Anda di halaman 1dari 7

Soal HOST

Ada beberapa cara yang dapat dijadikan pedoman oleh para penulis soal untuk menulis
butir soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi, yakni materi yang akan ditanyakan diukur
dengan perilaku sesuai dengan ranah kognitif Bloom pada level analisis, evaluasi dan
mengkreasi, setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus) dan soal mengukur
kemampuan berpikir kritis. Soal HOTS selayaknya meminimalisir kemampuan mengingat
kembali informasi (recall), tetapi lebih mengukur kemampuan: 1. Transfer satu konsep ke
konsep lainnya, 2. Memproses dan menerapkan informasi, 3. Mencari kaitan dari berbagai
informasi yang berbeda-beda, 4. Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, 5.
Menelaah ide dan informasi secara kritis. CONTOH Soal HOTS pada Mapel IPS Materi
Pelajaran :PASAR Mengkreasi : Buatlah usulan perubahan/perbaikan yang dapat membuat
pasar di sekitar rumahmu menjadi lebih baik. Kirimkan surat itu kepada pemerintah
setempat. Mengevaluasi : Setujukah kamu apabila semua pasar tradisional diganti dengan
pasar modern? Mengapa? Menganalisis : Bandingkan kondisi beberapa jenis pasar, carilah
apa saja kekuatan dan kelemahan masing-masing jenis pasar? HIGH ORDER THINKING SKILL
HOTS Membuat Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi tidak mudah membuat soal
berpikir tingkat tinggi Cetakan (Template) untuk Membuat Soal yangMenguji Keterampilan
Berpikir Tingkat Tinggi Tidak gampang membuat soal-soal yang menuntut keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills – HOTS). Padahal soal-soal semacam ini
harus dikembangkan oleh guru dengan baik dan diterapkan di kelas yang diampunya. Saat
ini, di Indonesia, siswa-siswa kita masih lemah dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi ini.
Salah satu penyebabnya karena guru belum biasa memberikan soal-soal semacam ini
kepada mereka. Guru sendiripun harus memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk
membuat soal-soal macam ini. Pada tulisan kali ini, saya akan mencoba memberikan sebuah
cetakan (template) untuk membuat beragam soal-soal yang menantang karena
mengedepankan penggunaan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sebagai catatan: soal
yang bagaimanapun bentuknya atau bagaimanapun sulitnya akan turun tingkatannya ketika
informasi tentang jawaban pertanyaan itu telah dipaparkan di kelas saat pembelajaran atau
telah tersedia di buku teks. Soal yang meminta penerapan keterampilan berpikir tingkat
tinggi (higher order thinking skills) itu selalu menggunakan hal-hal baru dan belum pernah
“disentuh” secara langsung pada buku teks atau pembelajaran. Mengingat (Ingatan/recall)
Contoh cetakan (template) soal: Kapan terjadi .........?Sebutkan .......!Apa yang dimaksud
dengan .......?Apa pengertian dari .......?Siapakah ....? Analisis Contoh cetakan (template)
soal: Bagaimanakah cara kerja .........?Apa makna dari simbol .......?Apa makna lambang
.......?Perhatikan tabel .............., buatlah analisis dari .......!Perhatikan grafik ..............,
buatlah analisis dari .......!Perhatikan gambar .............., buatlah analisis dari .......!Perhatikan
diagram .............., buatlah analisis dari .......!Apa saja penyebab ............?Temukan contoh-
contoh ......... pada teks .........!Klasifikasikan ............ berdasarkan ..........!Kelompokkan
............ berdasarkan ...............!Buatlah diagram untuk mengilustrasikan ...........dari cerita di
atas!Pola apa yang tampak dari ..........?Buatlah sebuah outline mengenai
.............!Perhatikan ............, pilah-pilah dan jelaskan setiap komponen
penyusunnya!Berikan contoh ...............!Informasi apa saja yang diperlukan untuk
............?Berdasarkan .............., buatlah sebuah diagram!Berdasarkan ................, buatlah
sebuah grafik!Teknik-teknik apa yang digunakan dalam ...............?Ke dalam kategori-
kategori apa saja, ........... dapat dikelompokkan?Termasuk jenis apakah ........... ini?Dari
beberapa ............. di atas, yang manakah yang bukan termasuk kelompok ...........?Apa fungsi
dari ..........?Apa tujuan dari ...........?Apa hubungan antara ............ dengan ..............?Ukurlah
.............!Informasi-informasi .............. manakah yang relevan? Membandingkan Contoh
cetakan (template) soal:Bandingkan antara ..................dengan...............!Apa perbedan
antara ...............dengan.................?Apa persamaan antara ..............dengan
................?Bandingkan ................ sebelum dan sesudah di ................!Bandingkan karakter
tokoh ..........di awal dengan di akhir cerita!Pilah-pilah antara ................dengan
.................!Pada hal apa saja kamu dapat membuat perbandingan antara ............dengan
.............?Yang manakah dari ...............yang paling tinggi/tua/bagus/tepat/sesuai/cocok?
Menginferensi Contoh cetakan (template) soal: Buatlah sebuah hipotesis, apa yang akan
terjadi bila .............!Prediksikan apa yang akan terjadi pada .............!Buatlah pemecahan
masalah dari ...............!Bagaimana sudut pandang penulis tentang ............?Prediksilah
bagaimana akhir dari cerita .........!Apa gagasan utama cerita ..............?Apa tema besar dari
cerita ................?Apa pesan moral dari cerita ............?Kembangkan sebuah rencana untuk
.............!Apa kesimpulan yang dapat ditarik dari .......... ini?Usulkan dan deskripsikan sebuah
penemuan baru yang dapat menyelesaikan masalah .................!Tulislah sebuah laporan
peneletian tentang .............!Berdasarkan bahan bacaan tersebut, apa yang dapat kamu
simpulkan tentang ...........?Buatlah sebuah ...........!Desain sebuah ................!Rancang
sebuah ...........! Mengevaluasi Contoh cetakan (template) soal: Apakah biaya yang
digunakan untuk ................. sepadan dengan hasilnya?Apakah usaha yang dilakukan untuk
.................. sepadan dengan hasilnya?Apakah ............ telah bertindak secara tepat?Apa
yang akan kamu lakukan dengan situasi ............. ini, mengapa?Apakah penelitian ............ ini
telah dirancang dengan baik? jelaskan!Keputusan apakah yang sebaiknya diambil tentang
masalah ...............ini? mengapa?Apakah keputusan yang dipilih oleh ..............bijaksana
menurutmu? Mengapa?Jika kamu seorang hakim, apa putusanmu? Jelaskan!Manakah yang
terbaik dari ...........? mengapa?Alasan apa yang paling tepat untuk ..............?
mengapa?Reviu langkah-langkah percobaan ............. yang telah dilakukan, bagaimana
menurutmu tentang langkah-langkah itu?Gunakan rubrik penilaian berikut untuk menilai
............!Apa yang akan kamu lakukan pada situasi .............. semacam ini, mengapa?
Demikian contoh template atau cetakan untuk membuat soal-soal yang menguji
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills). Anda punya contoh
template atau cetakan soal yang lain? Silakan berbagi di kolom komentar. Semoga
bermanfaat. Wassalam. Semoga bermanfaat ya Dyah Ayunda
*MEMBAWA SPIRIT PUASA KE DALAM KURIKULUM 2013* Oleh: IDRIS APANDI
Alhamdulillah, tahun ini kita masih diberikan kesempatan untuk menunaikan kembali ibadah
puasa. Bagi sebagian kalangan pendidik, puasa tahun ini bertepatan dengan pelaksanaan
diklat Kurikulum 2013 (K-13), karena ditargetkan diklat K-13 selesai sebelum dimulainya
tahun pelajaran 2017/2018. Jika ditelaah, ada kesamaan atau keterkaitan antara tujuan
puasa dengan subtansi dari K-13. Tujuan puasa adalah untuk membentuk insan yang
bertakwa melalui proses perjuangan menahan lapar, dahaga, berhubungan suami istri di
siang hari, menahan hawa nafsu, menahan dari berbicara kotor, ghibah, fitnah, namimah
(mengadu domba), dan sebagainya. Intinya, puasa adalah sebuah proses latihan, pendidikan
(tarbiyah) untuk meningkatkan kualitas diri sendiri. Substansi dari K-13 adalah untuk
membentuk para peserta didik menjadi manusia Indonesia yang memiliki keimanan dan
ketakwaan yang kuat, fondasi sikap yang kokoh, cerdas, dan terampil. Ada dua hal yang
diharapkan diintegrasikan ke dalam K-13, yaitu literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter.
Literasi pada intinya adalah melek baca, tulis, teknologi, komunikasi, dan informasi dalam
berbagai bidang, yang fondasi awalnya adalah dari aktivitas membaca. Sedangkan pada PPK,
ada 5 (lima) nilai yang diintegrasikan, yaitu (1) religius, (2) nasionalis, (3) integritas, (4)
mandiri, dan (5) gotong royong. Berdasarkan kepada hal tersebut, ada pertautan antara
tujuan puasa dengan substansi dari K-13. Oleh karena itu, alangkah sangat baik jika spirit
puasa dipadukan ke dalam implementasi K-13. Literasi dan nilai-nilai PPK sangat relevan
dengan puasa. Pada bulan Ramadan selain diwajibkan berpuasa, juga sangat dianjurkan
untuk membaca (tadarrus) Alquran. Di situ ada proses Iqra atau membaca yang notabene
juga merupakan pesan dari gerakan literasi yang saat ini diprogramkan oleh pemerintah.
Selain tadarus Alquran, juga disarakan membaca sumber bacaan lain dalam rangka
meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan tentunya wawasan, utamanya dalam hal
keagamaan. Melalui aktivitas membaca, seorang manusia diantarkan sekaligus dimasukkan
ke dalam dunia ilmu pengetahuan. Wawasannya semakin bertambah, semakin cerdas, dan
semakin bijaksana. Jauh-jauh hari, melalui wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw., Islam telah mengajarkan pentingnya membaca untuk membentuk
manusia menjadi insan yang literat, dan bulan ramadan ini adalah kesempatan emas untuk
mewujudkannya. Kaitan antara puasa dengan nilai religius, puasa bertujuan untuk
mewujudkan insan yang bertakwa. Ketakwaan merupakan indikator tingkat religiusitas
seorang manusia yang diimplementasikan dalam sikap, perkataan, dan perbuatannya. Allah
Swt. telah berfirman bahwa manusia yang paling mulia dihadapan-Nya adalah manusia yang
paling bertakwa. Kaitan antara puasa dengan nasionalis, melalui puasa, setiap muslim
diajarkan untuk mencintai sesama, yang notabene satu bangsa dan satu tanah air.
Mencintai sesama adalah salah satu wujud dari mencintai tanah air. Kesejahteraan dan
kemakmuran bukan hanya dirasakan oleh segelintir orang, tetapi oleh seluruh anak bangsa.
Kaitan antara puasa dan integritas, puasa mengajarkan kejujuran. Kejujuran dan integritas
ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Puasa adalah ibadah yang langsung
dinilai oleh Allah Swt. Orang bisa saja berbohong kepada orang lain bahwa dia berpuasa,
tetapi dia tidak dapat berbohong dihadapan-Nya, Dzat yang Maha Tahu dan Maha Melihat.
Saat ini integritas adalah barang yang sangat mahal. Mudah mencari orang yang cerdas
secara intelektual dan berpendidikan tinggi, tapi sangat sulit mencari orang yang memiliki
integritas. Beberapa tahun yang lalu seorang korban lumpur Lapindo mengembalikan uang
yang salah transfer ke rekeningnya karena takut Allah. Seorang pemulung yang
mengembalikan emas yang ditemukannya di tempat penampungan sampah ke pemiliknya.
Seorang cleaning service sebuah bank yang menyerahkan amplop berisi uang ratusan juta ke
security bank, dan berbagai kisah inspiratif lainnya. Jika melihat kepada beberapa kisah
tersebut, maka saya menyimpulkan bahwa integitas tidak ada kaitannya dengan tingkat
pendidikan atau gelar yang disandang, tetapi berkaitan dengan fondasi sikap dan
kepribadian yang dimiliki oleh seseorang. Saat ini justru terbalik, banyak orang yang
berpendidikan tinggi, kaya, dengan jabatan yang mentereng justru korupsi, menilep uang
negara dengan jumlah yang fantastis. Kasus yang terbaru misalnya, seorang pejabat Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK sedang
menerima suap. Hal ini disebabkan oleh keserakahan mereka terhadap harta. Rasulullah
Saw dalam salah satu hadits menyampaikan bahwa manusia yang serakah, jika ia telah
menemukan satu ladang emas, maka ia akan mencari ladang emas berikutnya. Sikap
manusia yang serakah terhadap harta ibarat meminum air laut, semakin diminum, maka ia
akan semakin haus. Dan manusia akan berhenti dengan urusan dunia, manakala mulutnya
telah disumpal dengan tanah (meninggal). Kaitan antara puasa dan kemandirian misalnya,
melalui puasa seorang muslim bisa mengatur waktu, melakukan beragai aktivitas sendiri,
tidak merepotkan orang lain, atau bahkan jika memungkin bisa membantu orang lain.
Mandiri itu nikmat, mandiri itu bahagia, mandiri itu punya martabat, serta mandiri itu punya
harga diri. Walau demikian, kemandirian bukan berarti menjurus kepada individulistis dan
egoisme, tetapi bagaimana seseorang memiliki etos kerja yang baik sehingga berdampak
dalam membentuk karakter yang mandiri. Seorang muslim yang berpuasa, pascaimsak dan
salat subuh, sangan disarankan untuk tidak tidur, tetapi langsung bekerja dan beraktivitas.
Tujuannya agar menjadi manusia yang produktif dan mandiri. Kaitan antara puasa dan
gotong royong, pada saat jelang bulan ramadan, umat Islam bergotong royong
membersihkan masjid, jalan, dan gorong-gorong. Ada juga warga yang menyambutnya
dengan pawai bedug atau pawai obor. Mereka pun bergotong royong menyediakan takjil
bagi yang berpuasa yang notabene memiliki keutamaan yang tinggi. Pada saat sahur, ada
warga yang keliling kampung membangunkan warga yang lainnya agar segera sahur.
Rasulullah Saw. bersabda “Barang siapa yang menyediakan makanan bagi yang berpuasa,
maka dia akan mendapatkan pahala puasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa.”
Oleh karena itu, di masjid-masjid agung ada program takjil gratis bagi jamaah yang berbuka
puasa bersama di masjid tersebut, atau warga kampung yang bergiliran menyediakan takjil.
Selain itu, warga yang dinilai mampu dan fasih bacaannya, bergotong royong menjadi imam
tarawih. Selanjutnya warga pun bergotong royong bertadarrus untuk bisa khatam atau
menyelesaikan 30 juz Alquran. Berdasarkan kepada hal tersebut, semangat puasa dapat
menjiwai implementasi K-13 yang secara administratif tercantum pada Standar Kelulusan
Peserta Didik, Kompetensi Inti, Standar Isi pada tiap mata pelajaran, tujuan pembelajaran,
dan indikator ketercapaian kompetensi. Sedangkan secara teknis operasional
diimplementasikan oleh guru dalam pembelajaran. *Penulis, Widyaiswara Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat.*
PENILAIAN GURU BERPRESTASI

Dalam pemillihan guru berprestasi mulai dari tingkat satuan pendidikan sampai tingkat
nasional dilakukan penilaian terhadap aspek kinerja, kompetensi dan wawasan
kependidikan guru. 1. Kinerja a. Penilaian kinerja bagi guru berprestasi dilakukan dengan
penilaian terhadap: (1) Laporan hasil penilaian kinerja guru tahun 2014 atau sekurang-
kurangnya hasil penilaian kinerja guru formatif tahun 2015; (2) video pelaksanaan
pembelajaran di kelas; (3) dokumen portofolio guru. Setiap calon guru berprestasi wajib
menyampaikan dokumen-dokumen yang diperlukan dalam pelaksanaan penilaian kinerja
dimaksud. b. Laporan Penilaian Kinerja Guru Laporan Penilaian kinerja guru pada satuan
pendidikan yang harus disampaikan adalah laporan penilaian kinerja berdasarkan hasil
observasi tugas utama guru pada satuan pendidikan dengan menggunakan ketentuan
Permendiknas Nomor 35 tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya dan Pedoman Penilaian Kinerja Guru. c. Video pelaksanaan pembelajaran
Setiap calon guru berprestasi nasional wajib menyampaikan: 1) Video pelaksanaan
pembelajaran dengan durasi satu jam pelajaran; 2) RPP dan silabus untuk materi pelajaran
yang divideokan 3) Penjelasan tentang rekaman proses pembelajaran disajikan 4) Instrumen
pendukung penilaian kinerja guru sebagaimana ketentuan dalam Pedoman Penilaian Kinerja
Guru. d. Portofolio Guru Kinerja guru berprestasi dibuktikan dengan dokumen portofolio.
Oleh karena itu, penilaian terhadap aspek kinerja dilakukan melalui penilaian portofolio,
laporan penilaian kinerja guru dan video pelaksanaan pembelajaran. 2. Kompetensi
Penilaian terhadap aspek kompetensi dilakukan melalui tes tulis, observasi, dan wawancara
menyangkut keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Penilaian menyangkut
keempat kompetensi tersebut dilakukan sebagai berikut. a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Subkompetensi ini meliputi hal-hal
sebagai berikut : 1) Subkompetensi memahami peserta didik secara mendalam.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: (1) memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; (2) memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan (3) mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta
didik. 2) Subkompetensi merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan
pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
(1) memahami landasan kependidikan; (2) menerapkan teori belajar dan pembelajaran; (3)
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi
yang ingin dicapai, dan materi ajar; dan (4) menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih. 3) Subkompetensi melaksanakan pembelajaran. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: (1) menata latar (setting) pembelajaran; dan (2) melaksanakan
pembelajaran yang efektif. 4) Subkompetensi merancang dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: (1) merancang dan
melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan
dengan berbagai metode; (2) menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk
menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan (3) memanfaatkan hasil
penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. 5)
Subkompetensi mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensinya. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: (1) memfasilitasi peserta didik
untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan (2) memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan berbagai potensi nonakademik. Penilaian terhadap kompetensi pedagogik
dilakukan melalui tes dan observasi proses pembelajaran dari hasil penilaian kinerja guru
dan video pelaksanaan pembelajaran. b. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian
merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Subkompetensi ini meliputi kepribadian sebagai berikut : 1) Subkompetensi kepribadian
yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: (1) bertindak sesuai
dengan norma hukum; (2) bertindak sesuai dengan norma sosial; (3) bangga sebagai guru;
dan (4) memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. 2) Subkompetensi
kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: (1) menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan (2) memiliki etos kerja sebagai guru. 3)
Subkompetensi kepribadian yang arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: (1)
menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan
masyarakat, dan (2) menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. 4)
Subkompetensi kepribadian yang berwibawa. Subkompetensi memiliki indikator esensial:
(1) memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik, dan (2) memiliki
perilaku yang disegani. 5) Subkompetensi akhlak mulia dan dapat menjadi teladan.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: (1) bertindak sesuai dengan norma religius
(iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan (2) memiliki perilaku yang diteladani
peserta didik. Penilaian terhadap kompetensi kepribadian dilakukan melalui observasi dan
wawancara. c. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Subkompetensi ini
meliputi kemampuan: 1) berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik; 2)
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan; 3) berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar. Penilaian terhadap kompetensi sosial dilakukan melalui
observasi dan wawancara. d. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional merupakan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.
Subkompetensi ini meliputi hal-hal sebagai berikut. 1) Subkompetensi menguasai substansi
keilmuan terkait dengan matapelajaran/ bidang studi. Subkompetensi ini memiliki indikator
esensial: (1) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (2) memahami
struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; (3)
memahami hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; dan (4) menerapkan konsep-
konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. 2) Subkompetensi menguasai struktur dan
metode keilmuan. SubkompetensI ini memiliki indikator esensial menguasai langkah-
langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
Penilaian terhadap kompetensi profesional dilakukan melalui test tertulis, observasi
pelaksanaan pembelajaran dari hasil penilaian kinerja guru dan video pelaksanaan
pembelajaran dan wawancara. 3. Wawasan Kependidikan Penilaian terhadap penguasaan
wawasan kependidikan meliputi: pemahaman terhadap kebijakan pembangunan
pendidikan, perundang-undangan pendidikan, isu-isu terkini bidang pendidikan, wawasan
keprofesian pendidik, dan lain-lain dilakukan melalui tes tertulis.

Anda mungkin juga menyukai