Anda di halaman 1dari 6

NEMATODA PARASIT PADA TIKUS DIDESA PAKULI, KEC.

GUMBARA,
KAB. DONGGALA, SULAWESI TENGAH

Rats Parasite Nematodes in Pakuli Village, Gumbara Subdistrict,


Donggala District, Central Sulawesi

Kartika Dewi*

Abstract. A survey of nematodes paraziting rats was conducted in the Pakuli village in July 2008. A total
of 35 rats consisted of 23 Rattus tanezumi and 12 Bunomys chrysocomus were trapped alive in house,
mixed plantations, rice fields and secondary forest. As the results, 25 (71.43%) of the trapped rats were
parasitized with one or more of nematodes, and the rest were free. The obtained nematodes were Subulura
andersoni, Pterygodermatites \vhartoni, Heterakis spumosa, Syphacia rifaii and Gongylonema
neoplasticum. Some of those nematodes had zoonotic potencial.

Keywords: Nematode, rats, Central Sulawesi

PENDAHULUAN Nippostrongylus muris (Purwaningsih &


Dewi, 1997). Untuk konfirmasi spesimen Sy.
Secara biogeografis Sulawesi Tengah
muris telah dilakukan identifikasi ulang dan
masuk ke dalam daerah peralihan antara
hasilnya jenis tersebut adalah Sy. rifaii.
Zona Asia dan Zona Australia atau terletak
pada Garis Wallace (Wallace Line), sehingga Desa Pakuli, Kec. Gumbara, Kab.
mempunyai kekayaan fauna yang sangat Donggala, Sulawesi Tengah, merupakan desa
tinggi dan merupakan tempat tinggal bagi yang berbatasan langsung dengan Taman
berbagai macam mahluk hidup (Hasegawa & Nasional Lore Lindu. Rusaknya habitat asli
Tarore 1996). Berdasarkan hal tersebut maka tikus karena dijadikan permukiman dan
diduga keanekaragaman jenis cacing dirambah oleh penduduk di daerah sekitar
parasitnya di tempat tersebut juga banyak. TNLL menyebabkan banyaknya tikus masuk
ke daerah permukiman sehingga penduduk
Tikus termasuk ke dalam suku
menjadi sedemikian akrabnya dengan tikus.
Muridae membentuk kelompok mamalia
Untuk itu nematoda tikus di daerah ini
yang besar yang mencakup sekitar 30% dari
menarik untuk diteliti. Penelitian ini
mamalia di Sulawesi, dan 52% diantaranya
bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis
endemik Sulawesi (Musser & Durden 2002).
nematoda yang menginfeksi tikus di Desa
Tikus dan penyakitnya mendapatkan
Pakuli, Kec. Gumbara, Kab. Donggala,
perhatian dari banyak peneliti karena
Sulawesi Tengah.
mempunyai arti penting dalam kesehatan dan
ekonomi. Tikus merupakan hewan reservoir
penyakit parasit pada manusia dan hewan.
BAHAN DAN CARA
Salah satu yang menarik adalah nematoda
parasit pada tikus karena telah ditemukannya Daerah penelitian adalah di Desa
nematoda tikus yang bersifat zoonosis pada Pakuli, Kec. Gumbara, Kab. Donggala,
manusia. Sulawesi Tengah. Penelitian dilakukan pada
tanggal 23 Juni sampai dengan 7 Mi 2008.
Penelitian pola distribusi nematoda
pada tikus suku Muridae pernah dilakukan di Perangkap tikus diletakkan pada
daerah hutan di Loree Lindu. Dalam daerah pemukiman penduduk dan tempat-
penelitian tersebut ditemukan 10 jenis tempat yang sering bersentuhan dengan
nematoda, yaitu: Subulura andersoni, penduduk sekitar yang meliputi rumah,
Syphacia muris, Heterakis spumosa, sawah, kebun campuran dan hutan sekunder.
Cydodontostomum purvisi, Hepatojarakus Perangkap tikus yang digunakan adalah
malayae, Molinacuaria indonesiensis, perangkap Kasmin dengan ukuran
Protospirura muris, Rictularia tani (syn. 28xl2xl2cm3. Perangkap tikus yang
Pterygodermatities tani), Trichuris muris dan digunakan sebanyak 50 buah yang diletakkan

1
Bidang Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense), Pusat Penelitian Biologi-LIPI
38
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 10 No 1, Maret 2011 : 38 - 43

di rumah tersebar di lokasi penelitian (rumah, menggunakan air panas Setelah difiksasi
sawah, kebun campuran dan hutan sekunder) nematoda disimpan dalam alkohol 70%
selama 10 hari. Pada saat penelitian tersebut untuk kemudian dibawa ke laboratorium.
jika ada trap yang berisi tikus, maka tikus Pemilahan dan pengidentifikasian
diambil kemudian trap dipasang kembali. nematoda dilakukan di laboratorium, Bidang
Tikus yang dibedah dicatat diukur Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI.
karakter morfologinya untuk Spesimen yang sudah diidentifikasi jenisnya
pengidentifikasian jenis. Setelah diukur tikus dihitung prevalensi, kelimpahannya termasuk
dibedah mulai dari anus ke atas sampai dada jumlah jantan dan betinanya per habitat untuk
sehingga rongga badan dapat diamati. Organ mengetahui pola distribusi nematoda dalam
dalam meliputi hati, ginjal, paru-paru dan satu inang. Angka prevalensi nematoda
organ pencernaan diambil kemudian merupakan angka penyebaran cacing tersebut
ditempatkan pada cawan petri yang terpisah dalam sekelompok inangnya, yang dihitung
untuk diperiksa ada tidaknya nematoda. dengan rumus sebagai berikut (Fuentes et al.
Nematoda yang didapat difiksasi dengan 2004):

Jumlah tikus ienis A vang terinfeksi nematoda x 100%


Jumlah semua tikus A yang diperiksa

Sedangkan indeks parasit adalah Musser & Holden (1991) jenis tikus yang
jumlah individu suatu jenis nematoda yang umum dijumpai dan daerah penyebarannya
ditemukan pada tiap inangnya (Purwaningsih paling luas di Lore Lindu adalah R. tanezumi.
dan Dewi, 2007) Jenis ini terdistribusi pada semua macam
habitat di Lore Lindu dan umum dijumpai
pada ketinggian 900-1200 dpi.
BASIL DAN PEMBAHASAN
a. Inang dan habitatanya
b. Nematoda, habitat dan prevalensinya
Tikus yang berhasil ditangkap
Berdasarkan hasil pemeriksaan, dari
sebanyak 35 ekor yang terdiri dari dua jenis
35 ekor ekor tikus yang diperiksa sebanyak
yaitu Rattus tanezumi sebanyak 23 ekor dan
25 ekor tikus (71,43%) terinfeksi nematoda,
Bunomys chrysocomus sebanyak 12 ekor.
sedangkan yang tidak terinfeksi berjumlah 10
Pada penelitian ini R. tanezumi ditangkap di
ekor (28,57%). Nematoda yang didapat
berbagai habitat yang meliputi sawah, rumah
terdiri dari lima jenis (Tabel 1). Habitat
dan kebun campuran, sedangkan B.
ditemukannya cacing pada inang adalah
chrysocomus ditemukan di hutan sekunder,
lambung, usus, sekum dan di bawah mukosa
sawah dan kebun campuran. B. chrysocomus
lambung.
merupakan tikus endemik di Sulawesi
(Suyanto dkk. 1998). Menurut penelitian

Tabel 1. Sebaran Jenis Mematoda, Jumlah dan Jenis Inang Terinfeksi dan Habitat
Ditemukannya Nematode
Nematoda Inang Positif Prevalensi (%) Habitat
B. chrysocomus 10 28,57 lambung, usus, sekum
Subulura andersoni
R. tanezumi 2 5,71 sekum
di bawah dinding
Gongylonema B. chrysocomus 7 20,00 mukosa lambung
neoplasticum di bawah dinding
R tanezumi 14 40,00 mukosa lambung
Heterakis spumosa B. chrysocomus 8 22,86 sekum, usus, lambung
Syphacia rifaii B. chrysocomus 7 20,00 sekum, usus
Pterygodermatites
whartoni R. tanezumi 3 8,57 usus halus

39
Nematoda parasit pada tikus...(Kartika Dewi)

Inang yang terinfeksi Subulura jenis ini adalah 1 - 1 9 ekor tiap inangnya.
andersoni berjumlah 12 ekor (prevalensi Cacing ini ditemukan terbenam di dalam
34,28%). Tikus yang terinfeksi yaitu 10 ekor dinding mukosa lambung. Di Indonesia,
dari jenis B. chrysocomus dan dua ekor R. nematoda jenis ini hanya pernah dilaporkan
tanezumi, dengan indeks parasit tiap menginfeksi Rattus rattus di Halmahera
inangnya adalah 1-74 ekor. Jumlah (Hasegawa & Syafruddin, 1995), sehingga
keseluruhan S. andersoni yang didapat Sulawesi Tengah merupakan catatan baru
berjumlah 253 ekor yang terdiri dari 102 ekor lokasi sedangkan R. tanezumi dan B.
jantan dan 149 ekor betina. Rata-rata cacing chrysocomus merupakan catatan baru inang
perinangnya 19 ekor per inang., jumlah untuk G. neoplasticum.
cacing betina indeks parasitnya 1-30 dan
Syphacia rifaii dipertelakan jenisnya
yang jantan adalah 1-44 ekor per inangnya,
pertama kali menggunakan spesimen dari
sedangkan rata-rata per inang untuk cacing
penelitian ini (Dewi & Hasegawa 2010).
jantan adalah 8 ekor dan cacing betina 11
Inang yang terinfeksi Sy. rifaii hanya dari
ekor per inang.
jenis B. chrysocomus yang berjumlah tujuh
Habitat S. andersoni yang ditemukan ekor (20,00%). Cacing ini sebagian besar
adalah sekum, usus, dan lambung. Cacing menghuni pada bagian sekum dan hanya
yang ditemukan di sekum berjumlah 154 sedikit yang ditemukan di lambung dan usus
ekor (60,87%), di usus 46 ekor (18,18%) dan dengan indeks parasit 4-216 ekor per inang
di lambung 53 ekor (20,95%). dengan jumlah total individu yang ditemukan
berjumlah 374 ekor. Dari keseluruhan Sy.
Pterygodermatites whartoni
rifaii yang ditemukan, cacing jantan hanya
menginfeksi tiga ekor R. tanezumi (8,57%),
ditemukan berjumlah 24 ekor (6,42%) saja.
dengan indeks parasit 1-5. Cacing ini hanya
Cacing jantan pada marga Syphacia memang
ditemukan di usus halus. Cacing jantan hanya
sering ditemukan dalam jumlah yang sedikit.
ditemukan satu ekor. Jenis ini pernah
Hal tersebut dimungkinkan karena cacing
ditemukan di Halmahera menginfeksi R.
jantan mati setelah melakukan perkawinan
exulans dan R. rattus (Hasegawa &
(Anonim2006;Skrjabinefa/,. 1974).
Syafruddin, 1995).
Heterakis spumosa ditemukan pada
tujuh ekor B.chrysocomus (20,00%). Jumlah c. Jenis infeksi nematoda dan potensi
keseluruhan cacing yang ditemukan adalah zoonosisnya
176 ekor, yang terdiri dari 57 ekor jantan
Tikus yang diperiksa pada penelitian
(32,39%) dan 119 ekor betina (67,61%).
ini ada yang terinfeksi hanya satu jenis
Indeks parasit pada tiap satu ekor inang
nematoda saja, maupun terinfeksi lebih dari
adalah 1 - 56. Rata-rata cacing tiap inangnya
satu jenis nematoda. Tikus yang terinfeksi
26 ekor, yang terdiri dari 9 ekor jantan dan
hanya satu jenis nematoda berjumlah 14 ekor
17 ekor betina. Habitat nematoda ini pada
tikus (40,00%); yang terdiri dari sembilan
sekum, usus dan lambung. Cacing yang
ekor tikus (delapan R. tanezumi dan satu B.
ditemukan di sekum berjumlah 92 ekor
chrysocomus) terinfeksi G. neoplasticum,
(52,27%), di usus 51 ekor (28,98%) dan di
tiga ekor tikus (dua B. chrysocomus dan satu
lambung 33 ekor (18,75%).
R. tanezumi) terinfeksi S. andersoni, seekor
Gongylonema neoplasticum B. chrysocomus yang terinfeksi Sy. rifaii dan
menginfeksi 21 ekor tikus, yang terdiri dari seekor R tanezumi yang hanya terinfeksi P.
14 ekor R tanezumi (40,00%) dan tujuh ekor whartoni (Tabel 2).
B. chrysocomus (20,00%). Jumlah spesimen
Tikus yang terinfeksi lebih dari satu
yang diperoleh adalah 129 ekor, yang terdiri
jenis nematoda berjumlah 11 ekor tikus
dari 48 ekor jantan (37,21%) dan 81 ekor
(31,43%). Infeksi dua jenis nematoda dalam
betina (62,79%). Rata-rata infeksi untuk
satu inang berjumlah empat ekor tikus
cacing G. neoplasticum adalah tujuh ekor,
(11,42%). Infeksi tersebut yaitu S. andersoni
yang terdiri dari tiga ekor jantan dan empat
dengan H. spumosa dan G. neoplasticum
ekor betina tiap inangnya. Indeks parasit
dengan P. whartoni. Tiga jenis nematoda

40
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 10 No 1, Maret 2011 : 38 - 43

yang menginfeksi secara bersama ada pada banyak adalah infeksi empat jenis nematoda
tiga inang (8,57%), nematoda tersebut adalah secara bersamaan pada satu inang yaitu pada
S. andersoni, H, spumosa dengan Sy. rifaii empat ekor B. chrysocomus (11,42%),
dan S. andersoni, H. spumosa dengan G. nematoda tersebut adalah S. andersoni, H.
neoplasticum Sedangkan infeksi yang paling spumosa, Sy. rifaii dan G. neoplasticum.

Tabel 2. Jenis Infeksi


Jenis Infeksi Jumlah inang (n) Jumlah
R. tanezumi B. chrysocomus
Infeksi satu jenis nematoda
- Gongylonema neoplasticum 8 1 9 (25,71%)
- Subulura andersoni 1 2 3 (8,57%)
- Syphacia rifaii - 1 1 (2,86%)
- Pterygodermatites whartoni 1 1 (2,86%)
Jumlah 10 4 14 (40,00%)

Infeksi lebih dari satu jenis nematoda


a. Dua jenis nematoda
- S. andersoni + H. spumosa 2(5,71%)
- G. neoplasticum + P. whartoni 2(5,71%)
Jumlah 4(11,42%)

b. Tiga jenis
- 5. andersoni + H. spumosa+ Sy. rifaii 3 (8,57%)
- S. andersoni + H. spumosa + Gongylonema sp.
Jumlah 3 (8,57%)

c. Empat jenis
- S. andersoni + H. spumosa+ Sy. rifaii + G.
neoplasticum 4(11,42%)

Jumlah 2 (4,54%) 9 (20,46%) 11 (31,43%)

Jenis inang yang paling banyak mempunyai kemampuan unruk beradaptasi


diinfeksi jenis nematoda adalah B. dengan inang barunya dan untuk berevolusi
chrysocomus, yang mempunyai habitat di sehingga dapat melakukan modifikasi untuk
kebun campuran yang berbatasan langsung dapat menyesuaikan dengan sisitem tubuh
dengan hutan sekunder. Jenis tikus ini inang barunya. Sehingga akan tejadi interaksi
diinfeksi oleh empat jenis nematoda, yaitu 5. antara inang barunya dan parasit tersebut
andersoni, H. spumosa, Sy. rifaii. dan G. (Pisanu et aV 2007). Hal ini yang
neoplasticum, sedangkan R. tanezumi dikhawatirkan terjadi, parasit yang terbawa
diinfeksi oleh empat jenis cacing, yaitu G. tikus terutama nematoda ke daerah
neoplasticum, P. whartonii dan Sy. Rifaii. permukiman dapat menjadikan manusia
sebagai hospes accidental nya.
Hutan merupakan habitat yang
seimbang dimana banyak jenis hewan tinggal Hal tersebut terbukti dengan
disana. Hutan sekunder yang terdapat di Lore ditemukannya beberapa nematoda parasit
Lindu sudah mengalami perambahan tikus pada manusia. Contoh nematoda parasit
sehingga banyak habitat tikus hutan yang tikus yang pernah ditemukan pada manusia
sudah rusak. Dengan rusaknya habitat tikus antara lain: Sy. muris yang ditemukan pada
hutan maka tikus akan masuk ke permukiman seorang anak Amerika yang tinggal di
penduduk dan menyebarkan penyakit yang Filipina, Capillaria, nematoda hati tikus ini
dibawanya. Nematoda akan mengikuti ditemukan menginfeksi hati pada dua orang
pergerakan dan perpindahan inangnya, Indian dari daerah Amazon,
sehingga mereka akan ikut terbawa juga Cyclodontostomum purvisi ditemukan
kemanapun inangnya pergi. Parasit menginfeksi pada manusia di Thailand,

41
Nematoda parasit pada tikus...( Kartika Dewi)

Angiostrongylus cantonensis, cacing yang dewasa menyebabkan kerusakan pada


menyebabkan radang otak pada manusia, dinding epithel di mukosa. Sy. rifaii betina
ditemukan menginfeksi manusia di Sumatra, meletakkan telur yang sudah berembrio pada
di Iran Gongylonema ditemukan pada daerah anal inangnya yang kemudian bisa
mukosa seorang wanita dan Rictularia sp. menjadi infektif dalam beberapa jam
(syn: Pterigodermatities sp.). ditemukan pada (Soulsby 1982), kemudian telur menetas dan
pemeriksaan histophatologi appendix seorang larva tahap ke dua menuju sekum dan dalam
laki-laki di New York (Baker 1998; waktu empat hari larva berkembang menjadi
Bhaibulaya & Indrangarm, 1975; Kia et al. dewasa (Anonim 2002).
2001; Kwo & Kwo 1968; Seo 1968, Pinto et
al. 2001 ).
KESIMPULAN
Taman Nasional Lore Lindu bukan
hanya merupakan kawasan yang hanya Berdasarkan hasil pemeriksaan, dari
dihuni oleh binatang dan tumbuhan saja, 35 ekor ekor tikus yang diperiksa sebanyak
tetapi juga mempunyai interaksi intensif 25 ekor tikus (71,43%) terinfeksi nematoda,
dengan kehidupan manusia. Hal yang patut sedangkan yang tidak terinfeksi berjumlah 9
untuk dikhawatirkan adalah berpindahnya ekor (28,57%). Nematoda terdiri dari lima
penyakit dari hutan ke manusia. Salah jenis, yaitu Subulura andersoni, Heterakis
satunya adanya nematoda parasit tikus yang spumosa, Gongylonema neoplasticum,
bersifat zoonosis. Adanya nematoda tersebut Pterygodermatites whartoni dan Syphacia
dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan rifaii. Habitat ditemukannya cacing pada
manusia, sedangkan adanya infeksi nematoda inang adalah lambung, usus, sekum dan di
pada manusia jarang yang menimbulkan bawah mukosa lambung.
gejala yang nyata bagi penderitanya.
Mempelajari siklus hidup dari UCAPAN TERIMA KASIH
nematoda sangat dibutuhkan untuk memutus
rantai penyebaran nematoda tersebut. Terimakasih saya ucapkan kepada
Gongylonema neoplasticum dan S. andersoni Prof. Mien A. Rifai dan Ir. Endang
mempunyai siklus hidup yang tidak langsung Purwaningsih yang telah memberikan
atau disebut dengan heteroxeny yaitu bimbingan selama penelitian sampai
membutuhkan lebih dari satu inang. Telur pembuatan laporan. Kepada Nanang
Gongylonema neoplasticum berbentuk oval, Supriyatna dan Sarino (Bidang Zoologi,
mempunyai dinding yang tebal, mengandung Puslit Biologi-LIPI) atas bantuannya
larva tahap pertama ketika ditelurkan betina. sehingga spesimen inang tersedia dan
Inang perantaranya adalah kumbang kotoran teridentifikasi, kepada Yuni Apriyanti atas
(Coleoptera) dan kecoa (Schacher & Chee- bantuannya di laboratorium. Penelitian ini
Hock 1960), sedangkan menurut Yamaguti dibiayai oleh LIPI dalam proyek "Kiat-kiat
(1961) inang perantara genus ini adalah memenangkan proyek" tahun anggaran 2008
reptilia. Larva hidup di bagian hameocoel yang diberikan pada penulis.
serangga, tatapi larva tahap ketiga berubah
menjadi kapsul di otot (Anderson 2000).
Hospes perantara S. andersoni adalah DAFTAR PUSTAKA
berbagai jenis kumbang dan kecoa (Soulsby Anderson RC. 2000. Nematoda Parasites of
1982). Vertebrates. Their Development and
Trasmission. 2nd Edition. CABI Publishing.
Heterakis spumosa dan Sy. rifaii Wallingford. xx + 650.
siklus hidupnya tanpa inang perantara atau Anonim. 2002. Syphacia. Dept. of Zoology,
disebut dengan monoxeny. Telur H. spumosa University of Manitoba.
http://www.umanitoba.ca/science/zoology/fac
berkembang pada lingkungan yang terbuka, ultv/dick/z346/syphhome.html. Diakses
sangat resistan dan bisa tetap infektif di tanah tanggal 25 agustus 2007
dalam waktu berbulan-bulan. Ketika inang Baker DG. 1998. Natural Pathogens of Laboratory
menelan telur yang infektif tersebut, larva Mice, Rats, and Rabbits and Their Effects on
menetas di dalam usus. Larva ditemukan Research. Clinical Viicrobiology. Reviews
11:231-266.
pada cacing tanah Pheretima sp. Cacing

42
Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 10 No 1, Maret 2011 : 38 - 43

Bhaibulaya M and Indrangarm S. 1975. Man: An Murinae (Muridae, Rodentia) and Its Parasitis
Accidental Host of Cyclodontostomum New Species of Sucking Louse (Insecta,
purvisi (Adam, 1933) and the Occurrence in Anoplura). American Museum Novitates
Rats in Thailand Southeast Asian Journal 3368: 1-50.
Tropical Public Health 6 (3): 391-394 Pinto RM, Gonfalves L, Noronha N and Gomes DC.
Dewi, K and Hasegawa H. 2010. Syphacia (Syphacia) 2001. Worm Burdens in Outbred & Inbred
rifaii n. sp. (Nematoda: Oxyuridae) Collected Laboratory Rats with Morphometric Data on
from Bunomys spp. (Rodentia: Muridae) in Syphacia muris (Yamaguti, 1935) Yamaguti,
Central Sulawesi, Indonesia. Journal 1941 (Nematoda, Oxyuroidea). Meminst
Parasitology 96(1):125-128. Oswaldo Cruz 86; 133 - 136.
Diouf, M, Ba, Marchand B and Vassiliades. 1997. Pisanu B, Jerusalem C, Huchery C, Marmet J and
Gongylonema madeleinensis n.sp. Chapuis JL. 2007. Helminth Fauna of the
(Nematoda: Spiruroidea), from Mastomys Siberian chipmunk, Tamias sibiricus
erytroleucus (Rodentia) from a Senegalese Laxmann (Rodentia, Sciuridae) Introduced in
Island. Journal Parasitology 83(4): 706-708. Sub Urban French Forests. Parasitol Res
Fuentes, MV, Saez S, Trelis M, Munos-Atoli C & 100: 1375-1379.
Esteban JG. 2004. The Helminth Comunity Purwaningsih E and Dewi K. 2007. Nematoda pada
of Apodemus sylvaticus (Rodentia, Muridae) Tikus Suku Muridae dan Pola Infeksinya di
in the Sierra de Gredos (Spain). Arxius de Lore Lindu Sulawesi Tengah. Berita Biologi
Miscel-ldnia Zoologica 2:1-6. 8 (6): 509-514.
Hasegawa H & Syafruddin. 1995. Nematode fauna of Schacher JF & Chee-Hock C. 1960. Nematoda
the two sympatric rats, Rattus rattus and R. parasites of three common house rat species
exulans, in Kao district, Halmahera Island, in Malaya, with notes on Rictularia tani
Indonesia. Journal of the Helminthological Hoeplli, 1929. Malaya 29: 208-216.
Society of Washington 62: 27-31. Seo BS, Rim HJ, Yoon JJ, Koo BY and Hong NT.
Hasegawa H and Tarore D. 1996. Syphacia (Syphacia) 1968. Studies on The Parasitic Helminths of
sulav/esiensis n.sp. and S.(S.) muris Korea III. Nematodas and Cestodes of
(Yamaguti, 1933) (Nematoda Oxyuridae) Rodents. The Korean Journal of Parasitology
(Rodentia Muridae) in North Sulawesi, 6(3):123-131.
Indonesia. Tropical Zoology 9: 165-175 Skrjabin KI, Shikhobalova NP &Lagodovskaya EA.
Kia EB, Homayouni MM, Farahnak A, Mohebali M, 1974. Oxyurata of Animals and Man.
and. Shojai S. 2001. Study of Endoparaites of Academy of Sciences of the USSR.
Rodents and Their Zoonotic Importance in Helminthological Laboratory Essentials of
Ahvaz, South West Iran. Iranian Journal Nematodology 3: 332- 343.
Public Health 30 (1-2): 49-52. Soulsby EJL. 1982. Helminth, arthropods and protozoa
Kwo EH and Kwo IH. 1968. Occurance of of domesticated animals. 7 edition. Bailliere
Angiostrongylus cantonensis in Rats in North Tindall, a Division of Cassell Ltd., London,
Sumatra, Indonesia. Journal Parasitology 54: 809.
537-541. Suyanto A, Yoneda M, Maryanto I, Maharadatunkamsi,
Musser GG and Holden M E. 1991. Sulawesi Rodent and Sugardjito J. 1998. Checklist of the
(Muridae:Murinae) Morphological and mammals of Indonesia. LIPI-JICA joint
Geographical Boundaries of Species in the project for biodiversity conservation in
Rattus hoffmanni group Sulawesi Rodent: Indonesia. Centre for Biology-LIPI, Bogor,
Descriptions of New Species of Bunomys and Indonesia, 34 hal.
Maxomys (Muridae: Murinae). American Yamaguti S. 1961. Systema helminthum Vol III.
Museum Novitates 3001:1-41. Nematoda parasites of vertebrates.
Musser GG and Durden LA. 2002. Sulawesi Rodents: Interscience Publisher. London. 1261 pp
Descriptions of a New Genus and Species of

43

Anda mungkin juga menyukai