Anda di halaman 1dari 11

Tugas Matakuliah Perancangan Pabrik

Semester Ganjil 2018/ 2019

Kelompok 3 Kelas B

Rani Nainggolan (1407111004)


Adriani Lestari (1507112793)
M. Novrianda (1507117855)
Rahmat Agustriono (1507121393)
Septiani Lestari (1507121574)

Laporan I
Studi Literatur dan Basis Perancangan

Program Studi Sarjana Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Riau
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi ini, pertumbuhan industri kimia di Indonesia semakin
meningkat. Kecenderungan pertumbuhan produksi bahan kimia di Indonesia
meningkat sangat signifikan, baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas. Seiring
dengan pertumbuhan tersebut, maka kebutuhan bahan baku industri terhadap bahan
kimia juga semakin meningkat. Asetaldehid dalam istilah IUPAC disebut ethanal
atau biasa disebut dengan acetic aldehyde. Asetaldehid merupakan suatu senyawa
aldehid dengan rumus kimia C atau dikenal dengan Methyl-CHO (MeCHO) adalah
suatu zat perantara (intermediate) dalam pembuatan senyawa kimia organik yang
lain, misalnya: asam asetat, asetat anhydride, ethyl asetat, n-butyl alcohol dan
sebagainya. Asetaldehid pertama kali dibuat oleh Scheele pada tahun 1774 melalu
dehidrogenasi ethyl alcohol dan dikenal sebagai suatu persenyawaan baru pada tahun
1800 oleh Foureroy dan Vauquelin. Pada tahun 1835, Liebig menetapkan
persenyawaan baru tersebut dengan nama aldehyde yang berasal dari bahasa latin al
(alcohol) dehyd (rogenated). Kutscherow pada tahun 1881 menyelidiki pembentukan
asetaldehid melalui adisi oleh air menjadi acetylene. Susunan struktur molekul
asetaldehid dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Struktur Molekul Asetaldehid


Kegunaan lain dari produk ini dapat dijumpai pada pabrik pembuatan resin,
karet, pelarut bahkan pabrik pengawet makanan dan minuman. Secara fisika
asetaldehid mempunyai sifat cairan yang tidak berwarna (bening), mudah terbakar
dan mudah larut dalam air.Acetaldehyde dengan rumus molekul CH3CHO adalah
salah satu senyawa aldehyde yang mempunyai sifat cairan tak berwarna, mudah
terbakar dan dapat bercampur dengan air dalam segala perbandingan. Acetaldehyde
merupakan bahan yang mempunyai kegunaan yang sangat luas dalam industri kimia.
Lebih dari 95% produk ini digunakan dalam industri sebagai bahan intermediet
untuk menghasilkan bahan kimia yang lain, antara lain sebagai bahan baku
pembuatan asam asetat, pyridina, 2 ethyl hexanol, pentaerythrytol, n-butanol,
chloral, asam laktat, dan crotonaldehyde. Dari kegunaannya terlihat bahwa
acetaldehyde merupakan senyawa yang penting dan selama ini kebutuhan
acetaldehyde harus dipenuhi melalui impor. Sehubungan dengan hal tersebut maka
sangat tepat jika pemerintah mengambil kebijaksanaan yang bertujuan untuk
mengurangi ketergantungan terhadap negara lain yaitu dengan membangun industri-
industri yang dapat mengganti peran bahan impor.
Asetaldehid merupakan senyawa organik yang terdiri dari satu gugus alkil dan
sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. Aldehida
lazim terdapat dalam sistem makhluk hidup. Aldehida memiliki bau yang khas yang
dapat membedakannya dengan keton. Umumnya aldehida berbau merangsang dan
keton berbau harum. Aldehid lazim terdapat dalam sistem makhluk hidup. Gula
ribosa dan hormon betina progesteron merupakan contoh aldehid yang penting dalam
ilmu biologi. Banyak aldehid mempunyai bau yang khas seperti bau merangsang.
Misalnya, transinamaldehida adalah komponen utama minyak kayu manis dan
enentiomer-enantiomer karbon yang menimbulkan bau jintan dan tumbuhan permen.
Salah satu aldehid yang penting adalah asetaldehid. Asetaldehid memiliki titik
didih sekitar temperatur kamar (200C), juga lebih mudah untuk disimpan atau
diangkut dalam bentuk trimer atau tetramer siklik. Asetaldehid digunakan sebagai zat
antara dalam sintesis asam asetat, anhidrida asetat dan senyawa-senyawa lain dalam
industri.dari sejuta senyawa terdiri dari gabungan karbon dengan hidrogen, oksigen,
nitrogen atau beberapa unsur tertentu. Keseluruhan senyawa tersebut merupakan
bagian dari kimia organik.. Atom-atom karbon dapat membentuk rantai lurus,
bercabang atau berbentuk cincin. Kemungkinan penyusunan ikatan yang tak terbatas
dengan atom lain oleh atom karbon, menyebabkan tingginya keanekaragaman
senyawa tersebut.
Aldehid merupakan salah satu dari sekian banyak contoh kelompok senyawa
yang mengandung gugus karbonil. Aldehid merupakan salah satu senyawa yang
mengandung gugus karbonil (-CO-) dimana satu tangan mengikat gugus alkil dan
tangan lain mengikat atom hidrogen. Struktur umum aldehid yaitu R-CHO. Aldehid
merupakan senyawa yang banyak terdapat dalam sistem makhluk hidup. Seperti gula
ribosa merupakan contoh dari aldehid. Selain itu, aldehid juga menyumbangkan
manfaat yang cukup besar dalam kehidupan. Salah satu contohnya adalah metanal.
Metanal merupakan nama lain dari formaldehida atau dikenal dengan sebutan
formalin. Larutan formaldehida 40% digunakan sebagai antiseptik. Oleh karena itu,
pentingnya diadakan percobaan ini adalah dapat mengetahui dan memahami proses
pembuatan senyawa aldehid yaitu asetaldehid dengan mengoksidasi parsial sebuah
alkohol primer dengan oksidator K2Cr2O7 dan bantuan katalis asam, serta dilakukan
uji fehling AB dan tollens.

1.2 Tujuan Perancangan


1. Menerapkan disiplin ilmu Teknik kimia khususnya di bidang perancangan
untuk memberikan kelayakan pabrik asetaldehid.
2. Membantu pabrik-pabrik di Indonesia yang memakai acetaldehyde sebagai
bahan bakunya, karena selain lebih murah juga kontinuitasnya lebih terjaga.
3. Adanya proses alih teknologi karena produk yang diperoleh dengan teknologi
modern membuktikan bahwa sarjana-sarjana Indonesia mampu menyerap
teknologi modern sehingga tidak tergantung kepada negara lain.

1.3 Gross Profit Margin


Seleksi proses dilakukan dengan membandingkan nilai Gross Profit Margin
dari masing-masing proses. Untuk menentukan nilai Gross Profit Margin dapat
menggunakan metode dari buku Product And Process Design Principles. GPM
merupakan perkiraan secara global mengenai keuntungan yang diperoleh dari
penjualan produk utama dan produk samping dikurangi dengan biaya bahan baku,
tanpa melihat biaya peralatan, biaya operasi, dan biaya perawatan.
Jenis reaksi yang dimiliki :
1. Hidrasi Asetilen
Pembuatan acetaldehyde dengan proses ini membutuhkan asam sulfat dan
merkuri sulfat sebagai katalis.
C2H2 + H2O CH3CHO
Tabel 1.1 Data Pendukung Perhitungan Gross Profit Margin (GPM) Hidrasi asetilen
Berat Molekul
Bahan Kimia (g/mol) Chemical Formula Cost (US/Kg)
Asetilena 26.0373 C2H2 0.25823484
Air 18.01528 H2O 10.00420938
Asetaldehid 44.053 CH3CHO 40.22447644
Keterangan : Nilai cost diambil dari https://www.bps.go.id/all_newtemplate.php yang
diakses pada tanggal 24 September 2018
GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku
= $ [40.22447644-(10.00420938+0.25823484)]
= $ 29.96203222
2. Oksidasi etilen
C2H4 + ½ O2 CH3CHO
Tabel 1.2 Data Pendukung Perhitungan Gross Profit Margin (GPM) Oksidasi etilen
Chemical
Bahan Kimia Berat Molekul (g/mol) Formula Cost (US/Kg)
Etilena 28.05316 C2H4 7.449900566
Oksigen 31.9988 O2 0.464692607
Asetaldehid 44.053 CH3CHO 40.22447644
Keterangan : Nilai cost diambil dari https://www.bps.go.id/all_newtemplate.php yang
diakses pada tanggal 24 September 2018
GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku
= $ [40.22447644 - (0.464692607+7.449900566)]
= $ 32.30988327
3. Oksidasi etanol
C2H5OH + ½ O2 CH3CHO + H2O
Tabel 1.3 Data Pendukung Perhitungan Gross Profit Margin (GPM) Oksidasi etanol
Chemical
Bahan Kimia Berat Molekul (g/mol) Formula Cost (US/Kg)
Etanol 46.0684 C2H5OH 13.51537
Oksigen 31.9988 O2 0.464693
Asetaldehid 44.053 CH3CHO 40.22448
Air 18.01528 H2O 10.00421
Keterangan : Nilai cost diambil dari https://www.bps.go.id/all_newtemplate.php yang
diakses pada tanggal 24 September 2018
GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku
= $ [(40.22448+10.00421) - (0.464693+13.51537)]
= $ 36.24862
4. Dehidrogenasi Etanol
C2H5OH + ½ O2 CH3CHO + H2
Tabel 1.4 Data Pendukung Perhitungan Gross Profit Margin (GPM) Dehidrogenasi
etanol
Berat Molekul Chemical
Bahan Kimia (g/mol) Formula Cost (US/Kg)
Etanol 46.0684 C2H5OH 13.51537071
Oksigen 31.9988 O2 0.464692607
Asetaldehid 44.053 CH3CHO 40.22447644
Hidrogen 2.05188 H2 10.00420938
Keterangan : Nilai cost diambil dari https://www.bps.go.id/all_newtemplate.php yang
diakses pada tanggal 24 September 2018
GPM = harga jual produk - harga beli bahan baku
= $ [(40.22448+10.00421) - (0.464693+13.51537)]
= $ 36.24862
Tabel 1.5 Nilai GPM pada masing-masing proses
PROSES GPM (US/Kg)
Hidrasi Asetilen 29.96203222
Oksidasi Eilen 32.30988327
Oksidasi Etanol 36.24862251
Dehidrogenasi Etanol 36.24862251
BAB II
DESKRIPSI PROSES

2.1 Teknologi Proses


Secara komersial acetaldehyde dapat diproduksi dengan proses-proses
sebagai berikut :
2.1.1 Hihidrasi Asetilen
Pembuatan acetaldehyde dengan proses ini membutuhkan asam sulfat dan
merkuri sulfat sebagai katalis.

Hg2+
C2H2 + H20 CH3CHO + 33 kal
H2SO4

Asetilen dengan kemurnian tinggi (minimal 97%) dan recycle gas asetilen
yang mengandung C2H2 diumpankan kepada “rubber line vertical reactor”
bersama-sama dengan steam. Katalis terdiri atas larutan garam merkuri (0,5%–
1%), asam sulfat (15% – 20%), ferro dan ferri (2% – 4%) dan air suhu dijaga
900C - 950C dan tekanan 1 – 2 atm, konversi per pass 55%. Asetilen yang tidak
bereaksi dikompresi dan dibersihkan dengan cara penyerapan dengan scrubber
column sebelum direcycle ke reaktor. Pemurnian asetaldehid dilakukan dengan
cara destilasi, proses ini dikenal dengan nama German Proses. Modifikasi proses
ini dikembangkan oleh Chisso Proses. Dalam proses ini suhu proses lebih rendah
dan tanpa menggunakan recycle asetilen. Proses ini menggunakan asam sulfat
yang merupakan komponen aktif dan korosif, sehingga ketahanan alat terhadap
korosi harus diperhatikan. Merkuri selain harganya mahal juga komponennya
beracun oleh karena itu penanganan masalah dan pengaruhnya terhadap bahaya
keracunan tidak boleh di abaikan, juga penanganan terhadap asetilen yang
mempunyai relatifitas tinggi (Mc. Ketta, 1976).
2.1.2 Oksidasi Hidrokarbon Jenuh
Produk acetaldehyde dari oksidasi butana, propane atau campurannya
dalam fase uap non katalitik dikomersilkan oleh Ce Lanise Coorporatiion.
Hidrokarbon, udara dan gas recycle dengan perbandingan volume 1 : 2 : 7
dicampur dan dikompresi menjadi atmosfer. Kemudian dipanaskan dalam
furnace sampai 3700C diumpankan ke dalam reaktor. Gas hasil reaksi
didinginkan dan larutan dingin formaldehid dalam air dengan kadar 12% – 14%.
Pemurnian dilakukan dengan distilasi, ekstraksi sederhana dan pemisahan secara
ekstraktif azeotropic.
Proses ini tidak terlalu berkembang karena tidak terlalu selektif dan
membutuhkan sistem recovery yang kompleks dari banyaknya hasil samping
yang terjadi, antara lain: formaldehid, methanol, aseton, propanol, butanol dan C5
– C7 alkohol (Mc. Ketta, 1976).

2.1.3 Oksidasi Etilen


Oksidasi fase cair etilen bisa berlangsung satu tahap dan dua tahap.
a. Proses satu tahap
C2H4 + ½ O2 → CH3CHO + 58,2 Kkal
Reaktor yang digunakan adalah vertical keramic line vessel yang
beroperasi pada suhu 1200C – 1300C dan tekanan 3 atm. Etilen 99,5% beserta gas
recycle diumpankan ke reaktor dengan kandungan oksigen dalam campuran
dibatasi maksimal 9%. Gas hasil reaksi dimasukkan dalam separator vessel, gas
sisa dikembalikan ke reaktor sebagian kecil dibuang sebagai axhaust gas. Residu
mengandung 8% – 10% asetaldehid dimasukkan dalam kolom distilasi dan hasil
bawah kolom distilasi diumpankan dalam kolom final untuk diambil asetaldehid.
b. Proses dua tahap
2 CuCl2 + Pd → 2 CuCl + 2 PdCl2
2 CuCl + 2 HCl → 2 CuCl + H2O
Pada proses ini ethilen dan udara direaksikan dalam reaktor terpisah.
Rektor yang digunakan adalah plug flow turbulen reaktor pada suhu 1200C –
1300C dan tekanan 10 atm (Mc. Ketta, 1976).

2.1.4 Dari etanol


Ada dua proses yaitu
a. Oksidasi etanol
C2H5OH + ½ O2 → Ag CH3CHO + H2O + 43 kkal
Campuran uap etanol dan udara dimasukkan ke dalam reaktor fixed bed dengan
katalis Ag pada suhu 3500C – 5000C tekanan 1atm – 3atm. Alkohol yang tidak
bereaksi direcycle sebagai umpan reaktor. Pada proses ini yield asetaldehid sebesar
85% – 95% dan konversi terhadap etanol 25% – 35 %.
b. Dehidrogenasi etanol
C2H5OH + ½ O2 → Cu CH3CHO + H2
Etanol diuapkan dan direaksikan pada reaktor fixed bed dengan katalis Cu
pada tekanan atmosferik dan temperatur 2600C – 2900C. Asetaldehid diperoleh
dengan konversi 30% – 50 % dan yield 80% (Mc. Ketta, 1976).

2.2 Pemilihan Proses


Seleksi proses pada pra-perancangan pabrik Asetaldehid bahan baku, kondisi
proses, produk samping dan proses pendukung lainnya, seperti pemisahan dan
pemurnian produk.
Tabel 2.1 Perbandingan Beberapa Jenis Proses Pembuatan Asetaldehid
Jenis Proses
Oksidasi Dari etanol
Kriteria Hidrasi Oksidasi
hidrokarbon Oksidasi Dehidrogenasi
asetilen etilen
jenuh etanol etanol
Bahan
Asetilen Hidrokarbon Etilen Etanol Etanol
Baku
120-
Suhu 90-95°C 450°C 350-500°C 260-290°C
130°C
0,7x106 Pa 3 dan 10
Tekanan 1-2 atm 1-3 atm 1 atm
absolut atm
Katalis Asam sulfat - Titanium Ag (Perak) chromium dan
dan merkuri copper aktif
sulfat
Formaldehid,
asam asetat,
methanol,
asam asam
aseton,
Produk format, etil asetat, etil
- propanol, -
Samping asetat, asetat dan 2-
butanol dan
metan dan butanol
C5 – C7
karbon
alkohol
Flashing,
Pemisahan Distilasi Quenching Distilasi Distilasi
distilasi

Dari beberapa proses yang diuraikan maka dipilih proses oksidasi etanol
dengan katalis Ag. Pemilihan proses ini didasarkan pada:
1. Menghindari bahaya yang disebabkan pemakaian merkuri dan asetilen.
2. Bahan baku terdapat di Indonesia sehingga kontinuitasnya dapat terjaga.
3. Proses sederhana dengan tekanan operasi rendah meskipun suhu agak tinggi.
4. Umur katalis panjang.
5. System recovery energi rendah.
6. Asetaldehid yang dihasilkan memiliki kemurnian tinggi.
7. Tidak mempunyai resiko korosifitas yang tinggi sehingga perawatan alat tidak
sulit.

2.3 Pemilihan Lokasi


Penentuan lokasi pabrik merupakan hal yang penting dalam perancangan suatu
pabrik karena merupakan salah satu faktor yang menentukan
kelangsungan, perkembangan dan keuntungan pabrik yang akan didirikan secara
teknis maupun ekonomis dimasa yang akan datang. Pendirian pabrik direncanakan di
daerah Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa tengah. Pertimbangan-
pertimbangan yang diambil untuk lokasi ini adalah:
1. Sumber Bahan Baku
Bahan baku merupakan faktor penting dalam penentuan lokasi pabrik. Pabrik
asetaldehida ini akan didirikan di daerah Plesungan, Gondangrejo,
Karanganyar, Jawa tengah karena dekat dengan sumber bahan baku yaitu etanol.
Bahan baku etanol diperoleh dari pabrik etanol PT. Indo Acidatama yang terletak
di daerah Janggalan Kemiri, Kebak kramat, Karanganyar, Jawa Tengah.
Dengan tersedianya bahan baku yang relatif besar diharapkan kebutuhan bahan baku
bisa tersedia.
2. Pasar
Dipilihnya daerah Karang Anyar sebagai lokasi pabrik dikarenakan
pertimbangan bahwa daerah ini sedang mengalami perkembangan dalam bidang
industri sehingga diharapkan kebutuhan akan asetaldehida bisa tercukupi, juga
membuka kesempatan berdirinya industri-industri lain yang menggunakan
asetaldehida sebagai bahan baku. Selain itu Karanganyar adalah salah satu
kota strategis yang mampu menyalurkan produk ke kota-kota kawasan industri
lainnya di Wilayah Jawa Tengah khususnya dan pulau Jawa.
3. Transportasi
Wilayah Karanganyar yang berada di Jawa Tengah merupakan
kawasan industri maka jalur perhubungan darat dan udara sudah tersedia. Dengan
adanya jalur perhubungan ini maka hubungan antar daerah tidak mengalami
hambatan, terutama ke daerah Indonesia bagian Timur.
4. Tenaga Kerja
Tenaga kerja dapat diperoleh dari masyarakat sekitar pabrik. Dengan pendirian
pabrik ini diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru, sehingga mengurangi
pengangguran di Indonesia, terutama di wilayah Karanganyar.
5. Utilitas
Ketersedian air sebagai air baku maupun sebagai air proses telah tercukupi
dari sumber-sumber air yang ada di sekitar Karanganyar yaitu sungai
Bengawan Solo.

Anda mungkin juga menyukai