Anda di halaman 1dari 9

Resume : PSIKODIAGNOSTIK

KELOMPOK 3 :
NADYA IBRAHIM :1515040015
DESRILIZA ALVERINA :1515040073
RESPIANI PUTRI :1715040096
MONA MONIKA :1715040109
RIVA MISWARNI :1715040120
KONTEKS ASESSMENT DAN KLASIFIKASI PEMERIKSAAN
PSIKOLOGI

Pengukuran Aspek-aspek Psikologi


)dalam Marliani, R 2010:108-111) konstruk psikologis yang akan diukur
dan menjabar-kannya ke dalam indikator-indikator penguku-ran, aspek penting
yang lain dalam pengukuran adalah menetapkan jenis ukuran (data hasil
pengukuran) yang akan dikumpulkan, apakah kuantitatif atau kualitatif. Jika data
penelitian akan diekspresikan dalam bentuk kuantitas, misalnya, perlu dipikirkan
juga apakah data kuantitas tersebut akan diekspresikan dalam bentuk skala
nominal, ordinal, interval, atau rasio. Tulisan ini akan memberikan kajian se-cara
ringkas berkenaan dengan aspek-aspek pengukuran tersebut.
Pengukuran (measurement) merupakan suatu cara yang sistematis untuk
menetapkan secara pasti bilangan-bilangan (angka-angka) atau nama-nama
terhadap suatu obyek dan atribut-atributnya (Baltes, Reese & Nesesel- roade,
1988; Elmes, Kantowitz, & Roedriger III, 1992; Nunnally, 1978). Pengukuran
me-rupakan aspek penting dalam penelitian psi-kologis maupun penelitian-
penelitian dalam bidang lainnya.
Baltes, Reese, & Nesselroade (1988) juga menyatakan bahwa pengukuran
merupa-kan salah satu landasan (cornerstone) dalam penelitian empiris dari
berbagai disiplin ilmiah. Pengukuran secara langsung merepresentasi-kan suatu
cara yang dipilih oleh peneliti untuk mendefinisikan konsep-konsep penting.
Dike-mukakan lebih lanjut oleh Baltes, Reese, & Nesselroad, melalui pengukuran
kita dapat menggambarkan dan merangkumkan variabel-varaibel ke dalam angka,
nama, atau indeks-indeks yang lain sehingga mudah untuk meng-komunikasikan
kepada orang lain. Hasil pe-ngukuran (misalnya angka) juga memberikan material
kasar bagi kepentingan analisis sta-tistik dan matematika untuk maksud menetap-
kan hubungan antara variabel-variabel yang diteliti.
Penelitian dalam bidang psikologi, de-mikian pula dalam bidang-bidang
yang lainnya, selalu melibatkan isu tentang skala pengukuran (types of
measurement scales). Penerapan ska-la pengukuran ini berkenaan dengan isu ten-
tang interpretasi yang dapat diberikan terhadap bilangan-bilangan yang dihasilkan
dari suatu pengukuran psikologis, dan legitimasi prosedur matematis tertentu yang
diterapkan oleh pe-neliti dalam suatu pengukuran psikologis. Misalnya, apakah
suatu alat ukur inteligensi setara dengan meteran, dapatkah hasil pengu-kuran
psikologis dianalisis secara sama seperti hasil pengukuran fisik, dsb. Dalam
penelitian psikologis (juga dalam penelitian bidang lain-nya), terdapat empat skala
pengukuran, yakni: nominal, ordinal, interval, dan rasio (Ary, Yacob, & Razavieh,
1985; Baltes, Reese, & Nesselroad, 1988; Gay, 1987; McMillan & Schumacher,
2002).
Berikut adalah penjelasan secara garis besar dari empat skala pengukuran
tersebut.
1. Skala nominal
Skala nominal hanya memilahkan obyek atau atribut ke dalam kategori-
kategori yang berbeda, seperti: jenis kelamin (laki-perem-puan), tingkat
pendidikan (dasar, menengah, tinggi), umur (0-6 tahun; 7 – 12 tahun; 13 – 18
tahun); jenis pekerjaan ( pegawai negeri, wira-swasta, BUMN, dsb). Menurut
Elmis, Kanto-witz, & Rodriger III (1992), skala nominal memiliki kelemahan
dalam arti bahwa kita tak dapat melakukan banyak operasi matematis pada
bilangan-bilangan nominal. Dicontohkan, ketika kita menempatkan orang ke
dalam suatu kategori khusus, misalnya memberinya nama, nama tersebut hanya
memberi informasi bahwa orang tersebut berbeda dari orang lain. Suatu
bilangan nominal tidak membentuk kita dalam mengukur atribut-atribut orang
tersebut secara lebih mendalam.
2. Skala ordinal
Skala ordinal mengukur perbedaan da-lam besaran atau jarak (magnitude)
suatu ob yek atau atribut. Tipe skala ini dapat kita peroleh jika kita
menempatlan obyek atau atribut ke dalam suatu urutan ranking. Misalnya, kita
menempatkan siswa-siswa ke dalam suatu urutan ranking atas dasar prestasi
hasil belajarnya. Siswa pertama dari urutan ranking tersebut adalah siswa yang
paling tinggi capaian prestasi akademik, siswa kedua adalah nomor dua dari
atas dalam pencapaian prestasi belajar, dan seterusnya.
3. Skala interval
Dalam skala interval terdapat perbedaan (interval) yang sama dan tegas
menyangkut suatu atribut tertentu antara obyek yang satu dengan lainnya. Jadi
dalam skala interval lebih banyak operasi matematis yang dapat dilaku-kan,
seperti menambah, mengurangi, membagi, mengalikan, mencari rata-rata, atau
nenemukan simpangan bakunya. Dengan kata lain, skala interval memiliki sifat
perbedaan, urutan, dan interval yang sama. Sebagai contoh, per-bedaan skor IQ
antara 100 dan 110 adalah sama dengan perbedaan skor IQ antara 120 dan 130.
Demikian pula, perbedaan prestasi belajar dari 5-6 adalah sama dengan
perbedaan pres-tasi belajar dari 8-9. Skor IQ dan prestasi be-lajar tersebut
merupakan dua bentuk contoh dari skala interval.
4. Skala rasio
Skala rasio memiliki empat karakteristik pengukuran: perbedaan, jarak,
interval sama, dan nol mutlak (Ary, Yacob, & Razavieh, 1985; Baltes, Reese,
& Nesselroad, 1988; Gay, 1987; McMillan & Schumacher, 2002). Skala rasio
dapat memberikan banyak informasi dan selalu dinilai sebagai bentuk skala
yang sangat bermanfaat dalam pengukuran psikologis. Ka-rena skala rasio
memiliki nilai nol mutlak (true zero), maka skala ini memungkinkan kita untuk
menetapkan rasio dari nilai-nilai skala (oleh karena itu skala ini disebut skala
rasio). Bahkan jika skor IQ diukur dalam skala inter-val, kita dapat mengatakan
bahwa IQ 120 a-dalah dua kali lebih besar dari IQ 60, atau lebih besar dari IQ
100.
Aspek-aspek yang dicari dalam lingkungannnya (interpsikis), assessment
situasi. Aspek-aspek yang dicari dalam diri individu (intrapsikis), assessment
biopsikologik,(dalamhttp://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/1978
03122005012ITA_JUWITANINGRUM/6.konteks_assessment_%26_klasifika
si_pmrksaan_psi.pdf, akses pada Senin 05-November-2018, Jam 21:20).
A. Pengukuran Aspek-aspek Psikologi
1. Konsep Tentang Relasi Individu - Lingkungan.
a. Konsep pressure lingkungan terhadap individu. Konjugasi antara pressure
dan kebutuhan individu=Tema (Murray)=TAT.
b. Konsep situasi, behavioral setting=tingkah laku merupakan hasil proses
belajar.
c. Konsep system=relasi individu dan lingkungan merupakan suatu sistem.
Memperhatikan proses terjadinya tingkah laku.
d. Konsep peran, berguna untuk mengerti tingkah laku individu dalam
berinteraksi dengan lingkungan, individu tidak hanya berperan satu peran,
tapi banyak peran=konflik peran.
Lingkungan sebagai determinan tingkah laku yang perlu dideteksi dpt
dikelompokkan menjadi:
1) Lingkungan fisik=alamiah.
2) Lingkungan social=relasi-relasi dalam organisasi, relasi-relasi
interpersonal.
3) Lingkungan simbolik=bahasa, komunikasi media massa.

2. Konsep Tentang Biopsikologik


a) Hubungan antara reaksi-reaksi emosional & perubahan-perubahan reaksi
emosional.
b) Hubungan antara reaksi-reaksi fisiologis dan perubahan-perubahan reaksi
fisiologis, misalnya pada kasus klinis psikosomatis, kerusakan otak atau
kecanduan alkohol, rehabilitasi anak cacat mental, dan sebagainya, Contoh
tes yg menjaring hal-hal yg berhubungan dengan biopiskologik
diantaranya Rorschach, MMPI, Contoh Tes gangguan fungsi otak
diantaranya Bender Visual-Motor Gestalt Test, Benton-Test of Visual
Retention, Graham dan Kendall- Memory for Design Test.
Empat area masalah yg perlu dideteksi dalam menjaring faktor biopsikis:
a) Faktor genetic.
b) Faktor anatomi atau konstitusi tubuh.
c) Faktor physiochemical, sistem hormonal dan peredaran darah.
d) Faktor neurophysiologic, dijaring melalui alat2 elektronik, seperti;
EEG, ECK, Lie detector, & bio feedback.

B. Klasifikasi Tes dan Jenis-jenisnya


Klasifikasi tes tergantung dari cara mengkategorikannya, biasanya dari
segi isi dan tujuan.
Cronbach (1969):
a) Tes yg mengukur maximum performance-> tes kemampuan (ability)
b) Tes yg mengukur performance tipikal/khusus-> tes kepribadian, tes minat,
tes karakter.
Drenth (1965):
a) Tes yg mengukur kemampuan/ prestasi
b) Tes intelegensi umum bentuk tunggal: tes intelegensi umum individual
anak & dewasa, tes intelegensi umum kolektif untuk anak & dewasa.
c) Tes intelegensi umum bentuk jamak: baterai tes intelegensi, baterai tes
bakat.
d) Tes kemampuan khusus: tes intelegensi khusus, tes bakat khusus, tes bakat
kerja khusus.
e) Tes non-intelektual: tes motorik & waktu, tes daya konsentrasi, tes daya
sensori, tes estetis.
f) Tes kemajuan prestasi/ belajar: tes pengetahuan & tes keterampilan
Tes Tingkah Laku metode yang digunakan:
a) Metode observasi: tes observasi, skala observasi, metode observasi kelompok
b) Metode inventori: tes interest/ minat, tes sikap & nilai, inventori &
kepribadian, teknik inventori khusus
c) Tes pola tingkah laku: tes organisasi, tes kualitatif tingkah laku motorik, tes
kualitatif untuk intelegensi, metode untuk mengukur gaya tingkah laku
d) Metode proyeksi: metode persepsi, metode interpretasi, metode ekspresi,
metode konstruksi, metode asosiasi, metode pilihan
Beberapa kategori tes:
a) Berdasarkan instruksi & cara pengambilannya: tes individual & kelompok;
tes kecepatan & tes kemampuan
b) Berdasarkan jenis pertanyaan: tes culture fair & yg tdk culture fair; tes yg
langsung & tidak langsung, tes jawaban bebas & tes pilihan
c) Berdasarkan cara menyelesaikan: tes verbal & non verbal; tes tertulis & tes
oral
d) Berdasarkan cara menilai tes: tes alternatif & tes graduil
Beberapa kategori tes:
a) Berdasarkan atas fungsi2 psikis yg dijaring: tes fantasi; tes asosiasi; tes
daya ingat; tes kemauan; tes minat; tes sikap.
b) Berdasarkan jenis pertanyaan (item): force-choiced & ambiguity item
c) Berdasarkan konstruksinya: tes yg dibakukan & tes yang informal.
d) Berdasarkan performance-nya: paper & pencil test & tes yg menggunakan
aparatus (alat).
e) Berdasarkan kesesuaian dgn kriterium: tipe tes dgn tingkah laku identik;
tipe tes dgn elemen-elemen identik; tipe tes dgn indikasi-indikator tingkah
laku; tipe tes dari kondisi-kondisi tingkah laku; tipe tes yg berhubungan
dgn kriterium yang tidak berhubungan dengan kriterium.

C. Teknik Pemeriksaan Psikologi Ditinjau dari Pendekatan Teoritik


1. Behavioral
a. Problem checklistdan
a) Data tentang kondisi subjek dicari dan didata melalui problem
checklist misalnya fear memory.
b) Titik berat perhatian: gejala dari problem tingkahlaku subjek.
c) Indikasi problem tingkahlaku : 1) tingkahlaku yang berlebihan. 2)
tingkahlaku yang kurang. 3) tingkahlaku yang tidak wajar.
d) Tingkahlaku positif subjek juga ditelusuri. Misalnya : prestasi,
kemampuan--reinfoercement list.
b. Self observation dan record keeping
a) Subjek biasanya diminta untuk memperhatikan dan mencatat
tingkahlaku setiap hari, menguraikannya dalam suatu daftar / list, juga
segala kondisi yang menyebabkan perubahan dalam derajat rasa
cemas.
b) Situasi: alamiah atau dilaboratorium.

Kritik untuk teknik behavioral:


a. Kurang memperhatikan standardisasi pemeriksaan

b. Terlalu menekankan definisi yang jelas untuk menekankan tingkahlaku


yang menjadi data yang diukur.

c. Manipulasi tidak etis dan tidak manusiawi.

2. Teknik Objektif
Yang di penting adalah trails dan factors dari kepribadian manusia
.oleh karena itu, mula-mula definisikan area masalah (domain of inter est)
kemudian diuraikan traits dan factors tadi dalam item skala yang digunakan
dapat hanya mrngukur sifat/faktor saja,tetapi juga dapat mengukur banyak
sifat yang kemudian dilakukan item analisis terhadap skala yang mengukur
berbagai sifat tersebutuntuk mengetahui korelasi antara item dengan skor
keseluruhan. Dengan cara tersebut akan diketahuiitem mana yang
sesuaimengukur masalah subjek dan mana yang tidak.
Menurut Surdbeng, terdapat 3 strategi dalam mengkonstkan skala objektif,
yaitu:
a. Jugdemental(rational thearelical) siralegy
Skala objektif dibuat berdasarkan uraian teoritik rasional (dari
intuis kasar/commam sense sampai suatu deduksi yang sistematis
berdasarkan suatu teori kepribadian mengenai sifat-sifat yang akan
diukur.
b. Clustering (internal consistonsy)
Dengan menggunakan analisis faktor kemudian ditentukan
konsistensi internal pertanyaan-pertanyaan tersebut dan dibuat
pengelompokan item yang mendukungpada indikasi traits/faktor
tertentu.
c. Group contrast (criterion keying straregy)
Dari internal consistency kemudian ditentukan konstruksi
perangkat item dengan analisis determinan dan dibuat pengelompokkan
sesuai dengan kelomopok subjek yang dipakai (mempunyai perbedaan
karakteristik yang nyata. Misalnya: pria-wanita dan lain-lain.
Contoh teknik objektif: MMPI, CPI, EPPS, 16PF, Eysenk personality
inventory, Strong vocational interest, Kuder Preference dan lain lain.
3. Proyektif
Tes proyektif adalah tes psikologi yang mengkategirikan kepribadian
individu berdasarkan stimuli ambigu. Stimulus bisa berupa kata, kalimat,
gambar, foto, bercak tinta yang ambigu dan tidak terstruktur. Tes proyektif
menggunakan teori psikodinamika sebagai dasrnya, karena tes proyektif
digunakan untuk mengetahui konflik yang tidak disadari, id, ego, super egi
dan emosi terdalam. Tujuan umum teknik proyektif untuk memperoleh
suatu materi (tes) untuk menelusuru dinamika dalam diri subjek (R-O)
Respon reaksi didalam organisme. Metode dalam mengkonstruksikan tes
dalam teknik proyeksi yaitu dengan seleksi teoristik atau impresionistik
melalui rangsang ambigous, klasifikasi dan tanda/simbol.
Teknik proyektif mempertimbangkan hal dan tingkah laku yang tidak
disadari , serta respon subjek sangat bervariasi, multidimensional, kaya
respon, dan melihat kepribadian secara menyeluruh. Kategori tes priyeksi
berdasarkan respon yang diberikan subjek:
a) Teknis asosiasi subjek memberi respon terhadap stimulus tes dengan
ide/ kata pertama yang muncul, contoh: free association
b) Teknik konstruksi, mengkonstruksi sesuatu, contoh: TAT
c) Completion technique, menyelesaikan tugas, contoh: SSCT
d) Teknik memilih dan menyusun , memilih alternatif suatu rangsan yang
diberikan dan kadang-kadang diminta menyusun dalam suatu keurutan
e) Teknik eksprensif, membentuk atau menyelesaikan tugas menurut gaya
dan pemikirannya, contoh: DAM, Baum.

Kritik untuk teknik proyektif


a) Tidak memperhatikan faktor sikap subjek ketika menjalani pemeriksaan
dan karakteristik pemeriksa.
b) Terlalu subjektivitas.
c) Relasi antara ide yang diungkapkan subjek dan yang dipersepsi dengan
tingkah laku yang ditampilkan tidak cukup jelas.

DAFTAR PUSTAKA
Amaerika: Prentice-Hall, diakses pada 3 Desember 2018.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/197803122005012-
ITA_JUWITANINGRUM/6.konteks_assessment_%26_klasifikasi_pmrksaan_psi.
pdf

Marliani, R. (2010). Pengukuran Dalam Penelitian Psikologi. Jurnal Ilmiah


Psikologi Vol III No.1:107-120,2010.

Sundberg, Norman D. 2008. [HandbookOnline] Assessment Persons.

Anda mungkin juga menyukai