karena sdh ada
unsur membandingkan diantara ternak.
Ternak-ternak(jantan) yg tdk sesuai kriteria bibit
dikastrasi atau diberi cap “S” utk potong
• Pada sistem skoring + recording (b), cara kerja
sama spt sistem skoring, hanya disertakan
pencatatan terhadap bbp hal spt:
*Identifikasi ternak dan pemiliknyatahu
asal-usul ternak
*Data reproduksitahu tgkt kesuburan ternak
*Data kesehatanutk upaya penurunan
populasi
*Penjualan/pengeluaran/pemasukan
ternaktahu mobilitas ternak
3. Metode Tradisional+Stasiun Uji Performan
• Mirip metode 2.b, tdk dilakukan skoring tapi
dilakukan penimbangan berat hidup secara
periodik (setiap 3 bln) & bentuk bbp wilayah
Sumber Bibit (SB)
• Ternak-ternak yg bobot sapih terkoreksinya
tinggi & sesuai kriteria bibit pd setiap wilayah,
utk yg betina dikembangkan di wilayah sendiri.
Utk yg jantan, sekian % dimasukkan ke SUP utk
diuji performannya. Pejantan terbaik I dpt ke
BIB utk Progeny Test
4. Pusat Pembibitan Ternak (Breeding Center)
• Dikenal 3 strata peternakan, yakni:
• 1. Strata I: UPT (Unit Pelaksana Teknis)
Pembibitan Ternak selaku penghasil bibit
unggul
• 2. Strata II: Grup Peternak Utama (GPU) selaku
pedigree multiplier menghasilkan bibit sapi
potong dgn kualitas relatif baik
• 3. Strata III: Grup Peternak Biasa (GPB),
mengasilkan bibit sapi potong dgn kualitas
standar
Secara skematis= model open two-tier
Cara kerja:pelajari ilmu pemuliaan ternak
• Pejantan&induk terbagi dalam kelompok
umur sesuai lama penggunaannya dalam
pembiakan
• Culling terhadap ternak umur tua. Utk ternak
betina juga terhadap gangguan reproduksi
• Ternak pengganti berasal dari keturunan
sendiri melalui proses seleksi
• Saran, mulai seleksi atas dsr lingkar scrotum
• Krieteria seleksi utk pilih calon pengganti
induk/pejantan:
a.bobot sapih (umur 8-10 bln)
b.kecepatan pertumbuhan (18-20 bln)
c. kriteria lain spt: syarat bibit, eksteriur, libido
&kualitas sperma
• Utk cegah inbreeding pd strata I, dlm waktu ttt
lakukan penggantian sebagian ternak induk
dari strata II
STANDAR BIBIT TERNAK
• SECARA NASIONAL BACA PEDOMAN
PEMBIBITAN UNTUK SETIAP JENIS TERNAK
• UTK BAHAN UJIAN CUKUP SAPI POTONG,
AYAM LOKAL DAN KERBAU
• UTK SAPI BALI NTBKEBIJAKAN PEMBIBITAN
SAPI BALISTANDAR CALON BIBITUMUR
SAPIH & SETAHUNAN (YEARLING)
SOAL U1
1. Apakah yg dimaksud bibit menurut Pedoman
Pembibitan Ternak Nasional thn 2006?
2. Andaikan pd suatu populasi sapi potong
terdpt 100 induk & 4 pejantan dgn calf crop
70%, umur beranak pertama jantan & betina 3
thn, lama penggunaan dlm pembiakan sama2
4 thn, ternak pengganti dr keturunan sendiri,
maka berapakan jumlah ternak pengganti baik
jantan maupun betina yg diperlukan?
3. Jelaskan ttg model pembibitan one-tier

Anda mungkin juga menyukai