Anda di halaman 1dari 142

1

KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH


REPUBLIK INDONESIA

MEMBANGUN KOPERASI DAN UMKM


MANDIRI, KREATIF DAN BERDAYA SAING TINGGI

LAPORAN TAHUNAN
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
TAHUN 2016
2

KATA PENGANTAR

Secara berkala Kementerian Koperasi dan UKM menerbitkan buku laporan tentang pelaksanaan kegiatan dan program
kerja pembinaan di bidang Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Langkah ini sebagai
komitmen pemerintah dalam menyampaikan informasi secara transparan dalam melaksanakan amanah, tugas, tanggung
jawab pembangunan Koperasi dan UMKM di tanah air, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun
2015 tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Tugas dan fungsi dalam peraturan perundang-undangan itu merupakan amanah dan legalitas bagi Kementerian Koperasi
dan UKM dalam melaksanakan program-program pembangunan Koperasi dan UMKM pada saat ini dan masa mendatang.
Sehingga secara berkesinambungan, Kementerian Koperasi dan UKM dapat terus melaksanakan kebijakan dan program
pembangunan Koperasi dan UMKM dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan.
Kebijakan Pemerintah untuk menciptakan ekonomi yang berkeadilan dirasakan sudah sangat tepat yaitu kebijakan
pembangunan infrastruktur baik darat, laut dan udara serta kebijakan pengembangan pariwisata. Kedua kebijakan ini
mempunyai kekuatan yang sangat mendalam, yaitu :
1. Dari segi sosial ekonomi, apabila program ini berjalan baik akan terjadi pemerataan dan kesejahteraan masyarakat;
2. Dari segi sosial politik, program ini akan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
3. Dari segi sosial budaya akan mendukung pariwisata dan nilai-nilai budaya yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Selama tahun 2016, berbagai kebijakan dan program telah dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM dalam
rangka mendorong pengembangan Koperasi dan UMKM di Indonesia. Seluruh kebijakan dan program tersebut dapat
terwujud atas dorongan, kontribusi, dan peran serta berbagai pihak di pemerintahan pusat dan daerah serta Koperasi
dan UMKM.
Pelaksanaan dan pencapaian program Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM sepanjang tahun anggaran 2016
dituangkan melalui buku laporan Membangun Koperasi dan UMKM yang Mandiri, Kreatif dan Berdaya Saing Tinggi.
Dalam buku ini disajikan sejumlah catatan mengenai pencapaian kinerja Kementerian Koperasi dan UKM dan sejumlah
terobosan pelaksanaan program dan kegiatan Peningkatan Daya Saing Koperasi dan UMKM di pemerintah pusat,
provinsi/D.I., kabupaten, dan kota selama tahun 2016.

Tersirat sekilas dalam buku ini, Kementerian Koperasi dan UKM telah melakukan berbagai pendekatan strategis, tidak
hanya melalui integrasi dan koordinasi serta kerjasama berbagai pihak, tetapi juga dengan program dan kegiatan aksi
pembangunan Koperasi dan UMKM. Pada hakikatnya, semuanya bermuara pada upaya mendorong pertumbuhan dan
perkembangan Koperasi dan UMKM yang kreatif, mandiri, dan berdaya saing tinggi. Hal ini dimaksudkan agar Koperasi
dan UMKM sebagai entitas usaha sehingga mampu menjadi Soko Guru perekonomian nasional serta berperan sebagai
pendorong eskalasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Akhir kata, semoga buku ini dapat bermanfaat dan menjadi media evaluasi bersama terhadap capaian dan rencana
aksi ke depan semakin optimal dalam rangka membangun dan mengembangkan Koperasi dan UMKM untuk mencapai
masyarakat sejahtera berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Jakarta, 31 Desember 2016


Menteri Koperasi dan UKM

AAGN. Puspayoga
3
4

Daftar Isi

Kata Pengantar 2
Daftar Isi 4
Daftar Tabel 5
Daftar Grafik 5

Bab 1
Pendahuluan 7
Latar Belakang 8
Struktur Organisasi Kementerian Koperasi dan UKM 17

Bab 2
Visi, Misi, Tujuan, Arah Kebijakan dan Strategi 19
Kementerian Koperasi dan UKM

Bab 3
Reformasi Koperasi 23

Bab 4
Program Unggulan Kementerian Koperasi dan UKM 27

Bab 5
Pelaksanaan Program 49
Deputi Bidang Kelembagaan 50
Deputi Bidang Pembiayaan 62
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran 74
Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha 84
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia 94
Deputi Bidang Pengawasan 102
Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUMKM) 110
Lembaga Layanan Pemasaran (LLP-KUKM) 114
Sekretariat Kementerian 122

Bab 5
Penutup 140
5

Daftar Tabel

Tabel 1 : Rekapitulasi Data Koperasi Tingkat Nasional 10


Tabel 2 : Perkembangan Data Usaha Mikro Kecil, Menengah (UMKM) Tahun 2015 12
Tabel 3 : Penyerapan dana bergulir berdasarkan sektor usaha tahun 2016 47
Tabel 4 : Sebaran Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan 2012-2016 52
Tabel 5 : Sebaran gedung PLUT-KUMKM tahun 2013-2016 86

Daftar Grafik

Grafik 1 : Pagu dan realisasi anggaran Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2015-2016 14
Grafik 2 : Pagu dan realisasi anggaran per Program Kementerian Koperasi dan UKM tahun 15
2016
Grafik 3 : Target dan realisasi pemberian NIK tahun 2015-2016 28
Grafik 4 : Target dan realisasi pelaksanaan sertifikat NIK terhadap Koperasi aktif secara
Nasional tahun 2015-2016 30
Grafik 5 : Target dan realisasi pelaksanaan sertifikat NIK terhadap Koperasi aktif secara
Provinsi tahun 2015-2016 31
Grafik 6 : Target dan realisasi fasilitasi akta Koperasi bagi usaha mikro dan kecil tahun 2015-
2016 33
Grafik 7 : Target dan realisasi fasilitasi IUMK tahun 2015-2016 35
Grafik 8 : Capaian kegiatan fasilitasi Standarisasi dan Sertifikasi Produk melalui HaKI Tahun
2015-2016 39
Grafik 9 : Capaian kegiatan Pengembangan Kewirausahaan Tahun 2015-2016 40
Grafik 10 : Jumlah Koperasi dan UMKM yang terlayani di galeri Indonesia WOW tahun 2015-
2016 42
Grafik 11 : Capaian Kredit Usaha Rakyat tahun 2015-2016 45
Grafik 12 : Perkembangan penyaluran dana bergulir tahun 2015-2016 46
Grafik 13 : Sebaran Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan tahun 2012-2016 52
Grafik 14 : Peserta Bimbingan Teknis GCG, Tahun 2016 53
Grafik 15 : Peserta Bimbingan Teknis Perkoperasian bagi Kelompok Strategis Pra Koperasi,
Tahun 2016 56
Grafik 16 : Perkembangan kegiatan SHAT bagi UMK, tahun 2015-2016 65
6

PENDAHULUAN
1
7

BAB
BAB I
8

LATAR BELAKANG

Pembangunan Koperasi dan UMKM merupakan langkah strategis menumbuhkan tingkat pembangunan nasional.
Kebijakan tersebut dirasakan dapat menjadi solusi konkrit untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Hal ini
dapat dicapai dengan mendorong Koperasi dan UMKM meningkatkan kapasitas dan perannya. Pembangunan
Koperasi dan UMKM juga diarahkan untuk memperkuat meningkatkan kontribusinya dalam perekonomian, baik
dalam penganggulangan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, maupun dalam peningkatan nilai tambah
perekonomian yang menyokong pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pembangunan berkelanjutan.

Dalam kurun waktu lima tahun yaitu 2015-2019, pembangunan Koperasi dan UMKM dilaksanakan melalui
berbagai kebijakan untuk meningkatkan daya saing Koperasi dan UMKM. Kebijakan-kebijakan tersebut
mencakup upaya-upaya peningkatan kapasitas dan kinerja usaha Koperasi dan UMKM, penguatan dan perluasan
peran sistem pendukung usaha, dan peningkatan dukungan iklim usaha. Hal ini sejalan dengan tiga tataran
pembangunan Koperasi dan UMKM dimana pada tataran makro, kebijakan pembangunan Koperasi dan UMKM
mencakup perbaikan lingkungan usaha yang diperlukan untuk mendukung perkembangan Koperasi dan UMKM.
Beberapa isu lingkungan usaha di antaranya berkaitan dengan peraturan, persaingan usaha, biaya transaksi,
formalisasi usaha, pengarusutamaan gender serta peran pemerintah, swasta dan masyarakat.

Kebijakan pembangunan Koperasi dan UMKM pada tataran meso mencakup peningkatan sistem pendukung usaha
yang mencakup lembaga atau sistem yang menyediakan dukungan bagi peningkatan akses Koperasi dan UMKM
ke sumber daya produktif dalam rangka perluasan usaha dan perbaikan kinerja. Sumber daya produktif mencakup
bahan baku, modal, tenaga kerja terampil, informasi dan teknologi. Perluasan usaha mencakup peningkatan
tata laksana kelembagaan, peningkatan kapasitas dan perluasan jangkauan pasar. Sementara itu kebijakan
pembangunan Koperasi dan UMKM pada tataran mikro mencakup peningkatan kualitas kelembagaan Koperasi
dan UMKM serta perbaikan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) baik dari aspek kewirausahaan,
maupun kemampuan teknis, manajeman dan pemasaran.

Berdasarkan Online Data System (ODS), jumlah Koperasi aktif sampai dengan bulan Desember 2016 sebanyak
150.223 unit dan yang telah melakukan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sebanyak 80.008 unit. Dari jumlah
Koperasi aktif tersebut yang telah diberikan sertifikat Nomor Induk Koperasi (NIK) sampai dengan akhir bulan
Desember 2016 sebanyak 8.459. Rekapitulasi Data Koperasi Tingkat Nasional sebagaimana tabel terlampir:
9

Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga memberikan sambutan seusai meninjau relokasi pedagang Pasar Badung korban kebakaran,
di eks Tiara Grosir, Kota Denpasar, 1 Mei 2016
10

Tabel 1. Rekapitulasi Data Koperasi Tingkat Nasional


Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2016
11
12

Melihat perkembangan Koperasi dan UMKM juga masih membutuhkan dukungan kebijakan afirmasi atau
keberpihakan bagi Koperasi dan UMKM dalam merespon perubahan pasar dan perekonomian yang dinamis.
Koperasi dan UMKM juga perlu diperkuat sehingga mampu berkontribusi pada perbaikan struktur pelaku
usaha nasional menjadi lebih kokoh dan seimbang, baik dalam skala usaha, strata maupun sektoral.
Adapun data UMKM tahun 2015 sebagai berikut:

Tabel 2. Data Usaha Mikro Kecil, Menengah (UMKM) Tahun 2015

TAHUN 2015 *)
NO INDIKATOR SATUAN JUMLAH PANGSA
(%)
1 UNIT USAHA (A+B) 59.267.759
A Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Unit 59.262.772 99,99
- Usaha Mikro (UMi) Unit 58.521.987 98,74
- Usaha Kecil (UK) Unit 681.522 1,15
- Usaha Menengah (UM) Unit 59.263 0,1
B Usaha Besar (UB) Unit 4.987 0,01

Perajin tembaga dan kuningan Dusun Tumang


Desa Cepogo, Boyolali, Jawa Tengah
13

KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah mengatur bahwa kedudukan Kementerian Koperasi dan UKM berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden dan dipimpin oleh Menteri. Kementerian Koperasi dan UKM mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas tersebut Kementerian Koperasi dan UKM
menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang peningkatan kapasitas kelembagaan Koperasi dan UMKM,
pemberdayaan pembiayaan Koperasi dan UMKM, pemberdayaan produksi dan pemasaran Koperasi dan
UMKM, restrukturisasi usaha Koperasi dan UMKM, pengembangan sumber daya manusia Koperasi dan
UMKM, dan pemeriksaan dan pengawasan Koperasi;
2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kapasitas kelembagaan Koperasi
dan UMKM, pemberdayaan pembiayaan Koperasi dan UMKM, pemberdayaan produksi dan pemasaran
Koperasi dan UMKM, restrukturisasi usaha Koperasi dan UMKM, pengembangan sumber daya manusia
Koperasi dan UMKM, dan pemeriksaan dan pengawasan Koperasi;
3. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
4. Pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah;
5. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

Kedudukan, tugas dan fungsi tersebut merupakan mandatory dan legalitas bagi Kementerian Koperasi dan
UKM untuk melakukan program/kegiatan di Bidang Koperasi dan UMKM. Pelaksanaan kebijakan dan program
pembangunan koperasi dan UMKM secara kontinyu dan berkelanjutan yang merupakan upaya untuk ditempuh
guna mendorong peningkatan perekonomian nasional terutama dalam rangka mengentaskan kemiskinan dan
pengangguran.
14

ANGGARAN

Alokasi APBN tahun 2016 untuk pembangunan Koperasi dan UMKM pada Kementerian Koperasi dan UKM sebesar
Rp 1.065.438.716.000,- (satu triliun enam puluh lima miliar empat ratus tiga puluh delapan juta tujuh ratus
enam belas ribu rupiah). Namun berdasarkan kebijakan penghematan melalui Intruksi Presiden (Inpres) Nomor
8 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga dalam Rangka Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan Tahun Anggaran 2016, dilakukan self blocking/penghematan
sebesar Rp. 47.235.733.000,- (empat puluh tujuh miliar dua ratus tiga puluh lima juta tujuh ratus tiga puluh tiga
ribu rupiah) sehingga anggaran Kementerian Koperasi dan UKM menjadi sebesar 1.018.202.983.000,- (satu triliun
delapan belas miliar dua ratus dua juta sembilan ratus delapan puluh tiga ribu rupiah).

Capaian realisasi anggaran Kementerian Koperasi dan UKM dari pagu tersebut sebesar Rp. 957.651.014.539,- atau
89,88% (sampai dengan 31 Desember 2016). Kementerian Koperasi dan UKM merupakan 5 dari 34 Kementerian
yang realisasi anggarannya cukup tinggi. Sedangkan secara nasional Kementerian Koperasi dan UKM mendapatkan
peringkat ke 25 dari 87 K/L.
1,497,929,962,000

1,319,343,918,263

1,065,438,716,000

957,651,014,539

2015 2016

Target (Rp) Realisasi (Rp)

Grafik 1. Pagu dan realisasi anggaran Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2015-2016
15

Adapun rincian atas realisasi anggaran per-program adalah sebagai berikut:


1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Koperasi dan UKM (044.01.01)
sebesar Rp. 202.578.812.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 177.896.093.252,- atau 87,82%;
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Koperasi dan UKM (044.01.02) sebesar
Rp. 92.925.010.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 90.314.398.589,- atau 97,19%;
3. Program Peningkatan Daya Saing UMKM dan Koperasi (044.01.06) sebesar Rp. 501.736.237.000,- dengan realisasi
sebesar Rp. 480.128.639.865,- atau 95,69%;
4. Program Penguatan Kelembagaan Koperasi (044.01.07) sebesar Rp. 85.040.609.000,- dengan realisasi sebesar
Rp. 81.694.276.135,- atau 96,07%;
5. Program Peningkatan Penghidupan Berkelanjutan Berbasis Usaha Mikro (044.01.08) sebesar Rp. 135.922.315.000,-
dengan realisasi sebesar Rp. 127.617.606.698,- atau 93,89%.
202,578,812,000

177,896,093,252

135,922,315,000

127,617,606,698
501,736,237,000

480,128,639,865
92,925,010,000

90,314,398,589

81,694,276,135
85,040,609,000

[044.01.01] [044.01.02] [044.01.06] [044.01.07] [044.01.08]

Pagu (Rp) Realisasi (Rp)

Grafik 2. Pagu dan realisasi anggaran per Program Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2016
16

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah serta Peraturan Menteri Nomor 08/Per/M.KUKM/X/15 tentang Organisasi Tata Kerja Kementerian
Koperasi dan UKM, Struktur organisasi Kementerian Koperasi dan UKM digambarkan sebagai berikut:
17

STRUKTUR ORGANISASI
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH
REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOPERASI DAN UKM


AAGN. Puspayoga

Sekretaris Kementerian
Ir. Agus Muharram, MSP

Deputi Bidang Deputi Bidang Deputi Bidang Deputi Bidang


Deputi Bidang Deputi Bidang
Kelembagaan Pembiayaan Produksi dan Pemasaran Pengembangan SDM
Restrukturisasi Usaha Pengawasan
Ir. Meliadi Sembiring, MSc Drs. Braman Setyo, MSi Ir. I Wayan Dipta, MSc Drs. Prakoso BS, MM
Ir. Yuana Sutyowati, MM Drs. Suparno, MM

Staf Ahli Menteri Bidang Staf Ahli Menteri Bidang Staf Ahli Menteri Bidang
Inspektur
Ekonomi Makro Produktivitas dan Daya Saing Hubungan Antar Lembaga
Drs. Wasis Hendro Yogie, MM Ir. Hasan Djauhari, MA DR. Ir. Muhammad Taufiq, M.Sc Abdul Kadir Damanik

Direktur Utama LPDB-KUMKM Direktur Utama LLP-KUKM


Ir. Kemas Danial, MM Achmad Zabadi, S.H, MM
18

VISI, MISI, TUJUAN, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
19

BAB 2
20

VISI, MISI, TUJUAN, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

Visi dan misi Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2015-2019 diarahkan untuk mendukung pencapaian visi
Presiden, sebagaimana tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Hal tersebut, selanjutnya dijabarkan kedalam visi dan misi Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2015-2019, yaitu:

“Mewujudkan Koperasi dan UMKM yang Sehat, Kuat, Tangguh dan Mandiri untuk Berkontribusi Dalam
Perekonomian Nasional”

Misi dengan mewujudkan visinya, maka Kementerian Koperasi dan UKM perlu menjalankan misi yang tepat melalui 3 Misi
Pembangunan yaitu:
1. Mewujudkan kelembagaan koperasi yang sehat dan berkualitas;
2. Mewujudkan pelaku UMKM yang mampu menciptakan lapangan kerja serta pemerataan pendapatan;
3. Mewujudkan Koperasi dan UMKM yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta pengentasan kemiskinan.

Upaya pencapaian visi tersebut merupakan tanggungjawab dan kerjasama yang terintegrasi dengan seluruh Kementerian/
Lembaga serta Pemerintah Daerah (Provinsi/Kabupaten/Kota). Dalam kaitan ini, Misi Kementerian Koperasi dan UKM
adalah:
1. Mewujudkan kelembagaan koperasi yang sehat dan berkualitas;
2. Mewujudkan pelaku UMKM yang mampu menciptakan lapangan kerja serta pemerataan pendapatan;
3. Mewujudkan Koperasi dan UMKM yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi serta pengentasan kemiskinan.
Upaya pencapaian misi ini dilakukan melalui berbagai langkah perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan
pembangunan Koperasi dan UMKM.

Tujuan
Visi dan misi tersebut harus dirumuskan kedalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa rumusan tujuan
strategis (strategic goals) yang merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau
dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai 5 (lima) tahun. Tujuan strategis yang akan dicapai oleh Kementerian
Koperasi dan UKM adalah:
1. Terciptanya Koperasi dan UMKM dalam perluasan kesempatan kerja serta pemerataan pendapatan;
2. Terwujudnya Koperasi dan UMKM dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta pengentasan kemiskinan;
3. Terwujudnya Kementerian Koperasi dan UKM yang profesional dan berkinerja tinggi.

Ketiga tujuan strategis tersebut mempunyai keterkaitan yang sangat erat dalam pencapaian pembangunan Koperasi dan
UMKM yaitu terwujudnya Koperasi dan UMKM yang Sehat, Kuat, Tangguh dan Mandiri dalam rangka perluasan kesempatan
kerja, pemerataan pendapatan, pengurangan kemiskinan serta memberikan dukungan bagi kontribusi perekonomian
nasional.
21

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

Dengan memperhatikan tantangan dan sasaran pembangunan Koperasi dan UMKM ke depan, dan merujuk pada
arah kebijakan nasional di bidang Koperasi dan UMKM tahun 2015-2019, maka kebijakan yang dilaksanakan oleh
Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2015-2019 diarahkan untuk “meningkatkan produktivitas, kelayakan
dan nilai tambah Koperasi dan UMKM sehingga mampu tumbuh ke skala yang lebih besar (“naik kelas”) dan
berdaya saing”.

Arah kebijakan tersebut akan dilaksanakan melalui lima strategi sebagaimana dituangkan dalam RPJMN tahun
2015-2019 yaitu:
1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia;
2. Peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan;
3. Peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran;
4. Penguatan kelembagaan usaha;
5. Kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha.

Kelima strategi tersebut dilaksanakan melalui beberapa langkah strategis yang disusun berdasarkan Dimensi
Pembangunan yang dituangkan di dalam RPJMN 2015-2019 yaitu:
1. Dimensi Pembangunan Manusia;
2. Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan;
3. Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan.

Rapat Kerja Kementerian Koperasi dan UKM dengan DPR RI Komisi VI Jakarta, 13 Juni 2016
22

REFORMASI KOPERASI
23

BAB 3
24

Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga didampingi Walikota Bogor Bima Arya dan Ketua Pengawas KSP Sejahtera Bersama Iwan Setiawan
menyaksikan pemberian penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk Kopersi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama sebagai koperasi
pertama melakukan RAT secara elektronik di Indonesia, di Kota Bogor, Sabtu (23/4/2016).
25

Pembaharuan organisasi koperasi melalui


pemutakhiran data dan pembekuan dan akan
ditindaklanjuti dengan pembubaran koperasi.

Merubah paradigma dari pendekatan kuantitas Mulai tahun 2015 dan dilanjutkan tahun 2016
menjadi pendekatan kualitas kelembagaan dalam rangka akselerasi peningkatan koperasi
koperasi. Adapun upaya dan langkah yang telah berkualitas sebagaimana mandat dari Bapak
dilakukan sampai saat ini, yaitu: (a) Peningkatan Presiden Republik Indonesia pada saat Hari Koperasi
kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan Nasional, salah satu upaya dan langkah yaitu
perkoperasian; (b) Pemeriksaan ijin usaha koperasi; melalui program rencana aksi Reformasi Koperasi.
(c) Pemeriksaan kepengurusan dan keanggotaan Selanjutnya Kementerian Koperasi dan UKM
koperasi; (d) Pemeriksaan kinerja keuangan mengimplentasikan hal tersebut melalui beberapa
koperasi. tahapan, sebagai berikut:

Secara bertahap dan terukur melakukan peningkatan dan


pengembangan kapasitas usaha serta kelembagaan koperasi untuk
mendorong menjadi koperasi skala besar internasional. Adapun upaya
dan langkah yang telah dilakukan sampai saat ini, yaitu:
(a) Penilaian kesehatan kelembagaan koperasi; (b) Peningkatan
kapasitas SDM koperasi melalui Pendidikan dan Pelatihan serta
Bimbingan Teknis Perkoperasian; (c) Fasilitasi Kredit Usaha Rakyat
(KUR); (d) Fasilitasi Dana Bergulir melalui LPDB-KUMKM.
26

PROGRAM UNGGULAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM


27

BAB 4
28

Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka percepatan pembangunan bidang Koperasi dan UKM telah
mencanangkan program unggulan, sebagai berikut:

I. Pendataan Data Koperasi dalam bentuk Pemberian Nomor Induk Koperasi (NIK)

Maksud dan tujuan pemberian NIK, sebagai berikut:


1. Maksud pemberian Sertifikat NIK adalah:
a. Menertibkan kegiatan usaha Koperasi untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan pemangku
kepentingan terhadap Koperasi;
b. Memudahkan pelayanan kebutuhan informasi tentang kualitas dan kemampuan Koperasi.

2. Tujuan pemberian Sertifikat NIK adalah:


a. Mengidentifikasi kesehatan usaha dan kepatuhan Koperasi dalam melaksanakan nilai dan prinsip Koperasi;
b. Memudahkan monitoring, evaluasi dan pengembangan Koperasi secara terarah dan tepat sasaran melalui
program peningkatan daya saing maupun penguatan kelembagaan Koperasi;
c. Mendorong terwujudnya kerjasama antar Koperasi maupun dengan badan usaha lainnya (BUMN, BUMD dan
Swasta) dengan prinsip saling memperkuat dan menguntungkan.

Capaian realisasi pemberian Sertifikat Nomor Induk Koperasi (NIK)


terhadap rata-rata Koperasi Aktif secara Nasional dan secara Provinsi per bulan Mei 2015 s.d Desember 2016,
dapat dilihat pada grafik berikut:

7,327

1.237

2015 2016

Grafik 3. Realisasi pemberian NIK tahun 2015-2016


29

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga didampingi Bupati Sidoarjo Saiful Ilah
menyerahkan Sertifikat Nomor Induk Koperasi di Sidoarjo, 8 November 2016
30

29.54
Target Cetak Sertifikat NIK

Capaian Cetak Sertifikat NIK

17.84
12.61

11.49 12.02

14.12 2.91
1.82
10.28 2.28 0.93
1.79 1.87
1.79 1.28
2.41 1.28 2.59 0.52 0.22 0.09
1.71 0.50 0.40 0.74 0.52 1.00 1.00 0.25 1.19 0.06 0.22 0.32
0.60 0.18 2.26
0.46 4.10 1.77 1.41
2.66 1.16 0.55 1.14 3.38 2.89 2.97 1.16 2.36 0.97 2.20 0.56
2.69 4.23 1.93 2.22 1.63 2.00 3.75 1.54 2.24 1.90 1.98 1.74 0.27 0.51 0.48 0.50

Grafik 4. Target dan realisasi pelaksanaan sertifikat NIK terhadap Koperasi aktif secara Nasional tahun 2015-2016

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2016


01. Aceh 2.69 3.72
02. Sumatera Utara 4.23 2.48
03. Sumatera Barat 1.93 7.00
04. Riau 2.22 4.34
05. Jambi 1.63 1.70
06. Sumatera Selatan 2.66 2.69
07. Bengkulu 1.16 1.94
08. Lampung 2.00 7.25
09. Kepulauan Bangka Belitung 0.55 7.54

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2016


10. Kepulauan Riau 1.14 2.96
11. DKI Jakarta 3.75 2.73 Koperasi Aktif Terhadap Nasional
12. Jawa Barat 10.28 6.27 Cetak Sertifikat NIK Terhadap Provinsi
13. Jawa Tengah 14.12 5.01
14. D.I. Yogyakarta 1.54 12.33
15. Jawa Timur 17.84 9.29
16. Banten 2.89 5.64
17. Bali 2.97 22.71
18. Nusa Tenggara Barat 2.24
19. Nusa Tenggara Timur 1.90 5.72
1.54
20. Kalimantan Barat 1.98 1.47
21. Kalimantan Tengah 1.74 1.49
22. Kalimantan Selatan 1.16 4.88
23. Kalimantan Timur 2.36 2.39
24. Kalimantan Utara 0.27 3.68
25. Sulawesi Utara 2.26 4.43
26. Sulawesi Tengah 0.97 1.43
27. Sulawesi Selatan 4.10 1.28
28. Sulawesi Tenggara 2.20 3.05
29. Gorontalo 0.56 12.83
30. Sulawesi Barat 0.51 0.65

Grafik 5. Target dan realisasi pelaksanaan sertifikat NIK terhadap Koperasi aktif secara Provinsi tahun 2015-2016
31. Maluku 1.77 0.71

32. Maluku Utara 0.48 2.60


33. Papua 1.41 0.38
34. Papua Barat 0.50 3.56
31
32

II. Fasilitasi Pembuatan Akta Koperasi bagi Usaha Mikro

Kegiatan Fasilitasi Pembuatan Akta Pendirian Koperasi bagi Usaha Mikro dilakukan dalam bentuk
pemberian fasilitasi bantuan dana yang bersifat stimulan bagi pengusaha mikro. Kegiatan ini bertujuan
untuk: 1. Mendorong pemberdayaan masyarakat, khususnya pengusaha mikro dalam rangka pendirian
Koperasi; 2. Memberikan bantuan bagi pengusaha mikro dalam pembuatan akta pendirian Koperasi oleh
Notaris Pembuat Akta Koperasi (NPAK); 3. Membantu usaha mikro agar mempunyai kepastian hukum
dalam bentuk Badan Hukum Koperasi.

Alokasi bantuan dana sebesar Rp. 2.500.000,- per Akta Pendirian Koperasi. Bantuan tersebut diarahkan
untuk membayar NPAK yang telah memberikan jasanya dalam rangka pendirian Koperasi, yakni meliputi
memberi penyuluhan perkoperasian kepada para pendiri Koperasi sebelum rapat pendirian Koperasi dan
membuat akta pendirian Koperasi serta mengurus proses pengesahan Badan Hukum Koperasi kepada
Menteri.

Disamping itu, pengesahan Badan Hukum Koperasi sudah dapat dilakukan secara ONLINE melalui
Sistem Administrasi Badan Hukum Koperasi (SISMINBHKOP) berbasis Web bagi masyarakat yang akan
mendirikan Koperasi, sehingga pelayanan pengesahan badan hukum koperasi menjadi lebih mudah, lebih
sederhana, lebih cepat dan akuntabel. Pada tahun 2016, Notaris yang sudah mendaftar sebanyak 1.515
Notaris dan SK Pengesahan Akta Pendirian Koperasi yang sudah terealisasi sebanyak 1.037 dengan rata-
rata waktu proses 1,65 hari (kurang dari 2 hari)

Target dan reaslisasi fasilitasi Akta Koperasi bagi Usaha Mikro dan Kecil tahun 2015-2016, sebagaimana
grafik berikut:

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga didampingi Bupati


Kebumen M Fuad menyerahkan Akta Notaris bagi koperasi
Kebumen, 24 Maret 2016
33

5.000

522
500
494

2015 2016
Target (Akta) Realisasi (Akta)

Grafik 6. Target dan realisasi fasilitasi akta Koperasi bagi usaha mikro dan kecil tahun 2015-2016

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2016


34

III. Fasilitasi Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK)

Pengaturan Izin Usaha Mikro Kecil dilaksanakan berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 98 Tahun 2014 tentang
Legalitas atau Perizinan Usaha Mikro dan Kecil. Pelaksanaan Peraturan Presiden tersebut dijabarkan dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 83 tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Mikro dan Kecil,
dan Nota Kesepahaman antara 3 (tiga) Kementerian yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koperasi dan
UKM dan Kementerian Perdagangan.

Izin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) adalah tanda legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha/kegiatan tertentu
dalam bentuk naskah satu lembar. Tujuan fasilitasi ijin tersebut bagi usaha mikro dan kecil adalah untuk:
1. Mendapatkan kepastian dan perlindungan dalam berusaha dilokasi yang telah ditetapkan;
2. Mendapatkan pendampingan untuk pengembangan usaha;
3. Mendapatkan kemudahan dalam akses pembiayaan ke lembaga keuangan bank dan non-bank;
4. Mendapatkan kemudahan dalam pemberdayaan dari pemerintah, pemerintah daerah dan/atau lembaga lainnya.

Pelaksana IUMK adalah Camat yang mendapatkan pendelegasian kewenangan dari Bupati/Walikota. Pemberian
IUMK kepada usaha mikro dan kecil dibebaskan atau diberikan keringanan dengan tidak dikenakan biaya,
retribusi, dan/atau pungutan lainnya.

Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga menyerahkan


Kartu Izin Usaha Mikro Kecil di Pendopo Walikota
Surakarta, 19. Februari 2016
35

Realisasi pelaksanaan IUMK sampai dengan tahun 2016 adalah:


1. Diterbitkannya 276 Perbub/Perwali tentang pendelegasian kewenangan pelaksanaan IUMK kepada
Camat atau 54% dari 514 Kab/Kota;
2. Naskah IUMK yang sudah diterbitkan sebanyak 209.215 naskah atau 0,31% dari 56 juta unit UMK
secara nasional;
3. Kartu IUMK dari BRI yang sudah diserahkan kepada UMK sebanyak 17.469 kartu.

Target dan realisasi fasilitasi Ijin Usaha Mikro Kecil tahun 2015–2016, sebagaimana grafik berikut:

500.000

175.000

450 450

2015 2016
Target (IUMK) Realisasi (IUMK)

Grafik 7. Target dan realisasi fasilitasi IUMK tahun 2015-2016

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2016


36
37

Menteri Koperasi danUKM Puspayoga memberikan sambutan pada


acara sosialisasi Kartu IUMK dan Percepatan Serapan KUR di Kampung
Batik Desa Klampar, Madura, Sabut 20/2/16
38

IV. Fasilitasi Standarisasi dan Sertifikasi Produk melalui HaKI

Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (Hak Cipta dan Hak Merek) dilakukan untuk lebih meningkatkan
jumlah Koperasi dan UMKM yang mendapat perlindungan atas Hak Kekayaan Intelektual. Kegiatan
ini merupakan tindaklanjut dari penandatanganan Nota Kesepahaman antara Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia dengan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tentang Perlindungan Kekayaan
Intelektual dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Tujuannya
adalah untuk lebih meningkatkan jumlah Koperasi dan UMKM yang mendapat perlindungan serta
kreativitas atas Hak Kekayaan Intelektual.

Kegiatan ini memberikan kemudahan bagi Koperasi dan UMKM dalam mendaftarkan Hak Cipta dan Hak
Merek bagi produknya. Dalam kaitan itu, fasilitasi yang diberikan oleh Kementerian Koperasi dan UKM
adalah mendaftarkan Hak Cipta sebesar Rp. 300.000,- (tiga ratus ribu rupiah) bagi setiap ciptaan Koperasi
dan UMKM, dimana waktu pendaftaran Hak Cipta yang semula selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan berubah
menjadi 11 (sebelas) hari, bahkan secara online apabila dokumen lengkap dapat dilakukan 1 (satu) jam.
Pengajuan pendaftaran Hak Cipta Koperasi dan UMKM melalui fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM
tidak dikenakan biaya (Gratis). Fasilitasi pemberian Hak Cipta tersebut menyebabkan peningkatan
omset lebih kurang Rp 10.000.000,- per/UKM/bulan dan peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 2
(dua) orang per/UKM/tahun.

Sedangkan untuk fasilitasi pendaftaran Hak Merek Koperasi dan UMKM diberikan dalam bentuk insentif
khusus dalam bentuk pemotongan harga, yang semula sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) berubah
menjadi Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) per Merek.Fasilitasi pemberian Hak Merek tersebut
menyebabkan peningkatan omset lebih kurang Rp. 19.000.000,- per/UKM/bulan dan peningkatan
penyerapan tenaga kerja sebanyak 5 (lima) orang per/UKM/tahun.

Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga menyerahkan HAKI


kepada beberapa UKM Bangli pada acara penyerahan program
strategis di Pasar Desa Pengotan, Kecamatan Bangli
13 Februari 2016
39

Periode tahun 2016 Kementerian Koperasi dan UKM c.q Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran telah
memfasilitasi 1.000 KUMKM penerima Sertifikat Hak Cipta dan 237 KUMKM untuk pendaftaran Sertifikat
Hak Merek. Capaian kegiatan fasilitasi standarisasi dan sertifikasi produk melalui HaKi untuk target dan
realisasi tahun 2015–2016, sebagaimana grafik berikut:

2.700

2.100

1.200 1.200
1.000

237

2015 2016
Target Hak Merek & Hak Cipta (UMKM) Realisasi Hak Merek (UMKM) Realisasi Hak Cipta (UMKM)

Grafik 8. Capaian kegiatan fasilitasi Standarisasi dan Sertifikasi Produk melalui HaKI Tahun 2015-2016

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2016


40

V. Pengembangan Kewirausahaan

Pengembangan Kewirausahaan atau wirausaha baru yang berpotensi tumbuh, salah satu indikator
dalam upaya peningkatkan daya saing Koperasi dan UMKM untuk pengembangan SDM KUMKM sebagai
salah satu indikator dengan target Tahun 2016 sebanyak 8.000 orang yang direalisasikan/dicapai
sebanyak 9.320 orang, melalui kegiatan pemasyarakatan Kewirausahaan, Pelatihan Kewirausahaan,
Pelatihan Technopreneur dan fasilitasi penguatan inkubator bisnis dan teknologi.

9.320

8.000

7.720 8.120

2015 2016
Target (Orang) Realisasi (Orang)

Grafik 9. Capaian kegiatan Pengembangan Kewirausahaan Tahun 2015-2016

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2016


41

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan Pembekalan Kewirausahaan di Universitas Brawijaya Malang pada acara
pelatihan peningkatan kapasitas SDM KUKM dikalangan mahasiswa dan sarjana, Senin (21/03)
42

VI. Galeri Indonesia WOW melalui UKM Tenant

Sebagai langkah awal Rumah Pemasaran yang dikelola oleh Lembaga Layanan Pemasaran (LLP-KUKM) saat ini telah
dibuat Galeri Indonesia WOW yaitu rebranding UKM Gallery yang bertempat di gedung SME Tower lantai dasar dan
lantai 2. Galeri baru itu pun menawarkan berbagai fasilitas kepada para wirausaha baru, para insan kreatif dan pelaku
Koperasi dan UMKM yang ingin naik kelas untuk membangun entreprenuer yang produktif dan kreatif.

Galeri Indonesia WOW merupakan fasilitas yang dapat dimanfaatkan para marketer muda (youth), perempuan
(women), dan pengguna internet (netizen). Keberadaan Galeri Indonesia WOW tersebut juga dapat mendukung
pemanfaatan SME Tower sebagai laboratorium kewirausahaan. Jumlah Koperasi dan UMKM yang telah terlayani di
Galeri Indonesia WOW tahun 2015-2016 sebagai berikut:

1.952
1.800
1.607
1.558

2015 2016
Target (KUMKM) Realisasi (KUMKM)

Grafik 10. Jumlah Koperasi dan UMKM yang terlayani di galeri Indonesia WOW tahun 2015-2016

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2016


43
44

VII. Perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan upaya Pemerintah dalam mendorong Perbankan menyalurkan kredit/pembiayaan
kepada Koperasi dan UMKM. Peluncuran KUR tersebut merupakan tindak lanjut dari ditandatanganinya Nota
Kesepahaman Bersama (MoU) pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjamin Kredit/Pembiayaan kepada Koperasi
dan UMKM antara Pemerintah (Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri
Kehutanan, Menteri Kelautan dan Menteri Perikanan, Menteri Perindustrian) dengan Perusahaan Penjamin (Perum
Sarana Pengembangan Usaha yang saat ini telah berubah nama menjadi Perum Jamkrindo dan PT. Asuransi Kredit
Indonesia) dan Perbankan sebagai Bank pelaksana (Bank BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Bukopin, dan
Syariah Mandiri). KUR ini didukung oleh Kementerian Negara BUMN, Bank Indonesia dan Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian. Dalam pelaksanaan Program KUR ini dari unsur pemerintah bertindak sebagai bertindak sebagai
Komite Kebijakan yang dikoordinir oleh Menko Perekonomian.

Tahun 2016 Program KUR mengalami perubahan dari sisi suku bunga dan target serta jumlah penyalur Bank Penyalur.
Suku Bunga KUR tahun 2016 diturunkan menjadi 9% dengan target penyaluran sebesar Rp. 100 trilyun dimana
sampai dengan tanggal 31 Desember 2016 penyaluran KUR mencapai Rp 94,409 Trilyun atau 94,4% kepada 4.362.599
debitur dari target yang disalurkan melalui 27 Bank penyalur. Penyalur KUR yang sudah direkomendasikan oleh OJK
sebanyak 37 Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank dimana yang sudah mempunyai online system dengan Sistem
Informasi Kredit Program (SIKP) sebanyak 32 Penyalur dan sudah melakukan Perjanjian Kerjasama Pembiayaan (PKP)
dengan Kementerian Koperasi dan UKM selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Disamping itu, melalui Permenko
Perekonomian Nomor 9 Tahun 2016 menetapkan Koperasi sebagai Lembaga Keuangan Penyalur KUR dan menetapkan
Koperasi Simpan Pinjam Jasa (Kospin Jasa) menjadi Koperasi pertama penyalur KUR.

Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga


menyerahkanKredit Usaha Rakyat (KUR) pada
sosialisasi percepatan penyaluran KUR di
Pendopo Walikota Surakarta, 19. Februari 2016
45

Target dan realisasi perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tahun 2015–2016, sebagaimana grafik berikut:

100,000,000
94,409,023

30,000,000

22,757,051

2015 2016
Target (Rp. Juta) Realisasi (Rp. Juta)

Grafik 11. Capaian Kredit Usaha Rakyat tahun 2015-2016

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2016


46

VIII. Penyediaan Dana Bergulir LPDB-KUMKM

Dalam rangka meningkatkan peran Koperasi dan UMKM, Pemerintah telah memberikan stimulasi dalam bentuk “dana
bergulir” untuk bantuan perkuatan modal usaha. Dana bergulir yang dimaksud adalah dana yang dialokasikan oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Badan Layanan Umum untuk kegiatan perkuatan modal usaha bagi Koperasi,usaha
mikro, kecil, menengah, dan usaha lainnya yang berada di bawah pembinaan Kementerian Negara/Lembaga (Permenkeu
99/2008).

Melihat perkembangan sampai saat ini dimana jumlah Koperasi dan UMKM di Indonesia yang telah resmi terdaftar di
Kementerian Koperasi dan UKM mencapai 23 persen dari total penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 250 juta
jiwa. Kementerian Koperasi dan UKM melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUMKM)melakukan pembangunan
Koperasi dan UMKM di bidang pembiayaan, khususnya dalam program pinjaman melalui dana bergulir yang diharapkan
mampu meningkatkan produktivitas dan daya saing ekonomi rakyat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan.

Pada tahun 2016 tingkat suku bunga yang diterapkan LPDB-KUMKM sangat kompetitif yaitu untuk sektor Simpan Pinjam
yang semula 9 persen diturunkan menjadi 8 persen per tahun menurun dengan konversi bunga 3,57% per tahun flat.
Sedangkan untuk sektor Riil yang semula 6 persen diturunkan menjadi 4,5 persen per tahun menurun dengan konversi
bunga 2,30% per tahun flat.

Setiap tahun nilai penyaluran pinjaman/pembiayaan kepada mitra mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 meningkat
35,52% atau Rp.1.563.820.224.530 dan tahun 2016 telah tersalurkan Rp. 1.252.699.562.303 atau menurun dari tahun
sebelumnya mengingat penurunan target dari tahun sebelumnya sebesar Rp. 2,35 trilyun menjadi sebesar Rp. 1 trilyun.
Perkembangan Penyaluran Dana bergulir yang disalurkan kepada Koperasi dan UKM disampaikan pada grafik berikut:

2350,00

1563,82
1252,70

1000,00

2015 2016
Target (Juta) Realisasi (Juta)

Grafik 12. Perkembangan penyaluran dana bergulir tahun 2015-2016

Sumber : LPDB-KUMKM, 2016


47

Dari total dana bergulir yang disalurkan tersebut, sektor usaha yang paling banyak menyerap dana
bergulir LPDB-KUMKM per 31 Desember 2016 adalah sektor usaha Perdagangan, Hotel dan Restoran
dengan nilai pinjaman/pembiayaan sebesar Rp.4.061.079.831.350 (50,2%) dan sektor usaha yang paling
sedikit menyerap dana bergulir LPDB-KUMKM adalah sektor usaha listrik, gas dan air bersih dengan nilai
pinjaman/pembiayaan Rp.35.846.688.731 (0,4%) sebagaimana tabel berikut:

Tabel 3. Penyerapan dana bergulir berdasarkan sektor usaha tahun 2016

NO Sektor Usaha Unit UMK Persen Nilai Dana Dimanfaatkan Persen


1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 238,132 24.7% 1,906,672,225,303 23.6%
2 Pertambangan dan Penggalian 7,399 0.8% 56,790,807,105 0.7%
3 Industri Pengolahan 33,893 3.5% 311,996,580,885 3.9%
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 6,084 0.6% 35,846,688,731 0.4%
5 Bangunan 20,597 2.1% 184,166,402,023 2.3%
6 Perdagangan, Hotel, dan Restauran 523,388 54.2% 4,061,-79,831,350 50.2%
7 Pengangkutan 15,214 1.6% 525,731,709,364 6.5%
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 17,022 1.8% 182,545,617,516 2.3%
9 Jasa-jasa 103,956 10.8% 822,421,621,087 10.2%
Jumlah 965,685 100% 8,087,251,483,364 100%

Sumber : LPDB-KUMKM, 2016


48

PELAKSANAN PROGRAM/KEGIATAN STRATEGIS


PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM
49

BAB 5
50

BIDANG KELEMBAGAAN
51

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dijelaskan pada Bab II pasal 2 yaitu
“Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 atas asas kekeluargaan” dan pasal
3 yaitu “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
yang maju, adil, dan berlandaskan UUD 1945. Namun pada kenyataannya yang terjadi dilapangan adalah
bahwa koperasi tidak serta merta hanya mensejahterakan anggotanya, melainkan juga memberikan
pelayanan diluar dari anggota koperasi. Selain itu yang menjadi kendala dan permasalahan dalam
pengelolaan koperasi di Indonesia adalah banyaknya koperasi-koperasi yang tidak melakukan kegiatan
usaha dalam kurun waktu tertentu dalam hal ini bisa dikatakan koperasi yang tidak aktif.

Oleh karena itu Kementerian Koperasi dan UKM memiliki Deputi Bidang Kelembagaan bertugas untuk
menyelenggarakan perumusan kebijakan serta koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di
bidang penyuluhan perkoperasian, pengesahan akte pendirian, perubahan anggaran dasar koperasi,
pembubaran koperasi, peningkatan penerapan peraturan perundang-undangan, peningkatan tata laksana
pengelolaan koperasi dan peningkatan partisipasi anggota.

Program/Kegiatan strategis pembangunan Koperasi dan UMKM di bidang kelembagaan, antara lain:
1. Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL)
Kegiatan Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) ini telah dilaksanakan sejak tahun 2012 dengan
tujuan untuk melakukan pembinaan dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di daerah yang mampu
menjadi konsultan mandiri yang berfungsi sebagai agen perubahan Koperasi. Tugas pokok dari PPKL
adalah membantu tugas Dinas yang membidangi Koperasi dan UMKM Provinsi/Kab/Kota dalam hal :
a. Melakukan kegiatan penyuluhan, konsultasi, bimbingan Koperasi dalam lingkup Provinsi/Kab/Kota;
b. Melakukan tugas penyuluhan dan pendataan Koperasi dalam lingkup Provinsi/Kab/Kota;
c. Melakukan pendampingan dan mendorong Koperasi melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT);
d. Melakukan tugas penyuluhan kepada anggota/kelompok masyarakat yang akan bergabung dan/atau
mendirikan Koperasi.
52

Sampai tahun 2016 total jumlah PPKL sebanyak 935 orang yang tersebar di 33 Provinsi,
dengan penyebaran sebagai berikut :

Tabel 4. Sebaran Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan 2012-2016

NO KEGIATAN JUMLAH SEBARAN


1 PPKL TAHUN 2012 425 org 10 Prov di 97 Kab/Kota
2 PPKL TAHUN 2013 110 org 23 Provinsi
3 PPKL TAHUN 2014 200 org 23 Prov di 66 Kab/Kota
4 PPKL TAHUN 2015 200 0rg 15 Prov di 65 Kab/Kota
Jumlah 935 0rg 33 Prov di 240 Kab/Kota

425

200 200

110

2012 2013 2014 2016

Orang

Grafik 13. Sebaran Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan tahun 2012-2016

Sumber :Deputi Bidang Kelembagaan, 2016


53

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, sebagai kelanjutan dari rangkaian kegiatan rekruitmen PPKL, kami
telah menyelenggarakan kegiatan bimbingan teknis perkoperasian bagi PPKL. Kegiatan bimbingan teknis
perkoperasian tersebut dimaksudkan untuk memberikan pembekalan dalam meningkatkan pemahaman
serta wawasan tentang perkoperasian bagi PPKL, karena secara umum masih banyak yang belum
memahami tentang perkoperasian.

Namun demikian pembekalan tersebut diatas masih dirasakan kurang. Oleh karena itu diupayakan dan
didorong agar PPKL tetap melakukan learning by doing. Selanjutnya diharapkan lintas kedeputian di
lingkungan Kementerian Koperasi dan UKM dan Dinas yang membidangi KUMKM Provinsi/Kab/Kota dapat
bersinergi dalam upaya peningkatan kapasitas PPKL melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan.

2. Penerapan Tata Kelola Koperasi yang baik


Tata Kelola Koperasi Yang Baik (Good Cooperative Governance/GCG) adalah suatu sistem yang diciptakan
untuk digunakan sebagai standar dalam melakukan pengelolaan sumberdaya organisasi ataupun Koperasi
yang berdasarkan 5 (lima) prinsip GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi dan
fairness. Tujuan penerapan tatakelola yang baik bagi Koperasi, antara lain:
a. Memaksimalkan nilai Koperasi bagi anggota dengan tetap memperhatikan kepentingan seluruh
pemangku kepentingan;
b. Meningkatkan daya saing Koperasi baik secara lokal, nasional maupun internasional dan mendorong
tercapainya kesinambungan Koperasi;
c. Mendorong setiap organ di Koperasi agar melandaskan setiap proses pengambilan keputusan dan
tindakan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku;
d. Mendorong timbulnya kesadaran akan tanggungjawab sosial Koperasi terhadap semua pemangku
kepentingan dan kelestarian lingkungan di sekitar Koperasi; dan
e. Meningkatkan kepercayaan anggota dan masyarakat umum untuk mendorong pertumbuhan Koperasi
secara berkesinambungan.

Tahun 2016 bimbingan teknis Tatakelola Koperasi Yang Baik (Good Cooperative Governance/GCG)
telah dilaksanakan di 8 (delapan) provinsi dengan jumlah peserta 400 pengurus/pengelola koperasi,
sebagaimana grafik berikut:

42
39
35 33
32
28 26 28
22 24 22
18 15 17
8 11

t gah rta r Ria


u
lu ra
Bara Ten aka imu B uan
u ga
Jaw
a a ogy wa
T NT ngk eng
Jaw .I.Y Ja ula Be i T
D Kep aw
es
Sul

Laki-laki (orang) Perempuan (Orang)

Grafik 14. Peserta Bimbingan Teknis GCG, Tahun 2016


Sumber : Deputi Bidang Kelembagaan, 2016
54
55

Menteri Koperasi dan UKM,Puspayoga didampingi Ketua Koperasi Karep,Hadiprayitno meninjau unit
usaha pengolahan tembako di Bojonegoro . Menkop mengapresiasi Koperasi Karep, yang memiliki
sejumlah unit usaha di antaranya distributor dan Mini Market.
56

3. Bimbingan Teknis Perkoperasian bagi Kelompok Strategis Pra Koperasi


Perkembangan perekonomian saat ini terdapat banyak kelompok masayarakat yang memiliki tujuan
perikatan yang sama dimana kelompok–kelompok tersebut digolongkan sebagai pra koperasi. Namun
pemahaman mengenai koperasi yang benar masih jauh dari harapan. Oleh karena itu tahun 2016 diadakan
kegiatan yang dilakukan dalam rangka memberikan pemahaman tentang Perkoperasian berupa Bimbingan
Teknis Perkoperasian bagi Kelompok–Kelompok Strategis Pra Koperasi, dengan sasaran tersebarnya
informasi kepada masyarakat luas tentang perkoperasian khususnya bagi kelompok strategis pra koperasi
yang bertujuan untuk :
a. Menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas tentang perkoperasian dan manfaat berkoperasi;
b. Menanamkan kesadaran kepada semua lapisan masyarakat tentang perkoperasian;
c. Melembagakan kelompok–kelompok strategis pra koperasi agar lebih tertata dan terdata.

Pada tahun 2016 kegiatan ini telah dilakukan di 5 (lima) provinsi dengan peserta sebanyak 455 kelompok
sebagaimana grafik berikut:

130

100

75 75 75

Jawa Barat Jawa Timur D.I Yogyakarta Bali Lampung

Kelompok Pra Koperasi (Kelompok)

Grafik 15. Peserta Bimbingan Teknis Perkoperasian bagi Kelompok Strategis Pra Koperasi, Tahun 2016
57

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan sambutan pada acara Rapat Anggota Tahunan
Koperasi Sidogiri Pasuruan, 20 Februari 2016
58

Sambutan Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga pada Puncak


Peringatan Hari Koperasi ke 69 di Jambi, 12 Juli 2016
59
60

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga menyapa peserta karyawan di Koperasi Peternakan Susu Bandung Utara KPSBU, 29 September 2016
61

Menteri Puspayoga meresmikan Hotel Ladja milik Koperasi Kredit Keling Kumang didampingi Bupati Sintang, Jarot Winarno dan
Bupati Sekadau, Rupinus di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat, Minggu (13/11/2016).
62

BIDANG PEMBIAYAAN
63

Dalam peningkatan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan Kementerian Koperasi dan
UKM mempunyai Deputi Bidang Pembiayaan yang bertugas untuk menyiapkan perumusan kebijakan
dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang Pembiayaan yang meliputi, perumusan, koordinasi,
perencanaan, pengembangan kebijakan dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di bidang pembiayaan.
Kegiatan yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pembiayaan antara lain:

1. Koperasi Pemula yang mendapatkan bimbingan dan penguatan permodalan


Tahun 2016 Program Bantuan Dana Bagi Koperasi Wanita/Perkassa serta Koperasi Perkotaan dan
Perdesaan sudah tidak ada lagi diganti dengan Program Koperasi Pemula yang mendapat bimbingan dan
penguatan permodalan dengan target sebanyak 100 Koperasi yang dilakukan melalui bimbingan teknis
dan sosialisasi bagi Koperasi Pemula.

Bimbingan Teknis bagi koperasi pemula dilakukan dalam rangka meningkatan kapasitas Koperasi Pemula
dalam mengakses pembiayaan dan diharapkan melalui bimbingan teknis ini memberikan manfaat
dan dapat mengoptimalkan dukungan permodalan yang diperoleh dalam pengembangan bisnis dan
peningkatan pelayanan koperasi terhadap anggota sehingga mampu memberikan daya ungkit yang besar
dalam mendukung usaha yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan anggota koperasi dan
mendukung upaya perluasan lapangan pekerjaan dan penanggulangan kemiskinan.

Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Peningkatan Kapasitas Koperasi Pemula ini dilaksanakan di Provinsi
yaitu; Jawa Timur dan Sulawesi Selatan dengan peserta sebanyak 50 Orang pengurus Koperasi Pemula
pada masing-masing Propinsi. Adapun materi yang disampaikan oleh para narasumber adalah 1) Tata
kelola Keuangan Koperasi, 2) Sistem akuntansi berbasis komputerisasi 3) Pengelolaan Koperasi system
tanggung renteng dan 4) Sistem Pengawasan Koperasi

Bimteksos ini sangat dirasakan manfaatnya oleh Koperasi Pemula karena ; a) menambah wawasan dan
keterampilan dalam mengelola, mengembangkan bisnis maupun dalam memberikan layanan anggota
yang lebih professional, b) Materi dan metode Bimteksos yang interaktif mampu memberikan motivasi
dan pembelajaran yang baik bagi peserta serta semakin memperkaya dan mengasah kemampuan peserta
kegiatan dalam pengelolaan koperasi dan pengembangan bisnis serta layanan anggota. Dalam hal
meningkatkan wawasan bagi Pengurus Koperasi Pemula, maka bimbingan teknis akan dilanjutkan di
tahun mendatang.
64

2. Wirausaha pemula yang didukung modal awal usaha


Kegiatan ini telah dirintis oleh Kementerian Koperasi dan UKM sejak tahun 2011, dimana modal awal
usaha (start-up capital) kepada Wirausaha Pemula (WP) merupakan stimulus untuk mendongkrak
usahanya agar dapat berkembang. Pada tahun 2015 telah ditargetkan 3.560 WP dengan anggaran
Rp. 88,472 Milyar dan realisasi mencapai 8.362 WP dengan stimulus rata-rata Rp. 10 Juta per WP.
Sedangkan tahun 2016 kegiatan ini masih dilanjutkan dengan target 400 WP dengan anggaran Rp.
8 Milyar, namun dengan adanya kebijakan penghematan anggaran kegiatan ini termasuk dalam
kelompok kegiatan yang dihemat.

Hasil monitoring dan evaluasi yang telah dilakukan untuk kegiatan ini telah menunjukan hasil yang
sangat signifikan yaitu penambahan tenaga kerja 1-2 orang. Omset meningkat sebesar rata-rata
Rp. 3.000.000,-. Dengan adanya kemajuan teknologi dan informasi khusus untuk UMKM yang sudah
mendapat bantuan start-up capital telah memasarkan produk-produknya melalui e-commerce sebanyak
300 WP, dengan demikian kegiatan Wirausaha Pemula yang didukung modal awal usaha ini sangat
strategis dalam rangka mewujudkan gerakan kewirausahaan sekaligus mendukung perekonomian
nasional yang diharapkan dapat dilanjutkan pada tahun mendatang agar target RPJMN 2015-2019
untuk mewujudkan 25.000 Wirausaha Pemula dapat tercapai.

3. Usaha mikro yang mendapat pendampingan sertifikasi tanah


Kegiatan Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT) merupakan kegiatan lintas sektor yang dipayungi oleh
kesepakatan bersama atau MoU antara Menteri Koperasi dan UKM, Menteri Dalam Negeri dan Kepala
Badan Pertanahan Nasional. Kegiatan ini termasuk dalam Nawacita ke-empat yaitu Menjamin
Kepastian Hukum Hak Kepemilikan Tanah” yang selanjutnya dituangkan ke dalam RPJMN 2015-
2019 dimana Kementerian Koperasi dan UKM mendapat target sebanyak 375.000 bidang tanah yang
difasilitasi kepada Usaha Mikro Kecil (UMK) di seluruh Indonesia untuk mendapatkan sertifikat.
Sasaran UMK pada tahun 2015 sebanyak 25.000 bidang tanahdengan realisasi sebanyak 21.380
sertifikat atau 85,52% yang tersebar di 29 Provinsi. Sedangkan tahun 2016 target sebanyak 48.134
bidang tanah terealisasi sebanyak 40.592 sertifikat atau 84,33% yang tersebar di 31 Provinsi.
65

Perkembangan kegiatan SHAT bagi UMK dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

48,134

40,592

25,000
21,380

2015 2016
Target (Bidang) Realisasi (Sertifikat)

Grafik 16. Perkembangan kegiatan SHAT bagi UMK, tahun 2015-2016

Sumber :Deputi Bidang Pembiayaan, 2016


66

4. Fasilitas Pengembangan Lembaga Pembiayaan di Daerah


Sebagaimana amanat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah Pasal 21 ayat (1) menyebutkan bahwa “Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan
pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil”. Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM telah
membuka dan memberi akses pembiayaan bagi pelaku usaha mikro, kecil dan koperasi melalui Badan
Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB-KUMKM). Selanjutnya Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 52 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan APBD 2016 dalam uraian Pembiayaan
Daerah sub Pengeluaran Pembiayaan menyebutkan bahwa “Dalam rangka pemberdayaan masyarakat,
Pemerintah Daerah dapat menganggarkan investasi jangka panjang non permanen dalam bentuk dana
bergulir sesuai Pasal 118 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah”. Dana Bergulir dalam APBD dianggarkan pada akun pembiayaan, kelompok pengeluaran
pembiayaan daerah, jenis penyertaan modal/investasi Pemerintah Daerah, obyek dana bergulir dan rincian
obyek dana bergulir kepada kelompok masyarakat penerima. Peluang mendayagunakan instrumen dana
bergulir di Daerah untuk memfasilitasi permodalan bagi usaha mikro dan kecil tertuang dalam PP No. 58
Tahun 2005 Pasal 145 yang menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah (provinsi, kabupaten/kota) dapat
membentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) untuk menyediakan barang dan/jasa untuk layanan
umum dan mengelola dana khusus (dana bergulir) dalam rangka meningkatkan ekonomi/pelayanan kepada
masyarakat.

Oleh karena itulah dalam rangka membuka dan memperluas akses pembiayaan bagi usaha mikro, kecil
dan koperasi, Deputi Bidang Pembiayaan Cq. Asdep Pembiayaan Non Bank dan Perpajakan menginisiasi
pembentukan BLUD Dana Bergulir di Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai upaya untuk memfasilitasi
permodalan bagi usaha mikro, kecil dan menengah dengan persyaratan mudah, cepat dan murah serta
terjangkau bagi UMKM. Pengembangan lembaga pembiayaan di daerah dilakukan dengan tujuan:
a. Membuka akses pembiayaan Koperasi dan UMKM di daerah;
b. Memperluas jangkauan pembiayaan Koperasi dan UMKM;
c. Mendorong pertumbuhan Koperasi dan UMKM di daerah;
d. Mendekatkan pelayanan pembiayaan kepada UMKM dan koperasi di daerah;
e. Meningkatkan kerjasama pembiayaan antara LPDB-KUMKM dengan BLUD-DB.

Beberapa kegiatan yang dilakukan :


a. Bimbingan teknis dan sosialisasi tentang kosep pengorganisasian dan pengelolaan BLUD dana bergulir
untuk aparatur PPKD dan SKPD yang membidangi Koperasi dan UKM Provinsi, Kabupaten/Kota;
b. Memfasilitasi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pembentukan BLUD Dana Bergulir dan
mendorong terjadinya komunikasi yang intensif dengan legislatif daerah untuk penyediaan modal
awal;
c. Memberikan bimbingan dan konsolidasi bagi BLUD Dana Bergulir yang telah terbentuk tetapi belum
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah tersosialisasinya Pembentukan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD-DB) di 6(enam) provinsi pada tahun 2016, yaitu Aceh, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu, D.I.
Yogyakarta, Kalimantan Selatan, dan Jawa Barat.
67

5. Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD)


Penjaminan kredit merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses kredit yang berfungsi sebagai penambah
keyakinan kreditur terhadap potensi resiko kredit. Dampak yang ditimbulkan adanya penjaminan kredit
adalah peningkatan jumlah kredit yang disalurkan kreditur terhadap debitur khususnya KUMKM, yang diukur
dari besaran Gearing Ratio (GR). Sampai dengan bulan Oktober Tahun 2016 telah berdiri dan beroperasi
sebanyak 18 (Delapan Belas) PT. Jamkrida, yaitu di Jawa Timur, Bali, Riau, NTB, Jawa Barat, Sumatera Barat,
Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung, Banten, NTT, Kalimantan Timur,
Papua, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.

Sementara itu PT. Jamkrida Bengkulu, Sulawesi Tengah dan Kepulauan Riau Perda Pembentukannya sudah
disahkan oleh masing – masing Pemda dan Perda Penyertaan Modal sebagai dasar alokasi APBD untuk Modal
Dasar/Modal Disetor pada tahun 2016 masih akan dibahas dan disetujui bersama oleh Gubernur dan DPRD.
Melengkapi hal itu telah disampaikan bahwa Qanun Pembentukan PT. Jamkrida Syariah Aceh masih dalam
proses, walaupun Perda/Qanun Penyertaan Modal sudah ada dengan penyertaan modal dasar sebesar Rp. 100
miliar (modal disetor Rp. 25 miliar). Selanjutnya kinerja PT. Jamkrida pada 16 Provinsi yang sudah beroperasi
telah mem-back-up plafond Penjaminan sebesar Rp. 7,43 Triliun, Total Penjaminan sebesar Rp. 4,24 Triliun dan
total terjamin 111.170 nasabah UMKMK. Dengan jumlah asset mencapai Rp 448 Miliar maupun jumlah modal
disetor yang dimiliki PT. Jamkrida, kinerja yang diukur dari jumlah kredit yang dijamin belumlah optimal.
Untuk itu, pihak-pihak lembaga keuangan terutama Perbankan diharapkan agar memanfaatkan pontesi yang
dimiliki Jamkrida untuk meningkatkan akses pembiayaan UMKM, sehingga dengan demikian harapan capaian
kredit berjaminan pada tahun 2019 sejumlah 25% dapat dicapai.

Penjaminan yang dilakukan oleh PT. Jamkrida terhadap UMK nasabah sangat jelas dan tepat sasarannya
mengingat kerjasama yang baik antara PT. Jamkrida, Lembaga Keuangan dan stakeholder sebagai pendamping
teknis dari UMK sehingga Net Performing Loan (NPL) terkendali pada batas minimum. UU No.1 Tahun 2016
tentang Penjaminan Bab XI Bagian Kesatu mengamanatkan bahwa Lembaga Penjamin wajib menjadi anggota
asosiasi Lembaga Penjamin. Dimana Asosiasi tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Assipindo sebagai asosiasi lembaga penjamin telah menandatangani MoU Penjaminan Kredit
Bersama (Co-Guarantee). Dengan adanya kerjasama Co-Guarantee keterbatasan kapasitas penjaminan tidak
lagi dapat menghambat perusahaan dalam melakukan penjaminan. Sebab, ketika salah satu anggota asosiasi
telah mencapai batas nilai penjaminan bisa di-backup oleh anggota lainnya. Oleh karena itu, dengan adanya
Assipindo bisnis penjaminan dapat tumbuh 20% pertahun.

Selain itu, dalam UU No. 1 Tahun 2016 telah dijelaskan lingkup usaha penjaminan semakin luas yaitu: a)
Penjaminan atas surat utang; b) Penjaminan pembelian barang secara angsuran; c) Penjaminan pengadaan
barang dan/atau jasa (surety bond); d) Penjaminan bank garansi (kontra bank garansi); e) Penjaminan surat
kredit berdokumen dalam negeri; f) Penjaminan letter of credit; g) Penjaminan Kepabeanan (customs bond);
h) Penjaminan cukai; i) Penjaminan jasa konsultasi manajemen terkait dengan kegiatan usaha penjaminan; j)
Kegiatan usaha lainnya setelah mendapat persetujuan dari OJK.

Kementerian KUKM telah mengirimkan surat dengan nomor 06/Men/III/2016 yang ditandatangani Bapak
Menteri Koperasi dan UKM kepada Gubernur di 16 Provinsi yang telah berdiri PT. Jamkrida agar melakukan
penambahan Modal Disetor dan mengoptimalkan sinergitas PT.Jamkrida dengan Bank Pembangunan Daerah
(BPD). ( Ctt : Saat itu PT. Jamkrida Kalbar dan Sulsel belum operasional). Pada tahun 2016 telah dilakukan
koordinasi di 4 (empat) Provinsi yaitu Provinsi Aceh, Kalimantan Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat.
68

6. Advokasi Perpajakan bagi Koperasi dan UMKM


Secara eksplisit dinyatakan dalam PP 46 tahun 2013, sulit dipungkiri bahwa yang menjadi target pemajakan
dalam ketentuan perpajakan dimaksud adalah Koperasi dan UMKM yang berimplikasi terhadap tarif kompetitif
dan kesederhanaan dalam pemenuhan kewajiban pelaporan pajak tahunan. Dalam rangka optimalisasi dan
edukasi atas kebijakan dan teknis perhitungan perpajakan bagi wajib pajak yang dikenai pajak penghasilan
bersifat final. Sebagian besar pelaku UMK masih belum mengerti akuntansi atau pembuatan laporan keuangan
yang standard. Kegiatan yang dilakukan yaitu:
a. Sehubungan permintaan dan desakan berbagai kalangan seperti Dekopin, gerakan koperasi, asosiasi UMKM
dan Pemda untuk melakukan peninjauan kembali PP Nomor 46 Tahun 2013 khusus terkait pajak final 1
persen dari omzet hingga Rp. 4,8 milyar per tahun telah dilakukan koordinasi dengan Direktorat Jenderal
Pajak (DJP), Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, dan Kementerian Hukum dan HAM untuk
merevisi PP Nomor 46 Tahun 2013.
b. Kegiatan Bimteksos Advokasi Perpajakan bagi Koperasi dan UMKM pada Asdep Pembiayaan Non Bank dan
Perpajakan bekerja sama dengan DJP, praktisi dan Dinas yang membidangi Koperasi dan UMKM untuk tahun
2015-2016 dengan target 650 Koperasi dan UMKM telah dilaksanakan di 12 (dua belas) Provinsi/Kabupaten/
Kota antara lain Provinsi Kalimantan Barat, Sumatera Barat, Aceh, Kalimantan Selatan, Banten, Kepulauan
Riau, Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Utara, Kabupaten Malang, Banyumas dan Kota Batam
dengan masing-masing Prov/Kab/Kota 50 Koperasi dan UMKM.

Tujuan dari pelaksanaan bimteksos tersebut antara lain:


a. Mengedukasi pelaku untuk tertib administrasi pajak sebagai kewajiban warga negara sehingga peraturan ini
diharapkan mendorong mematuhi peraturan perpajakan;
b. Mendorong Koperasi dan UMKM untuk transparan dan jujur melaporkan usahanya kepada petugas pajak;
c. Memberikan kesempatan pelaku dan pengelola mengetahui literasi terkait perpajakan Koperasi dan UMKM
karena pajak merupakan sumber pendanaan pemerintah untuk pembangunan.

Kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan bimteksos di daerah antara lain:


a. Para pelaku koperasi mengeluhkan pengenaan pajak yang dirasakan memberondong, karena jenisnya cukup
banyak sangat variatif. Akibatnya beban pajak yang ditanggung setiap koperasi dirasakan sangat besar
sehinggan dampaknya banyak koperasi menjadi kelimpungan;
b. Implementasi penerapan PPh Final 1 persen terhadap UMKM yang mempunyai peredaran bruto tidak lebih
dari Rp. 4,8 miliar setahun adalah tepat, jika hanya dilihat dari sisi kemudahan dalam penghitungan pajak
bagi kelompok perorangan dan badan usaha yang selama ini kesulitan menyelenggarakan pembukuan.

Sedangkan saran yang diperoleh antara lain:


a. Pemerintah harus segera merevisi Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan
(PPh) atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto
Tertentu. Dalam aturan itu, wajib pajak yang menjalankan usaha dengan omzet sampai Rp 4,8 miliar per
tahun dikenakan tarif PPh final satu persen;
b. Pelonggaran pajak UMKM dalam paket kebijakan ekonomi.
69

7. Penguatan Koperasi dan UMKM di Bidang Keuangan Syariah


Memenuhi aspirasi masyarakat untuk menumbuhkembangkan koperasi di sektor keuangan syariah
khususnya Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Kementerian Koperasi dan UKM pada tahun 2004 mengeluarkan
terobosan hukum dengan menerbitkan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM nomor 91/2004 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syariah. Melalui Keputusan tersebut kegiatan BMT,
baik dibidang maal (sosial) dan tamwil (pembiayaan) memiliki payung hukum untuk memiliki kelembagaan
yang formal berbadan hukum sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).

Menyesuaikan Nomenklatur Tupoksi Kementerian Koperasi dan UKM setelah berlakunya UU Nomor 21/2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan dan UU Nomor 1/2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro, Kementerian
Koperasi dan UKM melalui Peraturan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 16/2015 mengubah penamaan
Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi (KJKS/UJKS Koperasi) menjadi
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah/Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi
(KSPPS/USPPS Koperasi).

Kementerian Koperasi dan UKM dalam Penguatan Koperasi dan UMKM di Bidang Keuangan Syariah
mempunyai program dan kebijakan sebagai berikut:

A. Literasi dan Penumbuhan KSPPS/USPPS Koperasi


Pengembangan literasi keuangan syariah khusunya dalam rangka penumbuhan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah dilaksanakan melalui koordinasi dengan Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM
dan lintas pelaku terkait (stakeholder) antara lain : Kementerian Agama RI, Kementerian Ketenagakerjaan
RI, Perhimpunan BMT Indonesia, Pinbuk Indonesia, Microfin Indonesia, Asbindo, Inkopsyah BMT,
Inkosindo, DSN MUI, BTM Muhammadiyah dll. Koordinasi dengan lintas pelaku lain sangat penting untuk
menghasilkan sinergisitas dan keterkaitan kerja antar lembaga terkait seperti yang dilaksanakan dalam
penyusunan Outlook Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah 2016 dan Panduan penyusunan
Standar Operasional Manajemen bagi KSPPS/USPPS Koperasi. Keterlibatan lintas pelaku terkait dibutuhkan
untuk menghasilakan bahan litrasi yang komprehensif bagi penumbuhan usaha simpan pinjam dan
pembiayaan syariah oleh Koperasi.

Upaya penumbuhan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah di daerah pada tahun
2016 lebih diutamkan pada sosialisasi, edukasi dan advokasi keuangan syariah untuk meningkatan
pemahaman tentang koperasi syariah kepada masyarakat, gerakan koperasi dan aparatur pembina dengan
menyelenggaraan worshop, seminar dan bimbingan teknis di pusat dan daerah.

Berdasarkan data pada tahun 2016 jumlah KSPPS/USPPS Koperasi di Indonesia mencapai 3.085 unit
dengan jumlah anggota sebanyak 1.880.196 orang dan volume usaha sebesar 6,6 Triliun. Tentu jumlah
ini masih kecil dibandingkan jumlah koperasi secara nasional. Upaya pengembangan KSPPS/USPPS
Koperasi telah dilakukan melalui deregulasi Peraturan Menteri dengan menerbitkan Permenkop dan UKM
Nomor 16 Tahun 2015 yang memberikan kepastian hukum, perlindungan dan iklim usaha yang kondusif
bagi penumbuhan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi. Koordinasi kebijakan
dan fasilitasi penumbuhan melalui pengesahan dan perubahan Anggaran Dasar KSPPS/USPPS Koperasi
dan pemberian Izin Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah. Selain itu, di Provinsi Nusa Tenggara
Barat dilaksanakan pendampingan penumbuhan KSPPS/USPPS Koperasi melalui fasilitasi Pendirian dan
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi sebanyak 176 unit di 8 Kabupaten/Kota yaitu Kab. Lombok Barat,
Kab. Lombok timur, Kab. Lombok Utara, Kab. Sumbawa, Kab. Dompu, Kota Mataram dan Kota Bima.
70

B. Pemberdayaan dan Pengembangan KSPPS dan USPPS, antara lain :


1) Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi,
dibidang bisnis (tamwil) baik dari ukuran atau volume dan kualitas, pada tahun 2016 ini telah dilakukan :
a) Penyusunan 3 (tiga) pedoman antara lain :
(1) Pedoman Penerapan Tata Kelola Koperasi yang Baik bagi KSPPS/USPPS Koperasi;
(2) Pedoman Penerapan Manajemen Resiko bagi KSPPS/USPPS Koperasi, dan ;
(3) Pedoman Penerapan Akuntansi Pengelolaan Maal bagi KSPPS/USPPS Koperasi;
b) Peningkatan kapasitas bagi pengelola baitul tamwil oleh KSPPS/USPPS Koperasi;
(1) Pelatihan Sertifikasi Dewan Pengawas Syariah KSPPS/USPPS Koperasi;
(2) Pelatihan Perkoperasian Syariah bagi pengurus KSPPS/USPPS Koperasi;
(3) Pelatihan Manajeman resiko;
c) Inventarisasi data usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi (KSPPS/USPPS Koperasi)
sebanyak 3.085 unit koperasi.

2) Peningkatan Penghimpunan dan Pendayagunaan Zakat, Infaq, Sodaqoh dan Wakaf (ZISWAF) untuk
Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil melalui pendayagunaan baitul maal, dengan kegiatan sbb :
a) Optimalisasi Pendayagunaan Wakaf Uang Bagi Usaha Mikro Dan Kecil Melalui KSPPS/USPPS Koperasi.
Sampai tahun 2016 telah terfasilitasi 133 KSPPS/USPPS Koperasi sebagai Nazir Wakaf Uang di 7 Provinsi
(Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Lampung dan Sumatera Barat);
b) Program Pendayagunaan Zakat, Infak Dan Shadaqah (ZIS). Program ini telah mendorong KSPPS/USPPS
Koperasi sebagai Mitra Pengelola Zakat (MPZ) sebanyak 210 KSPPS/USPPS Koperasi;
c) Program Pendampingan Usaha Pendayagunaan Ziswaf Untuk Penumbuhan Wirausaha Baru. Selama tahun
2016 ini, pelaksanaan pendampingan oleh 58 orang tenaga pendamping telah menghasilkan sebanyak
250 wirausaha baru, dari target yang ditetapkan sebanyak 200 wirausaha baru di 5 Provinsi (Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DIY dan Lampung).
d) Bimbingan teknis dan pelatihan manajemen pengelola maal, antara lain: 1) Bimteksos Penguatan
Kapasitas Lembaga dan Pembiayaan bagi KSPPS/USPPS Koperasi melalui pendayagunaan zakat dan
wakaf, sebanyak 150 KSPPS/USPPS Koperasi; 2) Bimtek peningkatan kapasitas nazir wakaf uang,
sebanyak 75 peserta KSPPS/USPPS Koperasi; 3) Pelatihan kompetensi manajer/pengelola KSPPS/USPPS
Koperasi sesuai prinsip–prinsip syariah; 4) Peningkatan kapasitas dan keterampilan manajer/pengelola
Baitul Maal; 5) KSPPS/USPPS Koperasi sebagai Mitra Pengelola Zakat (MPZ).

C. Peningkatan akses pembiayaan syariah melalui advokasi dan kerjasama antar lembaga keuangan syariah.
Peningkatan akses pembiayaan syariah melalui kerjasama antar lembaga keuangan syariah dilakukan dengan
kegiatan pengembangan Jaringan Kerjasama Usaha antar KSPPS dengan Sekunder sebagai APEX dan LPDB-
KUMKM sebagai penyediaan pendanaan. Pengembangan jaringan ini merupakan bagian target : (1) RPJMN
2015 – 2019; (2) Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016, dan (3) Blueprint Pembiayaan Koperasi dan
UMKM 2015 – 2019. Ouput kegiatan ini adalah terbentuknya jaringan kerjasama usaha keuangan dengan
sekunder sebagai APEX.
71

Tujuan pengembangan jaringan diantaranya: 1) Dalam rangka memacu penguatan kapasitas, usaha,
dan posisi tawar (bargaining position) KSPPS dalam memberikan pelayanan usaha koperasi yang saling
menguntungkan; 2) Sinergi yang dapat saling bahu membahu mengoptimalkan kekuatan dalam memberikan
pelayanan, menghimpun simpanan, dan memberikan pembiayaan (pinjaman).

Outcome (hasil keluaran) yaitu: 1) Lembaga pengayom yang memberikan bantuan keuangan kepada KSPPS
anggota, dalam bentuk dana mismatch diberikan dalam bentuk liduidity mismatch sebagai pinjaman atas
kesulitan likuiditas yang bersifat temporer dan non-struktural (tidak disebabkan antar lain oleh penurunan
kinerja dan/atau faktor kesengajaan); 2) Meningkatnya trust (kepercayaan) anggota KSPPS terhadap
koperasi, serta meningkatnya jumlah anggota koperasi; 3) Fasilitas dana bergulir per KSPPS anggota jaringan
yang ditetapkan maksimal sebesar “y” kali SWM yang ditentukan sesuai dengan kesepakatan; 4) Program
Linkage dengan LPDB-KUMKM, program ini memiliki 3 pola yakni : (a) Executing; (b) Channeling; (c) Joint of
Financing, yang dilaksanakan sesuai dengan akad syariah.

Target dalam RPJMN 2015 – 2019 dan RKP Tahun 2016 sebanyak 3 (tiga) jaringan, namun pada tahun 2016,
sudah diinisiasi pembentukan APEX sebanyak 15 APEX di 10 (sepuluh) provinsi yaitu Jawa Tengah, D.I
Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Banten, Lampung, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Sulawesi
Selatan.

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan sambutan pada acara Silatnas 2016
Perhimpunan BMT Indonesia di Boyolali Rabu (16/11/2016)
72

Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga memberikan sambutan pada acara sosialisasi KUR
bagi anggota perkumpulan wirausaha (PERWIRA) Surabaya, 19. Februari 2016
73

Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga berfoto bersama dengan penerima KUR, seusai memberikan pembekalan kewirausahaan serta
sosialisasi percepatan penyaluran KUR di Pendopo Walikota Surakarta, 19. Februari 2016
74

BIDANG PRODUKSI DAN PEMASARAN


75

Terkait produksi dan pemasaran Koperasi dan UMKM, Kementerian Koperasi dan UKM mempunyai Deputi Bidang
Produksi dan Pemasaran yang bertugas membantu Menteri Koperasi dan UKM dalam menyiapkan perumusan
kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan pemasaran yang meliputi perumusan,
koordinasi, perencanaan, pengembangan kebijakan dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM di bidang produksi
dan pemasaran. Beberapa kegiatan strategis yang dilakukan oleh Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran sebagai
berikut:

1. Revitalisasi pasar rakyat yang dikelola oleh koperasi termasuk didaerah tertinggal, perbatasan dan pasca
bencana
Pemerintahan Presiden Joko Widodo menargetkan untuk membangun 5.000 pasar rakyat yang mana dituangkan
dalam RPJMN 2015-2019 Kementerian Koperasi dan UKM mendapatkan target sebanyak 1.075 unit pasar rakyat
untuk tipe C dan D akan direvitalisasi selama kurun waktu 5 (lima) tahun.
Tujuan dari kegiatan ini adalah terbangunnya pasar rakyat yang layak bagi pedagang pasar di pedesaan dan untuk
meningkatkan perekonomian pedesaan dan jumlah pedagang pasar yang rata-rata sudah terdapat 10 pedagang per
pasar.

Tahun 2016 Kementerian Koperasi dan UKM cq. Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran melalui anggaran
Tugas Pembantuan (TP) telah merevitalisasi pasar rakyat sebanyak 85 Koperasi dengan total anggaran sebesar
Rp. 80.750.000.000,-. dengan rincian sebanyak 65 unit pasar rakyat reguler dan 20 unit pasar rakyat yang
direvitalisasi di daerah tertinggal, perbatasan dan pasca bencana sebagaimana amanat Nawacita ketiga yaitu
membangun Indonesia dari pinggiran. Melalui kegiatan ini diharapkan pasar rakyat mampu menjadi pusat
perdagangan produk lokal di berbagai daerah dengan kualitas barang dan harga yang bersaing.

2. Pedagang skala mikro informal/pedagang kaki lima yang difasilitasi penataan lokasi, sarana usaha dan promosi
Tujuan dari kegiatan ini adalah tersedianya tempat usaha yang layak bagi Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan
menempati tempat yang tetap dan layak dalam melakukan aktifitas usahanya sehingga pendapatan dan jumlah PKL
rata-rata 5 PKL per kawasan dapat meningkat.
Pada tahun 2016 dilakukan pendampingan terhadap PKL yang sudah menerima bantuan dari Kementerian Koperasi
dan UKM dalam bentuk Bimbingan Teknis bagi pengelola dan pelaku PKL di 6 (enam) Provinsi yaitu Provinsi Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggar Barat dan Sulawesi Selatan.

3. Koperasi dan UMKM yang difasilitasi promosi dan pameran di Dalam Negeri
Fasilitasi pameran dalam negeri yang dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM bertujuan sebagai media
promosi bagi Koperasi dan UKM dalam melakukan penetrasi pasar di tingkat nasional.
Selama tahun 2016 Kementerian Koperasi dan UKM telah memberikan fasilitasi kepada 638 Koperasi dan UMKM
yang terdiri dari 333 stand pada 37 event pameran, baik yang diselenggarakan di Jakarta maupun di daerah antara
lain Provinsi Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan
lainnya dengan nilai transaksi sebesar Rp. 15.79 milyar terdiri dari transaksi ritel sebesarRp. 5.06 milyar dan
transaksi order sebesar Rp. 10.72 milyar.
76

Menkop UKM AAGN Puspayoga meresmikan pasar rakyat Desa Pakraman Kerta Jaya Pendem
didampingi Bupati Jembrana I Putu Artha, Jembrana Bali, 8 Mei 2016
77

Pasar Tradisional Tanjung Pandan setelah di Revitalisasi bantuan Kementerian Koperasi dan UKM
78

4. Koperasi dan UMKM yang difasilitasi promosi dan pameran di Luar Negeri
Fasilitasi pameran luar negeri yang dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM bertujuan sebagai
media promosi bagi Koperasi dan UKM yang sudah siap dalam melakukan penetrasi pasar internasional dan
bisa mendunia (go international). Melalui pelaksanaan pameran ini, Kementerian Koperasi dan UKM berupaya
untuk mempromosikan produk KUKM sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan perluasan pasar Koperasi
dan UMKM.

Selama tahun 2016 telah difasilitasi 152 KUKM yang mengikuti 11 pameran di beberapa negera, yaitu
China,Brunai, Inggris, AS, Vietnam, Malaysia, Hongkong, Dubai, Jepang, Belanda dan Filipina. Tahun 2016
tercapai transaksi ritel sebesar Rp 5.317.617.735,- dan transaksi order sebesar Rp 31.506.854.380,-

5. Koperasi yang difasilitasi Penguatan Usaha melalui Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (PLTMH)
Energi terbarukan melalui kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan bekerjasama dengan
stakeholder terkait telah tercapai output sebanyak 35 Koperasi, namun untuk 10 UMKM dalam pengembangan
ramah lingkungan tidak dapat tercapai dikarenakan terkena pemotongan anggaran. Pelaksanaan kegiatan
penguatan Koperasi dan UMKM yang menghasilkan produk ramah lingkungan, khususnya koperasi yang
difasilitasi pengembangan energi baru terbarukan di harapkan dapat memberikan manfaat kepada : (1)
Masyarakat di remote area, daerah terpencil yang telah mendapatkan fasilitasi program PLTMH dan Biogas/
Biomassa dari Kementerian KUKM; (2) Rumah tangga anggota koperasi, melalui listrik sebagai sumber energi
untuk mendorong produktivitas usaha ekonomi produktif, baik yang sudah ada (bordir, pengolahan kopi,
kakao, pertukangan dll) maupun unit usaha baru yang bertambah akibat adanya sumber energi tersebut;
(3) Pemerintah daerah, melalui pendapatan asli daerah karena dengan berkurangnya jumlah desa yang
belum berlistrik dan tertinggal akan berdampak pada tumbuhnya peluang usaha baru yang memanfaatkan
ketersediaan energi listrik; serta (4) Membantu pemerintah pusat memperluas kesempatan kerja guna
mengatasi kemiskinan dan mengurangi subsidi BBM.

Selain itu, dalam rangka optimalisasi pengembangan sistem bisnisnya, Kementerian Koperasi dan UKM
melakukan sinergitas program dengan K/L terkait (Bappenas, Kementerian ESDM, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Teringgal) dan GIZ-Endev. Kerjasama antara Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran
dengan Energising Development (EnDev) Indonesia, GIZ dalam rangka kolaborasi dalam penguatan PLTMH
Berbasis Koperasi.

6. Koperasi dan UMKM yang difasilitasi standardisasi dan mutu produk


a. Fasilitasi Sertifikasi dan Labelisasi Halal
Globalisasi sistem perdagangan saat ini telah menyebabkan perubahan dalam segi persaingan maupun
perilaku produsen dan konsumen. Tuntutan akan standar mutu produk yang tinggi, jaminan keamanan dan
asal usul produk menjadi perhatian masyarakat Internasional termasuk komunitas masyarakat muslim yang
meminta akan kehalalan produk yang dikonsumsinya. Seiring dengan itu pasar Produk halal berkembang dan
menjadi wahana yang menjanjikan keuntungan.

Sebelum pelaksanaan sertifikasi, UMKM terlebih dahulu diberikan bimbingan teknis dan konsultasi dalam
rangka pemberkasan dokumen dimana padatahun 2016 Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran cq Asisten
Deputi Standardisasi dan Sertifikasi melaksanakan kegiatan Sosialisasi, Bimbingan Teknis dan Konsultasi
79

kepada 300 Koperasi dan UMKM dan yang mendapatkan fasilitasi Sertifikasi dan Labelisasi Halal sebanyak 75
UKM dari 14 Provinsi/DI yaitu Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau,
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara
Barat . Pemberian Labelisasi Halal ini menyebabkan peningkatan omset lebih kurang Rp. 12.000.000,- per/
UKM/bulan dan peningkatan penyerapan tenaga kerja sebanyak 4 (empat) orang per/UKM/tahun. Biaya
Sertifikasi dan Labelisasi Halal pada setiap Provinsi/DI berbeda jumlahnya sesuai tarif yang ditetapkan oleh
LPPOM-MUI setempat. Kementerian Koperasi dan UKM memberikan fasilitasi Sertifikasi dan Labelisasi Halal
kepada UMKM yang memenuhi persyaratan dengan tidak dikenakan biaya (Gratis).
b. Pendampingan Standarisasi Mutu Serta Produk KUMKM
Dalam rangka meningkatkan daya saing dan perluasan jangkauan pasar bagi produk Koperasi dan
UMKMterdapat kegiatan fasilitas Pendampingan Standardisasi dan Mutu Produk Koperasi dan UMKM. Saat ini,
manajemen mutu bagi perusahaan yang telah berkembang di negara maju dan negara-negara berkembang
adalah ISO 9001:2008. Standar ini merupakan sarana untuk mencapai tujuan mutu dalam menerapkan total
quality controlyang tujuan akhirnya adalah mencapai efektifitas dan efisiensi suatu perusahaan. Oleh karena
itu akan diberikan fasilitasi dari mulai proses pendampingan standardisasi dan mutu produk, bagi Koperasi dan
UMKM sampai dengan mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008.

Pada Tahun 2016 telah dilakukan Bimbingan Teknis dan Konsultasi dalam rangka pemberkasan dokumen dan
Kementerian Koperasi dan UKM telah memfasilitasi Sertifikat ISO 9001:2008, SNI, dan HACCP kepada 40 UKM
yang memenuhi syarat dan tidak dikenakan biaya (Gratis). Fasilitasi pemberian Sertifikat ISO 9001:2008, SNI,
HACCP tersebut menyebabkan peningkatan omset lebih kurang
Rp. 15.000.000,- per/UKM/bulan.

7. Fasilitasi Pengembangan Sistem Bisnis Koperasi dan Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG)
a. Bidang Peternakan dan Perikanan
Kementerian Koperasi dan UKM telah melaksanakan kegiatan Bimbingan Teknis, Temu Bisnis, Temu Konsultasi
dan Sarasehan Nasional di bidang perikanan dan peternakan sebagai salah satu wadah bertemunya para
pelaku usaha koperasi dalam hal ini anggota dan pengurus koperasi dengan perbankan, instansi, lembaga
pembiayaan, serta pelaku usaha antara lain: Bank Rakyat Indonesia, PT. PNM (Persero), PT. Bali Maya Permai,
PT. Perikanan Nusantara, PT. Agerindo Bogatama, dan sebagainya.

Kegiatan ini telah dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, D.I Yogyakarta, Jawa Tengah, Bali,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan dengandiikuti oleh peserta yang berasal dari
anggota koperasi sebanyak 328 orang dari 222 koperasi.

Sebagai implementasi pengembangan sistem bisnis Koperasi dan UMKM Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran
cq Asisten Deputi Perikanan dan Peternakan tengah mengembangkan Sistem Informasi Koperasi Perikanan
berbasis aplikasi yang dinamakan “SIKOPKAN” (www.sikopkan.com). Sistem ini menampilkan informasi tentang
produk perikanan meliputi jenis ikan dan produksi yang dihasilkan koperasi perikanan penyelenggara lelang
ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dalam kurun waktu tertentu. Tujuan dibuatnya aplikasi ini adalah untuk
membantu pemasaran hasil produksi perikanan dan pada tahap awal sudah ada 10 koperasi perikanan yang
tersebar di 3 Provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur terdaftar dalam aplikasi ini.
80

b. Bidang Pertanian dan Perkebunan


Kegiatan yang dilakukan dalam penguatan sistem bisnis KUMKM dilakukan melalui Koordinasi, fasilitasi
dan pendampingan dalam bentuk Bimbingan Teknis serta Temu Bisnis/Temu Konsultasi dengan melibatkan
Lembaga pembiayaan (LPDB KUMKM dan PT. Bank BRI); BUMN (Perum BULOG, PT. Pupuk Indonesia, dan
Perum Perhutani); K/L (BPN, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian,
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, dinas terkait); Pelaku usaha lainnya (PHRI, Aprindo,
Askindo), PT. Asian Agri (perkebunan kelapa sawit),Dewan Atsiri Indonesia (DAI),Kamar Dagang dan
Industri (KADIN).

Berdasarkan hasil fasilitasi dalam upaya penguatan sistem bisnis KUMKM tersebut didapat hasil antara lain:
1) MoU Pengadaan Beras Pengadaan Beras antara BULOG dengan KUD Lowa (Provinsi Sulawesi Selatan) dan
KUD Patikraja (Provinsi Jawa Tengah), dimana dengan adanya kerjasama tersebut terjadi peningkatan
volume usaha sekitar 25%, peningkatan keuntungan sekitar 5-10% dan peningkatan penyerapan tenaga
kerja sebanyak 2-5 orang.
2) Linkage agar produk koperasi dapat diterima pasar melalui berbagai Stakeholder seperti APRINDO, PHRI,
PT. Ikafood Putramas, dan PT. Kristar Katokkon.
3) Peningkatan peran KUD sebagai distributor pupuk bersubsidi, pada Tahun 2016, 36 koperasi sebagai
distributor pupuk bersubsidi tersebut diangkat kembali oleh produsen dan terdapat penambahan 2
koperasi di Provinsi Sumatera Selatan sehingga menjadi 299 koperasi. Selain itu terdapat penambahan
wilayah kerja distributor seperti Koperasi Gema Palagung (NTT), PUSKUD Jabar, PUSKUD Banten dan KUD
Trikarya (Provinsi Jawa Timur). Jumlah pengecer di tahun 2016 mengalami penambahan 25 koperasi
sehingga total keseluruhan pengecer resmi pupuk bersubsidi sebanyak 1.752 koperasi.
4). Kementerian Koperasi dan UKM berkoordinasi dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit
(BPDPKS) agar koperasi dapat ikut serta dalam mengakses program-program dan sumber pembiayaan
yang terdapat di BPDPKS. Bantuan replanting BPDPKS Tahun 2016, telah disalurkan kepada 1 (satu)
koperasi di Kabupaten Siak kepada anggota sebanyak 134 KK dengan luasan 268 Ha sebesar Rp. 6,75
Miliar dan 1 (satu) koperasi di Kabupaten Indragiri Hulu kepada anggota sebanyak 200 KK dengan
luasan 400 Ha sebesar Rp. 10 Miliar.
5). KSU Padang Manih Sakato berhasil mengembangkan pabrik coklat pertama di Kabupaten Padang
Pariaman, dengan jenis produksi coklat bar (ukuran besar 75 gram dan ukuran kecil 30 gram) dan coklat
bubuk (bubuk coklat murni, bubuk coklat 3 in 1, bubuk coklat jahe merah) dengan merk dagang yang
terdaftar di Kemenkumham yakni New Adam Coklat. Dari pengembangan usaha koperasi ini (dari 2 pabrik
mini coklat) telah mampu menyerap tenaga kerja 10 orang dan peningkatan penghasilan pekerja dengan
menaikkan upah minimum 10% dari Upah Minimum Regional (UMR).
81

c. Industri dan Jasa


Alat dan mesin pertanian (alsintan) mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam
mendukung pemenuhan kebutuhan produk pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertambahan
jumlah penduduk, menurunnya daya dukung lahan, dan rendahnya intensitas pertanaman.Alsintan dapat
mempercepat dan meningkatkan mutu pengolahan tanah, penyediaan air, meningkatkan intensitas
pertanaman, mengurangi kehilangan hasil, menjaga kesegaran dan keutuhan, dan meningkatkan produktivitas
sumberdaya.

Namun demikian, tidak semua petani memiliki akses terhadap alsintan, karena umumnya alsintan relatif
mahal dan tidak bisa dibeli oleh petani, dengan demikian perlu ada intervensi pemerintah dalam mendorong
koperasi untuk mampu menyediakan jasa alsintan kepada masyarakat petani terutama kepada anggotanya.
Pada tahun 2016 telah dilakukan kajian model usaha jasa alat dan mesin pertanian, yang melibatkan 5
koperasi yang menjadi objek observasi di 4 propinsi (Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Sumatera Utara).
82

China International Small And Medium Enterprises Fair (CISMEF)


83

Fasilitasi Stand Kementerian Koperasi dan UKM pada pameran Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga meninjau produk unggulan daerah
yang diselenggarakan di Daerah solo , 19. Februari 2016
84

BIDANG RESTRUKTURISASI USAHA


85

Dalam bidang restrukturisasi usaha Kementerian Koperasi dan UKM dibantu oleh Deputi Bidang
Restrukturisasi Usaha yang mempunyai tugas untuk menyelenggarakan perumusan kebijakan serta
koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang penyusunan strategi pengembangan
usaha, pemetaan kondisi dan peluang usaha, pendampingan usaha, pengembangan dan penguatan
usaha perlindungan usaha dan pengembangan investasi usaha baru koperasi dan usaha mikro, kecil
dan menengah. Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha mempunyai beberapa kegiatan strategis, antara
lain sebagai berikut:

1. Sarana Prasarana Layanan Usaha Terpadu


Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT-KUMKM) bertujuan memberikan layanan jasa non finansial dan
berbagai solusi atas permasalahan Koperasi dan UMKM dalam rangka meningkatkan produktivitas,
nilai tambah, kualitas kerja dan daya saing Koperasi dan UMKM melalui pendampingan di
bidang kelembagaan, sumberdaya manusia, produksi, pembiayaan, dan pemasaran. Terdapat 7
(tujuh) bidangkeahlian/kompetensi untuk layanan pendampingan yang dilakukan para konsultan
pendamping, meliputi Bidang Kelembagaan, Sumberdaya Manusia (SDM), Produksi, Pembiayaan,
Pemasaran, Pengembangan IT, dan Pengembangan Jaringan Kerjasama.

Mekanisme dan pola penganggaran PLUT-KUMKM dilakukan melalui Tugas Pembantuan (TP) untuk
pembangunan fisik gedung dan pola Dekonsentrasi untuk operasional PLUT-KUMKM. Diharapkan untuk
selanjutnya Pemerintah Daerah dapat secara mandiri membiayai operasional PLUT-KUMKM melalui
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
86

Kementerian Koperasi dan UKM dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016 sudah membangun
49 unit Gedung PLUT-KUMKM di lokasi Prov/Kab/Kota, seperti tabel berikut :

Tabel 5. Sebaran gedung PLUT-KUMKM tahun 2013-2016

LOKASI
NO PROVINSI
TA 2013 TA 2014 TA 2016
1 Aceh Kab. Aceh Besar Provinsi -
2 Sumatera Utara Kab. Simalungun
3 Riau Provinsi Kab. Pelalawan
Kab. Kampar
4 Jambi Provinsi
5 Bangka Belitung Provinsi Kab. Belitung
6 Bengkulu Provinsi
7 Lampung Provinsi
8 Banten Provinsi
9 Jawa Barat Kab. Sukabumi Kab. Subang
Kab. Cianjur Kab. Tasikmalaya
10 Jawa Tengah Provinsi Kab. Cilacap
Kab.Kebumen Kab. Surakarta
11 DI Yogyakarta Provinsi
12 Jawa Timur Kab. Pacitan Kab. Malang
Kota Batu Kab. Tulung Agung
13 Bali Provinsi Kab. Gianyar
14 Kalimantan Barat Provinsi
15 Kalimantan Selatan Kota Banjar Baru Kotabaru
16 Kalimantan Tengah Provinsi
17 Kalimantan Timur Provinsi
18 Kalimantan Utara Kab. Bulungan
19 Sulawesi Barat Provinsi
20 Sulawesi Selatan Provinsi Kab. Bantaeng
Kota Palopo
21 Sulawesi Tenggara Provinsi Kab. Wakatobi
22 Sulawesi Tengah Provinsi
23 Sulawesi Utara Provinsi
24 Gorontalo Provinsi
25 Nusa Tenggara Barat Provinsi Kota Bima
26 Nusa Tenggara Timur Provinsi Kab.Sumba Barat Daya
27 Maluku Provinsi
28 Maluku Utara Provinsi
29 Papua Barat Provinsi
Jumlah 21 21 7
87

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga meresmikan gedung PLUT-KUMKM dan launching Kampung UKM
Digital Kabupaten Tulungagung, di Tulungagung, Jawa Timur, Jumat (9/12/2016).
88

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga meresmikan gedung PLUT-KUMKM dan launching Kampung UKM
Digital Kabupaten Tulungagung, di Tulungagung, Jawa Timur, Jumat (9/12/2016).
89

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga Video Conference dengan UKM


serta meresmikan PLUT Subang dan Kampung UKM Digital,
90

2. Pendampingan Usaha Koperasi dan UMKM


Pendampingan merupakan langkah strategis sebagai pengungkit untuk mempercepat peningkatan daya
saing Koperasi dan UMKM. Berbagai layanan dan pendampingan serta konsultasi bisnis Koperasi dan UMKM
sudah banyak dilakukan selama ini oleh berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Beberapa kerjasama
yang telah dilakukan dalam rangka mengefektifkan fungsi pendampingan antara lain:
a. Kerjasama dengan Kadin Indonesia, tentang pendampingan pemasaran produk Koperasi dan UMKM
melalui sistem online, dengan tujuan meningkatkan produktivitas dan daya saing Koperasi dan UMKM
melalui sinergi pendampingan dan optimalisasi peran PLUT-KUMKM dalam promosi dan pemasaran
produk Koperasi dan UMKM. Tindak lanjut dari kerjasama ini yaitu telah dilaksanakan sosialisasi tentang
pemasaran online bagi Koperasi dan UMKM di 15 lokasi PLUT-KUMKM yaitu Provinsi Aceh, D.I Yogyakarta,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Kabupaten Banyumas, Cilacap, Kebumen, Malang, Sukabumi,
Tasikmalaya, Cianjur, Subang, Semarang dan Kota Surakarta. Hasilnya sebanyak 1.256 UKM telah melakukan
pemasaran online dengan jumlah produk sebanyak 2.114 jenis.
b. Kerjasama dengan BRI tentang pendampingan pelayanan jasa perbankan bagi Koperasi dan UMKM
melalui optimalisasi PLUT-KUMKM, bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas pelayanan jasa
perbankan melalui sinergitas pendampingan dan mengoptimalkan peran PLUT-KUMKM dalam proses
pendampingan Koperasi dan UMKM. Implementasinya yaitu telah dilaksanakan sosialisasi tentang
pelayanan jasa perbankan bagi Koperasi dan UMKM di PLUT-KUMKM Provinsi Bali, DI.Yogyakarta,
Kabupaten Gianyar, Kota Bima dan Surakarta.
c. Kerjasama dengan PT. Telkom Tbk tentang pendampingan Koperasi dan UMKM melalui Kampung
UKM Digital, bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing Koperasi dan UMKM melalui
sinergitas pendampingan dan optimalisasi peran PLUT-KUMKM dan program kampung UKM digital Telkom
untuk peningkatan kualitas akses pemasaran produk Koperasi dan UMKM.

Tindak lanjut dari kerjasama ini yaitu telah terpasang kampung UKM digital di 13 PLUT-KUMKM antara
lain Provinsi DI.Yogyakarta,Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Bangka Belitung, Kabupaten Subang,
Sukabumi, Cianjur, Gianyar, Bulungan, Tasikmalaya, Tulungagung, Kota Batu dan Banjarbaru. Sebanyak 36
PLUT- KUKM dalam proses pemasangan.
91

3. Kemitraan usaha
Kemitraan merupakan kerjasama dalam keterkaitan usaha baik langsung maupun tidak langsung atas
dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat dan menguntungkan yang melibatkan pelaku
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar. Keberhasilan kemitraan usaha sangat ditentukan
oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnisnya. Oleh karena itu
untuk menjembatani terjalinnya kemitraan antar Koperasi dan UMKM dan usaha besar telah dilaksanakan
kegiatan, yaitu:
a. Sosialisasi UMK naik kelas, yang bertujuan untuk memediasi Koperasi dan UMKM dalam
mengembangkan kemitraan usaha, meningkatkan usaha, meningkatkan wawasan dan pemahaman
Koperasi dan UMKM dalam mempersiapkan usaha dan produknya dalam bermitra. Kegiatan ini telah
dilaksanakan di 6 (enam) Provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat (Sukabumi dan Garut), Kalimantan
Timur, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Adapun peserta
kegiatan tersebut masing-masing Provinsi sebanyak 60 Koperasi dan UMKM.
b. Temu solusi pengembangan kemitraan usaha, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan serta
membentuk pola pikir bagi peserta bahwa kerjasama kemitraan merupakan salah satu solusi untuk
menaikan skala usaha Koperasi dan UMKM, sehingga akhirnya akan berdampak pada kapasitas
usaha, peningkatan kesejahteraan masyarakat serta penyerapan tenaga kerja. Kegiatan ini telah
dilaksanakan di 4 (empat) Provinsi yaitu Provinsi Bengkulu, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Timur
dan Nusa Tenggara Barat dengan peserta masing-masing Provinsi sebanyak 60 Koperasi dan UMKM.

4. Investasi Usaha
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, Koperasi dan UMKM perlu meningkatkan produktivitas
dan daya saing untuk memahami permintaan konsumen. Perkembangan pasar yang berubah dengan cepat
perlu disiasati dengan meningkatkan kualitas produk dan harga yang kompetitif disamping Koperasi dan
UMKM dapat menjalin kerjasama investasi bilateral maupun multilateral.

Tahun 2016 telah dilakukan kerjasama penjajakan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang sudah
melakukan ekspor dengan Koperasi dan UMKM di 6 (enam) wilayah yaitu Provinsi Bali, Sulawesi Selatan,
Kalimantan Barat, DI. Yogyakarta, Kepulauan Riau yang bertempat di Kota Batam dan Provinsi Jawa
Barat yang bertempat di Kab. Tasikmalaya.
92

Kementerian koperasi dan UKM dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) menandatangani
kerja sama (MoU) tentang Pelaksanaan Penampingan Pemmou kadinasaran (P3 Sistem Online).
Jakarta, 23 Maret 2016
93

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga melihat stand UKM usai peresmian Kampung UKM Digital di PLUT-KUMKM Cianjur, 20 Oktober 2016
94

BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


95

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai salah satu unit kerja pada
Kementerian Koperasi dan UKM mempunyai tugas dan fungsi merumuskan kebijakan, melaksanakan
kebijakan, melaksanakan koordinasi dan monitoring di bidang Pengembangan SDM Koperasi dan UMKM.
Pengembangan SDM merupakan bagian dari upaya penumbuhan kualitas dan jumlah wirausaha. Dalam
hal ini aspek penting dalam pengembangan SDM berkaitan dengan kewirausahaan, perkoperasian,
menajerial, keahlian teknis dan keterampilan dasar (life skill).

Upaya peningkatan daya saing SDM KUMKM dilakukan dengan pengembangan sistem pertumbuhan
wirausaha baru, penerapan standar kompetensi dan sertifikasi bagi SDM, peningkatan kapasitas
SDM Koperasi dan UMKM, pengembangan kelembagaan Diklat Koperasi dan UMKM, penelitian dan
pengkajian pengembangan sistem pengkaderan wirausaha baru berbasis komoditas dan karakteristik
kewilayahan.

Sejalan dengan hal tersebut, program dan kegiatan tahun 2016 pada Deputi Bidang Pengembangan
SDM mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan kebijakan serta koordinasi dan sinkronisasi
pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kualitas sumber daya manusia, standardisasi
sumberdaya manusia, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengkajian, pengembangan
kewirausahaan dan koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah. Pengembangan SDM tidak terlepas
dengan pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan berbagai jenis sesuai sasaran.

Beberapa kegiatan strategis yang dilaksanakan Deputi Pengembangan SDM sebagai berikut:

1. Pemasyarakatan Kewirausahaan
Kegiatan pemasyarakatan ini masih sangat diperlukan dalam upaya memberikan motivasi dan
meningkatkan minat masyarakat untuk berwirausaha khususnya generasi muda. Pada tahun 2016
target peserta pemasyarakatan kewirausahaan adalah 2.600 orang dan telah dilaksanakan di 7 (tujuh)
Provinsi yaitu Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten dan
D.I. Yogyakarta yang berasal dari unsur kelompok masyarakat terdidik dan kelompok masyarakat
strategis telah terealisasi seluruhnya.

2. Pelatihan Kewirausahaan
Pelatihan Kewirausahaan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan dan
potensi diri dalam berwirausaha, sehingga mampu mengelola usahanya secara kreatif, inovatif dan
berdaya saing baik dari aspek perencanaan, produksi, pemasaran, keuangan, pemanfaatan teknologi
dan sumber daya baik alam (bahan baku), manusia (pengelola) dan modal.
96

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga mendampingi para pelaku UKM bertemu dengan Presiden Jokowi di Istana
Merdeka, Jakarta, Jumat (25/11).
97
98

Tahun 2016 pelatihan kewirausahaan dilaksanakan melalui Gerakan Kewirausahaan Nasional yang
sasarannya ditujukan bagi pemuda dan mahasiswa, perempuan, organisasi masyarakat, pelajar/ mahasiswa,
masyarakat nelayan, masyarakat petani, gerakan koperasi, penyandang disabilitas, pasca magang dan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Luar Negeri, fasilitator serta masyarakat di daerah perbatasan dengan target
peserta sebanyak 5.000 orang dan terealisasi sebanyak 6.400 orang peserta, dengan harapan dapat
meningkatkan kapasitas SDM Koperasi dan UMKM serta pelaku usaha yang berdampak pada peningkatan
pendapatan, produktivitas, membuka lapangan pekerjaan baru melalui peningkatan jumlah tenaga kerja.

Pelatihan kewirausahaan di laksanakan di 23 Provinsi yaitu Provinsi Bali, Jawa Barat, Sumatera Selatan,
Sumatera Utara, Aceh, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Sumatera Barat , Bengkulu, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Lampung, Kalimantan Selatan, DKI Jakarta, D.I. Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Utara, Banten, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, Gorontalo dan Kalimantan Barat.

3. Pelatihan Technopreneur
Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan semakin mudahnya berkomunikasi ke seluruh belahan dunia
menggunakan kemajuan teknologi, merupakan peluang yang harus dimanfaatkan para wirausaha dalam
mengembangkan usahanya baik menambah jejaring (networking), bertukar informasi, mencari peluang
pasar, promosi serta pemasaran melalui IT (e-commerce).

Pelatihan Technopreneur adalah pelatihan kewirausahaan berbasis teknologi dengan menggunakan


teknologi tepat guna yang mengoptimalkan berbagai potensi perkembangan teknologi yang ada sebagai
basis pengembangan usaha yang di jalankannya. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan peserta di bidang kewirausahaan dengan berbasis teknologi.

Target sasaran peserta technopreneur pada tahun 2016 sebanyak 400 orang peserta dan telah terealisasi
sebanyak 320 orang dari unsur koperasi dan UMKM, kelompok strategis serta dari kalangan mahasiswa/
masyarakat terdidik. Realisasi lebih rendah dari target sasaran dikarenakan adanya penghematan anggaran.
Pelatihan dilaksanakan di 5 (lima) Provinsi yaitu Jawa Barat, Gorontalo, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Nusa
Tenggara Barat.

4. Fasilitasi Inkubator Bisnis dan Teknologi


Inkubator wirausaha adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap
peserta inkubasi (tenant). Sasarannya adalah penumbuhan wirausaha baru dan penguatan kapasitas
wirausaha pemula (start-up) yang berdaya saing tinggi, penciptaan dan penumbuhan usaha baru yang
mempunyai nilai ekonomi, peningkatan nilai tambah pengelolaan potensi ekonomi melalui pemanfaatan
ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan aksesibilitas wirausahawan atau calon wirausahawan untuk
mengikuti program inkubasi, peningkatan kemampuan dan keahlian pengelola inkubator wirausaha untuk
memperkuat kompetensi inkubator wirausaha dan pengembangan jejaring untuk memperkuat akses sumber
daya manusia, kelembagaan, permodalan pasar, informasi, dan teknologi.
99

Dalam penyelenggaraan program inkubator wirausaha melalui beberapa kegiatan diantaranya bimbingan,
konsultasi, pelatihan dan pengembangan keterampilan. Target sasaran dari fasilitasi inkubator bisnis dan
teknologi tahun 2016 sebanyak 6 (enam) unit di 3 (tiga) Provinsi yaitu :
a. Pusat Inkubator Bisnis dan Kewirausahaan LPM Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang, Provinsi
Sumatera Selatan.
b. Bina Darma Entrepreneur Centre (BDEC) Universitas Bina Darma, Palembang, Provinsi Sumatera Selatan.
c. Nobel Entrepreneur Centre (NEC) STIE Nobel Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan
d. Inkubator Wirausaha STIE AMKOP, Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan.
e. Inkubator Bisnis STMIK Primakara, Denpasar, Provinsi Bali.
f. Inkubator Wirausaha “Dampak Equilibrium” Universitas Ngurah Rai, Denpasar, Provinsi Bali.

Hasil kegiatan dari kegiatan ini adalah perekrutan UMK tenant sebanyak 360 orang.

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga memberikan pembekalan kewirausahaan kepada peserta
Pelatihan bagi SDM KUMKM Denpasar, 23 Juli 2016
100

5. Pelatihan Perkoperasian
Pelatihan perkoperasian bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan
peserta tentang perkoperasian sesuai dengan jatidiri, asas dan prinsip koperasi. Pelatihan ini memberikan
penjelasan mengenai penerapan nilai prinsip dan jatidiri koperasi, manajemen organisasi perkoperasian,
akuntansi koperasi, tatacara pendirian, kebijakan, perangkat organisasi, jenis koperasi, manajemen usaha,
pengelolaan bisnis koperasi dan lainnya yang diberikan kepada peserta yang berasal dari unsur pengurus,
pengawas, pengelola koperasi, masyarakat kelompok strategis, aparatur pembina koperasi, pendamping,
petugas penyuluh koperasi, penerima program beasiswa dan organisasi masyarakat. Target peserta dari
pelatihan ini berjumlah 2.040 orang dan terealisasi sejumlah 2.160 orang yang dilaksanakan di Provinsi
D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan
Selatan, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Papua Barat.

6. Pelatihan Koperasi Berbasis Syariah


Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pengelola Koperasi Simpan Pinjam (KSP) syariah
sehingga mampu memberikan pelayanan kepada anggotanya dalam pengembangan produk usaha berbasis
syariah yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah dengan unsur peserta adalah pengelola KSP syariah. Target
peserta dari pelatihan ini berjumlah 420 orang terealisasi sebanyak 455 orang yang dilaksanakan di Provinsi
Aceh, Jawa Barat, D.I.Yogyakarta, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan.

7. Pelatihan Vocational
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan teknis peserta di
bidang jasa dan usaha sehingga dapat menghasilkan produk/jasa yang mempunyai nilai tambah dan dapat
bersaing di pasaran dan meningkatkan kreatifitas calon dan/atau pelaku usaha UMKM . Target peserta dari
pelatihan ini berjumlah 2.100 orang dan terealisasi sebanyak 1.780 orang yang dilaksanakan di daerah
perbatasan sebanyak 1.480 orang dan di daerah tertinggal sebanyak 300 orang. Target peserta tidak
tercapai dikarenakan adanya Pagu Blokir anggaran pada ke

8. Pelatihan Pelatihan dan Uji Sertifikasi SKKNI


Pelatihan berbasis kompetensi bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kapasitas SDM KUKM dari segi
pengetahuan, keterampilan, keahlian, sikap kerja yang berbasis pada kompetensi kerja dan profesionalisme
kerja serta meningkatkan pemahaman dalam pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam, meningkatkan
pemahaman UKM ekspor dan pengelola ritel sesuai dengan SKKNI. Pelatihan yang diberikan kepada KUKM
yang memiliki unit kompetensi sesuai Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah SKKNI
di Bidang Ritel Koperasi, Ekspor, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Pariwisata. Kegiatan pengembangan
standardisasi dan sertifikasi SDM KUKM pada tahun 2016 dengan target 3.630 orang dapat terealisasi
sebanyak 4.500 orang SDM KUKM yang terlatih sesuai dengan SKKNI dan telah mendapatkan sertifikasi
sebanyak 2.277 orang di bidang KSP, Ritel, Ekspor dan Pariwisata sehingga diharapkan dapat turut
mendorong meningkatnya daya saing Koperasi dan UMKM.
101

9. Pelatihan Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL) dan Pendampingan


Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman perkoperasian bagi Petugas Penyuluh Koperasi
Lapangan (PPKL), tahun 2016 target sebanyak 750 orang dan terealisasi sebanyak 750 orang yang
dilaksanakan di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi,
Lampung, Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Nusa Tenggara Barat, Bali, Kalimantan Barat dan
Kalimantan Selatan.

10. SDM KUKM yang mendapat fasilitasi Magang dan Beasiswa


Tujuan dari kegiatan ini adalah upaya untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencetak
kader-kader calon wirausaha yang memiliki keterampilan teknis dan manajemen melalui pemagangan,
membangun model penciptaan wirausaha baru, meningkatkan keterampilan masyarakat dalam
mengidentifikasi permasalahan usaha melalui pola magang, memberikan pendampingan, konsultasi dan
advokasi dalam peningkatan SDM KUKM serta menjadi partner khususnya bagi pembina di daerah dalam
pengembangan SDM KUKM. Tahun 2016 target pelaksanaan peserta magang ini sebanyak 500 orang dan
terealisasi seluruhnya di 3 (tiga) Provinsi yaitu Provinsi Bali sebanyak 300 peserta, Kalimantan Barat 100
peserta dan Sulawesi Tengah 100 peserta.

Pelatihan Vocational daerah perbatasan di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat


102

BIDANG PENGAWASAN
103

Tahun 2016 merupakan tahun pertama keberadaan Deputi Bidang Pengawasan, dan menjadi tahun kedua
pelaksanaan RPJMN 2015-2019. Tahun ini merupakan tonggak pelaksanaan Pengawasan terhadap Koperasi
oleh Pemerintah, diawali dengan penerbitan Perpres Nomor 62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi
dan UKM, adalah titik awal, penegasan pemerintah dalam rangka penguatan kelembagaan koperasi melalui
pengawasan koperasi. Pada tahun pertama ini, Deputi Bidang Pengawasan mencoba menempuh tiga langkah
implementasi kegiatan yaitu:

1. Koordinasi Dengan Unit/Instansi Terkait


Adalah upaya Deputi Bidang Pengawasan dalam meningkatkan koordinasi dan kerjasama, baik dengan
internal Kementerian Koperasi dan UKM, maupun instansi/lembaga terkait lainnya, agar terjalin sinergi
antara pemerintah pusat dan daerah. Melalui kegiatan koordinasi ini diharapkan dapat memberikan dukungan
penyediaan instrument dan pedoman/petunjuk teknis (juknis) pelaksanaan pengawasan koperasi agar dapat
berjalan efektif, dan tepat sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga dapat membangun budaya pengawasan
yang berkesinambungan, dan keberhasilan Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2016, antara lain :
A. Dibentuknya 3.010 orang “Satuan Tugas (Satgas) Pengawas Koperasi” di daerah, yang tersebar di seluruh
Provinsi/Kabupaten/Kotamadya, menggunakan dana Dekonsentrasi Kementerian Koperasi dan UKM TA.
2016.
B. Penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama, antara Kementerian Koperasi dan UKM, dengan:
1). Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nomor 10/KB/M.KUKM/VII/2016 dan Nomor PRJ-08/D.01/2016
tanggal 21 Juli 2016 tentang Perluasan Akses Keuangan Dalam Rangka Pengembangan Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah, dan telah mengeluarkan Surat Keputusan Ketua Dewan Komisioner,
OJK Nomor 01/KDK.01/2016, tanggal 31 Desember 2016 tentang Pembentukan Satuan Tugas
(Satgas) Penanganan Dugaan Tindakan Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana Masyarakat
dan Pengelolaan Investasi, dengan membentuk “Satgas Waspada Investasi”, yang melibatkan OJK
dan Kepolisian Negara RI, Kejaksaan RI, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UKM,
Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
2). Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Nomor 13/KB/M.KUKM/X/2016 dan NK-
97/1.02/PPATK/10/16, yang ditandatangani tanggal 17 Oktober 2016, tentang Kerjasama Dalam
Rangka Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme pada
Koperasi. Kerjasama ini merupakan tindaklanjut pengukuhan Indonesia sebagai Anggota Asia Pacific
Group (APG) on Money Laundering (Keppres Nomor 23 Tahun 2011), dimana salah satu Financial Action
Task Force (FATF) Style Regional Bodies (FSRB), telah mengeluarkan dan menetapkan rekomendasi “FATF
Recommendations” dan standar internasional di bidang anti-pencucian uang dan pendanaan terorisme.
Dalam hal ini, Kementerian Koperasi dan UKM selaku lembaga pengawas dan pengatur kegiatan Simpan
Pinjam oleh koperasi, memiliki kewajiban mematuhi TATF Recommendations dan wajib memenuhi action
plan yang diusulkan PPATK dalam proses Mutual Evaluations/ME yang akan dilakukan secara berkala,
yang akan dilakukan Tahun 2017, dan secara peer-to-peer review oleh sesama Anggota APG on Money
Laundering.
104

3). Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Nomor : 11/KB/M.KUKM/VIII/2016 dan 09/KPPU/NK/
VIII/2016, tanggal 23 Agustus 2016 tentang Pelaksanaan Pengawasan Kemitraan Koperasi, Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah, yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi koordinasi pelaksanaan pengawasan
kemitraan serta mendorong dan mewujudkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan, baik antar
koperasi, maupun antara koperasi dengan usaha kecil dan menengah atau dengan pelaku usaha besar,
dengan membentuk “Satgas Pengawas Kemitraan”.

C. Penyusunan Peraturan Deputi Bidang Pengawasan yang akan digunakan sebagai pedoman/juknis bagi
Satgas Pengawas Koperasi di daerah dalam pelaksanaan pengawasan koperasi, antara lain :
1). Pedoman Teknis Mengenai Norma, Standar, Prosedur, Tata Cara, dan Kode Etik Pengawasan Koperasi,
Nomor 05/PER/DEP.6/IV/2016, tanggal 18 April 2016.
2). Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, Nomor 06/
PER/DEP.6/IV/2016, tanggal 19 April 2016.
3). Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah dan Unit Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi, Nomor 07/PER/DEP.6/IV/2016, tanggal 19 April 2016.
4). Petunjuk Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi,
Nomor 08/PER/DEP.6/IV/2016, tanggal 19 April 2016.
5). Petunjuk Teknis Pemeriksaan Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah, dan Unit
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah Koperasi, Nomor 09/PER/DEP.6/IV/2016, tanggal 19 April
2016.
6). Tata Cara Pemeriksaan Kelembagaan Koperasi, Nomor 11/PER/DEP.6/X/2016, tanggal 01 September
2016.
7). Penerapan Sanksi, Nomor 12/PER/DEP.6/XII/2016, tanggal 23 Desember 2016.
8). Monitoring Tindak Lanjut Hasil Pengawasan, Nomor 13/PER/DEP.6/XII/2016, tanggal 23 Desember
2016.

D. Kerjasama dengan Bank Dunia, yang pada Tahun 2016 telah menyelesaikan Penyusunan Modul Pelatihan
bagi Satgas Pengawas Koperasi Tingkat Dasar, sebagai upaya Deputi Bidang Pengawasan dalam
memenuhi salah satu kriteria yang dipersyaratkan pasal 13 Permenkop dan UKM Nomor 17 Tahun 2015
tentang Pengawasan Koperasi, bahwa Pejabat Pengawas Koperasi telah mengikuti diklat pengawasan
yang dibuktikan dengan sertifikat. Pilot Trainning Satgas Pengawas Koperasi akan dilaksanakan di
Semarang, dengan peserta terdiri dari 34 orang Satgas Pengawas Koperasi yang mewakili Kab/Kota
se-Jawa Tengah. Diharapkan ke depan modul pelatihan Satgas Pengawas Koperasi ini akan dapat
disebarluaskan ke daerah.

E. Berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM Nomor 03.1/Kep/M.KUKM.1/II/2016 tanggal 29


Februari 2016 tentang Pembentukan Tim Koordinator Kerjasama Luar Negeri Bidang Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengawasan mendapat tanggung jawab dalam pelaksanaan kerja
sama internasional dengan :
1). Partisipasi dalam Forum APEC SME, melalui pengiriman wakil dari Koperasi/UKM dalam:
a. APEC SME O2O Training Workshop and Computex Taipe pada 1-2 Juni 2016, mengirimkan Bapak
Muhammad Fahrizal, CEO PT. ITCreative Global Technology, dari database UKM Inovatif tahun 2014
Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK.
105

b. APEC SME O2O Forum II di Lima, Peru pada 6 September 2016, mengirimkan Ketua Asosiasi Manajer
Koperasi Indonesia.
c. Hadir dalam APEC SMEWG ke-42 yang berlangsung di Ho Chi Minh, Vietnam pada tanggal 27-28 April
2016 dan APEC SMEWG ke-43 dan berpartisipasi dalam APEC SMEMM ke-23 di Lima, Peru.
2). Kerja sama dengan Pemerintah Korea,
a. Melalui Green Business Center (GBC), dimana pada Tahun 2016 merupakan, merupakan tahun
penyusunan Implementing Arranggement (IA) kembali dari Nota Kesepahaman Kerjasama Teknik serta
dipicu dari hasil Forum ASEM 2010 mengenai Pertumbuhan hijau dan UKM yang diselenggarakan di
Seoul tahun 2010. Peran Kementerian Koperasi dan UKM adalah dalam hal penyediaan ruangan sebagai
inkubator bagi UKM Indonesia dan Korea, bertempat di Gedung SMESCO serta konsultasi lainnya.
Sedangkan pengelolaan menjadi tanggung jawab pemerintah Korea, melalui ASEM SMEs Eco-Innovation
Center (ASEIC). Sampai dengan saat ini, jumlah tenant yang ada adalah 3 UKM Indonesia dan 6 UKM
Korea. Sebagai upaya peningkatan kerjasama, pada 6 Desember 2016 telah diselenggarakan 1st
Indonesia–Korea SMEs Green Business Forum di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM dengan
pendanaan dari Indonesia-Korea Joint Secretariat for Economic Development (Korea) dan pembangunan
kantor KSU Siosar Bekera, Sinabung.
b. Melalui kerjasama dengan Small and Medium Business Corporation (SBC) Tahun 2016, diawali dengan
penyusunan draft MoU pada Maret 2016, yang memberikan bantuan berupa mesin kopi kepada Koperasi
MPGI Kopi Kintamani, Bali.

2. PELAKSANAAN WORKSHOP / BIMBINGAN TEKNIS DAN SOSIALISASI


Adalah upaya Deputi Bidang Pengawasan dalam rangka menyampaikan informasi, memberikan pembekalan
guna meningkatkan kompetensi teknis kepatuhan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan USP, dan
penilaian kesehatan USP, sekaligus menampung berbagai masukan dan saran, baik dari para Pejabat Pengawas
maupun para pengelola, penggerak dan pembina koperasi, di pusat maupun daerah, sehingga memperoleh
pemahaman yang sama atas berbagai kebijakan pengawasan yang dikeluarkan oleh Deputi Bidang Pengawasan,
berupa kegiatan antara lain:
zProsedur, Tata Cara, dan Kode Etik Pengawasan Koperasi, dilaksanakan pada Provinsi Sumatera Utara, Sulawesi
Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, dan Sulawesi Barat.
B. Sosialisasi Pemeriksaan Kelembagaan Koperasi bertujuan agar Satgas Daerah memahami cara-cara
pengisian kertas kerja pemeriksaan kelembagaan koperasi, dilaksanakan di Provinsi NTB, Bali, dan
Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan.
C. Sosialisasi Juknis/Perdep KSPPS/USPPS, bertujuan agar Satgas Daerah memahami cara-cara pemeriksaan
dan pengisian kertas kerja KSPPS/USPPS, dilaksanakan pada Provinsi NTB, Aceh, dan DIY.
D. Bimtek dan Sosialisasi Satuan Tugas (Satgas) Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan,
Kalimantan Selatan, Jawa Tengah, Jawa Barat, Bali, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara.
E. FGD Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan, bertujuan untuk memberikan informasi dan gambaran
yang berkaitan hasil tindak lanjut pemeriksaan dan juga sekaligus menggali data dan informasi tentang
permasalahan yang terjadi terhadap koperasi, dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan, NTB, Banten, dan
Aceh.
106

3. PELAKSANAAN UJICOBA PENGAWASAN KOPERASI


Adalah upaya Deputi Bidang Pengawasan, sebagaimana UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, yang mengatur pembagian kewenangan wilayah keanggotaan koperasi, maka untuk
meningkatkan fungsi pengawasan yang efektif dan efisien, serta dapat mendorong pengelolaan koperasi
dalam menerapkan prinsip-prinsip, dan nilai-nilai koperasi sesuai jatidiri koperasi, pada Tahun 2016,
Deputi Bidang Pengawasan melakukan kegiatan, antara lain:
A. Ujicoba Pemeriksaan Kelembagaan, meliputi : pemeriksaan organisasi, pemeriksaan kinerja, dan
pemeriksaan laporan keuangan, telah dilakukan di 70 (Tujuh puluh) koperasi, di 20 Provinsi yaitu:
Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, NTT, Sumatera Selatan,
Lampung, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Riau, Maluku, Bengkulu, Bali,
Banten, Kep. Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, DIY, dan menghasilkan 326 item rekomendasi
yang harus diperbaiki oleh koperasi. Rekomendasi hasil Ujicoba Pemeriksaan Kelembagaan ini, akan
digunakan sebagai proses pembelajaran, dan sebagai bahan masukan, dan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan di bidang kelembagaan koperasi.
B. Ujicoba pemeriksaan USP meliputi: pemeriksaan struktur permodalan, pemeriksaan Prosedur dan
pengelolaan Resiko, dan pemeriksaan kinerja keuangan dengan menggunakan sistem informasi
yang terintegrasi, sehingga mudah dilakukan, efisien dan efektif. Instrumen yang digunakan dalam
ujicoba Pemeriksaan USP ini diharapkan dapat menjadikan USP Konvensional maupun Syariah sebagai
lembaga keuangan yang akuntable, dan dapat dijadikan pilihan masyarakat sebagai mitra dalam
pengembangan usahanya. Ujicoba ini dilakukan di 100 (Seratus) USP Konvensional maupun Syariah,
di 4 Provinsi yaitu: Jawa Barat, Sumatera Selatan, Banten dan DKI Jakarta.
C. Ujicoba Penilaian Kesehatan USP, merupakan cara mengukur kinerja dan kondisi koperasi agar dapat
mewujudkan pengelolaan USP Konvensional maupun Syariah sesuai jatidiri koperasi, yang hasilnya
dapat dinyatakan: Sehat, Cukup Sehat atau Dalam Pengawasan, dan Dalam Pengawasan Khusus.
Kegiatan Ujicoba Pemeriksaan USP ini, meliputi: pemeriksaan permodalan, kualitas aktiva produktif,
manajemen, efisiensi, likuiditas, jatidiri Koperasi, pertumbuhan, kemandirian, dan kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip perkoperasian. Dari 201 (Dua ratus satu) USP Konvensional maupun Syariah
yang telah diidentifikasi, di 13 Provinsi yaitu: Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Jawa Barat,
NTT, Sumatera Selatan, Lampung, Maluku Utara, Bali, Banten, Kep. Riau, DKI Jakarta, dan DIY, hanya
terdapat 80 (Delapan puluh) USP Konvensional maupun Syariah, yang dapat dinilai kesehatannya,
sisanya sebanyak 121 koperasi tidak dapat dinilai kesehatannya karena alasan belum melengkapi
dokumen, belum RAT, alamat koperasi yang tidak ditemukan dan koperasi yang tidak menjalankan
usaha sesuai dengan prinsip koperasi.
D. Penanganan sebanyak 57 (lima puluh tujuh) koperasi bermasalah, masukan dari 10 Provinsi, yaitu:
DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera
Utara, Riau, Sulawesi Selatan yang masih terus berjalan penanganannya hingga tahun berikutnya.
107

Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga dan Ketua KPPU Syarkawi Rauf menandatangani nota kesepahaman dalam melaksanakan
pengawasan kemitraan di sektor koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah, (23/8/16)
108

Kementerian Koperasi dan UKM bersama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menandatangani nota
kesepahaman dalam melaksanakan pengawasan kemitraan di sektor koperasi serta usaha mikro, kecil, dan menengah.
Jakarta, 23 Agustus 2016
109
110

lEMBAGA PENGELOLA
DANA BERGULIR KUMKM
111

Standarisasi Pelayanan Kepada Calon Mitra/Mitra


LPDB-KUMKM berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja dan kualitas layanan pinjaman/pembiayaan lebih
optimal kepada para mitranya ke depan, khususnya Koperasi dan UKM. Pada tanggal 30 November 2011 lalu
LPDB-KUMKM telah memperoleh predikat ISO 9001:2008 dari TuV Nord Certification untuk bidang pelayanan
penyaluran pinjaman/pembiayaan dana bergulir. Dimana pada setiap tahunnya dilakukan audit terhadap
implementasi ISO 9001:2008 di lingkungan LPDB-KUMKM.

Hasil audit (audit report) dari TuV Nord Certification menunjukkan bahwa implementasi ISO 9001:2008 di
lingkungan LPDB-KUMKM pada tahun 2016 telah dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya, sertifikasi ISO
9001:2008 dapat terus dimiliki LPDB-KUMKM sampai dengan akhir Desember 2017. Budaya pelayanan mutu
melalui ISO 9001: 2008 diharapkan dapat terus dipertahankan dengan sasaran mutu yang terus diupayakan
dan dipertahankan LPDB-KUMKM, antara lain “Clean” yakni mencapai tataran pengelolaan dana bergulir secara
professional yang ditandai dengan hasil audit wajar tanpa pengecualian (WTP), “Confidence” yakni proses
pemberian pinjaman/pembiayaan maksimal 15 hari kerja (apabila data sudah lengkap dan benar), “Capability”
yakni tingkat penyerapan penyaluran pinjaman/pembiayaan, dan yang terakhir “Customer Focus” yakni tingkat
kepuasan pelanggan. Dalam hal meningkatkan kualitas pelayanan prima, maka LPDB-KUMKM akan melakukan
migrasi dari ISO 9001:2008 menjadi ISO 9001:2015.

Ranah hukum memang bukan bagian utama dari tugas dan fungsi Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) dimana LPDB-KUMKM ini didirikan untuk membantu kalangan
Koperasi dan UMKM yang sulit mengaskes sumber pembiayaan, tetapi dalam praktiknya risiko pinjaman
bermasalah alias kredit macet ternyata tidak terhidarkan. Terlebih masih ada asumsi miring di tengah pelaku
UMKM bahwa dana bergulir adalah uang pemerintah yang berkonotasi hibah.

Tak ingin berlarut-larut dan berdebat kusir dengan para debitor bandel, LPDB-KUMKM mengambil langkah
strategis menjalin kerja sama dengan sejumlah instansi pemerintah terutama di bidang penyelesaian piutang
macet dan proses peradilan
dan agar tak berlarut-larut dalam menangani piutang bermasalah para mitra usaha, LPDB-KUMKM tandatangani
nota kesepahaman dengan Kejaksaan Agung di bidang penanggulangan pinjaman bermasalah hingga tingkat
pengadilan.
112

Penandatangan Nota Kesepahaman antara LPDB-KUMKM dengan Kejaksaan Agung. Jakarta, 29 Juni 2016
113
114

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga menyaksikan MoU antara Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB), Perum
Jamkrindo, dan Koperasi MSP. MoU diteken oleh Direktur Utama LPDB Kemas Daniel, Direktur Bisnis Jamkrindo Bekti
Prasetyo, dan Ketua Koperasi MSP Edward Naibaho pada pembukaan MSP Expo 2016 - Jakarta 2 Desember 2016
115
116

LEMBAGA LAYANAN PEMASARAN KUKM


117

Kebijakan di bidang Koperasi dan UMKM sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015
tentang RPJMN Tahun 2015–2019 yaitu meningkatkan daya saing UMKM dan Koperasi sehingga mampu tumbuh
menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar (“naik kelas”) dalam rangka mendukung
kemandirian perekonomian nasional, sehubungan dengan hal tersebut, Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi
dan Usaha Kecil dan Menengah (LLP-KUKM) sebagai Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Koperasi
dan UKM yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam pelayanan promosi dan pemasaran Koperasi dan UMKM
di dalam dan luar negeri, diamanatkan sebagai Trading House bagi produk UMKM dan koperasi secara nasional
dalam rangka peningkatan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran.
Tahun 2016 LLP-KUKM telah melaksanakan 2 (dua) kegiatan strategis yaitu Fasilitasi Promosi dan Pemasaran
Produk KUKM dan Pengembangan Pemasaran Terpadu KUKM (Trading House).

a. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Koperasi dan UMKM, bertujuan untuk melakukan promosi dan
pemasaran secara intensif produk-produk Koperasi dan UMKM mitra kepada seluruh lapisan masyarakat dan
stakeholders. Kegiatan ini dilakukan melalui serangkaian event-event yang dikemas secara menarik yang
menghadirkan berbagai kegiatan dan produk-produk Koperasi dan UMKM mitra unggulan. Salah satu media
promosi yang efektif adalah melalui pelaksanaan event promosi yang berada di lingkungan SME Tower.
Pelaksanaan event promosi dilakukan juga untuk lebih mengenalkan Smesco Indonesia kepada seluruh lapisan
masyarakat, mulai dari generasi muda (youth), kaum perempuan (women), dan para pengguna internet (netizen).
Fasilitasi Promosi dan Pemasaran Produk Koperasi dan UMKM dilakukan melalui beberapa kegiatan sebagai
berikut:
1. Promosi produk Koperasi dan UMKM melalui display produk dan paviliun Provinsi di Galeri Indonesia WOW;
2. Pameran dalam negeri dengan tujuan mempromosikan produk unggulan yang berdaya saing kepada
masyarakat atau konsumen potensial guna meningkatkan volume dan nilai penjualan, memperluas jaringan
pemasaran produk unggulan Koperasi dan UMKM, mendorong peningkatan mutu produk daerah sesuai dengan
permintaan pasar dan meningkatkan daya saing produk dalam menghadapi pasar global serta menjaring
buyer potensial;
3. Layanan bisnis E-Commerce dengan tujuan untuk mengembangkan pasar produk Koperasi dan UMKM melalui
e-commerce, memperluas jaringan online pemasaran produk unggulan Koperasi dan UMKM, menyediakan
layanan e-commerce produk Koperasi dan UMKM unggulan, meningkatkan penjualan bagi Koperasi dan
UMKM secara online, memperkenalkan produk baru yang berdaya saing dan meningkatkan branding produk
Koperasi dan UMKM melalui Search Engine Optimization (SEO) sehingga hasil yang diharapkan adalah
meningkatkannya akses pasar dan jaringan bisnis Koperasi dan UMKM secara online melalui pengembangan
market place e-commerce (smescotrade.com) dan system inventory online bisnis ritel.
118

b. Pengembangan Pemasaran Terpadu KUKM (Trading House)


Dalam rangka penjabaran dari arah kebijakan RPJMN 2015–2019 bidang KUKM maka dilakukan peningkatan fungsi
LLP-KUKM sebagai Trading House bagi produk Koperasi dan UMKM secara nasional. Trading House ini bertujuan
untuk membuka akses pasar produk Koperasi dan UMKM melalui sistem pemasaran terpadu mulai dari standarisasi
produk KUKM, advokasi pemasaran, pendampingan, hingga layanan fasilitasi purna jual produk ekspor. Indikator
kegiatan untuk mendukung Trading House antara lain: sistem informasi pasar dalam dan luar negeri untuk
menjalankan fungsinya sebagai tempat memasarkan produk KUKM dengan tujuan terwujudnya sistem informasi
pasar terutama untuk produk Koperasi dan UMKM, terwujudnya pengelolaan Informasi database informasi pasar
untuk menghindari kesalahpahaman terutama mengenai informasi pasar produk UMKM antara LLP-KUKM dan
pembeli, terwujudnya wadah integrasi informasi antara LLP-KUKM , pemerintah daerah maupun produsen (pemilik
barang), terwujudnya dukungan data dan informasi yang cepat bagi keperluan monitoring dan koordinasi terhadap
suatu produk, meningkatkan daya saing produk Koperasi dan UMKM dan mengembangkan jaringan bisnis Koperasi
dan UMKM.

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan di tahun 2016 antara lain:


a. Temu Mitra KUKM Mitra Potensial Ekspor di Jakarta dilaksanakan di Creative Stage Lt. 2 Galeri Indonesia WOW
pada tanggal 21 Agustus 2016 dengan tema “Akses Pasar, Branding, dan Estetika Produk”. Kegiatan tersebut
diikuti ± 100 KUKM Mitra dengan kategori produk handycraft, makanan dan minuman, tas serta aksesoris.
Tindak lanjut kegiatan ini yaitu penawaran kerjasama pemasaran dengan mitra dagang dari Invest Selangor,
Malaysia.
b. Temu Mitra KUKM dengan calon investor yang dikoordinir oleh Sankalp Forum (Intellecap) dilaksanakan di
Creative Stage Lt. 2 Galeri Indonesia WOW pada tanggal 24 Agustus 2016 dengan tema “Speed Networking”.
Kegiatan tersebut diikuti ± 200 KUKM Mitra dengan berbagai kategori produk dimana tindak lanjut kegiatan
ini yaitu terseleksi 40 KUKM Mitra yang mengikuti Speed Dating dan berkesempatan untuk mendapatkan
modal kerja dari Investor serta terjalin kerjasama dengan Intellacap Advisory Services, India dengan
perwakilan Intellecap Indonesia sebagai koordinator calon Investor bagi start-up business di Indonesia.
c. Temu Mitra KUKM Potensial Ekspor di Jawa Barat dilaksanakan tanggal 18 Februari 2016 bertempat di Hotel
Gumilang Regency Bandung, Jawa Barat dengan tujuan pelaksanaan kegiatan ini untuk menggali potensi
ekspor produk KUKM yang ada di daerah Jawa Barat menuju pasar global, memberikan wawasan kepada KUKM
tentang trend produk fesyen yang disampaikan oleh Bapak Deden Siswanto, memberikan wawasan akses pasar
pemasaran untuk KUKM, memberikan wawasan dari KUKM yang sudah melakukan ekspor kepada KUKM yang
belum melakukan ekspor dan memberikan akses pemasaran online dari Bukalapak.com.
d. Temu Mitra di Sulawesi Tenggara dengan tema “Perluasan Akses Pasar Produk Unggulan KUKM” tanggal 3
Juni 2016 di Swissbell Hotel Kendari, Sulawesi Tenggara dengan kategori produk fesyen, handycraft, makanan
minuman, dan aksesories. Tindak lanjut kegiatan ini adalah memverifikasi data dengan menindaklanjuti para
UKM peserta temu mitra agar secepatnya bisa mendisplay produknya di LLP–KUKM.
e. Temu Mitra di Sumatera Utara dengan tema “Trend produk, Akses pasar, dan Online Marketing” pelaksanaan
5 Oktober 2016 bertempat di Grand Kanaya Hotel Medan, Sumatera Utara. Tujuan temu mitra antara
lain memperluas akses pemasaran produk KUKM, mempererat hubungan dengan UKM dan Stakeholder
lain, memberikan wawasan kepada KUKM tentang trend produk fesyen yang disampaikan oleh Bapak Samuel
Wattimena dan memberikan akses pemasaran online dari Blibli.com
119

f. Pengembangan layanan E-Commerce (Digital Marketing dan Market Place E-Commerce) dengan tujuan
terwujudnya website marketplace terutama untuk Produk UKM, meningkatkan fungsi-fungsi pasar seperti
menghubungkan antara pembeli dan UKM, memfasilitasi transaksi dan menyediakan infrastruktur marketplace
bagi UKM, meningkatkan daya saing produk UKM melalui situs belanja online, mengembangkan jaringan
bisnis UKM melalui situs belanja online.
g. Berpartisipasi dalam Indonesia Fashion Week 2016 tanggal 10 s.d. 13 Maret 2016 di Jakarta Convention
Centre memfasilitasi 28 (dua puluh delapan) UKM mitra LLP-KUKM dengan kategori produk unggulan seperti
tas, sepatu, fashion, aksesoris dan kain batik.
h. INACRAFT 2016 tanggal 20 s.d. 24 April 2016 di Jakarta Convention Centre dimana LLP-KUKM memfasilitasi
15 KUKM mitra. Produk yang dipamerkan adalah handicraft, fashion, asesoris, tas, sepatu dan perhiasan
yang semuanya ada di Galeri Indonesia WOW di SME Tower. Produk tersebut dikurasi oleh dewan kurator
Galeri Indonesia WOW, salah satunya adalah desainer ternama Samuel Watimena.

Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga


bersama Anggota Watimpres Sri Adiningsih
meninjau stand pameran produk UKM
berbasis industri kreatif di Gedung SME
Tower seusai membuka Marketeers
Creativity Day pada Minggu 24 Januari 2016
120

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga mencoba alat pengolah kopi pada acara pembukaan
Rembug Kopi Nusantara`, di gedung Smesco Indonesia, Jakarta,13 Oktober 2016.
121

Presiden RI ke-5 Megawati Soekarno Puteri didampingi Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga
pada saat meninjau pameran produk unggulan UKM Indonesia, MSP EXPO 2016 di Gedung Smesco Jakarta 2 Desember 2016
122

SEKRETARIAT KEMENTERIAN
123

1. Rapat Regional
Rapat Regional Bidang Pembangunan Koperasi dan UMKM pada tahun 2016 dilaksanakan di Bali tanggal 2 Juni
2016 dengan peserta dari Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.
Tujuannya untuk sinkronisasi program/kegiatan dan optimalisasi anggaran pembangunan Koperasi dan UMKM
secara efektif dan efisien. Pokok-pokok hasil rapat regional tersebut antara lain:
a. Anggaran Pusat dan Dekonsentrasi TA.2016 mengalami optimalisasi yang mana melalui surat Menteri
Koperasi dan UKM diusulkan besaran penghematan/pemotongan salah satunya bersumber dari anggaran
dekonsentrasi pada Dinas yang membidangi Koperasi dan UMKM Provinsi (SKPD);
b. Anggaran Kementerian Koperasi dan UKM akan dioptimalkan pada program/kegiatan; pembangunan Koperasi
dan UMKM di daerah berdasarkan usulan serta mengacu pada agenda prioritas dan program/kegiatan prioritas
nasional;
c. Telah disosialisasikan kepada daerah bahwa saat ini penganggaran berbasis pada program prioritas bukan
berdasarkan struktur organisasi (money follow program);
d. Penyederhanaan nomenklatur program dan kegiatan dalam rangka mempermudah kontrol dan
pengawasan penggunaan anggaran, serta mempermudah sinergi antar pusat dan daerah dalam melaksanakan
program prioritas pembangunan tersebut;
e. Adanya Penyempurnaan matrik usulan dari masing-masing daerah terutama terkait agenda program prioritas
dan prioritas nasional tahun anggaran 2017 bidang pembangunan Koperasi dan UMKM;
f. Usulan dari masing-masing daerah yang belum tertampung dalam usulan sebelumnya yaitu
kegiatan prioritas K/L dan prioritas lainnya, sehingga akan menjadi pertimbangan Kementerian Koperasi dan
UKM dalam pengalokasian kegiatan dan anggaran tahun 2017;
g. Matrik Sinkronisasi Program/Kegiatan yang telah dihasilkan dari Rapat Koordinasi Regional ini akan
dikonsolidasikan dan menjadi bahan acuan pemantapan program/kegiatan tahun anggaran 2017 selanjutnya
akan menjadi bahan yang akan dikoordinasikan dengan Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian
Keuangan.
124
125

Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga didampingi Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, Agus Muharram serta Kepada Dinas Koperasi
dan UKM Provinsi Bali I Dewa Nyoman Patra pada saat membuka Rapat Regional Bidang Koperasi dan UMKM Tahun 2016 Wilayah III. di
Denpasar Bali, Kamis (2/6/16)
126

2. Temu Koordinasi Monitoring dan Evaluasi


Temu Koordinasi Monitoring dan Evaluasi Bidang Koperasi dan UMKM Tahun 2016 telah di selenggarakan
di 3 (tiga) provinsi yaitu Sumatera Selatan (tanggal 22-24 Maret 2016), Sulawesi Utara (tanggal 13-15
April 2016) dan Kalimantan Barat (tanggal, 26-28 Mei 2016) dengan total peserta sebanyak 225 orang yang
melibatkan unsur Pembina KUKM Pusat dan Daerah, Pelaku KUKM mitra program/kegiatan dan Pihak lain yang
terkait. Tujuannya adalah untuk: a) mendiseminasikan tentang kebijakan dan pemahaman yang terkait dengan
monitoring dan evaluasi; b) meningkatkan sinergi peran Pemerintah (Pusat dan Daerah) serta pelaku KUKM
dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi program/kegiatan pemberdayaan KUKM di daerah; c) mendapatkan
informasi dan masukan mengenai perkembangan, kendala dan alternatif upaya terkait pelaksanaan program/
kegiatan pemberdayaan KUKM di daerah. Hasil dari Temu Koordinasi Monitoring dan Evaluasi adalah: 1) Adanya
kesepahaman bahwa monitoring dan evaluasi tidak bisa dipisahkan dari perencanaan, serta saling terkait
satu sama lainnya; 2) Satuan Kerja (satker) SKPD diminta untuk berperan lebih aktif dalam memonitoring dan
evaluasi program/kegiatan yang telah disalurkan ke Koperasi dan UKM; 3) Penerima bantuan diminta melaporkan
bantuan yang diterima dengan berkoordinasi dengan Dinas KUMKM terkait; 4) Diharapkan adanya sinergitas
program/kegiatan antara Satker Pusat dan Satker Daerah.

3. Rapat Koordinasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI)


Tahun 2016 telah dilaksanakan rapat koordinasi SAI sebanyak 2 (dua) kali, yang pertama pada tanggal 27-29
Januari 2015 di Batam dan yang kedua pada tanggal 21-23 Juli 2016 di Jakarta dengan total peserta 110 orang.
Tujuan kegiatan ini adalah menyamakan data dengan rekonsiliasi data yang ada di aplikasi Sistem Akuntansi
Instansi Berbasis Akrual (SAIBA) dan Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Keuangan (SIMAK) Badan Milik
Negara (BMN) baik dalam bentuk hardcopy maupun aplikasi antara Satuan Kerja (satker) SKPD (Dekonsentrasi,
Tugas Pembantuan, Badan Layanan Umum, Unit Eselon I Kementerian Koperasi dan UKM) dengan Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)Kementerian Koperasi dan UKM.

Hasil dalam rapat koordinasi SAI adalah adanya kesepakatan angka yang tertuang di Berita Acara Rekonsiliasi
yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE) yang telah di tandatangani satker terkait dengan UAKPA dan selanjutnya angka tersebut yang
akan dipakai untuk E-rekon (online) dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) dan di tuangkan ke
dalam laporan keuangan serta disampaikam kepada Sekretariat Kementerian Koperasi dan UKM cq Biro Keuangan.

4. Pengarusutamaan Gender (PUG) Bidang KUMKM


Dalam rangka melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG)
dalam Pembangunan Nasional, Kementerian Koperasi dan UKM terus berupaya untuk mengimplementasikan
kebijakan program/kegiatan yang terkait dengan PUG Bidang Koperasi dan UMKM. Upaya nyata untuk
melaksanakan PUG di Bidang Koperasi dan UMKM pada Tahun 2016 diwujudkan melalui:
a. Penguatan kelembagaan PUG yang telah dilakukan antara lain: d
- Pembentukan dan updating Tim/Focal Point PUG Kementerian Koperasi dan UKM yang melibatkan seluruh
Satuan Kerja dan BLU Kementerian Koperasi dan UKM;
127

- Bimbingan teknis penyusunan Perencanaan dan Penganggaran yang Responsif Gender (PPRG), dilaksanakan
di Jakarta pada tanggal, 24 Oktober 2016 dan diikuti oleh 50 orang peserta, dengan tujuan
untukmeningkatkan pemahaman dan keterampilan yang komprehensif tentang konsep, prinsip dan analisis
gender dan meningkatkan kapasitas dan pemahaman SDM terkait penyusunan PPRG di lingkungan
Kementerian Koperasin dan UKM;
- Seminar Sosialisasi Perlindungan Perempuan dan Anak, dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 9 Desember
2016 diikuti oleh 100 orang peserta, bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang
perlindungan terhadap perempuan dan anak;
- Penyusunan Data Terpilah pada Kementerian Koperasi dan UKM;
- Koordinasi dan sinergi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA)
serta Kementerian/Lembaga terkait pelaksanaan program/kegiatan pembangunan yang responsif gender;
- Monitoring dan evaluasi pelaksanaan PUG bidang KUMKM;
- Partisipasi aktif dalam Pertemuan/Workshop/Seminar/Forum Internasional terkait PUG.

b. Implementasi Program/Kegiatan Pengembangan KUMKM yang responsif gender, telah dilakukan melalui
berbagai kegiatan yang melibatkan pelaku KUKM Perempuan dan Difabel, seperti: pelatihan kewirausahaan
bagi para Difabel, fasilitasi pemberian Hak Cipta bagi pelaku UKM, fasilitasi Ijin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK),
fasilitasi promosi dan pemasaran melalui kegiatan pameran bagi pelaku UKM, fasilitasi peningkatan kapasitas
KUMKM melalui pelatihan dan pendampingan (teknis, manajerial, dan kewirausahaan), dan lain-lain.

c. Penyediaan sarana dan fasilitas yang responsif gender, melalui: akses bagi para difabel, area parkir bagi
perempuan dan difabel, Tempat Penitipan Anak (TPA), Ruang Laktasi, Poliklinik bagi Pegawai, area kerja yang
nyaman dan sehat (bebas asap rokok), sarana beribadah dan lain-lain.

Capaian pelaksanaan PUG bidang KUMKM dalam kurun waktu 2 tahun terakhir telah mengantarkan Kementerian
Koperasi dan UKM sebagai salah satu dari 12 Kementerian/Lembaga yang menerima penghargaan Anugerah
Parahita Ekapraya (APE) dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak sesuai Keputusan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 97 Tahun 2016, tanggal 6 Desember 2016
tentang Penetapan Penerimaan Tahun 2016.

Kementerian Koperasi dan UKM menerima Penghargaan Anugerah


Parahita Ekapraya (APE) dari Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP-PA)
128

5. Reformasi Birokrasi
Pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian/Lembaga (K/L) merupakan amanat dari Peraturan Presiden Nomor
81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-
2019. Pelaksanaan program reformasi birokrasi dilaksanakan secara berkelanjutan terutama kegiatan-kegiatan
yang sedang dalam proses upaya perbaikan/peningkatan kualitas reformasi birokrasi khususnya komitmen
mengawal rekomendasi hasil evaluasi dari Tim Evaluasi Kementerian PAN dan RB.

Program dan kegiatan reformasi birokrasi Kementerian Koperasi dan UKM telah melibatkan seluruh unit kerja,
baik pimpinan maupun staf dan diharapkan akan mampu mendorong perubahan ke arah peningkatan kinerja
yang lebih baik serta mampu memberikan pelayanan internal dan eksternal yang lebih baik. Oleh karena itu,
seluruh aparatur Kementerian Koperasi dan UKM berkomitmen untuk terus melakukan upaya-upaya perubahan
dan perbaikan untuk membentuk birokrasi yang bersih, efisien, efektif dan produktif, transparan, melayani, dan
birokrasi yang akuntabel.
129

Menteri Koperasi dan UKM menerima hasil Laporan Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Tahun 2015
Bidang Perekonomian dan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta 14. Juli 2016.
130

KERJASAMA INTERNASIONAL
131

A. Peran Aktif Dalam Forum The 61Th International Council for Small Business (ICSB) World Conference 2006
Forum tersebut merupakan konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh ICSB (atau disebut dengan Dewan
Internasional untuk usaha kecil yang didirikan pada tahun 1955), dan tahun 2016 ini telah diselenggarakan
pada 14-17 Juni 2016, di United Nation HQ, New York, Amerika Serikat. Tujuannya adalah untuk pengembangan
bisnis UKM serta pengembangan kewirausahaan dan inovasi. Tema yang dibahas dalam konferensi tersebut
adalah the role of enterpreneurship innovation in advancing the sustainable development goals of a society.

Dalam forum tersebut, Menteri Koperasi dan UKM memaparkan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam
mengembangkan UKM dan kewirausahaan di Indonesia. Selain itu, Menteri Koperasi dan UKM juga menerima
Special Award for Human Enterpreneurship President of ICSB (Prof. Ki-Chan Kim), karena dinilai memiliki
komitmen kuat dan keberhasilannya dalam memajukan program pengembangan kewirausahaan bagi UKM yang
telah memberikan manfaat bagi masyarakat secara luas.

Menteri Koperasi dan UKM Puspyoga mendapat penghargaan ICSB Presidential Award karena dinilai
berhasil mengembangkan human enterprenership di Indonesa. Penghargaan diserahkan oleh Prof. Ki-Chan
Kim, President of ICSB. New York, Amerika Serikat, 16 Juni 2016
132

B. Partisipasi dalam Forum APEC


Merupakan kerja sama ekonomi untuk mendukung pengembangan UKM di kawasan Asia Pasifik dimanapartisipasi
aktif kementerian Koperasi dan UKM tahun 2016, antara lain:
1). APEC Small Medium Enterprises Working Group (SMEWG) dan APEC Small Medium Enterprises Ministerial
Meeting (SMEMM). Pertemuan ini diikuti oleh perwakilan pemerintah yang membina UKM dan workshop/seminar
untuk UKM. Tahun 2016, pertemuan APEC SMEWG ke-42 berlangsung di Ho Chi Minh, Vietnam pada 27-28 April
2016 dengan hasil sebagai berikut:
a) Peran Kementerian Koperasi dan UKM selaku leading vocal point Indonesia dalam isu UMKM perlu didukung
dengan koordinasi lintas K/L. Indonesia juga menyampaikan pengalamannya mengenai kemudahan berusaha
bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) yaitu pemberian ijin usaha yang sederhana, mudah dan gratis yang telah
diimplementasikan dalam bentuk kebijakan dan program IUMK (Izin Usaha Mikro dan Kecil).
b) Indonesia menyampaikan usulan inisiasi kegiatan baru dalam bidang UKM, yaitu Promoting SME–Based
Cultural and Creative Industries (CCI) as Engine of Growth in Asia Pacific Region. Gagasan tersebut bertujuan
untuk mengangkat dan melestarikan warisan budaya melalui industri kreatif yang akan menjadi daya saing
bagi UKM khususnya bagi anggota ekonomi APEC seperti Indonesia dan para negara ASEAN-APEC dalam
menghadapi keterbukaan APEC yang akan berlaku secara penuh pada tahun 2020. Inisiasi tersebut mendapat
tanggapan positif dari para peserta khususnya Jepang, Papua New Guinea dan Malaysia.

2). APEC SMEWG ke-42 pada 9 September 2016 di Lima, Peru. Beberapa hal yang dapat diinformasikan sebagai
berikut:
a) UKM dikawasan APEC sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi ekonomi global khususnya melalui
digital ekonomi dengan menggunakan sarana komputer maupun smartphone sehingga UKM di Indonesia
harus dapat meningkatkan kapasitasnya untuk memanfaatkan teknologi informasi agar dapat bersaing
dipasar global.
b) Teknologi informasi telah mengubah budaya masyarakat yang tadinya masih bersifat tradisional dalam
pemasaran maupun pembayaran menjadi digital dengan pemasaran dan transaksi online, untuk itu
diperlukan adanya atau dukungan kebijakan oleh pemerintah, dalam mendukung sistem pembayaran online
keamanannya terjamin.
c) Dalam mendukung teknologi informasi tersebut diperlukan infrastruktur yang memadai seperti jaringan
akses internet yang merata hingga tingkat kecamatan dan biaya akses yang tidak terlalu tinggi sehingga
dapat dijangkau oleh UKM.
d) UKM inovatif di Indonesia harus terus dikembangkan, untuk itu diperlukan sinergi yang efektif antar lintas
K/L khususnya yang membidangi UKM baik itu dalam peningkatan kapasitas UKM, penciptaan iklim usaha
yang kondusif, dan pemasaran.
e) Dukungan Indonesia terhadap usulan Canada mengenai Sub Dana bagi UMKM. Canada bermaksud
memberikan dana hibah untuk pendanaan proyek UMKM dengan sasaran UMKM pada Ekonomi APEC dengan
tingkat pendapatan rendah atau m`enengah ke bawah, dengan penekanan proyek mengenai UMKM
yang dipimpin oleh wanita, jangkauan kemitraan yang luas, tindakan fasilitatif untuk UMKM yang
ramah lingkungan terkait dengan perdagangan internasional.
f) Dalam rangka menjaga kontinuitas usulan proyek yang diajukan, kiranya Kementerian Koperasi dan UKM
133

dapat berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian dan Kementerian Luar Negeri untuk berkomunikasi
dengan Sekretariat APEC dan mengontak secara khusus ekonomi yang memberikan dukungan dan
sponsorship, sehingga proyek yang diusulkan dapat direalisasikan sesuai dengan tahapan dan mekanisme
pengajuan.
g) Tahun 2017 direncanakan APEC SMEWG ke-44 akan dilaksanakan di Australia, APEC SMEWG ke-45 sedangkan
APEC SMEMM ke-24 dilaksanakan di Vietnam.

C. Kerja Sama Kementerian Koperasi Dan UKM Dengan The Small and Medium Business Administration (SMBA)
Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementerian Koperasi dan UKM dan SMBA
mengenai Kerja Sama Teknik di Bidang Koperasi dan UKM dilakukan pada 16 Juni 2016, dalam rangkaian kegiatan
Forum the 61st International Council for Small Business (ICSB) Worlds Conference 2016 di United Nation HQ New
York, Amerika Serikat. MoU ini juga sekaligus merupakan pembaharuan dari MoU yang telah ditandatangani pada
tahun 2011 oleh Menteri Koperasi dan UKM dan Administrator SMBA mengenai kerja sama tersebut.

Kerja sama Kementerian Koperasi dan UKM dengan SMBA telah ditindaklanjuti melalui kegiatan event, antara
lain: pengembangan Green Business Centre (GBC), National Launch of the 4th Asian SME Conference 2016 & Joint
Action Indonesia-Korea on SMEs Development, pertukaran informasi mengenai kebijakan/program pengembangan
UKM, promosi produk unggulan KUKM, dan lain-lain.

Menteri Koperasi dan UKM, Puspyoga juga


menandatangani MoU dengan Menteri UKM
Korea Joo Young-Sup tentang Kerjasama Teknik
di Bidang Pengembangan Koperasi dan UKM.
New York, Amerika Serikat, 16 Juni 2016
134

Menteri Koperasi dan UKM, Puspayoga pada saat Press Conference National Launch of The 4th Asian SME
Conference 2016 & Joint Action Indonesia - Korea on SME Development. Jakarta 14 Juli 2016
135

D. Kerjasama Pengembangan Green Business Centre (GBC)


Pengembangan GBC merupakan tindak lanjut dari hasil ASEM Forum 2010 melalui A Joint Statement of The
Participants of ASEM Forum 2010 yang telah ditandatangani pada tanggal 07 Mei 2010 di Korea. Dasar
pelaksanaan adalah Implementing Arrangement (IA) antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Republik Indonesia dengan The Small and Medium Business Administration of The Republic of Korea mengenai
Kerja sama Pengembangan Industri Hijau Bagi Usaha Kecil dan Menengah yang telah ditandatangani pada
tanggal 7 Mei 2010 di Seoul, Republik Korea, dan terus diperbaharui setiap 3 (tiga) tahun.

Capaian kerja sama tersebut antara lain: 1) penyedia ruangan sebagai inkubator bagi UKM Indonesia dan Korea,
yang bertempat di gedung SMESCO; 2) pengelolaan oleh pemerintah Korea melalui ASEM SMEs Eco-Innovation
Centre (ASEIC) dimana saat ini jumlah tenant yang ada sebanyak 3 UKM Indonesia dan 6 UKM Korea; 3) sebagai
upaya peningkatan kerja sama antar pelaku KUKM, seperti penyelenggaraan pada tanggal 6 Desember 2016 1st
Indonesia-Korea SMEs Green Business Forum.

E. Kerjasama dengan Small and Medium Business Corporation (SBC)


Dasar kerja sama Kementerian Koperasi dan UKM dengan Small and Medium Business Corporation (SBC) adalah
dengan ditandatanganinya Memorandum of Understanding antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan SBC
mengenai Penguatan Kerjasama dan Pertukaran Informasi di Bidang Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

Sebagai implementasi dari MoU tersebut pada tahun 2016 ini SBC memberikan bantuan mesin-mesin kopi
kepada Koperasi terpilih, dan telah dilakukan survey di Provinsi Jawa Barat yaitu Koperasi Mitra Malabar dan di
Provinsi Bali yaitu Koperasi MPGI Kopi Kintamani dimana hasil survey menunjukan bahwa Koperasi Mitra Malabar
memerlukan penguatan kelembagaan Koperasi sehingga belum dapat diberikan bantuan. Sedangkan Koperasi
MPGI Kopi Kintamani sudah diberikan bantuan mesin kopi.

F. Kerjasama Kementerian Koperasi dan UKM dengan Programma Uitzending Managers (PUM) Belanda
Kerjasama ini diinisiasi ketika Menteri Koperasi dan UKM dalam lawatannya ke Belanda melakukan pertemuan
dengan Johan Van Den Gronden CEO Programma Uitzending Managers (PUM) yaitu sebuah perusahaan konsultasi
yang memberikan bantuan pendampingan kepada UKM secara sukarela di Den Haag, Belanda pada tanggal 2-4
September 2016.

Kementerian Koperasi dan UKM sangat mengapresiasi dukungan PUM terhadap peningkatan daya saing produk
UKM Indonesia dalam aspek desain, kualitas dan standar di pasar Belanda dan negara Eropa lainnya. PUM telah
dikenal di banyak negara karena membantu UKM dengan sukarela untuk meningkatkan daya saing produknya. CEO
PUM Johan Van Den Gronden juga menyambut baik ajakan Kementerian Koperasi dan UKM untuk mengaktifkan
kembali peran PUM meningkatkan daya saing UKM Indonesia dengan ditindaklanjuti penandatangan kerjasama
atau MoU pada saat kunjungan Perdana Menteri Belanda ke Indonesia bulan November 2016.

Diharapkan semakin meningkatnya kualitas produk UKM Indonesia dapat memperkuat daya saing produk
Indonesia tidak hanya di Belanda tetapi juga pasar negara-negara Eropa lainnya. Eropa menerapkan standar
yang tinggi dan ketat terhadap kualitas produk yang masuk ke kawasan negara itu. Deputi Bidang Produksi dan
Pemasaran I Wayan Dipta juga menjelaskan kerjasama dengan PUM sebelumnya telah terlaksana di Sumatera,
Jawa, Bali. Kerjasama dalam bentuk pelatihan, vocational, workshop dan pendampingan terhadap pelaku UKM.
Sebelumnya, Menteri juga melakukan pertemuan dengan Diaspora Indonesia di Belanda. Dari pertemuan itu
dibicarakan tentang pengembangan wirausaha sosial, pengunaan ICT dan e-commerce untuk UKM, pengembangan
produk unggulan Indonesia untuk pasar Eropa dan Belanda. Selain itu dibicarakan juga pengembangan UKM
untuk kawasan timur seperti NTT dan Maluku.
136
137

Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga membuka Pasar Raya Indonesia yang diselenggarakan oleh KBRI di Belanda dan di dukung oleh
Diaspora Belanda di Wassenaar, Den Haag Belanda, 4 September 2016
138
139

Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga menyampaikan pidato di Markas PBB sebelum menerima Award dihadapan menteri
menteri UKM dari negara anggota International Council for Small Business (ICSB), di New York, Amerika Serikat, 16 Juni 2016
140

PENUTUP
PELAKSANAN PROGRAM
141

BAB 6
142

PENUTUP
Laporan Tahun 2016 Kementerian Koperasi dan UKM yang tertuang dalam buku “Membangun
Koperasi dan UMKM Mandiri, Kreatif dan Berdaya Saing Tinggi” ini, merupakan salah satu bentuk
pertanggung- jawaban Kementerian Koperasi dan UKM kepada masyarakat dan kepada Presiden RI.
Selain itu, buku ini juga juga menjadi media evaluasi terhadap upaya, langkah-langkah yang telah
ditempuh, dan berbagai pencapaian yang telah terwujud oleh Kementerian Koperasi dan UKM pada
periode 2016.

Diharapkan berbagai pencapaian dan manfaat yang telah dirasakan pelaku usaha Koperasi dan
UMKM atas implementasi sejumlah program pembangunan di Bidang Koperasi dan UMKM terus
meningkat. Selain itu, implementasi program terus menjangkau sasaran Koperasi dan UMKM secara
lebih luas sehingga menjadikan pelaku usaha semakin mandiri, berdaya saing, dan tangguh.

Kementerian Koperasi dan UKM menilai berbagai prestasi dan pencapaian tersebut tak
lepas dari dukungan, komitmen, dan kerja sama berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, kami
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

• Bapak Presiden Republik Indonesia.

• Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia.

• Pimpinan/Anggota DPR/MPR RI.

• Pimpinan/Anggota DPD RI.

• Para Menteri.

• Para Gubernur, Bupati, dan Walikota.

• Para Pejabat Eselon I di Kementerian Koperasi dan UKM.

• Para Kepala Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM Provinsi, Kabupaten dan Kota.

• Para Pimpinan Bank, BUMN, Asosiasi, dan Perguruan Tinggi.

• Pimpinan Redaksi/Wartawan media cetak dan elektronik.

• Humas Kementerian Koperasi dan UKM

• Serta pihak – pihak terkait yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi rakyat dan Bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai