Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cabai dan Tomat

Cabai adalah tanaman yang tumbuh banyak di nusantara. Tanaman cabai banyak
dibudidayakan di Indonesia karena Indonesia mempunyai iklim tropis. Cabai dapat ditanam di
dataran tinggi maupun dataran rendah sehingga cabai di Indonesia sangat berlimpah. Cabai
adalah rempah-rempah bernilai tinggi sejak masa silam hingga sekarang. Cabai mempunyai
banyak jenisnya, hanya saja di Indonesia jenis cabai yang digunakan hanya jenis-jenis tertentu
saja seperti cabai besar yaitu, cabai merah, cabai hijau, cabai merah keriting dan paprika serta
jenis cabai kecil yaitu, cabai rawit. Cabai juga dipercaya mampu mengurangi rasa pegal, sesak
nafas dan rematik, meredakan rasa nyeri, membantu menjaga kesehatan kulit, membakar kalori,
dapat meningkatkan pertumbuhan rambut sampai mencegah penyakit yang sangat berbahaya.
Salah satunya adalah penyakit kanker.

Tomat merupakan komoditas sayuran yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Peluang bisnis buah tomat masih terbuka lebar karena pasokan kebutuhan belum
mencukupi dari tahun ke tahun, baik untuk memenuhi konsumen domestik maupun manca
negara. Salah satu cara dilakukan adalah intensifikasi pertanian melalui usaha peningkatan
potensi tanaman agar mampu berproduksi tinggi atau lebih dari potensi hasil tanaman.

Menurut badan data statistika pertanian hortikultura, 2011, selama tahun 2007-2009
produksi sayuran nasional meningkat dari 9,45 juta ton menjadi 10,63 juta ton dengan laju
kenaikan sebesar 6,02 persen pertahun. Sayuran yang memberikan sumbangan produksi terbesar
terhadap total produksi sayuran di Indonesia sebanyak 5 (lima) jenis tanaman sayuran yaitu kubis
(12,78%), kentang (11,07%), bawang merah (9,08%), tomat (8,03%) dan cabe besar (7,41%).
Tanaman tomat memberikan kontribusi produksi sebesar 853.061 ton atau sekitar 8,03 persen
terhadap produksi sayuran nasional, sentra produksi tomat terbesar di indonesia adalah pulau
jawa dengan total produksi 432.787 ton atau sekitar 50,73 persen dari total produksi tanaman
tomat nasional (Suswono, 2013).
2.2 Logam Berat

Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat,
perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah
merkuri (Hg), timbal (Pb), cadmium (Cd), arsenik (Ar), chromium (Cr), nikel (Ni) dan besi (Fe)
(Palar, 2004).Logam berat dapat meracuni tubuh makhluk hidup apabila terakumulasi di dalam
tubuh dalam waktu yang lama dan di atas ambang batas toleran. Sebaliknya beberapa jenis
logam biasanya digunakan untuk pertumbuhan kehidupan biologis, misalnya pada pertumbuhan
alga atau tanaman air lain. Logam berat mudah terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar
dan stomata daun, selanjutnya akan masuk ke dalam siklus rantai makanan (Alloway, 1990).
Logam berat yang terakumulasi pada jaringan tubuh apabila melebihi batas toleransi, dapat
menimbulkan keracunan bagi tumbuhan, hewan maupun manusia (Widowati, 2011).

Salah satu metode untuk mengatasi pencemaran logam berat dengan cara pemanfaatan
tanaman air untuk menyerap logam berat. Menurut Suriawiria (2003) banyak jenis tumbuhan
khususnya yang hidup di dalam habitat air dapat dimanfaatkan untuk pengolahan air limbah.
Tindakan pemulihan (remediasi) limbah dan pencemaran lingkungan dengan menggunakan
tumbuhan air dikenal sebagai teknologi fitoremediasi, yaitu suatu konsep yang didefinisikan
sebagai penggunaan tumbuhan untuk memindahkan, menstabilkan, atau menghancurkan bahan
pencemar baik senyawa organik maupun anorganik (Syafrani, 2007).

Tanaman yang dapat digunakan untuk mengurangi pencemaran yaitu kangkung air.
Tanaman kangkung air yang mempunyai nama ilmiah Ipomoea aquatica Forssk. merupakan
tanaman sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia (Azizah, 2012). Disisi lain,
tanaman I. aquatica Forssk. mampu menyerap logam berat yang terdapat di perairan, sehingga
dapat digunakan sebagai tanaman indikator bahwa perairan tersebut tercemar logam berat.
Contoh tanaman ini dapat mengakumulasi logam Cd sebesar 0,00928 mg/L dan logam Pb
sebesar 0,00553 mg/L yang dominan pada bagian akar dan sedikit ditemukan pada daun maupun
batang (Widowati, 2011, 2012).

Hasil penelitian Rahman et al. (2007) dalam penelitiannya menggunakan I. aquatica


Forssk. menyimpulkan bahwa tanaman ini mampu menyerap 219,18 ppm Pb sehingga tanaman
ini memungkinkan untuk digunakan sebagai tanaman hiperakumulator Pb. Cai et al. (2007)
menyimpulkan bahwa I. aquatica Forssk. sangat potensial untuk digunakan sebagai tanaman
fitoremediasi bagi tanah yang terkontaminasi dengan di-n-butil ftalat (Ar(COO)2(C4H9)2).
Tommy (2009) menyatakan tanaman I. aquatica Forssk.Adanya perbedaan akumulasi logam
tersebut pada tumbuhan disebabkan karena adanya batas kadar logam yang terdapat di dalam
biomassa dan hiperakumulator berbeda-beda bergantung pada jenis logamnya maupun jenis
tanaman.

2.3 Logam Pb, Cd dan Fe

Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga disebut dengan
istilah timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat
kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan.
Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilatdan memiliki bilangan
oksidasi +2(Sunarya, 2007). Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya
bagi makhluk hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam
jangka waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah (Brass & Strauss, 1981). Pb dapat
mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan manusia. Masuknya Pb ke tubuh
manusia dapat melalui makanan dari tumbuhan yang biasa dikonsumsi manusia seperti padi, teh
dan sayur-sayuran. Logam Pb terdapat diperairan baik secara alamiah maupun sebagai dampak
dari aktivitas manusia. Logam ini masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan
bantuan air hujan. Selain itu, proses korofikasi dari batuan mineral juga merupakan salah satu
jalur masuknya sumber Pb ke perairan (Palar,1994).

Kadmium (Cd) merupakan logam berat yang banyak ditemukan di lingkungan,


khususnya lingkungan perairan, dan memiliki toksisitas yang tinggi pada konsentrasi yang
rendah (Vogiatzis and Loumbourdis, 1999; Almeide et al., 2009). Kadmium merupakan salah
satu polutan yang dihasilkan industri. Logam ini dapat menyebabkan gangguan pada organ dan
jaringan hewan seperti insang, ginjal, testis, jantung, hati, tulang, dan sistem darah (Sunarto,
2011). Kadmium sebagai salah satu logam berat non-esensial dapat terakumulasi dalam tubuh
organisme dan diketahui memiliki waktu paruh yang lama (Pagoray, 2001; Patrick, 2003; Cicik
and Engin, 2005). Kadmium secara alami ditemukan di alam dalam bentuk mineral greennockite
(CdS). Logam ini, merupakan hasil sampingan proses peleburan bijih seng (Zn), timbal (Pb), dan
tembaga (Cu) (Palar, 2008). Peningkatan pencemaran logam berat Cd disebabkan karena
aktivitas antropogenik melalui pemanfaatan Cd dalam berbagai industri, seperti tekstil, baterai,
plastik, dan elektroplating (Fitriawan et al., 2011; Xuan et al., 2011; Pytharopoulou et al., 2013).
Pengolahan limbah Cd yang tidak efektif akan berdampak terhadap lingkungan.

Logam besi atau Ferrum (Fe) merupakan salah satu jenis logam yang paling banyak
dipergunakan untuk kehidupan manusia, mulai dari keperluan rumah, pertanian, permesinan,
hingga alat transportasi. Besi adalah salah satu unsur logam pembentuk kerak bumi yaitu sekitar
4,7% - 5%. Besi adalah logam yang dihasilkan dari batuan besi, kebanyakan besi terdapat dalam
bentuk batuan, pasir dan tanah yang beroksidasi. Kadang besi terdapat sebagai kandungan tanah
(residual), namun jarang yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Endapan besi yang ekonomis
umumnya berupa magnetite, hematite, limotite dan siderite (M. L. Jensen & Bafeman, 1981).
Selain itu, mineral-mineral magnetik seperti magnetite, hematite dan maghemite yang terdapat
pada bijih besi memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai bahan industri
seiring dengan kemajuan teknologi. Saat ini, magnetite digunakan sebagai bahan dasar untuk
tinta kering/ toner pada mesin photo-copy dan printer laser, maghemite adalah bahan utama
untuk pita kaset. Ketiga mineral tersebut juga digunakan sebagai bahan dasar untuk industri
magnet permanen (Yulianto, 2002).

2.4 Spektrofotometri Serapan Atom (AAS)

Spektrometri Serapan Atom (SSA), merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif
yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh
atom logam dalam keadaan bebas. Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) pertama kali
dikembangkan oleh Walsh Alkamede, dan Metals (1995). SSA ditujukan untuk mengetahui
unsur logam renik di dalam sampel yang dianalisis. Spektrofotometri Serapan Atom didasarkan
pada penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral dalam keadaan gas, untuk itu diperlukan
kalor / panas. Alat ini umumnya digunakan untuk analisis logam sedangkan untuk non logam
jarang sekali, mengingat unsure non logam dapat terionisasi dengan adanya kalor, sehingga
setelah dipanaskan akan sukar didapat unsure yang terionisasi. Pada metode ini larutan sampel
diubah menjadi bentuk aerosol didalam bagian pengkabutan (nebulizer) pada alat AAS
selanjutnya diubah ke dalam bentuk atom-atomnya berupa garis didalam nyala.
Hukum Lambert : “Bila suatu sumber sinar monokromatik melewati medium transparan,
maka intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan medium yang
mengabsorpsi.”Hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium
tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus
dengan intensitas cahaya. Ini setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang
dipancarkan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya ketebalan medium yang
menyerap. Atau dengan menyatakan bahwa lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya
sama akan menyerap cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama.” Hubungan antara
penyerapan cahaya dengan konsentrasi dinyatakan oleh hukum Lambert-Beer, dimana
absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi dan tebal larutan yaitu:

A= a.b.c

Dimana, A : Absorbansi

a : absorptivitas

b : panjang burner

c : konsentrasi

Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitafif dari unsur-
unsur yang pemakainnya sangat luas di berbagaibidang karena prosedurnya selektif, spesifik,
biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat
matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisis sangat cepat dan mudah dilakukan. AAS
pada umumnya digunakan untuk analisa unsur, spektrofotometer absorpsi atom juga dikenal
sistem single beam dan double beam layaknya Spektrofotometer UV-VIS. Sebelumnya dikenal
fotometer nyala yang hanya dapat menganalisis unsur yang dapat memancarkan sinar terutama
unsur golongan IA dan IIA. Umumnya lampu yang digunakan adalah lampu katoda cekung yang
mana penggunaanya hanya untuk analisis satu unsur saja. Metode AAS berprinsip pada absorbsi
cahaya oleh atom. Atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung
pada sifat unsurnya.

Sumber cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari
elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api yang berisi sampel yang
telah teratomisasi, kemudia radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator.
Chopper digunakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari sumber radiasi, dan radiasi
yang berasal dari nyala api. Detektor akan menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan
hanya mengukur arus bolak-balik dari sumber radiasi atau sampel.

Terdapat beberapa teknik analisis dalam AAS yaitu Metode Standar Tunggal merupakan
Metode yang sangat praktis karena hanya menggunakan satu larutan standar yang telah diketahui
konsentrasinya (Cstd). Selanjutnya absorbsi larutan standar (Asta) dan absorbsi larutan sampel
(Asmp) diukur dengan spektrometri. Metode Kurva Kalibrasi dalam metoda kurva kalibrasi ini,
dibuat seri larutan standar dengan berbagai konsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut di
ukur dengan masih SSA. Selanjutnya membuat grafik antara konsentrasi (C) dengan absorbansi
(A) yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope= ɛ. B atau slope =a.b,
konsentrasi larutan sampel diukur dan di intropolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukan ke
dalam persamaan regresi linear pada kurva kalibrasi. Metode Adisi Standar Metode ini dipakai
secara luas karena mampu meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi
lingkungan (matriks) sampel dan standar. Dalam metode ini dua atau lebih sejumlah volume
tertentu dari sampel dipindahkan ke dalam labu takar. Satu larutan diencerkan sampai volume
tertentu kemudiaan larutan yang lain sebelum diukur absorbansinya ditambah terlebih dahulu
dengan sejumlah larutan standar tertentu dan diencerkan seperti pada larutan yang pertama.

Anda mungkin juga menyukai