Laporan Tahunan Kementerian KUKM Tahun 2016
Laporan Tahunan Kementerian KUKM Tahun 2016
LAPORAN TAHUNAN
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
TAHUN 2016
2
KATA PENGANTAR
Secara berkala Kementerian Koperasi dan UKM menerbitkan buku laporan tentang pelaksanaan kegiatan dan program
kerja pembinaan di bidang Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Langkah ini sebagai
komitmen pemerintah dalam menyampaikan informasi secara transparan dalam melaksanakan amanah, tugas, tanggung
jawab pembangunan Koperasi dan UMKM di tanah air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun
2015 tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Tugas dan fungsi dalam peraturan perundang-undangan itu merupakan amanah dan legalitas bagi Kementerian Koperasi
dan UKM dalam melaksanakan program-program pembangunan Koperasi dan UMKM pada saat ini dan masa mendatang.
Sehingga secara berkesinambungan, Kementerian Koperasi dan UKM dapat terus melaksanakan kebijakan dan program
pembangunan Koperasi dan UMKM dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan.
Kebijakan Pemerintah untuk menciptakan ekonomi yang berkeadilan dirasakan sudah sangat tepat yaitu kebijakan
pembangunan infrastruktur baik darat, laut dan udara serta kebijakan pengembangan pariwisata. Kedua kebijakan ini
mempunyai kekuatan yang sangat mendalam, yaitu :
1. Dari segi sosial ekonomi, apabila program ini berjalan baik akan terjadi pemerataan dan kesejahteraan masyarakat;
2. Dari segi sosial politik, program ini akan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
3. Dari segi sosial budaya akan mendukung pariwisata dan nilai-nilai budaya yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.
Selama tahun 2016, berbagai kebijakan dan program telah dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM dalam
rangka mendorong pengembangan Koperasi dan UMKM di Indonesia. Seluruh kebijakan dan program tersebut dapat
terwujud atas dorongan, kontribusi, dan peran serta berbagai pihak di pemerintahan pusat dan daerah serta Koperasi
dan UMKM.
Pelaksanaan dan pencapaian program Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM sepanjang tahun anggaran 2016
dituangkan melalui buku laporan Membangun Koperasi dan UMKM yang Mandiri, Kreatif dan Berdaya Saing Tinggi.
Dalam buku ini disajikan sejumlah catatan mengenai pencapaian kinerja Kementerian Koperasi dan UKM dan sejumlah
terobosan pelaksanaan program dan kegiatan Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM di pemerintah pusat,
provinsi/D.I., kabupaten, dan kota selama tahun 2016.
Tersirat sekilas dalam buku ini, Kementerian Koperasi dan UKM telah melakukan berbagai pendekatan strategis, tidak
hanya melalui integrasi dan koordinasi serta kerjasama berbagai pihak, tetapi juga dengan program dan kegiatan aksi
pembangunan Koperasi dan UMKM. Pada hakikatnya, semuanya bermuara pada upaya mendorong pertumbuhan dan
perkembangan Koperasi dan UMKM yang kreatif, mandiri, dan berdaya saing tinggi. Hal ini dimaksudkan agar Koperasi
dan UMKM sebagai entitas usaha sehingga mampu menjadi Soko Guru perekonomian nasional serta berperan sebagai
pendorong eskalasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat dan menjadi media evaluasi bersama terhadap capaian dan rencana
aksi ke depan semakin optimal dalam rangka membangun dan mengembangkan Koperasi dan UMKM untuk mencapai
masyarakat sejahtera berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
AAGN. Puspayoga
3
4
Daftar Isi
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 4
Daftar Tabel 5
Daftar Grafik 5
Bab 1
Pendahuluan 7
Latar Belakang 8
Struktur Organisasi Kementerian Koperasi dan UKM 17
Bab 2
Visi, Misi, Tujuan, Arah Kebijakan dan Strategi 19
Kementerian Koperasi dan UKM
Bab 3
Reformasi Koperasi 23
Bab 4
Program Unggulan Kementerian Koperasi dan UKM 27
Bab 5
Pelaksanaan Program 49
Deputi Bidang Kelembagaan 50
Deputi Bidang Pembiayaan 62
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran 74
Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha 84
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia 94
Deputi Bidang Pengawasan 102
Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUMKM) 110
Lembaga Layanan Pemasaran (LLP-KUKM) 114
Sekretariat Kementerian 122
Bab 5
Penutup 140
5
Daftar Tabel
Daftar Grafik
Grafik 1 : Pagu dan realisasi anggaran Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2015-2016 14
Grafik 2 : Pagu dan realisasi anggaran per Program Kementerian Koperasi dan UKM tahun 15
2016
Grafik 3 : Target dan realisasi pemberian NIK tahun 2015-2016 28
Grafik 4 : Target dan realisasi pelaksanaan sertifikat NIK terhadap Koperasi aktif secara
Nasional tahun 2015-2016 30
Grafik 5 : Target dan realisasi pelaksanaan sertifikat NIK terhadap Koperasi aktif secara
Provinsi tahun 2015-2016 31
Grafik 6 : Target dan realisasi fasilitasi akta Koperasi bagi usaha mikro dan kecil tahun 2015-
2016 33
Grafik 7 : Target dan realisasi fasilitasi IUMK tahun 2015-2016 35
Grafik 8 : Capaian kegiatan fasilitasi Standarisasi dan Sertifikasi Produk melalui HaKI Tahun
2015-2016 39
Grafik 9 : Capaian kegiatan Pengembangan Kewirausahaan Tahun 2015-2016 40
Grafik 10 : Jumlah Koperasi dan UMKM yang terlayani di galeri Indonesia WOW tahun 2015-
2016 42
Grafik 11 : Capaian Kredit Usaha Rakyat tahun 2015-2016 45
Grafik 12 : Perkembangan penyaluran dana bergulir tahun 2015-2016 46
Grafik 13 : Sebaran Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan tahun 2012-2016 52
Grafik 14 : Peserta Bimbingan Teknis GCG, Tahun 2016 53
Grafik 15 : Peserta Bimbingan Teknis Perkoperasian bagi Kelompok Strategis Pra Koperasi,
Tahun 2016 56
Grafik 16 : Perkembangan kegiatan SHAT bagi UMK, tahun 2015-2016 65
6
PENDAHULUAN
1
7
BAB
BAB I
8
LATAR BELAKANG
Pembangunan Koperasi dan UMKM merupakan langkah strategis menumbuhkan tingkat pembangunan nasional.
Kebijakan tersebut dirasakan dapat menjadi solusi konkrit untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini
dapat dicapai dengan mendorong Koperasi dan UMKM meningkatkan kapasitas dan perannya. Pembangunan
Koperasi dan UMKM juga diarahkan untuk memperkuat meningkatkan kontribusinya dalam perekonomian, baik
dalam penganggulangan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, maupun dalam peningkatan nilai tambah
perekonomian yang menyokong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.
Dalam kurun waktu lima tahun yaitu 2015-2019, pembangunan Koperasi dan UMKM dilaksanakan melalui
berbagai kebijakan untuk meningkatkan daya saing Koperasi dan UMKM. Kebijakan-kebijakan tersebut
mencakup upaya-upaya peningkatan kapasitas dan kinerja usaha Koperasi dan UMKM, penguatan dan perluasan
peran sistem pendukung usaha, dan peningkatan dukungan iklim usaha. Hal ini sejalan dengan tiga tataran
pembangunan Koperasi dan UMKM dimana pada tataran makro, kebijakan pembangunan Koperasi dan UMKM
mencakup perbaikan lingkungan usaha yang diperlukan untuk mendukung perkembangan Koperasi dan UMKM.
Beberapa isu lingkungan usaha di antaranya berkaitan dengan peraturan, persaingan usaha, biaya transaksi,
formalisasi usaha, pengarusutamaan gender serta peran pemerintah, swasta dan masyarakat.
Kebijakan pembangunan Koperasi dan UMKM pada tataran meso mencakup peningkatan sistem pendukung usaha
yang mencakup lembaga atau sistem yang menyediakan dukungan bagi peningkatan akses Koperasi dan UMKM
ke sumber daya produktif dalam rangka perluasan usaha dan perbaikan kinerja. Sumber daya produktif mencakup
bahan baku, modal, tenaga kerja terampil, informasi dan teknologi. Perluasan usaha mencakup peningkatan
tata laksana kelembagaan, peningkatan kapasitas dan perluasan jangkauan pasar. Sementara itu kebijakan
pembangunan Koperasi dan UMKM pada tataran mikro mencakup peningkatan kualitas kelembagaan Koperasi
dan UMKM serta perbaikan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) baik dari aspek kewirausahaan,
maupun kemampuan teknis, manajeman dan pemasaran.
Berdasarkan Online Data System (ODS), jumlah Koperasi aktif sampai dengan bulan Desember 2016 sebanyak
150.223 unit dan yang telah melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebanyak 80.008 unit. Dari jumlah
Koperasi aktif tersebut yang telah diberikan sertifikat Nomor Induk Koperasi (NIK) sampai dengan akhir bulan
Desember 2016 sebanyak 8.459. Rekapitulasi Data Koperasi Tingkat Nasional sebagaimana tabel terlampir:
9
Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga memberikan sambutan seusai meninjau relokasi pedagang Pasar Badung korban kebakaran,
di eks Tiara Grosir, Kota Denpasar, 1 Mei 2016
10
Melihat perkembangan Koperasi dan UMKM juga masih membutuhkan dukungan kebijakan afirmasi atau
keberpihakan bagi Koperasi dan UMKM dalam merespon perubahan pasar dan perekonomian yang dinamis.
Koperasi dan UMKM juga perlu diperkuat sehingga mampu berkontribusi pada perbaikan struktur pelaku
usaha nasional menjadi lebih kokoh dan seimbang, baik dalam skala usaha, strata maupun sektoral.
Adapun data UMKM tahun 2015 sebagai berikut:
TAHUN 2015 *)
NO INDIKATOR SATUAN JUMLAH PANGSA
(%)
1 UNIT USAHA (A+B) 59.267.759
A Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Unit 59.262.772 99,99
- Usaha Mikro (UMi) Unit 58.521.987 98,74
- Usaha Kecil (UK) Unit 681.522 1,15
- Usaha Menengah (UM) Unit 59.263 0,1
B Usaha Besar (UB) Unit 4.987 0,01
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah mengatur bahwa kedudukan Kementerian Koperasi dan UKM berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden dan dipimpin oleh Menteri. Kementerian Koperasi dan UKM mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas tersebut Kementerian Koperasi dan UKM
menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang peningkatan kapasitas kelembagaan Koperasi dan UMKM,
pemberdayaan pembiayaan Koperasi dan UMKM, pemberdayaan produksi dan pemasaran Koperasi dan
UMKM, restrukturisasi usaha Koperasi dan UMKM, pengembangan sumber daya manusia Koperasi dan
UMKM, dan pemeriksaan dan pengawasan Koperasi;
2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kapasitas kelembagaan Koperasi
dan UMKM, pemberdayaan pembiayaan Koperasi dan UMKM, pemberdayaan produksi dan pemasaran
Koperasi dan UMKM, restrukturisasi usaha Koperasi dan UMKM, pengembangan sumber daya manusia
Koperasi dan UMKM, dan pemeriksaan dan pengawasan Koperasi;
3. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
4. Pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah;
5. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
Kedudukan, tugas dan fungsi tersebut merupakan mandatory dan legalitas bagi Kementerian Koperasi dan
UKM untuk melakukan program/kegiatan di Bidang Koperasi dan UMKM. Pelaksanaan kebijakan dan program
pembangunan koperasi dan UMKM secara kontinyu dan berkelanjutan yang merupakan upaya untuk ditempuh
guna mendorong peningkatan perekonomian nasional terutama dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan
pengangguran.
14
ANGGARAN
Alokasi APBN tahun 2016 untuk pembangunan Koperasi dan UMKM pada Kementerian Koperasi dan UKM sebesar
Rp 1.065.438.716.000,- (satu triliun enam puluh lima miliar empat ratus tiga puluh delapan juta tujuh ratus
enam belas ribu rupiah). Namun berdasarkan kebijakan penghematan melalui Intruksi Presiden (Inpres) Nomor
8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016, dilakukan self blocking/penghematan
sebesar Rp. 47.235.733.000,- (empat puluh tujuh miliar dua ratus tiga puluh lima juta tujuh ratus tiga puluh tiga
ribu rupiah) sehingga anggaran Kementerian Koperasi dan UKM menjadi sebesar 1.018.202.983.000,- (satu triliun
delapan belas miliar dua ratus dua juta sembilan ratus delapan puluh tiga ribu rupiah).
Capaian realisasi anggaran Kementerian Koperasi dan UKM dari pagu tersebut sebesar Rp. 957.651.014.539,- atau
89,88% (sampai dengan 31 Desember 2016). Kementerian Koperasi dan UKM merupakan 5 dari 34 Kementerian
yang realisasi anggarannya cukup tinggi. Sedangkan secara nasional Kementerian Koperasi dan UKM mendapatkan
peringkat ke 25 dari 87 K/L.
1,497,929,962,000
1,319,343,918,263
1,065,438,716,000
957,651,014,539
2015 2016
Grafik 1. Pagu dan realisasi anggaran Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2015-2016
15
177,896,093,252
135,922,315,000
127,617,606,698
501,736,237,000
480,128,639,865
92,925,010,000
90,314,398,589
81,694,276,135
85,040,609,000
Grafik 2. Pagu dan realisasi anggaran per Program Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2016
16
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah serta Peraturan Menteri Nomor 08/Per/M.KUKM/X/15 tentang Organisasi Tata Kerja Kementerian
Koperasi dan UKM, Struktur organisasi Kementerian Koperasi dan UKM digambarkan sebagai berikut:
17
STRUKTUR ORGANISASI
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA
Sekretaris Kementerian
Ir. Agus Muharram, MSP
Staf Ahli Menteri Bidang Staf Ahli Menteri Bidang Staf Ahli Menteri Bidang
Inspektur
Ekonomi Makro Produktivitas dan Daya Saing Hubungan Antar Lembaga
Drs. Wasis Hendro Yogie, MM Ir. Hasan Djauhari, MA DR. Ir. Muhammad Taufiq, M.Sc Abdul Kadir Damanik
BAB 2
20
VISI, MISI, TUJUAN, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
Visi dan misi Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2015-2019 diarahkan untuk mendukung pencapaian visi
Presiden, sebagaimana tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Hal tersebut, selanjutnya dijabarkan kedalam visi dan misi Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2015-2019, yaitu:
“Mewujudkan Koperasi dan UMKM yang Sehat, Kuat, Tangguh dan Mandiri untuk Berkontribusi Dalam
Perekonomian Nasional”
Misi dengan mewujudkan visinya, maka Kementerian Koperasi dan UKM perlu menjalankan misi yang tepat melalui 3 Misi
Pembangunan yaitu:
1. Mewujudkan kelembagaan koperasi yang sehat dan berkualitas;
2. Mewujudkan pelaku UMKM yang mampu menciptakan lapangan kerja serta pemerataan pendapatan;
3. Mewujudkan Koperasi dan UMKM yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta pengentasan kemiskinan.
Upaya pencapaian visi tersebut merupakan tanggungjawab dan kerjasama yang terintegrasi dengan seluruh Kementerian/
Lembaga serta Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Dalam kaitan ini, Misi Kementerian Koperasi dan UKM
adalah:
1. Mewujudkan kelembagaan koperasi yang sehat dan berkualitas;
2. Mewujudkan pelaku UMKM yang mampu menciptakan lapangan kerja serta pemerataan pendapatan;
3. Mewujudkan Koperasi dan UMKM yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta pengentasan kemiskinan.
Upaya pencapaian misi ini dilakukan melalui berbagai langkah perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan
pembangunan Koperasi dan UMKM.
Tujuan
Visi dan misi tersebut harus dirumuskan kedalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa rumusan tujuan
strategis (strategic goals) yang merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Tujuan strategis yang akan dicapai oleh Kementerian
Koperasi dan UKM adalah:
1. Terciptanya Koperasi dan UMKM dalam perluasan kesempatan kerja serta pemerataan pendapatan;
2. Terwujudnya Koperasi dan UMKM dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta pengentasan kemiskinan;
3. Terwujudnya Kementerian Koperasi dan UKM yang profesional dan berkinerja tinggi.
Ketiga tujuan strategis tersebut mempunyai keterkaitan yang sangat erat dalam pencapaian pembangunan Koperasi dan
UMKM yaitu terwujudnya Koperasi dan UMKM yang Sehat, Kuat, Tangguh dan Mandiri dalam rangka perluasan kesempatan
kerja, pemerataan pendapatan, pengurangan kemiskinan serta memberikan dukungan bagi kontribusi perekonomian
nasional.
21
Dengan memperhatikan tantangan dan sasaran pembangunan Koperasi dan UMKM ke depan, dan merujuk pada
arah kebijakan nasional di bidang Koperasi dan UMKM tahun 2015-2019, maka kebijakan yang dilaksanakan oleh
Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2015-2019 diarahkan untuk “meningkatkan produktivitas, kelayakan
dan nilai tambah Koperasi dan UMKM sehingga mampu tumbuh ke skala yang lebih besar (“naik kelas”) dan
berdaya saing”.
Arah kebijakan tersebut akan dilaksanakan melalui lima strategi sebagaimana dituangkan dalam RPJMN tahun
2015-2019 yaitu:
1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia;
2. Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan;
3. Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran;
4. Penguatan kelembagaan usaha;
5. Kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha.
Kelima strategi tersebut dilaksanakan melalui beberapa langkah strategis yang disusun berdasarkan Dimensi
Pembangunan yang dituangkan di dalam RPJMN 2015-2019 yaitu:
1. Dimensi Pembangunan Manusia;
2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan;
3. Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan.
Rapat Kerja Kementerian Koperasi dan UKM dengan DPR RI Komisi VI Jakarta, 13 Juni 2016
22
REFORMASI KOPERASI
23
BAB 3
24
Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga didampingi Walikota Bogor Bima Arya dan Ketua Pengawas KSP Sejahtera Bersama Iwan Setiawan
menyaksikan pemberian penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk Kopersi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama sebagai koperasi
pertama melakukan RAT secara elektronik di Indonesia, di Kota Bogor, Sabtu (23/4/2016).
25
Merubah paradigma dari pendekatan kuantitas Mulai tahun 2015 dan dilanjutkan tahun 2016
menjadi pendekatan kualitas kelembagaan dalam rangka akselerasi peningkatan koperasi
koperasi. Adapun upaya dan langkah yang telah berkualitas sebagaimana mandat dari Bapak
dilakukan sampai saat ini, yaitu: (a) Peningkatan Presiden Republik Indonesia pada saat Hari Koperasi
kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan Nasional, salah satu upaya dan langkah yaitu
perkoperasian; (b) Pemeriksaan ijin usaha koperasi; melalui program rencana aksi Reformasi Koperasi.
(c) Pemeriksaan kepengurusan dan keanggotaan Selanjutnya Kementerian Koperasi dan UKM
koperasi; (d) Pemeriksaan kinerja keuangan mengimplentasikan hal tersebut melalui beberapa
koperasi. tahapan, sebagai berikut:
BAB 4
28
Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka percepatan pembangunan bidang Koperasi dan UKM telah
mencanangkan program unggulan, sebagai berikut:
I. Pendataan Data Koperasi dalam bentuk Pemberian Nomor Induk Koperasi (NIK)
7,327
1.237
2015 2016
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga didampingi Bupati Sidoarjo Saiful Ilah
menyerahkan Sertifikat Nomor Induk Koperasi di Sidoarjo, 8 November 2016
30
29.54
Target Cetak Sertifikat NIK
17.84
12.61
11.49 12.02
14.12 2.91
1.82
10.28 2.28 0.93
1.79 1.87
1.79 1.28
2.41 1.28 2.59 0.52 0.22 0.09
1.71 0.50 0.40 0.74 0.52 1.00 1.00 0.25 1.19 0.06 0.22 0.32
0.60 0.18 2.26
0.46 4.10 1.77 1.41
2.66 1.16 0.55 1.14 3.38 2.89 2.97 1.16 2.36 0.97 2.20 0.56
2.69 4.23 1.93 2.22 1.63 2.00 3.75 1.54 2.24 1.90 1.98 1.74 0.27 0.51 0.48 0.50
Grafik 4. Target dan realisasi pelaksanaan sertifikat NIK terhadap Koperasi aktif secara Nasional tahun 2015-2016
Grafik 5. Target dan realisasi pelaksanaan sertifikat NIK terhadap Koperasi aktif secara Provinsi tahun 2015-2016
31. Maluku 1.77 0.71
Kegiatan Fasilitasi Pembuatan Akta Pendirian Koperasi bagi Usaha Mikro dilakukan dalam bentuk
pemberian fasilitasi bantuan dana yang bersifat stimulan bagi pengusaha mikro. Kegiatan ini bertujuan
untuk: 1. Mendorong pemberdayaan masyarakat, khususnya pengusaha mikro dalam rangka pendirian
Koperasi; 2. Memberikan bantuan bagi pengusaha mikro dalam pembuatan akta pendirian Koperasi oleh
Notaris Pembuat Akta Koperasi (NPAK); 3. Membantu usaha mikro agar mempunyai kepastian hukum
dalam bentuk Badan Hukum Koperasi.
Alokasi bantuan dana sebesar Rp. 2.500.000,- per Akta Pendirian Koperasi. Bantuan tersebut diarahkan
untuk membayar NPAK yang telah memberikan jasanya dalam rangka pendirian Koperasi, yakni meliputi
memberi penyuluhan perkoperasian kepada para pendiri Koperasi sebelum rapat pendirian Koperasi dan
membuat akta pendirian Koperasi serta mengurus proses pengesahan Badan Hukum Koperasi kepada
Menteri.
Disamping itu, pengesahan Badan Hukum Koperasi sudah dapat dilakukan secara ONLINE melalui
Sistem Administrasi Badan Hukum Koperasi (SISMINBHKOP) berbasis Web bagi masyarakat yang akan
mendirikan Koperasi, sehingga pelayanan pengesahan badan hukum koperasi menjadi lebih mudah, lebih
sederhana, lebih cepat dan akuntabel. Pada tahun 2016, Notaris yang sudah mendaftar sebanyak 1.515
Notaris dan SK Pengesahan Akta Pendirian Koperasi yang sudah terealisasi sebanyak 1.037 dengan rata-
rata waktu proses 1,65 hari (kurang dari 2 hari)
Target dan reaslisasi fasilitasi Akta Koperasi bagi Usaha Mikro dan Kecil tahun 2015-2016, sebagaimana
grafik berikut:
5.000
522
500
494
2015 2016
Target (Akta) Realisasi (Akta)
Grafik 6. Target dan realisasi fasilitasi akta Koperasi bagi usaha mikro dan kecil tahun 2015-2016
Pengaturan Izin Usaha Mikro Kecil dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 98 Tahun 2014 tentang
Legalitas atau Perizinan Usaha Mikro dan Kecil. Pelaksanaan Peraturan Presiden tersebut dijabarkan dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 83 tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil,
dan Nota Kesepahaman antara 3 (tiga) Kementerian yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koperasi dan
UKM dan Kementerian Perdagangan.
Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) adalah tanda legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu
dalam bentuk naskah satu lembar. Tujuan fasilitasi ijin tersebut bagi usaha mikro dan kecil adalah untuk:
1. Mendapatkan kepastian dan perlindungan dalam berusaha dilokasi yang telah ditetapkan;
2. Mendapatkan pendampingan untuk pengembangan usaha;
3. Mendapatkan kemudahan dalam akses pembiayaan ke lembaga keuangan bank dan non-bank;
4. Mendapatkan kemudahan dalam pemberdayaan dari pemerintah, pemerintah daerah dan/atau lembaga lainnya.
Pelaksana IUMK adalah Camat yang mendapatkan pendelegasian kewenangan dari Bupati/Walikota. Pemberian
IUMK kepada usaha mikro dan kecil dibebaskan atau diberikan keringanan dengan tidak dikenakan biaya,
retribusi, dan/atau pungutan lainnya.
Target dan realisasi fasilitasi Ijin Usaha Mikro Kecil tahun 2015–2016, sebagaimana grafik berikut:
500.000
175.000
450 450
2015 2016
Target (IUMK) Realisasi (IUMK)
Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (Hak Cipta dan Hak Merek) dilakukan untuk lebih meningkatkan
jumlah Koperasi dan UMKM yang mendapat perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual. Kegiatan
ini merupakan tindaklanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman antara Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia dengan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tentang Perlindungan Kekayaan
Intelektual dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Tujuannya
adalah untuk lebih meningkatkan jumlah Koperasi dan UMKM yang mendapat perlindungan serta
kreativitas atas Hak Kekayaan Intelektual.
Kegiatan ini memberikan kemudahan bagi Koperasi dan UMKM dalam mendaftarkan Hak Cipta dan Hak
Merek bagi produknya. Dalam kaitan itu, fasilitasi yang diberikan oleh Kementerian Koperasi dan UKM
adalah mendaftarkan Hak Cipta sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) bagi setiap ciptaan Koperasi
dan UMKM, dimana waktu pendaftaran Hak Cipta yang semula selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan berubah
menjadi 11 (sebelas) hari, bahkan secara online apabila dokumen lengkap dapat dilakukan 1 (satu) jam.
Pengajuan pendaftaran Hak Cipta Koperasi dan UMKM melalui fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM
tidak dikenakan biaya (Gratis). Fasilitasi pemberian Hak Cipta tersebut menyebabkan peningkatan
omset lebih kurang Rp 10.000.000,- per/UKM/bulan dan peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2
(dua) orang per/UKM/tahun.
Sedangkan untuk fasilitasi pendaftaran Hak Merek Koperasi dan UMKM diberikan dalam bentuk insentif
khusus dalam bentuk pemotongan harga, yang semula sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) berubah
menjadi Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) per Merek.Fasilitasi pemberian Hak Merek tersebut
menyebabkan peningkatan omset lebih kurang Rp. 19.000.000,- per/UKM/bulan dan peningkatan
penyerapan tenaga kerja sebanyak 5 (lima) orang per/UKM/tahun.
Periode tahun 2016 Kementerian Koperasi dan UKM c.q Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran telah
memfasilitasi 1.000 KUMKM penerima Sertifikat Hak Cipta dan 237 KUMKM untuk pendaftaran Sertifikat
Hak Merek. Capaian kegiatan fasilitasi standarisasi dan sertifikasi produk melalui HaKi untuk target dan
realisasi tahun 2015–2016, sebagaimana grafik berikut:
2.700
2.100
1.200 1.200
1.000
237
2015 2016
Target Hak Merek & Hak Cipta (UMKM) Realisasi Hak Merek (UMKM) Realisasi Hak Cipta (UMKM)
Grafik 8. Capaian kegiatan fasilitasi Standarisasi dan Sertifikasi Produk melalui HaKI Tahun 2015-2016
V. Pengembangan Kewirausahaan
Pengembangan Kewirausahaan atau wirausaha baru yang berpotensi tumbuh, salah satu indikator
dalam upaya peningkatkan daya saing Koperasi dan UMKM untuk pengembangan SDM KUMKM sebagai
salah satu indikator dengan target Tahun 2016 sebanyak 8.000 orang yang direalisasikan/dicapai
sebanyak 9.320 orang, melalui kegiatan pemasyarakatan Kewirausahaan, Pelatihan Kewirausahaan,
Pelatihan Technopreneur dan fasilitasi penguatan inkubator bisnis dan teknologi.
9.320
8.000
7.720 8.120
2015 2016
Target (Orang) Realisasi (Orang)
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan Pembekalan Kewirausahaan di Universitas Brawijaya Malang pada acara
pelatihan peningkatan kapasitas SDM KUKM dikalangan mahasiswa dan sarjana, Senin (21/03)
42
Sebagai langkah awal Rumah Pemasaran yang dikelola oleh Lembaga Layanan Pemasaran (LLP-KUKM) saat ini telah
dibuat Galeri Indonesia WOW yaitu rebranding UKM Gallery yang bertempat di gedung SME Tower lantai dasar dan
lantai 2. Galeri baru itu pun menawarkan berbagai fasilitas kepada para wirausaha baru, para insan kreatif dan pelaku
Koperasi dan UMKM yang ingin naik kelas untuk membangun entreprenuer yang produktif dan kreatif.
Galeri Indonesia WOW merupakan fasilitas yang dapat dimanfaatkan para marketer muda (youth), perempuan
(women), dan pengguna internet (netizen). Keberadaan Galeri Indonesia WOW tersebut juga dapat mendukung
pemanfaatan SME Tower sebagai laboratorium kewirausahaan. Jumlah Koperasi dan UMKM yang telah terlayani di
Galeri Indonesia WOW tahun 2015-2016 sebagai berikut:
1.952
1.800
1.607
1.558
2015 2016
Target (KUMKM) Realisasi (KUMKM)
Grafik 10. Jumlah Koperasi dan UMKM yang terlayani di galeri Indonesia WOW tahun 2015-2016
Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan upaya Pemerintah dalam mendorong Perbankan menyalurkan kredit/pembiayaan
kepada Koperasi dan UMKM. Peluncuran KUR tersebut merupakan tindak lanjut dari ditandatanganinya Nota
Kesepahaman Bersama (MoU) pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjamin Kredit/Pembiayaan kepada Koperasi
dan UMKM antara Pemerintah (Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri
Kehutanan, Menteri Kelautan dan Menteri Perikanan, Menteri Perindustrian) dengan Perusahaan Penjamin (Perum
Sarana Pengembangan Usaha yang saat ini telah berubah nama menjadi Perum Jamkrindo dan PT. Asuransi Kredit
Indonesia) dan Perbankan sebagai Bank pelaksana (Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin, dan
Syariah Mandiri). KUR ini didukung oleh Kementerian Negara BUMN, Bank Indonesia dan Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian. Dalam pelaksanaan Program KUR ini dari unsur pemerintah bertindak sebagai bertindak sebagai
Komite Kebijakan yang dikoordinir oleh Menko Perekonomian.
Tahun 2016 Program KUR mengalami perubahan dari sisi suku bunga dan target serta jumlah penyalur Bank Penyalur.
Suku Bunga KUR tahun 2016 diturunkan menjadi 9% dengan target penyaluran sebesar Rp. 100 trilyun dimana
sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 penyaluran KUR mencapai Rp 94,409 Trilyun atau 94,4% kepada 4.362.599
debitur dari target yang disalurkan melalui 27 Bank penyalur. Penyalur KUR yang sudah direkomendasikan oleh OJK
sebanyak 37 Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dimana yang sudah mempunyai online system dengan Sistem
Informasi Kredit Program (SIKP) sebanyak 32 Penyalur dan sudah melakukan Perjanjian Kerjasama Pembiayaan (PKP)
dengan Kementerian Koperasi dan UKM selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Disamping itu, melalui Permenko
Perekonomian Nomor 9 Tahun 2016 menetapkan Koperasi sebagai Lembaga Keuangan Penyalur KUR dan menetapkan
Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa) menjadi Koperasi pertama penyalur KUR.
Target dan realisasi perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tahun 2015–2016, sebagaimana grafik berikut:
100,000,000
94,409,023
30,000,000
22,757,051
2015 2016
Target (Rp. Juta) Realisasi (Rp. Juta)
Dalam rangka meningkatkan peran Koperasi dan UMKM, Pemerintah telah memberikan stimulasi dalam bentuk “dana
bergulir” untuk bantuan perkuatan modal usaha. Dana bergulir yang dimaksud adalah dana yang dialokasikan oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi Koperasi,usaha
mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya yang berada di bawah pembinaan Kementerian Negara/Lembaga (Permenkeu
99/2008).
Melihat perkembangan sampai saat ini dimana jumlah Koperasi dan UMKM di Indonesia yang telah resmi terdaftar di
Kementerian Koperasi dan UKM mencapai 23 persen dari total penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 250 juta
jiwa. Kementerian Koperasi dan UKM melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUMKM)melakukan pembangunan
Koperasi dan UMKM di bidang pembiayaan, khususnya dalam program pinjaman melalui dana bergulir yang diharapkan
mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi rakyat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan.
Pada tahun 2016 tingkat suku bunga yang diterapkan LPDB-KUMKM sangat kompetitif yaitu untuk sektor Simpan Pinjam
yang semula 9 persen diturunkan menjadi 8 persen per tahun menurun dengan konversi bunga 3,57% per tahun flat.
Sedangkan untuk sektor Riil yang semula 6 persen diturunkan menjadi 4,5 persen per tahun menurun dengan konversi
bunga 2,30% per tahun flat.
Setiap tahun nilai penyaluran pinjaman/pembiayaan kepada mitra mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 meningkat
35,52% atau Rp.1.563.820.224.530 dan tahun 2016 telah tersalurkan Rp. 1.252.699.562.303 atau menurun dari tahun
sebelumnya mengingat penurunan target dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 2,35 trilyun menjadi sebesar Rp. 1 trilyun.
Perkembangan Penyaluran Dana bergulir yang disalurkan kepada Koperasi dan UKM disampaikan pada grafik berikut:
2350,00
1563,82
1252,70
1000,00
2015 2016
Target (Juta) Realisasi (Juta)
Dari total dana bergulir yang disalurkan tersebut, sektor usaha yang paling banyak menyerap dana
bergulir LPDB-KUMKM per 31 Desember 2016 adalah sektor usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran
dengan nilai pinjaman/pembiayaan sebesar Rp.4.061.079.831.350 (50,2%) dan sektor usaha yang paling
sedikit menyerap dana bergulir LPDB-KUMKM adalah sektor usaha listrik, gas dan air bersih dengan nilai
pinjaman/pembiayaan Rp.35.846.688.731 (0,4%) sebagaimana tabel berikut:
BAB 5
50
BIDANG KELEMBAGAAN
51
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dijelaskan pada Bab II pasal 2 yaitu
“Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 atas asas kekeluargaan” dan pasal
3 yaitu “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan berlandaskan UUD 1945. Namun pada kenyataannya yang terjadi dilapangan adalah
bahwa koperasi tidak serta merta hanya mensejahterakan anggotanya, melainkan juga memberikan
pelayanan diluar dari anggota koperasi. Selain itu yang menjadi kendala dan permasalahan dalam
pengelolaan koperasi di Indonesia adalah banyaknya koperasi-koperasi yang tidak melakukan kegiatan
usaha dalam kurun waktu tertentu dalam hal ini bisa dikatakan koperasi yang tidak aktif.
Oleh karena itu Kementerian Koperasi dan UKM memiliki Deputi Bidang Kelembagaan bertugas untuk
menyelenggarakan perumusan kebijakan serta koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di
bidang penyuluhan perkoperasian, pengesahan akte pendirian, perubahan anggaran dasar koperasi,
pembubaran koperasi, peningkatan penerapan peraturan perundang-undangan, peningkatan tata laksana
pengelolaan koperasi dan peningkatan partisipasi anggota.
Program/Kegiatan strategis pembangunan Koperasi dan UMKM di bidang kelembagaan, antara lain:
1. Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL)
Kegiatan Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) ini telah dilaksanakan sejak tahun 2012 dengan
tujuan untuk melakukan pembinaan dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di daerah yang mampu
menjadi konsultan mandiri yang berfungsi sebagai agen perubahan Koperasi. Tugas pokok dari PPKL
adalah membantu tugas Dinas yang membidangi Koperasi dan UMKM Provinsi/Kab/Kota dalam hal :
a. Melakukan kegiatan penyuluhan, konsultasi, bimbingan Koperasi dalam lingkup Provinsi/Kab/Kota;
b. Melakukan tugas penyuluhan dan pendataan Koperasi dalam lingkup Provinsi/Kab/Kota;
c. Melakukan pendampingan dan mendorong Koperasi melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT);
d. Melakukan tugas penyuluhan kepada anggota/kelompok masyarakat yang akan bergabung dan/atau
mendirikan Koperasi.
52
Sampai tahun 2016 total jumlah PPKL sebanyak 935 orang yang tersebar di 33 Provinsi,
dengan penyebaran sebagai berikut :
425
200 200
110
Orang
Berkenaan dengan hal tersebut diatas, sebagai kelanjutan dari rangkaian kegiatan rekruitmen PPKL, kami
telah menyelenggarakan kegiatan bimbingan teknis perkoperasian bagi PPKL. Kegiatan bimbingan teknis
perkoperasian tersebut dimaksudkan untuk memberikan pembekalan dalam meningkatkan pemahaman
serta wawasan tentang perkoperasian bagi PPKL, karena secara umum masih banyak yang belum
memahami tentang perkoperasian.
Namun demikian pembekalan tersebut diatas masih dirasakan kurang. Oleh karena itu diupayakan dan
didorong agar PPKL tetap melakukan learning by doing. Selanjutnya diharapkan lintas kedeputian di
lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM dan Dinas yang membidangi KUMKM Provinsi/Kab/Kota dapat
bersinergi dalam upaya peningkatan kapasitas PPKL melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Tahun 2016 bimbingan teknis Tatakelola Koperasi Yang Baik (Good Cooperative Governance/GCG)
telah dilaksanakan di 8 (delapan) provinsi dengan jumlah peserta 400 pengurus/pengelola koperasi,
sebagaimana grafik berikut:
42
39
35 33
32
28 26 28
22 24 22
18 15 17
8 11
Menteri Koperasi dan UKM,Puspayoga didampingi Ketua Koperasi Karep,Hadiprayitno meninjau unit
usaha pengolahan tembako di Bojonegoro . Menkop mengapresiasi Koperasi Karep, yang memiliki
sejumlah unit usaha di antaranya distributor dan Mini Market.
56
Pada tahun 2016 kegiatan ini telah dilakukan di 5 (lima) provinsi dengan peserta sebanyak 455 kelompok
sebagaimana grafik berikut:
130
100
75 75 75
Grafik 15. Peserta Bimbingan Teknis Perkoperasian bagi Kelompok Strategis Pra Koperasi, Tahun 2016
57
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan sambutan pada acara Rapat Anggota Tahunan
Koperasi Sidogiri Pasuruan, 20 Februari 2016
58
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga menyapa peserta karyawan di Koperasi Peternakan Susu Bandung Utara KPSBU, 29 September 2016
61
Menteri Puspayoga meresmikan Hotel Ladja milik Koperasi Kredit Keling Kumang didampingi Bupati Sintang, Jarot Winarno dan
Bupati Sekadau, Rupinus di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, Minggu (13/11/2016).
62
BIDANG PEMBIAYAAN
63
Dalam peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan Kementerian Koperasi dan
UKM mempunyai Deputi Bidang Pembiayaan yang bertugas untuk menyiapkan perumusan kebijakan
dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang Pembiayaan yang meliputi, perumusan, koordinasi,
perencanaan, pengembangan kebijakan dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di bidang pembiayaan.
Kegiatan yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pembiayaan antara lain:
Bimbingan Teknis bagi koperasi pemula dilakukan dalam rangka meningkatan kapasitas Koperasi Pemula
dalam mengakses pembiayaan dan diharapkan melalui bimbingan teknis ini memberikan manfaat
dan dapat mengoptimalkan dukungan permodalan yang diperoleh dalam pengembangan bisnis dan
peningkatan pelayanan koperasi terhadap anggota sehingga mampu memberikan daya ungkit yang besar
dalam mendukung usaha yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan anggota koperasi dan
mendukung upaya perluasan lapangan pekerjaan dan penanggulangan kemiskinan.
Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Peningkatan Kapasitas Koperasi Pemula ini dilaksanakan di Provinsi
yaitu; Jawa Timur dan Sulawesi Selatan dengan peserta sebanyak 50 Orang pengurus Koperasi Pemula
pada masing-masing Propinsi. Adapun materi yang disampaikan oleh para narasumber adalah 1) Tata
kelola Keuangan Koperasi, 2) Sistem akuntansi berbasis komputerisasi 3) Pengelolaan Koperasi system
tanggung renteng dan 4) Sistem Pengawasan Koperasi
Bimteksos ini sangat dirasakan manfaatnya oleh Koperasi Pemula karena ; a) menambah wawasan dan
keterampilan dalam mengelola, mengembangkan bisnis maupun dalam memberikan layanan anggota
yang lebih professional, b) Materi dan metode Bimteksos yang interaktif mampu memberikan motivasi
dan pembelajaran yang baik bagi peserta serta semakin memperkaya dan mengasah kemampuan peserta
kegiatan dalam pengelolaan koperasi dan pengembangan bisnis serta layanan anggota. Dalam hal
meningkatkan wawasan bagi Pengurus Koperasi Pemula, maka bimbingan teknis akan dilanjutkan di
tahun mendatang.
64
Hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan untuk kegiatan ini telah menunjukan hasil yang
sangat signifikan yaitu penambahan tenaga kerja 1-2 orang. Omset meningkat sebesar rata-rata
Rp. 3.000.000,-. Dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi khusus untuk UMKM yang sudah
mendapat bantuan start-up capital telah memasarkan produk-produknya melalui e-commerce sebanyak
300 WP, dengan demikian kegiatan Wirausaha Pemula yang didukung modal awal usaha ini sangat
strategis dalam rangka mewujudkan gerakan kewirausahaan sekaligus mendukung perekonomian
nasional yang diharapkan dapat dilanjutkan pada tahun mendatang agar target RPJMN 2015-2019
untuk mewujudkan 25.000 Wirausaha Pemula dapat tercapai.
Perkembangan kegiatan SHAT bagi UMK dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
48,134
40,592
25,000
21,380
2015 2016
Target (Bidang) Realisasi (Sertifikat)
Oleh karena itulah dalam rangka membuka dan memperluas akses pembiayaan bagi usaha mikro, kecil
dan koperasi, Deputi Bidang Pembiayaan Cq. Asdep Pembiayaan Non Bank dan Perpajakan menginisiasi
pembentukan BLUD Dana Bergulir di Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai upaya untuk memfasilitasi
permodalan bagi usaha mikro, kecil dan menengah dengan persyaratan mudah, cepat dan murah serta
terjangkau bagi UMKM. Pengembangan lembaga pembiayaan di daerah dilakukan dengan tujuan:
a. Membuka akses pembiayaan Koperasi dan UMKM di daerah;
b. Memperluas jangkauan pembiayaan Koperasi dan UMKM;
c. Mendorong pertumbuhan Koperasi dan UMKM di daerah;
d. Mendekatkan pelayanan pembiayaan kepada UMKM dan koperasi di daerah;
e. Meningkatkan kerjasama pembiayaan antara LPDB-KUMKM dengan BLUD-DB.
Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersosialisasinya Pembentukan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD-DB) di 6(enam) provinsi pada tahun 2016, yaitu Aceh, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu, D.I.
Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Jawa Barat.
67
Sementara itu PT. Jamkrida Bengkulu, Sulawesi Tengah dan Kepulauan Riau Perda Pembentukannya sudah
disahkan oleh masing – masing Pemda dan Perda Penyertaan Modal sebagai dasar alokasi APBD untuk Modal
Dasar/Modal Disetor pada tahun 2016 masih akan dibahas dan disetujui bersama oleh Gubernur dan DPRD.
Melengkapi hal itu telah disampaikan bahwa Qanun Pembentukan PT. Jamkrida Syariah Aceh masih dalam
proses, walaupun Perda/Qanun Penyertaan Modal sudah ada dengan penyertaan modal dasar sebesar Rp. 100
miliar (modal disetor Rp. 25 miliar). Selanjutnya kinerja PT. Jamkrida pada 16 Provinsi yang sudah beroperasi
telah mem-back-up plafond Penjaminan sebesar Rp. 7,43 Triliun, Total Penjaminan sebesar Rp. 4,24 Triliun dan
total terjamin 111.170 nasabah UMKMK. Dengan jumlah asset mencapai Rp 448 Miliar maupun jumlah modal
disetor yang dimiliki PT. Jamkrida, kinerja yang diukur dari jumlah kredit yang dijamin belumlah optimal.
Untuk itu, pihak-pihak lembaga keuangan terutama Perbankan diharapkan agar memanfaatkan pontesi yang
dimiliki Jamkrida untuk meningkatkan akses pembiayaan UMKM, sehingga dengan demikian harapan capaian
kredit berjaminan pada tahun 2019 sejumlah 25% dapat dicapai.
Penjaminan yang dilakukan oleh PT. Jamkrida terhadap UMK nasabah sangat jelas dan tepat sasarannya
mengingat kerjasama yang baik antara PT. Jamkrida, Lembaga Keuangan dan stakeholder sebagai pendamping
teknis dari UMK sehingga Net Performing Loan (NPL) terkendali pada batas minimum. UU No.1 Tahun 2016
tentang Penjaminan Bab XI Bagian Kesatu mengamanatkan bahwa Lembaga Penjamin wajib menjadi anggota
asosiasi Lembaga Penjamin. Dimana Asosiasi tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Assipindo sebagai asosiasi lembaga penjamin telah menandatangani MoU Penjaminan Kredit
Bersama (Co-Guarantee). Dengan adanya kerjasama Co-Guarantee keterbatasan kapasitas penjaminan tidak
lagi dapat menghambat perusahaan dalam melakukan penjaminan. Sebab, ketika salah satu anggota asosiasi
telah mencapai batas nilai penjaminan bisa di-backup oleh anggota lainnya. Oleh karena itu, dengan adanya
Assipindo bisnis penjaminan dapat tumbuh 20% pertahun.
Selain itu, dalam UU No. 1 Tahun 2016 telah dijelaskan lingkup usaha penjaminan semakin luas yaitu: a)
Penjaminan atas surat utang; b) Penjaminan pembelian barang secara angsuran; c) Penjaminan pengadaan
barang dan/atau jasa (surety bond); d) Penjaminan bank garansi (kontra bank garansi); e) Penjaminan surat
kredit berdokumen dalam negeri; f) Penjaminan letter of credit; g) Penjaminan Kepabeanan (customs bond);
h) Penjaminan cukai; i) Penjaminan jasa konsultasi manajemen terkait dengan kegiatan usaha penjaminan; j)
Kegiatan usaha lainnya setelah mendapat persetujuan dari OJK.
Kementerian KUKM telah mengirimkan surat dengan nomor 06/Men/III/2016 yang ditandatangani Bapak
Menteri Koperasi dan UKM kepada Gubernur di 16 Provinsi yang telah berdiri PT. Jamkrida agar melakukan
penambahan Modal Disetor dan mengoptimalkan sinergitas PT.Jamkrida dengan Bank Pembangunan Daerah
(BPD). ( Ctt : Saat itu PT. Jamkrida Kalbar dan Sulsel belum operasional). Pada tahun 2016 telah dilakukan
koordinasi di 4 (empat) Provinsi yaitu Provinsi Aceh, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat.
68
Menyesuaikan Nomenklatur Tupoksi Kementerian Koperasi dan UKM setelah berlakunya UU Nomor 21/2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan dan UU Nomor 1/2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro, Kementerian
Koperasi dan UKM melalui Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 16/2015 mengubah penamaan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi (KJKS/UJKS Koperasi) menjadi
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah/Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi
(KSPPS/USPPS Koperasi).
Kementerian Koperasi dan UKM dalam Penguatan Koperasi dan UMKM di Bidang Keuangan Syariah
mempunyai program dan kebijakan sebagai berikut:
Upaya penumbuhan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah di daerah pada tahun
2016 lebih diutamkan pada sosialisasi, edukasi dan advokasi keuangan syariah untuk meningkatan
pemahaman tentang koperasi syariah kepada masyarakat, gerakan koperasi dan aparatur pembina dengan
menyelenggaraan worshop, seminar dan bimbingan teknis di pusat dan daerah.
Berdasarkan data pada tahun 2016 jumlah KSPPS/USPPS Koperasi di Indonesia mencapai 3.085 unit
dengan jumlah anggota sebanyak 1.880.196 orang dan volume usaha sebesar 6,6 Triliun. Tentu jumlah
ini masih kecil dibandingkan jumlah koperasi secara nasional. Upaya pengembangan KSPPS/USPPS
Koperasi telah dilakukan melalui deregulasi Peraturan Menteri dengan menerbitkan Permenkop dan UKM
Nomor 16 Tahun 2015 yang memberikan kepastian hukum, perlindungan dan iklim usaha yang kondusif
bagi penumbuhan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi. Koordinasi kebijakan
dan fasilitasi penumbuhan melalui pengesahan dan perubahan Anggaran Dasar KSPPS/USPPS Koperasi
dan pemberian Izin Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah. Selain itu, di Provinsi Nusa Tenggara
Barat dilaksanakan pendampingan penumbuhan KSPPS/USPPS Koperasi melalui fasilitasi Pendirian dan
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi sebanyak 176 unit di 8 Kabupaten/Kota yaitu Kab. Lombok Barat,
Kab. Lombok timur, Kab. Lombok Utara, Kab. Sumbawa, Kab. Dompu, Kota Mataram dan Kota Bima.
70
2) Peningkatan Penghimpunan dan Pendayagunaan Zakat, Infaq, Sodaqoh dan Wakaf (ZISWAF) untuk
Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil melalui pendayagunaan baitul maal, dengan kegiatan sbb :
a) Optimalisasi Pendayagunaan Wakaf Uang Bagi Usaha Mikro Dan Kecil Melalui KSPPS/USPPS Koperasi.
Sampai tahun 2016 telah terfasilitasi 133 KSPPS/USPPS Koperasi sebagai Nazir Wakaf Uang di 7 Provinsi
(Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Lampung dan Sumatera Barat);
b) Program Pendayagunaan Zakat, Infak Dan Shadaqah (ZIS). Program ini telah mendorong KSPPS/USPPS
Koperasi sebagai Mitra Pengelola Zakat (MPZ) sebanyak 210 KSPPS/USPPS Koperasi;
c) Program Pendampingan Usaha Pendayagunaan Ziswaf Untuk Penumbuhan Wirausaha Baru. Selama tahun
2016 ini, pelaksanaan pendampingan oleh 58 orang tenaga pendamping telah menghasilkan sebanyak
250 wirausaha baru, dari target yang ditetapkan sebanyak 200 wirausaha baru di 5 Provinsi (Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DIY dan Lampung).
d) Bimbingan teknis dan pelatihan manajemen pengelola maal, antara lain: 1) Bimteksos Penguatan
Kapasitas Lembaga dan Pembiayaan bagi KSPPS/USPPS Koperasi melalui pendayagunaan zakat dan
wakaf, sebanyak 150 KSPPS/USPPS Koperasi; 2) Bimtek peningkatan kapasitas nazir wakaf uang,
sebanyak 75 peserta KSPPS/USPPS Koperasi; 3) Pelatihan kompetensi manajer/pengelola KSPPS/USPPS
Koperasi sesuai prinsip–prinsip syariah; 4) Peningkatan kapasitas dan keterampilan manajer/pengelola
Baitul Maal; 5) KSPPS/USPPS Koperasi sebagai Mitra Pengelola Zakat (MPZ).
C. Peningkatan akses pembiayaan syariah melalui advokasi dan kerjasama antar lembaga keuangan syariah.
Peningkatan akses pembiayaan syariah melalui kerjasama antar lembaga keuangan syariah dilakukan dengan
kegiatan pengembangan Jaringan Kerjasama Usaha antar KSPPS dengan Sekunder sebagai APEX dan LPDB-
KUMKM sebagai penyediaan pendanaan. Pengembangan jaringan ini merupakan bagian target : (1) RPJMN
2015 – 2019; (2) Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016, dan (3) Blueprint Pembiayaan Koperasi dan
UMKM 2015 – 2019. Ouput kegiatan ini adalah terbentuknya jaringan kerjasama usaha keuangan dengan
sekunder sebagai APEX.
71
Tujuan pengembangan jaringan diantaranya: 1) Dalam rangka memacu penguatan kapasitas, usaha,
dan posisi tawar (bargaining position) KSPPS dalam memberikan pelayanan usaha koperasi yang saling
menguntungkan; 2) Sinergi yang dapat saling bahu membahu mengoptimalkan kekuatan dalam memberikan
pelayanan, menghimpun simpanan, dan memberikan pembiayaan (pinjaman).
Outcome (hasil keluaran) yaitu: 1) Lembaga pengayom yang memberikan bantuan keuangan kepada KSPPS
anggota, dalam bentuk dana mismatch diberikan dalam bentuk liduidity mismatch sebagai pinjaman atas
kesulitan likuiditas yang bersifat temporer dan non-struktural (tidak disebabkan antar lain oleh penurunan
kinerja dan/atau faktor kesengajaan); 2) Meningkatnya trust (kepercayaan) anggota KSPPS terhadap
koperasi, serta meningkatnya jumlah anggota koperasi; 3) Fasilitas dana bergulir per KSPPS anggota jaringan
yang ditetapkan maksimal sebesar “y” kali SWM yang ditentukan sesuai dengan kesepakatan; 4) Program
Linkage dengan LPDB-KUMKM, program ini memiliki 3 pola yakni : (a) Executing; (b) Channeling; (c) Joint of
Financing, yang dilaksanakan sesuai dengan akad syariah.
Target dalam RPJMN 2015 – 2019 dan RKP Tahun 2016 sebanyak 3 (tiga) jaringan, namun pada tahun 2016,
sudah diinisiasi pembentukan APEX sebanyak 15 APEX di 10 (sepuluh) provinsi yaitu Jawa Tengah, D.I
Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Lampung, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Sulawesi
Selatan.
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan sambutan pada acara Silatnas 2016
Perhimpunan BMT Indonesia di Boyolali Rabu (16/11/2016)
72
Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga memberikan sambutan pada acara sosialisasi KUR
bagi anggota perkumpulan wirausaha (PERWIRA) Surabaya, 19. Februari 2016
73
Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga berfoto bersama dengan penerima KUR, seusai memberikan pembekalan kewirausahaan serta
sosialisasi percepatan penyaluran KUR di Pendopo Walikota Surakarta, 19. Februari 2016
74
Terkait produksi dan pemasaran Koperasi dan UMKM, Kementerian Koperasi dan UKM mempunyai Deputi Bidang
Produksi dan Pemasaran yang bertugas membantu Menteri Koperasi dan UKM dalam menyiapkan perumusan
kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan pemasaran yang meliputi perumusan,
koordinasi, perencanaan, pengembangan kebijakan dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di bidang produksi
dan pemasaran. Beberapa kegiatan strategis yang dilakukan oleh Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran sebagai
berikut:
1. Revitalisasi pasar rakyat yang dikelola oleh koperasi termasuk didaerah tertinggal, perbatasan dan pasca
bencana
Pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan untuk membangun 5.000 pasar rakyat yang mana dituangkan
dalam RPJMN 2015-2019 Kementerian Koperasi dan UKM mendapatkan target sebanyak 1.075 unit pasar rakyat
untuk tipe C dan D akan direvitalisasi selama kurun waktu 5 (lima) tahun.
Tujuan dari kegiatan ini adalah terbangunnya pasar rakyat yang layak bagi pedagang pasar di pedesaan dan untuk
meningkatkan perekonomian pedesaan dan jumlah pedagang pasar yang rata-rata sudah terdapat 10 pedagang per
pasar.
Tahun 2016 Kementerian Koperasi dan UKM cq. Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran melalui anggaran
Tugas Pembantuan (TP) telah merevitalisasi pasar rakyat sebanyak 85 Koperasi dengan total anggaran sebesar
Rp. 80.750.000.000,-. dengan rincian sebanyak 65 unit pasar rakyat reguler dan 20 unit pasar rakyat yang
direvitalisasi di daerah tertinggal, perbatasan dan pasca bencana sebagaimana amanat Nawacita ketiga yaitu
membangun Indonesia dari pinggiran. Melalui kegiatan ini diharapkan pasar rakyat mampu menjadi pusat
perdagangan produk lokal di berbagai daerah dengan kualitas barang dan harga yang bersaing.
2. Pedagang skala mikro informal/pedagang kaki lima yang difasilitasi penataan lokasi, sarana usaha dan promosi
Tujuan dari kegiatan ini adalah tersedianya tempat usaha yang layak bagi Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan
menempati tempat yang tetap dan layak dalam melakukan aktifitas usahanya sehingga pendapatan dan jumlah PKL
rata-rata 5 PKL per kawasan dapat meningkat.
Pada tahun 2016 dilakukan pendampingan terhadap PKL yang sudah menerima bantuan dari Kementerian Koperasi
dan UKM dalam bentuk Bimbingan Teknis bagi pengelola dan pelaku PKL di 6 (enam) Provinsi yaitu Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggar Barat dan Sulawesi Selatan.
3. Koperasi dan UMKM yang difasilitasi promosi dan pameran di Dalam Negeri
Fasilitasi pameran dalam negeri yang dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM bertujuan sebagai media
promosi bagi Koperasi dan UKM dalam melakukan penetrasi pasar di tingkat nasional.
Selama tahun 2016 Kementerian Koperasi dan UKM telah memberikan fasilitasi kepada 638 Koperasi dan UMKM
yang terdiri dari 333 stand pada 37 event pameran, baik yang diselenggarakan di Jakarta maupun di daerah antara
lain Provinsi Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
lainnya dengan nilai transaksi sebesar Rp. 15.79 milyar terdiri dari transaksi ritel sebesarRp. 5.06 milyar dan
transaksi order sebesar Rp. 10.72 milyar.
76
Menkop UKM AAGN Puspayoga meresmikan pasar rakyat Desa Pakraman Kerta Jaya Pendem
didampingi Bupati Jembrana I Putu Artha, Jembrana Bali, 8 Mei 2016
77
Pasar Tradisional Tanjung Pandan setelah di Revitalisasi bantuan Kementerian Koperasi dan UKM
78
4. Koperasi dan UMKM yang difasilitasi promosi dan pameran di Luar Negeri
Fasilitasi pameran luar negeri yang dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM bertujuan sebagai
media promosi bagi Koperasi dan UKM yang sudah siap dalam melakukan penetrasi pasar internasional dan
bisa mendunia (go international). Melalui pelaksanaan pameran ini, Kementerian Koperasi dan UKM berupaya
untuk mempromosikan produk KUKM sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan perluasan pasar Koperasi
dan UMKM.
Selama tahun 2016 telah difasilitasi 152 KUKM yang mengikuti 11 pameran di beberapa negera, yaitu
China,Brunai, Inggris, AS, Vietnam, Malaysia, Hongkong, Dubai, Jepang, Belanda dan Filipina. Tahun 2016
tercapai transaksi ritel sebesar Rp 5.317.617.735,- dan transaksi order sebesar Rp 31.506.854.380,-
5. Koperasi yang difasilitasi Penguatan Usaha melalui Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (PLTMH)
Energi terbarukan melalui kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan bekerjasama dengan
stakeholder terkait telah tercapai output sebanyak 35 Koperasi, namun untuk 10 UMKM dalam pengembangan
ramah lingkungan tidak dapat tercapai dikarenakan terkena pemotongan anggaran. Pelaksanaan kegiatan
penguatan Koperasi dan UMKM yang menghasilkan produk ramah lingkungan, khususnya koperasi yang
difasilitasi pengembangan energi baru terbarukan di harapkan dapat memberikan manfaat kepada : (1)
Masyarakat di remote area, daerah terpencil yang telah mendapatkan fasilitasi program PLTMH dan Biogas/
Biomassa dari Kementerian KUKM; (2) Rumah tangga anggota koperasi, melalui listrik sebagai sumber energi
untuk mendorong produktivitas usaha ekonomi produktif, baik yang sudah ada (bordir, pengolahan kopi,
kakao, pertukangan dll) maupun unit usaha baru yang bertambah akibat adanya sumber energi tersebut;
(3) Pemerintah daerah, melalui pendapatan asli daerah karena dengan berkurangnya jumlah desa yang
belum berlistrik dan tertinggal akan berdampak pada tumbuhnya peluang usaha baru yang memanfaatkan
ketersediaan energi listrik; serta (4) Membantu pemerintah pusat memperluas kesempatan kerja guna
mengatasi kemiskinan dan mengurangi subsidi BBM.
Selain itu, dalam rangka optimalisasi pengembangan sistem bisnisnya, Kementerian Koperasi dan UKM
melakukan sinergitas program dengan K/L terkait (Bappenas, Kementerian ESDM, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Teringgal) dan GIZ-Endev. Kerjasama antara Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran
dengan Energising Development (EnDev) Indonesia, GIZ dalam rangka kolaborasi dalam penguatan PLTMH
Berbasis Koperasi.
Sebelum pelaksanaan sertifikasi, UMKM terlebih dahulu diberikan bimbingan teknis dan konsultasi dalam
rangka pemberkasan dokumen dimana padatahun 2016 Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran cq Asisten
Deputi Standardisasi dan Sertifikasi melaksanakan kegiatan Sosialisasi, Bimbingan Teknis dan Konsultasi
79
kepada 300 Koperasi dan UMKM dan yang mendapatkan fasilitasi Sertifikasi dan Labelisasi Halal sebanyak 75
UKM dari 14 Provinsi/DI yaitu Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara
Barat . Pemberian Labelisasi Halal ini menyebabkan peningkatan omset lebih kurang Rp. 12.000.000,- per/
UKM/bulan dan peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 4 (empat) orang per/UKM/tahun. Biaya
Sertifikasi dan Labelisasi Halal pada setiap Provinsi/DI berbeda jumlahnya sesuai tarif yang ditetapkan oleh
LPPOM-MUI setempat. Kementerian Koperasi dan UKM memberikan fasilitasi Sertifikasi dan Labelisasi Halal
kepada UMKM yang memenuhi persyaratan dengan tidak dikenakan biaya (Gratis).
b. Pendampingan Standarisasi Mutu Serta Produk KUMKM
Dalam rangka meningkatkan daya saing dan perluasan jangkauan pasar bagi produk Koperasi dan
UMKMterdapat kegiatan fasilitas Pendampingan Standardisasi dan Mutu Produk Koperasi dan UMKM. Saat ini,
manajemen mutu bagi perusahaan yang telah berkembang di negara maju dan negara-negara berkembang
adalah ISO 9001:2008. Standar ini merupakan sarana untuk mencapai tujuan mutu dalam menerapkan total
quality controlyang tujuan akhirnya adalah mencapai efektifitas dan efisiensi suatu perusahaan. Oleh karena
itu akan diberikan fasilitasi dari mulai proses pendampingan standardisasi dan mutu produk, bagi Koperasi dan
UMKM sampai dengan mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008.
Pada Tahun 2016 telah dilakukan Bimbingan Teknis dan Konsultasi dalam rangka pemberkasan dokumen dan
Kementerian Koperasi dan UKM telah memfasilitasi Sertifikat ISO 9001:2008, SNI, dan HACCP kepada 40 UKM
yang memenuhi syarat dan tidak dikenakan biaya (Gratis). Fasilitasi pemberian Sertifikat ISO 9001:2008, SNI,
HACCP tersebut menyebabkan peningkatan omset lebih kurang
Rp. 15.000.000,- per/UKM/bulan.
7. Fasilitasi Pengembangan Sistem Bisnis Koperasi dan Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG)
a. Bidang Peternakan dan Perikanan
Kementerian Koperasi dan UKM telah melaksanakan kegiatan Bimbingan Teknis, Temu Bisnis, Temu Konsultasi
dan Sarasehan Nasional di bidang perikanan dan peternakan sebagai salah satu wadah bertemunya para
pelaku usaha koperasi dalam hal ini anggota dan pengurus koperasi dengan perbankan, instansi, lembaga
pembiayaan, serta pelaku usaha antara lain: Bank Rakyat Indonesia, PT. PNM (Persero), PT. Bali Maya Permai,
PT. Perikanan Nusantara, PT. Agerindo Bogatama, dan sebagainya.
Kegiatan ini telah dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, D.I Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan dengandiikuti oleh peserta yang berasal dari
anggota koperasi sebanyak 328 orang dari 222 koperasi.
Sebagai implementasi pengembangan sistem bisnis Koperasi dan UMKM Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran
cq Asisten Deputi Perikanan dan Peternakan tengah mengembangkan Sistem Informasi Koperasi Perikanan
berbasis aplikasi yang dinamakan “SIKOPKAN” (www.sikopkan.com). Sistem ini menampilkan informasi tentang
produk perikanan meliputi jenis ikan dan produksi yang dihasilkan koperasi perikanan penyelenggara lelang
ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dalam kurun waktu tertentu. Tujuan dibuatnya aplikasi ini adalah untuk
membantu pemasaran hasil produksi perikanan dan pada tahap awal sudah ada 10 koperasi perikanan yang
tersebar di 3 Provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur terdaftar dalam aplikasi ini.
80
Berdasarkan hasil fasilitasi dalam upaya penguatan sistem bisnis KUMKM tersebut didapat hasil antara lain:
1) MoU Pengadaan Beras Pengadaan Beras antara BULOG dengan KUD Lowa (Provinsi Sulawesi Selatan) dan
KUD Patikraja (Provinsi Jawa Tengah), dimana dengan adanya kerjasama tersebut terjadi peningkatan
volume usaha sekitar 25%, peningkatan keuntungan sekitar 5-10% dan peningkatan penyerapan tenaga
kerja sebanyak 2-5 orang.
2) Linkage agar produk koperasi dapat diterima pasar melalui berbagai Stakeholder seperti APRINDO, PHRI,
PT. Ikafood Putramas, dan PT. Kristar Katokkon.
3) Peningkatan peran KUD sebagai distributor pupuk bersubsidi, pada Tahun 2016, 36 koperasi sebagai
distributor pupuk bersubsidi tersebut diangkat kembali oleh produsen dan terdapat penambahan 2
koperasi di Provinsi Sumatera Selatan sehingga menjadi 299 koperasi. Selain itu terdapat penambahan
wilayah kerja distributor seperti Koperasi Gema Palagung (NTT), PUSKUD Jabar, PUSKUD Banten dan KUD
Trikarya (Provinsi Jawa Timur). Jumlah pengecer di tahun 2016 mengalami penambahan 25 koperasi
sehingga total keseluruhan pengecer resmi pupuk bersubsidi sebanyak 1.752 koperasi.
4). Kementerian Koperasi dan UKM berkoordinasi dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
(BPDPKS) agar koperasi dapat ikut serta dalam mengakses program-program dan sumber pembiayaan
yang terdapat di BPDPKS. Bantuan replanting BPDPKS Tahun 2016, telah disalurkan kepada 1 (satu)
koperasi di Kabupaten Siak kepada anggota sebanyak 134 KK dengan luasan 268 Ha sebesar Rp. 6,75
Miliar dan 1 (satu) koperasi di Kabupaten Indragiri Hulu kepada anggota sebanyak 200 KK dengan
luasan 400 Ha sebesar Rp. 10 Miliar.
5). KSU Padang Manih Sakato berhasil mengembangkan pabrik coklat pertama di Kabupaten Padang
Pariaman, dengan jenis produksi coklat bar (ukuran besar 75 gram dan ukuran kecil 30 gram) dan coklat
bubuk (bubuk coklat murni, bubuk coklat 3 in 1, bubuk coklat jahe merah) dengan merk dagang yang
terdaftar di Kemenkumham yakni New Adam Coklat. Dari pengembangan usaha koperasi ini (dari 2 pabrik
mini coklat) telah mampu menyerap tenaga kerja 10 orang dan peningkatan penghasilan pekerja dengan
menaikkan upah minimum 10% dari Upah Minimum Regional (UMR).
81
Namun demikian, tidak semua petani memiliki akses terhadap alsintan, karena umumnya alsintan relatif
mahal dan tidak bisa dibeli oleh petani, dengan demikian perlu ada intervensi pemerintah dalam mendorong
koperasi untuk mampu menyediakan jasa alsintan kepada masyarakat petani terutama kepada anggotanya.
Pada tahun 2016 telah dilakukan kajian model usaha jasa alat dan mesin pertanian, yang melibatkan 5
koperasi yang menjadi objek observasi di 4 propinsi (Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara).
82
Fasilitasi Stand Kementerian Koperasi dan UKM pada pameran Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga meninjau produk unggulan daerah
yang diselenggarakan di Daerah solo , 19. Februari 2016
84
Dalam bidang restrukturisasi usaha Kementerian Koperasi dan UKM dibantu oleh Deputi Bidang
Restrukturisasi Usaha yang mempunyai tugas untuk menyelenggarakan perumusan kebijakan serta
koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang penyusunan strategi pengembangan
usaha, pemetaan kondisi dan peluang usaha, pendampingan usaha, pengembangan dan penguatan
usaha perlindungan usaha dan pengembangan investasi usaha baru koperasi dan usaha mikro, kecil
dan menengah. Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha mempunyai beberapa kegiatan strategis, antara
lain sebagai berikut:
Mekanisme dan pola penganggaran PLUT-KUMKM dilakukan melalui Tugas Pembantuan (TP) untuk
pembangunan fisik gedung dan pola Dekonsentrasi untuk operasional PLUT-KUMKM. Diharapkan untuk
selanjutnya Pemerintah Daerah dapat secara mandiri membiayai operasional PLUT-KUMKM melalui
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
86
Kementerian Koperasi dan UKM dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 sudah membangun
49 unit Gedung PLUT-KUMKM di lokasi Prov/Kab/Kota, seperti tabel berikut :
LOKASI
NO PROVINSI
TA 2013 TA 2014 TA 2016
1 Aceh Kab. Aceh Besar Provinsi -
2 Sumatera Utara Kab. Simalungun
3 Riau Provinsi Kab. Pelalawan
Kab. Kampar
4 Jambi Provinsi
5 Bangka Belitung Provinsi Kab. Belitung
6 Bengkulu Provinsi
7 Lampung Provinsi
8 Banten Provinsi
9 Jawa Barat Kab. Sukabumi Kab. Subang
Kab. Cianjur Kab. Tasikmalaya
10 Jawa Tengah Provinsi Kab. Cilacap
Kab.Kebumen Kab. Surakarta
11 DI Yogyakarta Provinsi
12 Jawa Timur Kab. Pacitan Kab. Malang
Kota Batu Kab. Tulung Agung
13 Bali Provinsi Kab. Gianyar
14 Kalimantan Barat Provinsi
15 Kalimantan Selatan Kota Banjar Baru Kotabaru
16 Kalimantan Tengah Provinsi
17 Kalimantan Timur Provinsi
18 Kalimantan Utara Kab. Bulungan
19 Sulawesi Barat Provinsi
20 Sulawesi Selatan Provinsi Kab. Bantaeng
Kota Palopo
21 Sulawesi Tenggara Provinsi Kab. Wakatobi
22 Sulawesi Tengah Provinsi
23 Sulawesi Utara Provinsi
24 Gorontalo Provinsi
25 Nusa Tenggara Barat Provinsi Kota Bima
26 Nusa Tenggara Timur Provinsi Kab.Sumba Barat Daya
27 Maluku Provinsi
28 Maluku Utara Provinsi
29 Papua Barat Provinsi
Jumlah 21 21 7
87
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga meresmikan gedung PLUT-KUMKM dan launching Kampung UKM
Digital Kabupaten Tulungagung, di Tulungagung, Jawa Timur, Jumat (9/12/2016).
88
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga meresmikan gedung PLUT-KUMKM dan launching Kampung UKM
Digital Kabupaten Tulungagung, di Tulungagung, Jawa Timur, Jumat (9/12/2016).
89
3. Kemitraan usaha
Kemitraan merupakan kerjasama dalam keterkaitan usaha baik langsung maupun tidak langsung atas
dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat dan menguntungkan yang melibatkan pelaku
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar. Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan
oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Oleh karena itu
untuk menjembatani terjalinnya kemitraan antar Koperasi dan UMKM dan usaha besar telah dilaksanakan
kegiatan, yaitu:
a. Sosialisasi UMK naik kelas, yang bertujuan untuk memediasi Koperasi dan UMKM dalam
mengembangkan kemitraan usaha, meningkatkan usaha, meningkatkan wawasan dan pemahaman
Koperasi dan UMKM dalam mempersiapkan usaha dan produknya dalam bermitra. Kegiatan ini telah
dilaksanakan di 6 (enam) Provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat (Sukabumi dan Garut), Kalimantan
Timur, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Adapun peserta
kegiatan tersebut masing-masing Provinsi sebanyak 60 Koperasi dan UMKM.
b. Temu solusi pengembangan kemitraan usaha, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta
membentuk pola pikir bagi peserta bahwa kerjasama kemitraan merupakan salah satu solusi untuk
menaikan skala usaha Koperasi dan UMKM, sehingga akhirnya akan berdampak pada kapasitas
usaha, peningkatan kesejahteraan masyarakat serta penyerapan tenaga kerja. Kegiatan ini telah
dilaksanakan di 4 (empat) Provinsi yaitu Provinsi Bengkulu, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur
dan Nusa Tenggara Barat dengan peserta masing-masing Provinsi sebanyak 60 Koperasi dan UMKM.
4. Investasi Usaha
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, Koperasi dan UMKM perlu meningkatkan produktivitas
dan daya saing untuk memahami permintaan konsumen. Perkembangan pasar yang berubah dengan cepat
perlu disiasati dengan meningkatkan kualitas produk dan harga yang kompetitif disamping Koperasi dan
UMKM dapat menjalin kerjasama investasi bilateral maupun multilateral.
Tahun 2016 telah dilakukan kerjasama penjajakan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang sudah
melakukan ekspor dengan Koperasi dan UMKM di 6 (enam) wilayah yaitu Provinsi Bali, Sulawesi Selatan,
Kalimantan Barat, DI. Yogyakarta, Kepulauan Riau yang bertempat di Kota Batam dan Provinsi Jawa
Barat yang bertempat di Kab. Tasikmalaya.
92
Kementerian koperasi dan UKM dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menandatangani
kerja sama (MoU) tentang Pelaksanaan Penampingan Pemmou kadinasaran (P3 Sistem Online).
Jakarta, 23 Maret 2016
93
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga melihat stand UKM usai peresmian Kampung UKM Digital di PLUT-KUMKM Cianjur, 20 Oktober 2016
94
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai salah satu unit kerja pada
Kementerian Koperasi dan UKM mempunyai tugas dan fungsi merumuskan kebijakan, melaksanakan
kebijakan, melaksanakan koordinasi dan monitoring di bidang Pengembangan SDM Koperasi dan UMKM.
Pengembangan SDM merupakan bagian dari upaya penumbuhan kualitas dan jumlah wirausaha. Dalam
hal ini aspek penting dalam pengembangan SDM berkaitan dengan kewirausahaan, perkoperasian,
menajerial, keahlian teknis dan keterampilan dasar (life skill).
Upaya peningkatan daya saing SDM KUMKM dilakukan dengan pengembangan sistem pertumbuhan
wirausaha baru, penerapan standar kompetensi dan sertifikasi bagi SDM, peningkatan kapasitas
SDM Koperasi dan UMKM, pengembangan kelembagaan Diklat Koperasi dan UMKM, penelitian dan
pengkajian pengembangan sistem pengkaderan wirausaha baru berbasis komoditas dan karakteristik
kewilayahan.
Sejalan dengan hal tersebut, program dan kegiatan tahun 2016 pada Deputi Bidang Pengembangan
SDM mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan kebijakan serta koordinasi dan sinkronisasi
pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kualitas sumber daya manusia, standardisasi
sumberdaya manusia, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengkajian, pengembangan
kewirausahaan dan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah. Pengembangan SDM tidak terlepas
dengan pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan berbagai jenis sesuai sasaran.
Beberapa kegiatan strategis yang dilaksanakan Deputi Pengembangan SDM sebagai berikut:
1. Pemasyarakatan Kewirausahaan
Kegiatan pemasyarakatan ini masih sangat diperlukan dalam upaya memberikan motivasi dan
meningkatkan minat masyarakat untuk berwirausaha khususnya generasi muda. Pada tahun 2016
target peserta pemasyarakatan kewirausahaan adalah 2.600 orang dan telah dilaksanakan di 7 (tujuh)
Provinsi yaitu Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten dan
D.I. Yogyakarta yang berasal dari unsur kelompok masyarakat terdidik dan kelompok masyarakat
strategis telah terealisasi seluruhnya.
2. Pelatihan Kewirausahaan
Pelatihan Kewirausahaan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan
potensi diri dalam berwirausaha, sehingga mampu mengelola usahanya secara kreatif, inovatif dan
berdaya saing baik dari aspek perencanaan, produksi, pemasaran, keuangan, pemanfaatan teknologi
dan sumber daya baik alam (bahan baku), manusia (pengelola) dan modal.
96
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga mendampingi para pelaku UKM bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana
Merdeka, Jakarta, Jumat (25/11).
97
98
Tahun 2016 pelatihan kewirausahaan dilaksanakan melalui Gerakan Kewirausahaan Nasional yang
sasarannya ditujukan bagi pemuda dan mahasiswa, perempuan, organisasi masyarakat, pelajar/ mahasiswa,
masyarakat nelayan, masyarakat petani, gerakan koperasi, penyandang disabilitas, pasca magang dan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Luar Negeri, fasilitator serta masyarakat di daerah perbatasan dengan target
peserta sebanyak 5.000 orang dan terealisasi sebanyak 6.400 orang peserta, dengan harapan dapat
meningkatkan kapasitas SDM Koperasi dan UMKM serta pelaku usaha yang berdampak pada peningkatan
pendapatan, produktivitas, membuka lapangan pekerjaan baru melalui peningkatan jumlah tenaga kerja.
Pelatihan kewirausahaan di laksanakan di 23 Provinsi yaitu Provinsi Bali, Jawa Barat, Sumatera Selatan,
Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sumatera Barat , Bengkulu, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Lampung, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Utara, Banten, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, Gorontalo dan Kalimantan Barat.
3. Pelatihan Technopreneur
Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan semakin mudahnya berkomunikasi ke seluruh belahan dunia
menggunakan kemajuan teknologi, merupakan peluang yang harus dimanfaatkan para wirausaha dalam
mengembangkan usahanya baik menambah jejaring (networking), bertukar informasi, mencari peluang
pasar, promosi serta pemasaran melalui IT (e-commerce).
Target sasaran peserta technopreneur pada tahun 2016 sebanyak 400 orang peserta dan telah terealisasi
sebanyak 320 orang dari unsur koperasi dan UMKM, kelompok strategis serta dari kalangan mahasiswa/
masyarakat terdidik. Realisasi lebih rendah dari target sasaran dikarenakan adanya penghematan anggaran.
Pelatihan dilaksanakan di 5 (lima) Provinsi yaitu Jawa Barat, Gorontalo, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa
Tenggara Barat.
Dalam penyelenggaraan program inkubator wirausaha melalui beberapa kegiatan diantaranya bimbingan,
konsultasi, pelatihan dan pengembangan keterampilan. Target sasaran dari fasilitasi inkubator bisnis dan
teknologi tahun 2016 sebanyak 6 (enam) unit di 3 (tiga) Provinsi yaitu :
a. Pusat Inkubator Bisnis dan Kewirausahaan LPM Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang, Provinsi
Sumatera Selatan.
b. Bina Darma Entrepreneur Centre (BDEC) Universitas Bina Darma, Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
c. Nobel Entrepreneur Centre (NEC) STIE Nobel Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan
d. Inkubator Wirausaha STIE AMKOP, Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
e. Inkubator Bisnis STMIK Primakara, Denpasar, Provinsi Bali.
f. Inkubator Wirausaha “Dampak Equilibrium” Universitas Ngurah Rai, Denpasar, Provinsi Bali.
Hasil kegiatan dari kegiatan ini adalah perekrutan UMK tenant sebanyak 360 orang.
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan pembekalan kewirausahaan kepada peserta
Pelatihan bagi SDM KUMKM Denpasar, 23 Juli 2016
100
5. Pelatihan Perkoperasian
Pelatihan perkoperasian bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan
peserta tentang perkoperasian sesuai dengan jatidiri, asas dan prinsip koperasi. Pelatihan ini memberikan
penjelasan mengenai penerapan nilai prinsip dan jatidiri koperasi, manajemen organisasi perkoperasian,
akuntansi koperasi, tatacara pendirian, kebijakan, perangkat organisasi, jenis koperasi, manajemen usaha,
pengelolaan bisnis koperasi dan lainnya yang diberikan kepada peserta yang berasal dari unsur pengurus,
pengawas, pengelola koperasi, masyarakat kelompok strategis, aparatur pembina koperasi, pendamping,
petugas penyuluh koperasi, penerima program beasiswa dan organisasi masyarakat. Target peserta dari
pelatihan ini berjumlah 2.040 orang dan terealisasi sejumlah 2.160 orang yang dilaksanakan di Provinsi
D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan
Selatan, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Papua Barat.
7. Pelatihan Vocational
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan teknis peserta di
bidang jasa dan usaha sehingga dapat menghasilkan produk/jasa yang mempunyai nilai tambah dan dapat
bersaing di pasaran dan meningkatkan kreatifitas calon dan/atau pelaku usaha UMKM . Target peserta dari
pelatihan ini berjumlah 2.100 orang dan terealisasi sebanyak 1.780 orang yang dilaksanakan di daerah
perbatasan sebanyak 1.480 orang dan di daerah tertinggal sebanyak 300 orang. Target peserta tidak
tercapai dikarenakan adanya Pagu Blokir anggaran pada ke
BIDANG PENGAWASAN
103
Tahun 2016 merupakan tahun pertama keberadaan Deputi Bidang Pengawasan, dan menjadi tahun kedua
pelaksanaan RPJMN 2015-2019. Tahun ini merupakan tonggak pelaksanaan Pengawasan terhadap Koperasi
oleh Pemerintah, diawali dengan penerbitan Perpres Nomor 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi
dan UKM, adalah titik awal, penegasan pemerintah dalam rangka penguatan kelembagaan koperasi melalui
pengawasan koperasi. Pada tahun pertama ini, Deputi Bidang Pengawasan mencoba menempuh tiga langkah
implementasi kegiatan yaitu:
3). Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Nomor : 11/KB/M.KUKM/VIII/2016 dan 09/KPPU/NK/
VIII/2016, tanggal 23 Agustus 2016 tentang Pelaksanaan Pengawasan Kemitraan Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah, yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi koordinasi pelaksanaan pengawasan
kemitraan serta mendorong dan mewujudkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan, baik antar
koperasi, maupun antara koperasi dengan usaha kecil dan menengah atau dengan pelaku usaha besar,
dengan membentuk “Satgas Pengawas Kemitraan”.
C. Penyusunan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan yang akan digunakan sebagai pedoman/juknis bagi
Satgas Pengawas Koperasi di daerah dalam pelaksanaan pengawasan koperasi, antara lain :
1). Pedoman Teknis Mengenai Norma, Standar, Prosedur, Tata Cara, dan Kode Etik Pengawasan Koperasi,
Nomor 05/PER/DEP.6/IV/2016, tanggal 18 April 2016.
2). Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, Nomor 06/
PER/DEP.6/IV/2016, tanggal 19 April 2016.
3). Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan Unit Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi, Nomor 07/PER/DEP.6/IV/2016, tanggal 19 April 2016.
4). Petunjuk Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi,
Nomor 08/PER/DEP.6/IV/2016, tanggal 19 April 2016.
5). Petunjuk Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah, dan Unit
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi, Nomor 09/PER/DEP.6/IV/2016, tanggal 19 April
2016.
6). Tata Cara Pemeriksaan Kelembagaan Koperasi, Nomor 11/PER/DEP.6/X/2016, tanggal 01 September
2016.
7). Penerapan Sanksi, Nomor 12/PER/DEP.6/XII/2016, tanggal 23 Desember 2016.
8). Monitoring Tindak Lanjut Hasil Pengawasan, Nomor 13/PER/DEP.6/XII/2016, tanggal 23 Desember
2016.
D. Kerjasama dengan Bank Dunia, yang pada Tahun 2016 telah menyelesaikan Penyusunan Modul Pelatihan
bagi Satgas Pengawas Koperasi Tingkat Dasar, sebagai upaya Deputi Bidang Pengawasan dalam
memenuhi salah satu kriteria yang dipersyaratkan pasal 13 Permenkop dan UKM Nomor 17 Tahun 2015
tentang Pengawasan Koperasi, bahwa Pejabat Pengawas Koperasi telah mengikuti diklat pengawasan
yang dibuktikan dengan sertifikat. Pilot Trainning Satgas Pengawas Koperasi akan dilaksanakan di
Semarang, dengan peserta terdiri dari 34 orang Satgas Pengawas Koperasi yang mewakili Kab/Kota
se-Jawa Tengah. Diharapkan ke depan modul pelatihan Satgas Pengawas Koperasi ini akan dapat
disebarluaskan ke daerah.
b. APEC SME O2O Forum II di Lima, Peru pada 6 September 2016, mengirimkan Ketua Asosiasi Manajer
Koperasi Indonesia.
c. Hadir dalam APEC SMEWG ke-42 yang berlangsung di Ho Chi Minh, Vietnam pada tanggal 27-28 April
2016 dan APEC SMEWG ke-43 dan berpartisipasi dalam APEC SMEMM ke-23 di Lima, Peru.
2). Kerja sama dengan Pemerintah Korea,
a. Melalui Green Business Center (GBC), dimana pada Tahun 2016 merupakan, merupakan tahun
penyusunan Implementing Arranggement (IA) kembali dari Nota Kesepahaman Kerjasama Teknik serta
dipicu dari hasil Forum ASEM 2010 mengenai Pertumbuhan hijau dan UKM yang diselenggarakan di
Seoul tahun 2010. Peran Kementerian Koperasi dan UKM adalah dalam hal penyediaan ruangan sebagai
inkubator bagi UKM Indonesia dan Korea, bertempat di Gedung SMESCO serta konsultasi lainnya.
Sedangkan pengelolaan menjadi tanggung jawab pemerintah Korea, melalui ASEM SMEs Eco-Innovation
Center (ASEIC). Sampai dengan saat ini, jumlah tenant yang ada adalah 3 UKM Indonesia dan 6 UKM
Korea. Sebagai upaya peningkatan kerjasama, pada 6 Desember 2016 telah diselenggarakan 1st
Indonesia–Korea SMEs Green Business Forum di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM dengan
pendanaan dari Indonesia-Korea Joint Secretariat for Economic Development (Korea) dan pembangunan
kantor KSU Siosar Bekera, Sinabung.
b. Melalui kerjasama dengan Small and Medium Business Corporation (SBC) Tahun 2016, diawali dengan
penyusunan draft MoU pada Maret 2016, yang memberikan bantuan berupa mesin kopi kepada Koperasi
MPGI Kopi Kintamani, Bali.
Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga dan Ketua KPPU Syarkawi Rauf menandatangani nota kesepahaman dalam melaksanakan
pengawasan kemitraan di sektor koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah, (23/8/16)
108
Kementerian Koperasi dan UKM bersama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menandatangani nota
kesepahaman dalam melaksanakan pengawasan kemitraan di sektor koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.
Jakarta, 23 Agustus 2016
109
110
lEMBAGA PENGELOLA
DANA BERGULIR KUMKM
111
Hasil audit (audit report) dari TuV Nord Certification menunjukkan bahwa implementasi ISO 9001:2008 di
lingkungan LPDB-KUMKM pada tahun 2016 telah dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya, sertifikasi ISO
9001:2008 dapat terus dimiliki LPDB-KUMKM sampai dengan akhir Desember 2017. Budaya pelayanan mutu
melalui ISO 9001: 2008 diharapkan dapat terus dipertahankan dengan sasaran mutu yang terus diupayakan
dan dipertahankan LPDB-KUMKM, antara lain “Clean” yakni mencapai tataran pengelolaan dana bergulir secara
professional yang ditandai dengan hasil audit wajar tanpa pengecualian (WTP), “Confidence” yakni proses
pemberian pinjaman/pembiayaan maksimal 15 hari kerja (apabila data sudah lengkap dan benar), “Capability”
yakni tingkat penyerapan penyaluran pinjaman/pembiayaan, dan yang terakhir “Customer Focus” yakni tingkat
kepuasan pelanggan. Dalam hal meningkatkan kualitas pelayanan prima, maka LPDB-KUMKM akan melakukan
migrasi dari ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015.
Ranah hukum memang bukan bagian utama dari tugas dan fungsi Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) dimana LPDB-KUMKM ini didirikan untuk membantu kalangan
Koperasi dan UMKM yang sulit mengaskes sumber pembiayaan, tetapi dalam praktiknya risiko pinjaman
bermasalah alias kredit macet ternyata tidak terhidarkan. Terlebih masih ada asumsi miring di tengah pelaku
UMKM bahwa dana bergulir adalah uang pemerintah yang berkonotasi hibah.
Tak ingin berlarut-larut dan berdebat kusir dengan para debitor bandel, LPDB-KUMKM mengambil langkah
strategis menjalin kerja sama dengan sejumlah instansi pemerintah terutama di bidang penyelesaian piutang
macet dan proses peradilan
dan agar tak berlarut-larut dalam menangani piutang bermasalah para mitra usaha, LPDB-KUMKM tandatangani
nota kesepahaman dengan Kejaksaan Agung di bidang penanggulangan pinjaman bermasalah hingga tingkat
pengadilan.
112
Penandatangan Nota Kesepahaman antara LPDB-KUMKM dengan Kejaksaan Agung. Jakarta, 29 Juni 2016
113
114
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga menyaksikan MoU antara Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), Perum
Jamkrindo, dan Koperasi MSP. MoU diteken oleh Direktur Utama LPDB Kemas Daniel, Direktur Bisnis Jamkrindo Bekti
Prasetyo, dan Ketua Koperasi MSP Edward Naibaho pada pembukaan MSP Expo 2016 - Jakarta 2 Desember 2016
115
116
Kebijakan di bidang Koperasi dan UMKM sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015
tentang RPJMN Tahun 2015–2019 yaitu meningkatkan daya saing UMKM dan Koperasi sehingga mampu tumbuh
menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar (“naik kelas”) dalam rangka mendukung
kemandirian perekonomian nasional, sehubungan dengan hal tersebut, Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah (LLP-KUKM) sebagai Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Koperasi
dan UKM yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam pelayanan promosi dan pemasaran Koperasi dan UMKM
di dalam dan luar negeri, diamanatkan sebagai Trading House bagi produk UMKM dan koperasi secara nasional
dalam rangka peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran.
Tahun 2016 LLP-KUKM telah melaksanakan 2 (dua) kegiatan strategis yaitu Fasilitasi Promosi dan Pemasaran
Produk KUKM dan Pengembangan Pemasaran Terpadu KUKM (Trading House).
a. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Koperasi dan UMKM, bertujuan untuk melakukan promosi dan
pemasaran secara intensif produk-produk Koperasi dan UMKM mitra kepada seluruh lapisan masyarakat dan
stakeholders. Kegiatan ini dilakukan melalui serangkaian event-event yang dikemas secara menarik yang
menghadirkan berbagai kegiatan dan produk-produk Koperasi dan UMKM mitra unggulan. Salah satu media
promosi yang efektif adalah melalui pelaksanaan event promosi yang berada di lingkungan SME Tower.
Pelaksanaan event promosi dilakukan juga untuk lebih mengenalkan Smesco Indonesia kepada seluruh lapisan
masyarakat, mulai dari generasi muda (youth), kaum perempuan (women), dan para pengguna internet (netizen).
Fasilitasi Promosi dan Pemasaran Produk Koperasi dan UMKM dilakukan melalui beberapa kegiatan sebagai
berikut:
1. Promosi produk Koperasi dan UMKM melalui display produk dan paviliun Provinsi di Galeri Indonesia WOW;
2. Pameran dalam negeri dengan tujuan mempromosikan produk unggulan yang berdaya saing kepada
masyarakat atau konsumen potensial guna meningkatkan volume dan nilai penjualan, memperluas jaringan
pemasaran produk unggulan Koperasi dan UMKM, mendorong peningkatan mutu produk daerah sesuai dengan
permintaan pasar dan meningkatkan daya saing produk dalam menghadapi pasar global serta menjaring
buyer potensial;
3. Layanan bisnis E-Commerce dengan tujuan untuk mengembangkan pasar produk Koperasi dan UMKM melalui
e-commerce, memperluas jaringan online pemasaran produk unggulan Koperasi dan UMKM, menyediakan
layanan e-commerce produk Koperasi dan UMKM unggulan, meningkatkan penjualan bagi Koperasi dan
UMKM secara online, memperkenalkan produk baru yang berdaya saing dan meningkatkan branding produk
Koperasi dan UMKM melalui Search Engine Optimization (SEO) sehingga hasil yang diharapkan adalah
meningkatkannya akses pasar dan jaringan bisnis Koperasi dan UMKM secara online melalui pengembangan
market place e-commerce (smescotrade.com) dan system inventory online bisnis ritel.
118
f. Pengembangan layanan E-Commerce (Digital Marketing dan Market Place E-Commerce) dengan tujuan
terwujudnya website marketplace terutama untuk Produk UKM, meningkatkan fungsi-fungsi pasar seperti
menghubungkan antara pembeli dan UKM, memfasilitasi transaksi dan menyediakan infrastruktur marketplace
bagi UKM, meningkatkan daya saing produk UKM melalui situs belanja online, mengembangkan jaringan
bisnis UKM melalui situs belanja online.
g. Berpartisipasi dalam Indonesia Fashion Week 2016 tanggal 10 s.d. 13 Maret 2016 di Jakarta Convention
Centre memfasilitasi 28 (dua puluh delapan) UKM mitra LLP-KUKM dengan kategori produk unggulan seperti
tas, sepatu, fashion, aksesoris dan kain batik.
h. INACRAFT 2016 tanggal 20 s.d. 24 April 2016 di Jakarta Convention Centre dimana LLP-KUKM memfasilitasi
15 KUKM mitra. Produk yang dipamerkan adalah handicraft, fashion, asesoris, tas, sepatu dan perhiasan
yang semuanya ada di Galeri Indonesia WOW di SME Tower. Produk tersebut dikurasi oleh dewan kurator
Galeri Indonesia WOW, salah satunya adalah desainer ternama Samuel Watimena.
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga mencoba alat pengolah kopi pada acara pembukaan
Rembug Kopi Nusantara`, di gedung Smesco Indonesia, Jakarta,13 Oktober 2016.
121
Presiden RI ke-5 Megawati Soekarno Puteri didampingi Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga
pada saat meninjau pameran produk unggulan UKM Indonesia, MSP EXPO 2016 di Gedung Smesco Jakarta 2 Desember 2016
122
SEKRETARIAT KEMENTERIAN
123
1. Rapat Regional
Rapat Regional Bidang Pembangunan Koperasi dan UMKM pada tahun 2016 dilaksanakan di Bali tanggal 2 Juni
2016 dengan peserta dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Tujuannya untuk sinkronisasi program/kegiatan dan optimalisasi anggaran pembangunan Koperasi dan UMKM
secara efektif dan efisien. Pokok-pokok hasil rapat regional tersebut antara lain:
a. Anggaran Pusat dan Dekonsentrasi TA.2016 mengalami optimalisasi yang mana melalui surat Menteri
Koperasi dan UKM diusulkan besaran penghematan/pemotongan salah satunya bersumber dari anggaran
dekonsentrasi pada Dinas yang membidangi Koperasi dan UMKM Provinsi (SKPD);
b. Anggaran Kementerian Koperasi dan UKM akan dioptimalkan pada program/kegiatan; pembangunan Koperasi
dan UMKM di daerah berdasarkan usulan serta mengacu pada agenda prioritas dan program/kegiatan prioritas
nasional;
c. Telah disosialisasikan kepada daerah bahwa saat ini penganggaran berbasis pada program prioritas bukan
berdasarkan struktur organisasi (money follow program);
d. Penyederhanaan nomenklatur program dan kegiatan dalam rangka mempermudah kontrol dan
pengawasan penggunaan anggaran, serta mempermudah sinergi antar pusat dan daerah dalam melaksanakan
program prioritas pembangunan tersebut;
e. Adanya Penyempurnaan matrik usulan dari masing-masing daerah terutama terkait agenda program prioritas
dan prioritas nasional tahun anggaran 2017 bidang pembangunan Koperasi dan UMKM;
f. Usulan dari masing-masing daerah yang belum tertampung dalam usulan sebelumnya yaitu
kegiatan prioritas K/L dan prioritas lainnya, sehingga akan menjadi pertimbangan Kementerian Koperasi dan
UKM dalam pengalokasian kegiatan dan anggaran tahun 2017;
g. Matrik Sinkronisasi Program/Kegiatan yang telah dihasilkan dari Rapat Koordinasi Regional ini akan
dikonsolidasikan dan menjadi bahan acuan pemantapan program/kegiatan tahun anggaran 2017 selanjutnya
akan menjadi bahan yang akan dikoordinasikan dengan Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian
Keuangan.
124
125
Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga didampingi Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Agus Muharram serta Kepada Dinas Koperasi
dan UKM Provinsi Bali I Dewa Nyoman Patra pada saat membuka Rapat Regional Bidang Koperasi dan UMKM Tahun 2016 Wilayah III. di
Denpasar Bali, Kamis (2/6/16)
126
Hasil dalam rapat koordinasi SAI adalah adanya kesepakatan angka yang tertuang di Berita Acara Rekonsiliasi
yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE) yang telah di tandatangani satker terkait dengan UAKPA dan selanjutnya angka tersebut yang
akan dipakai untuk E-rekon (online) dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dan di tuangkan ke
dalam laporan keuangan serta disampaikam kepada Sekretariat Kementerian Koperasi dan UKM cq Biro Keuangan.
- Bimbingan teknis penyusunan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG), dilaksanakan
di Jakarta pada tanggal, 24 Oktober 2016 dan diikuti oleh 50 orang peserta, dengan tujuan
untukmeningkatkan pemahaman dan keterampilan yang komprehensif tentang konsep, prinsip dan analisis
gender dan meningkatkan kapasitas dan pemahaman SDM terkait penyusunan PPRG di lingkungan
Kementerian Koperasin dan UKM;
- Seminar Sosialisasi Perlindungan Perempuan dan Anak, dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 9 Desember
2016 diikuti oleh 100 orang peserta, bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang
perlindungan terhadap perempuan dan anak;
- Penyusunan Data Terpilah pada Kementerian Koperasi dan UKM;
- Koordinasi dan sinergi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)
serta Kementerian/Lembaga terkait pelaksanaan program/kegiatan pembangunan yang responsif gender;
- Monitoring dan evaluasi pelaksanaan PUG bidang KUMKM;
- Partisipasi aktif dalam Pertemuan/Workshop/Seminar/Forum Internasional terkait PUG.
b. Implementasi Program/Kegiatan Pengembangan KUMKM yang responsif gender, telah dilakukan melalui
berbagai kegiatan yang melibatkan pelaku KUKM Perempuan dan Difabel, seperti: pelatihan kewirausahaan
bagi para Difabel, fasilitasi pemberian Hak Cipta bagi pelaku UKM, fasilitasi Ijin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK),
fasilitasi promosi dan pemasaran melalui kegiatan pameran bagi pelaku UKM, fasilitasi peningkatan kapasitas
KUMKM melalui pelatihan dan pendampingan (teknis, manajerial, dan kewirausahaan), dan lain-lain.
c. Penyediaan sarana dan fasilitas yang responsif gender, melalui: akses bagi para difabel, area parkir bagi
perempuan dan difabel, Tempat Penitipan Anak (TPA), Ruang Laktasi, Poliklinik bagi Pegawai, area kerja yang
nyaman dan sehat (bebas asap rokok), sarana beribadah dan lain-lain.
Capaian pelaksanaan PUG bidang KUMKM dalam kurun waktu 2 tahun terakhir telah mengantarkan Kementerian
Koperasi dan UKM sebagai salah satu dari 12 Kementerian/Lembaga yang menerima penghargaan Anugerah
Parahita Ekapraya (APE) dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sesuai Keputusan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 97 Tahun 2016, tanggal 6 Desember 2016
tentang Penetapan Penerimaan Tahun 2016.
5. Reformasi Birokrasi
Pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian/Lembaga (K/L) merupakan amanat dari Peraturan Presiden Nomor
81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-
2019. Pelaksanaan program reformasi birokrasi dilaksanakan secara berkelanjutan terutama kegiatan-kegiatan
yang sedang dalam proses upaya perbaikan/peningkatan kualitas reformasi birokrasi khususnya komitmen
mengawal rekomendasi hasil evaluasi dari Tim Evaluasi Kementerian PAN dan RB.
Program dan kegiatan reformasi birokrasi Kementerian Koperasi dan UKM telah melibatkan seluruh unit kerja,
baik pimpinan maupun staf dan diharapkan akan mampu mendorong perubahan ke arah peningkatan kinerja
yang lebih baik serta mampu memberikan pelayanan internal dan eksternal yang lebih baik. Oleh karena itu,
seluruh aparatur Kementerian Koperasi dan UKM berkomitmen untuk terus melakukan upaya-upaya perubahan
dan perbaikan untuk membentuk birokrasi yang bersih, efisien, efektif dan produktif, transparan, melayani, dan
birokrasi yang akuntabel.
129
Menteri Koperasi dan UKM menerima hasil Laporan Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Tahun 2015
Bidang Perekonomian dan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta 14. Juli 2016.
130
KERJASAMA INTERNASIONAL
131
A. Peran Aktif Dalam Forum The 61Th International Council for Small Business (ICSB) World Conference 2006
Forum tersebut merupakan konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh ICSB (atau disebut dengan Dewan
Internasional untuk usaha kecil yang didirikan pada tahun 1955), dan tahun 2016 ini telah diselenggarakan
pada 14-17 Juni 2016, di United Nation HQ, New York, Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk pengembangan
bisnis UKM serta pengembangan kewirausahaan dan inovasi. Tema yang dibahas dalam konferensi tersebut
adalah the role of enterpreneurship innovation in advancing the sustainable development goals of a society.
Dalam forum tersebut, Menteri Koperasi dan UKM memaparkan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam
mengembangkan UKM dan kewirausahaan di Indonesia. Selain itu, Menteri Koperasi dan UKM juga menerima
Special Award for Human Enterpreneurship President of ICSB (Prof. Ki-Chan Kim), karena dinilai memiliki
komitmen kuat dan keberhasilannya dalam memajukan program pengembangan kewirausahaan bagi UKM yang
telah memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas.
Menteri Koperasi dan UKM Puspyoga mendapat penghargaan ICSB Presidential Award karena dinilai
berhasil mengembangkan human enterprenership di Indonesa. Penghargaan diserahkan oleh Prof. Ki-Chan
Kim, President of ICSB. New York, Amerika Serikat, 16 Juni 2016
132
2). APEC SMEWG ke-42 pada 9 September 2016 di Lima, Peru. Beberapa hal yang dapat diinformasikan sebagai
berikut:
a) UKM dikawasan APEC sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi ekonomi global khususnya melalui
digital ekonomi dengan menggunakan sarana komputer maupun smartphone sehingga UKM di Indonesia
harus dapat meningkatkan kapasitasnya untuk memanfaatkan teknologi informasi agar dapat bersaing
dipasar global.
b) Teknologi informasi telah mengubah budaya masyarakat yang tadinya masih bersifat tradisional dalam
pemasaran maupun pembayaran menjadi digital dengan pemasaran dan transaksi online, untuk itu
diperlukan adanya atau dukungan kebijakan oleh pemerintah, dalam mendukung sistem pembayaran online
keamanannya terjamin.
c) Dalam mendukung teknologi informasi tersebut diperlukan infrastruktur yang memadai seperti jaringan
akses internet yang merata hingga tingkat kecamatan dan biaya akses yang tidak terlalu tinggi sehingga
dapat dijangkau oleh UKM.
d) UKM inovatif di Indonesia harus terus dikembangkan, untuk itu diperlukan sinergi yang efektif antar lintas
K/L khususnya yang membidangi UKM baik itu dalam peningkatan kapasitas UKM, penciptaan iklim usaha
yang kondusif, dan pemasaran.
e) Dukungan Indonesia terhadap usulan Canada mengenai Sub Dana bagi UMKM. Canada bermaksud
memberikan dana hibah untuk pendanaan proyek UMKM dengan sasaran UMKM pada Ekonomi APEC dengan
tingkat pendapatan rendah atau m`enengah ke bawah, dengan penekanan proyek mengenai UMKM
yang dipimpin oleh wanita, jangkauan kemitraan yang luas, tindakan fasilitatif untuk UMKM yang
ramah lingkungan terkait dengan perdagangan internasional.
f) Dalam rangka menjaga kontinuitas usulan proyek yang diajukan, kiranya Kementerian Koperasi dan UKM
133
dapat berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian dan Kementerian Luar Negeri untuk berkomunikasi
dengan Sekretariat APEC dan mengontak secara khusus ekonomi yang memberikan dukungan dan
sponsorship, sehingga proyek yang diusulkan dapat direalisasikan sesuai dengan tahapan dan mekanisme
pengajuan.
g) Tahun 2017 direncanakan APEC SMEWG ke-44 akan dilaksanakan di Australia, APEC SMEWG ke-45 sedangkan
APEC SMEMM ke-24 dilaksanakan di Vietnam.
C. Kerja Sama Kementerian Koperasi Dan UKM Dengan The Small and Medium Business Administration (SMBA)
Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Koperasi dan UKM dan SMBA
mengenai Kerja Sama Teknik di Bidang Koperasi dan UKM dilakukan pada 16 Juni 2016, dalam rangkaian kegiatan
Forum the 61st International Council for Small Business (ICSB) Worlds Conference 2016 di United Nation HQ New
York, Amerika Serikat. MoU ini juga sekaligus merupakan pembaharuan dari MoU yang telah ditandatangani pada
tahun 2011 oleh Menteri Koperasi dan UKM dan Administrator SMBA mengenai kerja sama tersebut.
Kerja sama Kementerian Koperasi dan UKM dengan SMBA telah ditindaklanjuti melalui kegiatan event, antara
lain: pengembangan Green Business Centre (GBC), National Launch of the 4th Asian SME Conference 2016 & Joint
Action Indonesia-Korea on SMEs Development, pertukaran informasi mengenai kebijakan/program pengembangan
UKM, promosi produk unggulan KUKM, dan lain-lain.
Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga pada saat Press Conference National Launch of The 4th Asian SME
Conference 2016 & Joint Action Indonesia - Korea on SME Development. Jakarta 14 Juli 2016
135
Capaian kerja sama tersebut antara lain: 1) penyedia ruangan sebagai inkubator bagi UKM Indonesia dan Korea,
yang bertempat di gedung SMESCO; 2) pengelolaan oleh pemerintah Korea melalui ASEM SMEs Eco-Innovation
Centre (ASEIC) dimana saat ini jumlah tenant yang ada sebanyak 3 UKM Indonesia dan 6 UKM Korea; 3) sebagai
upaya peningkatan kerja sama antar pelaku KUKM, seperti penyelenggaraan pada tanggal 6 Desember 2016 1st
Indonesia-Korea SMEs Green Business Forum.
Sebagai implementasi dari MoU tersebut pada tahun 2016 ini SBC memberikan bantuan mesin-mesin kopi
kepada Koperasi terpilih, dan telah dilakukan survey di Provinsi Jawa Barat yaitu Koperasi Mitra Malabar dan di
Provinsi Bali yaitu Koperasi MPGI Kopi Kintamani dimana hasil survey menunjukan bahwa Koperasi Mitra Malabar
memerlukan penguatan kelembagaan Koperasi sehingga belum dapat diberikan bantuan. Sedangkan Koperasi
MPGI Kopi Kintamani sudah diberikan bantuan mesin kopi.
F. Kerjasama Kementerian Koperasi dan UKM dengan Programma Uitzending Managers (PUM) Belanda
Kerjasama ini diinisiasi ketika Menteri Koperasi dan UKM dalam lawatannya ke Belanda melakukan pertemuan
dengan Johan Van Den Gronden CEO Programma Uitzending Managers (PUM) yaitu sebuah perusahaan konsultasi
yang memberikan bantuan pendampingan kepada UKM secara sukarela di Den Haag, Belanda pada tanggal 2-4
September 2016.
Kementerian Koperasi dan UKM sangat mengapresiasi dukungan PUM terhadap peningkatan daya saing produk
UKM Indonesia dalam aspek desain, kualitas dan standar di pasar Belanda dan negara Eropa lainnya. PUM telah
dikenal di banyak negara karena membantu UKM dengan sukarela untuk meningkatkan daya saing produknya. CEO
PUM Johan Van Den Gronden juga menyambut baik ajakan Kementerian Koperasi dan UKM untuk mengaktifkan
kembali peran PUM meningkatkan daya saing UKM Indonesia dengan ditindaklanjuti penandatangan kerjasama
atau MoU pada saat kunjungan Perdana Menteri Belanda ke Indonesia bulan November 2016.
Diharapkan semakin meningkatnya kualitas produk UKM Indonesia dapat memperkuat daya saing produk
Indonesia tidak hanya di Belanda tetapi juga pasar negara-negara Eropa lainnya. Eropa menerapkan standar
yang tinggi dan ketat terhadap kualitas produk yang masuk ke kawasan negara itu. Deputi Bidang Produksi dan
Pemasaran I Wayan Dipta juga menjelaskan kerjasama dengan PUM sebelumnya telah terlaksana di Sumatera,
Jawa, Bali. Kerjasama dalam bentuk pelatihan, vocational, workshop dan pendampingan terhadap pelaku UKM.
Sebelumnya, Menteri juga melakukan pertemuan dengan Diaspora Indonesia di Belanda. Dari pertemuan itu
dibicarakan tentang pengembangan wirausaha sosial, pengunaan ICT dan e-commerce untuk UKM, pengembangan
produk unggulan Indonesia untuk pasar Eropa dan Belanda. Selain itu dibicarakan juga pengembangan UKM
untuk kawasan timur seperti NTT dan Maluku.
136
137
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga membuka Pasar Raya Indonesia yang diselenggarakan oleh KBRI di Belanda dan di dukung oleh
Diaspora Belanda di Wassenaar, Den Haag Belanda, 4 September 2016
138
139
Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga menyampaikan pidato di Markas PBB sebelum menerima Award dihadapan menteri
menteri UKM dari negara anggota International Council for Small Business (ICSB), di New York, Amerika Serikat, 16 Juni 2016
140
PENUTUP
PELAKSANAN PROGRAM
141
BAB 6
142
PENUTUP
Laporan Tahun 2016 Kementerian Koperasi dan UKM yang tertuang dalam buku “Membangun
Koperasi dan UMKM Mandiri, Kreatif dan Berdaya Saing Tinggi” ini, merupakan salah satu bentuk
pertanggung- jawaban Kementerian Koperasi dan UKM kepada masyarakat dan kepada Presiden RI.
Selain itu, buku ini juga juga menjadi media evaluasi terhadap upaya, langkah-langkah yang telah
ditempuh, dan berbagai pencapaian yang telah terwujud oleh Kementerian Koperasi dan UKM pada
periode 2016.
Diharapkan berbagai pencapaian dan manfaat yang telah dirasakan pelaku usaha Koperasi dan
UMKM atas implementasi sejumlah program pembangunan di Bidang Koperasi dan UMKM terus
meningkat. Selain itu, implementasi program terus menjangkau sasaran Koperasi dan UMKM secara
lebih luas sehingga menjadikan pelaku usaha semakin mandiri, berdaya saing, dan tangguh.
Kementerian Koperasi dan UKM menilai berbagai prestasi dan pencapaian tersebut tak
lepas dari dukungan, komitmen, dan kerja sama berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
• Para Menteri.
• Para Kepala Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM Provinsi, Kabupaten dan Kota.
• Serta pihak – pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi rakyat dan Bangsa Indonesia.