Anda di halaman 1dari 15

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR

Pada kesempatan ini, Anda akan mempelajari mengenai matriks dan operasi, sistem
persamaan linear (menggunakan metode eliminasi Gauss), eksistensi dan sifat umum
persamaan linear, determinan dan aturan Cramer. Anda mungkin bertanya-tanya, mengapa
matriks sering kali dipergunakan?. Apakah matriks itu sebenarnya?. Mengapa pertanyaan
dasar tersebut Anda tanyakan?. Salah satu alasannya adalah mungkin karena Anda kesulitan
dalam memahami dan menerapkan matriks tersebut. Ada pepatah, tak kenal maka tak sayang.
Oleh karena itu, penjelasan dalam bab ini akan dimulai dengan definisi dari matriks.

Matriks sebenarnya adalah susunan dari bilangan-bilangan atau fungsi-fungsi yang


memenuhi suatu hukum. Dalam fisika, penggunaan matriks biasanya digunakan untuk
memberikan deskripsi transformasi linear seperti pada perubahan sistem koordinat,
menganalisis mekanika klasik, mekanika relativitas, teori partikel, dan mekanika kuantum.

Matrik dapat pula didefinisikan sebagai seperangkat bilangan atau fungsi dalam kotak
dua dimensi atau susunan persegi. Dalam matriks, ada istilah baris dan kolom. Matriks
dengan susunan ke arah horisontal, disebut baris dan susunan ke arah arah vertikal disebut
kolom. Matriks biasanya ditulis m x n, artinya jumlah baris dalam matriks ini ada sebanyak
m, dan terdapat n kolom. Tiap suku (komponen atau disebut juga elemen) dalam matrik
diberi simbol ij, dimana i menunjukkan baris ke-i dan j menunjukkan kolom ke-j. Sebagai
contoh a23, artinya suku ke-a ini terletak pada baris ke-2 dan kolom ke-3.

Susunan bilangan atau fungsi tersebut diletakkan dalam sebuah tanda kurung ( ), atau
sebuah kurung siku  , atau dapat pula dalam sebuah tanda kurung garis ganda  . Seperti
yang ditunjukkan pada matriks di bawah ini.

𝐚𝟏𝟏 𝐚𝟏𝟐 𝐚𝟏𝟏 𝐚𝟏𝟐 𝐚𝟏𝟏 𝐚𝟏𝟐


𝐚𝟐𝟏 𝐚𝟐𝟐 atau 𝐚𝟐𝟏 𝐚𝟐𝟐 atau 𝐚𝟐𝟏 𝐚𝟐𝟐

Dalam beberapa buku, Anda mungkin menemukan tampilan matriks seperti pada bagian sisi
sebelah kiri atau tengah.

Orde matriks adalah ukuran matriks yang ditentukan oleh banyaknya baris dan kolom
dari matriks tersebut. Penulisan orde matriks adalah dengan menuliskan perkalian antara
jumlah baris dan jumlah kolom, misalakan m x n. Matriks tidak semuanya berbentuk
bujursangkar. Bentuk bujursangkar ini diperoleh jika jumlah baris (m) sama dengan jumlah
kolom (n), m =n. Jika m  n, maka akan dihasilkan bentuk matriks yang berbeda. Jika
matriksnya hanya terdiri dari sebuah kolom (matriks m x 1), maka ini disebut sebagai
matriks kolom atau vektor kolom. Sebaliknya, jika matriks tersebut terdiri sebuah baris
(matriks 1 x n), maka ini disebut matrik baris atau vektor baris.

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 96


Perhatikan beberapa matriks di bawah ini. Kemudian tuliskan bentuk matriksnya

𝐡𝟏
𝐡𝟐 𝟒 𝟐
𝟔 𝟕 𝟖 𝟎 𝟎 𝐦𝟏𝟏 𝐦𝟏𝟐
−𝟏 𝟑
𝐡𝟑 𝟏 𝟐 𝟑 𝟏 𝟏
𝟎 𝟏
𝐡𝟒
4x1 3 x2 2x3 2x2 1x2
Vektor kolom Matriks bujursangkar Vektor baris

Operasi Matriks

Jika A dan B adalah matriks-matriks dengan orde yang sama (m x n), maka:

1. A = B, jika dan hanya jika aij = bij.


2. Penambahan dari beberapa matriks dapat dilakukan menambahkan tiap kompenen dalam
matrik yang memiliki indeks baris dan kolom yang sama. Sebagai contoh:

1 2 3 7 8 9 1+7 2+8 3+9 8 10 12


+ = =
4 5 6 3 5 7 4+3 5+5 6+7 7 10 12

Ingat. Anda hanya menambahkan tiap komponen matriks jika orde matriksnya sama.
Sebagai contoh:

1 2 3 7 8
+
4 5 6 3 5
Matriks ini tidak dapat ditambahkan.

3. Pengurangan dari beberapa matriks dapat dilakukan mengurangkan tiap kompenen dalam
matrik yang memiliki indeks baris dan kolom yang sama. Sebagai contoh:

1 2 3 7 8 9 1−7 2−8 3−9 −6 −6 −6


− = =
4 5 6 3 5 7 4−3 5−5 6−7 1 0 −1

4. Perkalian matriks dengan suatu bilangan skalar merupakan hasil kali antara bilangan
tersebut dengan tiap komponen dalam matriks. Sebagai contoh:

1 2 3 3x1 3x2 3x3 3 6 9


𝟑 = =
4 5 6 3x4 3x5 3x6 12 15 18

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 97


5. Perkalian matriks dengan matriks adalah dengan mengkalikan komponen baris dengan
kolom. Perhatikan perkalian matriks di bawah ini.

2 3 5 6 2x5 + 3x7 2x6 + 3x9 31 39


= =
4 8 7 9 4x5 + 8x7 4x6 + 8x9 76 96

Baris pertama dikalikan dengan kolom pertama. Hasilnya diletakkan pada komponen 11
(dibaca satu satu). Kemudian baris pertama dikalikan dengan kolom kedua. Hasil
kalinya diletakkan pada komponen 12. Dengan cara yang sama. Kalikan baris kedua
dengan kolom pertama, taruh pada komponen 21. Dan terakhir baris kedua dengan kolom
kedua. Hasilnya diletakkan pada komponen 22.
Atau dapat pula Anda gunakan aturan umum, yaitu komponen pada baris i dan kolom j
yang dihasilkan dari perkalian dua buah matriks AB adalah sebanding dengan baris i
dari matriks A dikalikan dengan kolom j dari matriks B. Notasi dari perkalian matriks
tersebut dapat dituliskan sebagai:

𝐀𝐁 𝐢𝐣 = 𝐀𝐢𝐤 𝐁𝐤𝐣
𝐤

Hati-hati, pada umumnya perkalian matriks tidak bersifat komutatif, artinya matriks AB
tidak sama dengan BA (AB  BA).
Terdapat istilah komutator untuk mendefinisikan perkalian antara AB dan BA. Penerapan
komutator ini biasanya akan Anda temukan pada kuliah mekanika kuantum. Komutator
dari suatu besaran disimbolkan dengan tanda kurung A,B dengan

𝐀, 𝐁 = 𝐀𝐁 − 𝐁𝐀

Suatu perkalian matriks dikatakan komut jika AB = BA. Atau dapat pula bersifat anti
komut jika AB = - BA. Selain itu, ada yang harus diperhatikan dalam perkalian matriks,
yaitu kesesuaian (conformable) yaitu matriks-matriks yang hasil kalinya terdefinisi.
Sebagai contoh, jika Anda memiliki matriks
𝟒 𝟐 𝟏 𝟓 𝟑
𝐀= dan 𝐁 =
−𝟑 𝟏 𝟐 𝟕 −𝟒
Hitunglah AB dan BA.
𝟒 𝟐 𝟏 𝟓 𝟑 𝟖 𝟑𝟒 𝟒
𝐀𝐁 = =
−𝟑 𝟏 𝟐 𝟕 −𝟒 −𝟏 −𝟖 −𝟏𝟑

𝟏 𝟓 𝟑 𝟒 𝟐
𝐁𝐀 = tak terdefinisi
𝟐 𝟕 −𝟒 −𝟑 𝟏

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 98


Mengapa tak terdefinisi?. Mungkin itu pertanyaan yang ingin Anda utarakan. Perhatikan
orde dari matriks A dan B. Matriks A adalah 2 x 2 dan matriks B adalah 2 x 3. Jumlah
kolom pada orde matriks pertama (A) haruslah sama dengan jumlah baris pada matriks
kedua (B), seperti yang ditunjukkan pada uraian di bawah. Jika jumlah kolom pada orde
matriks pertama (A) tidak sama dengan jumlah baris pada matriks kedua (B), maka hasil
kali matriksnya tidak terdefinisi atau tidak sesuai (not conformable). Orde matriks dari
hasil perkalian dari kedua matriks tersebut dapat ditentukan dari jumlah baris matrik
pertama dan jumlah kolom matriks kedua.

Dalam perkalian matriks berlaku sifat asosiatif (pengelompokan). Misalkan matriks


(AB)C = A(BC). Selain itu berlaku pula hukum distributif yaitu A(B+C) = AB + AC, dan
(A+B)C = AC + BC.

Contoh soal.
1. Pengukuran posisi dan momentum dari suatu partikel tidak dapat dilakukan secara
serempak. Artinya px(xf)  x (pxf). Jika didefiniskan bahwa:
𝛛 𝛛𝐟
𝐩 𝐱 𝐱𝐟 = −𝐢ħ 𝐱𝐟 = −𝐢ħ 𝐟 + 𝐱
𝛛𝐱 𝛛𝐱

𝛛𝐟 𝛛𝐟
𝐱 𝐩𝐱 𝐟 = 𝐱 −𝐢ħ = −𝐢ħ𝐱
𝛛𝐱 𝛛𝐱
Carilah nilai 𝐩𝐱 , 𝐱𝐟 .

Jawaban.
𝐩𝐱 , 𝐱𝐟 = 𝐩𝐱 𝐱𝐟 − 𝐱𝐟 𝐩𝐱
𝛛𝐟 𝛛𝐟
𝐩𝐱 , 𝐱𝐟 = −𝐢ħ 𝐟 + 𝐱 − − − 𝐢ħ𝐱
𝛛𝐱 𝛛𝐱

𝛛𝐟 𝛛𝐟
𝐩𝐱 , 𝐱𝐟 = −𝐢ħ 𝐟 + 𝐱 + 𝐢ħ𝐱 = −𝐢ħ 𝐟
𝛛𝐱 𝛛𝐱

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 99


Dari persamaan di atas, diketahui bahwa komutator antara momentum dan posisi berharga
tidak sama dengan nol. Anda dapat juga menghubungkan nilai dengan materi
ketidakpastian Heisenberg yang dberikan di matakuliah Fisika Modern. Dimana:

ħ
∆𝐩 ∆𝐱 ≥
𝟐

2. Jika diketahui tiga buah matriks spin Pauli yang didefinisikan sebagai:

0 1 0 −i 1 0
σ1 = , σ2 = , dan σ3 =
1 0 i 0 0 −1

Hitunglah nilai dari 𝛔𝟏 , 𝛔𝟐 .

Jawaban.
𝛔𝟏 , 𝛔𝟐 = 𝛔𝟏 𝛔𝟐 − 𝛔𝟐 𝛔𝟏

0 1 0 −i i 0
𝛔𝟏 𝛔𝟐 = =
1 0 i 0 0 −i
0 −i 0 1 −i 0
𝛔𝟐 𝛔𝟏 = =
i 0 1 0 0 i
i 0 −i 0 1 0
𝛔𝟏 , 𝛔𝟐 = 𝛔𝟏 𝛔𝟐 − 𝛔𝟐 𝛔𝟏 = − = 2i = 2i𝛔𝟑
0 −i 0 i 0 −1

3. Diketahui spin partikel seperti pada nomor 2. Buktikan bahwa matriks 1 dan 2 adalah
anti komut (12 = - 21).

Latihan Soal.

1. Salah satu pendeskripsian spin satu partikel adalah menggunakan matriks

𝟎 𝟏 𝟎 𝟎 −𝐢 𝟎
𝟏 𝟏
𝐌𝐱 = 𝟏 𝟎 𝟏 , 𝐌𝐲 = 𝐢 𝟎 −𝐢 , dan
𝟐 𝟐
𝟎 𝟏 𝟎 𝟎 𝐢 𝟎
𝟏 𝟎 𝟎
𝟏
𝐌𝐳 = 𝟎 𝟎 𝟏 ,
𝟐
𝟎 𝟏 −𝟏
Buktikan bahwa Mx, My= iMz. Gunakan simbol Levi-Civita yaitu:

𝐌 𝐢 , 𝐌𝐤 = 𝐢 𝛆𝐢𝐣 𝐌𝐤
𝐤

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 100


6. Matriks nol adalah matriks yang komponennya seluruhnya terdiri atas angka nol.

0 0 0 0 0
0 0
0 0 0 , , 0 0 , 0 0 0
0 0
0 0 0 0 0

7. Matriks identitas (atau matriks satuan) adalah matriks yang komponen penyusun pada
arah diagonal utama terdiri dari angka 1. Biasanya matriks ini disimbolkan dengan huruf
kapital I.
1 0 0
1 0
atau 0 1 0
0 1
0 0 1

8. Matriks transpose adalah matriks yang ditranspose (ditukar), dimana komponen yang ada
di baris menjadi komponen kolom. Disimbolkan dengan huruf kapital T yang diletakkan
di kanan atas dari indeks matriks, sebagai contoh AT. Perhatikan contoh berikut ini.
5
A = 5 10 15 → AT = 10 ,
15
−2
B= −6 → BT = −2 −6 −9
−9
5 4 5 3
C = → CT = ,
3 2 4 2
1 6
1 2 −3
D= → DT = 2 −7
6 −7 8
−3 8
9. Determinan dari sebuah matriks orde ke-n (n x n) adalah susunan komponen matriks yang
ditulis dengan menggunakan kurung garis A atau dapat ditulis secara singkat sebagai
det.A. Hati-hati tanda kurung ini berbeda dengan cara menuliskan matriks.Sebagai
contoh:

𝟒 𝟐 𝟒 𝟐
𝐀=  𝐝𝐞𝐭. 𝐀 =
−𝟑 𝟏 −𝟑 𝟏

Jika matriksnya orde 2x2, maka hasil determinan diperoleh dari pengurangan hasil kali
dari komponen diagonal utama ke arah kanan dan kiri. Sebagai contoh:
4 2
det. A = = 4.1 − 2. −3 = 4 − −6 = 10
−3 1
Jika matriksnya orde n (nxn), misalnya 3x3, maka Anda dapat mencari nilai
determinannya dengan cara mengalikan komponen dalam baris pertama atau kolom
ketiga dengan kofaktor dan menambahkannya. Perhatikan komponen dalam determinan
di bawah ini.

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 101


Perkalian dengan komponen baris pertama dengan kofaktor.
a11 a12 a13
a a23 a21 a23 a21 a22
a21 a22 a23 = 𝐚𝟏𝟏 22 − 𝐚𝟏𝟐 + 𝐚 𝟏𝟑
a32 a33 a31 a33 a31 a32
a31 a32 a33

a11 a12 a13


a21 a22 a23 =
a31 a32 a33
= 𝐚𝟏𝟏 a22 . a33 − a23 . a32 − 𝐚𝟏𝟐 a21 . a33 − a23 . a31 +
+ 𝐚𝟏𝟑 a21 . a32 − a22 . a31

Atau dapat pula dipergunakan kolom ketiga.


a11 a12 a13
a a22 a11 a12 a11 a12
a21 a22 a23 = 𝐚𝟏𝟑 21 − 𝐚𝟐𝟑 + 𝐚 𝟑𝟑
a31 a32 a31 a32 a21 a22
a31 a32 a33

Ataupun Anda dapat menggunakan seperti perkalian silang (AxB), yaitu


a11 a12 a13
a21 a22 a23 =
a31 a32 a33
= 𝐚𝟏𝟏 a22 . a33 − a23 . a32 − 𝐚𝟏𝟐 a21 . a33 − a23 . a31 +
+ 𝐚𝟏𝟑 a21 . a32 − a22 . a31

Contoh Soal.
1 −5 2
1. Hitunglah determinan dari matriks 7 3 4 .
2 1 5

Jawaban.
Perkalian dengan komponen baris pertama dengan kofaktor.
1 −5 2
3 4 7 4 7 3
7 3 4 = 𝟏 − −𝟓 + 𝟐 = 148
1 5 2 5 2 1
2 1 5

Coba Anda lakukan perkalian dengan komponen kolom ketiga dengan kofaktornya.
1 −5 2 a21 a22 a11 a12 a11 a12
7 3 4 = 𝐚𝟏𝟑 a a32 − 𝐚 𝟐𝟑 a31 a32 + 𝐚𝟑𝟑 a21 a22
31
2 1 5

1 −5 2
7 3 1 −5 1 −5
7 3 4 = 𝟐 −𝟒 + 𝟓 = 148
2 1 2 1 7 3
2 1 5

Penjelasan lebih lanjut mengenai determinan ini akan disajikan pada bagian terakhir pada
bab ini.

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 102


10. Matriks invers adalah sebuah matriks yang jika dikalikan oleh matriks tersebut akan
menghasilkan matriks identitas (I). Simbol dai matriks invers adalah tanda negatif satu di
kanan atas dari matriks, sebagai contoh A-1.

𝐀 𝐀−𝟏 = 𝐈
Syarat perlu dan cukup agar matriks invers (A-1) berharga atau ada adalah nilai dari
determinan A tidak sama dengan nol (det.A  0). Jika det.A = 0, maka matriks A disebut
singular. Dengan kata lain, sebuah matriks dikatakan tidak memiliki invers jika nilai
determinannya sama dengan nol, matriks itu disebut singular. Penjelasan lebih rinci
mengenai matriks invers ini akan dibahas setelah materi aturan Cramer pada determinan
yang ada dalam akhir bab ini.

Materi matriks, persamaan linear dan determinan ini terkadang bukanlah materi yang
menyenangkan bagi Anda. Mengapa demikian?. Pertanyaan ini harus Anda jawab sendiri,
karena Anda yang tahu dan merasakan kesulitan dari materi ini. Alasan yang mungkin adalah
Anda merasa tidak yakin, apakah jawaban yang Anda peroleh benar atau tidak. Sama seperti
materi deret tak hingga, Anda dapat memanfaatkan fasilitas perhitungan (kalkulator) yang
ada di beberapa website. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini. salah satu
alamat website yang dapat Anda kunjungi adalah https://matrixcalc.org/en/. Contoh di bawah
adalah penyelesaian dari hasil kali matriks A dan B, yang disajikan pada halaman 98.

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 103


SISTEM PERSAMAAN LINEAR

Persamaan linear adalah persamaan yang pangkat tertingginya adalah satu. Suatu
persamaan linear dalam dua variabel (misalnya x dan y) dapat dituliskan sebagai

𝐚𝟏 𝐱 + 𝐚𝟐 𝐲 = 𝐛
Suatu persamaan linear dalam n variabel (peubah) x1, x2, x3...xn dapat disajikan dalam bentuk

𝐚𝟏 𝐱 𝟏 + 𝐚𝟐 𝐱 𝟐 + … + 𝐚𝐧 𝐱 𝐧 = 𝐛
dengan a1, a2, ..., an dan b adalah konstanta.

Berikut ini akan ditampilkan dalam tabel beberapa contoh persamaan linear dan
bukan persamaan linear. Dari contoh-contoh tersebut diharapkan Anda dapat menyimpulkan
definisi dari persamaan linear.

No. Persamaan Linear Persamaan Bukan Linear


1. x + 2y = 3 𝑥2 + 𝑦2 = 1

1 𝑦 − cos 𝑥 = 1
2. 𝑦= 𝑥 + 2𝑧 + 5
3

3. 2𝑥1 + 3𝑥2 + 3𝑥3 + 4𝑥4 = 1 𝑥 + 𝑦 + 𝑧 + 𝑥𝑦 = 5

4. 𝑥1 − 𝑥2 + 𝑥3 − 𝑥4 + … + 𝑥𝑛 = 1 𝑥+ 𝑦+𝑧 =

Tuliskan definisi dari persamaan linier berdasarkan contoh-contoh yang ditampilkan di atas.

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 104


Sedangkan definisi dari sistem persamaan linear adalah kumpulan (himpunan)
persamaan linear dalam beberapa variabel (peubah). Yang menghasilkan suatu penyelesaian
di tiap persamaan linearnya. Misalkan dalam sistem persamaan linear yang Anda gunakan
terdapat n variabel dan m persamaan linear. Maka bentuk umum dari sistem persamaan linear
tersebut dapat dituliskan sebagai:

𝐚𝟏𝟏 𝐱 𝟏 + 𝐚𝟏𝟐 𝐱 𝟐 + … + 𝐚𝟏𝐧 𝐱 𝐧 = 𝐛𝟏

𝐚𝟐𝟏 𝐱 𝟏 + 𝐚𝟐𝟐 𝐱 𝟐 + … + 𝐚𝟐𝐧 𝐱 𝐧 = 𝐛𝟐

⋮ ⋮

𝐚𝐦𝟏 𝐱 𝟏 + 𝐚𝐦𝟐 𝐱 𝟐 + … + 𝐚𝐦𝐧 𝐱 𝐧 = 𝐛𝐦


Contoh sistem persamaan linear dengan tiga persamaan dan tiga variabel adalah
sebagai berikut:

2x –z = 2

6x + 5y + 3z = 7

2x – y = 4

Penyelesaian dari ketiga persamaan tersebut adalah x = 3/2, y = -1 dan z = 1. Cara


menyelesaian sistem persamaan linear tersebut akan dibahas segera.

Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa contoh di atas terdiri dari tiga variabel,
sedangkan pada persamaan (1) dan (3) hanya terdiri dari 2 variabel. Ingat ini adalah suatu
sistem. Yang Anda lihat adalah kumpulan dari persamaan linear. Pada persamaan kedua (2)
terdapat 3 variabel, sehingga sistem tersebut terdiri dari tiga variabel.

Agar Anda tidak bingung, contoh lain dari sistem persamaan linear yang terdiri dari 3
persamaan dan 3 variabel adalah sebagai berikut:

3x + 2y + z = 11

2x + 3y + z = 13

x + y+ 4z = 12

sistem ini jika dituliskan ke dalam bentuk matriks adalah sebagai berikut:

3 2 1 11 3 2 1 x 11
2 3 1 13 atau 2 3 1 y = 13
1 1 4 12 1 1 4 z 12
Masukkan konstanta yang mengandung variabel x dari setiap persamaan dalam kolom.
Begitu pula untuk kolom 2 dan 3 masukkan konstanta yang mengandung variabel y dan z.
Jika dalam persamaan tidak ada salah satu variabel, maka konstantanya ditulis 0, dan kolom 4

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 105


diisi kontanta penyelesaian untuk masing-masing persamaan. Atau dapat pula matriks yang
pertama berisi konstanta, dan matriks kedua berisi variabel x, y, z. Jika Anda kalikan matriks
pertama dan kedua (tentu saja dengan menggunakan aturan perkalian, lihat kembali pejelasan
operasi matriks di halaman 98). Serta matriks keempat berisi penyelesaian tiap persamaan.
Untuk kesempatan ini Anda gunakan bentuk penulisan yang pertama.

Dalam sistem persamaan linear dikenal dua jenis sistem persamaan linear homogen
dan tidak homogen. Apa perbedaan keduanya?. Perbedaannya adalah dalam sistem
persamaan linear homogen, seluruh penyelesaian persamaan linear berharga nol. Sedangkan
pada sistem linear tidak homogen, seluruh persamaannya memiliki penyelesaian (konstata b).
untuk memberikan gambaran ke Anda, perhatikan tabel di bawah ini.

Sistem Persamaan Linear Homogen Sistem Persamaan Linear Tidak Homogen


3x + 2y + z = 0 3x + 2y + z = 11
2x + 3y + z = 0 2x + 3y + z = 13
x + y + 4z = 0 x + y + 4z = 12

Suatu penyelesaian dari sistem persamaan linear, memiliki tiga kemungkinan


penyelesaian. Yaitu memiliki penyelesaian tunggal, memiliki banyak penyelesaian (tak
hingga) ataupun tidak memiliki sama sekali penyelesaian. Sistem persamaan linear yang tidak
memiliki penyelesaian disebut inconsistent. Perhatikan sistem persamaan linear pada tabel di
bawah ini.

No. Sistem Persamaan Linear Jenis Penyelesaian Penyelesaian


x + y +2z = 9
1. 2x +4y -3z = 1 Penyelesaian tunggal x = 1, y = 2, z = 3
3x + 6y -5z = 0

x = 2 – 12z
5x -2y +6z = 0
2. Banyak penyelesaian y = 5 -27z
-2x + y + 3z = 1
z=z

3x +2y -5z = 4
Tidak memiliki
3. x + y - 2z = 1
penyelesaian
5x + 3y -8z =6

http://www.maths.nuigalway.ie/~rquinlan/MA203/section1-5.pdf

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 106


Penyelesaian dari sistem persamaan linear dapat ditentukan dengan menggunakan
cara penulisan matriks yang diperluas (augmented matrix) melalui penerapan tiga jenis
operasi komponen basis (operation basis elementer atau disingkat OBE) yaitu mengalikan
sebuah basis dengan konstanta bukan nol, mempertukarkan dua baris dan menambahkan
perkalian dari suatu baris ke baris lainnya.

Pengantar penyelesaian dengan cara eliminasi Gaussian dan eliminasi Gauss-Jordan.

Eliminasi Gaussian

Metode eliminasi Gaussian dapat dipergunakan untuk menyelesaikan sistem


persamaan linear dengan cara pengurangan (pereduksian) terhadap augemented matrix
sampai diperoleh bentuk eselon baris atau eselon baris tereduksi.

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 107


Kalkulator persamaan linear

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 108


Referensi
Arfken, G. B., Weber, H. J., & Harris, F. E. (2013). Mathematical Methods For Physicsts A
Comprehensive Guide (Seventh Edition ed.). Oxford: Elsevier.

Boas, M. L. (2006). Mathematical Methods In The Physics Sciences (3rd Edition ed.). New York: Wiley.

Rohayati, A. (n.d.). Retrieved October 7, 2017, from


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._MATEMATIKA/196005011985032-
ADE_ROHAYATI/Handout_Aljabar_Matriks_akhir.pdf

Saripudin, A. (n.d.). Retrieved October 7, 2017, from


http://eprints.dinus.ac.id/14308/1/BAB_3_Matriks__Determinan__dan_Sistem_Persamaan_Linier.p
df

Spiegel, M. R. (1959). Vector Analysis and An introduction To Tensor Analysis. New York: McGraw-
Hill.

MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 109


MATRIKS, DETERMINAN DAN PERSAMAAN LINEAR, FISIKA MATEMATIKA 1 110

Anda mungkin juga menyukai