Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan adakalanya terjadi


kesalahan dalam pencatatan transaksi keuangan atau perubahan kebijakan
akuntansi yang diterapkan oleh suatu entitas, serta adanya peristiwa luar biasa
yang secara signifikan akan berpengaruh pada kondisi kinerja keuangan suatu
entitas.
Suatu kesalahan yang terjadi dalam pencatatan akuntansi mengakibatkan
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menjadi bias. Oleh karena itu
perlu adanya mekanisme untuk membetulkan kesalahan tersebut.
Apabila ada perubahan kebijakan akuntansi dari periode sebelumnya maka
kemungkinan akan mempengaruhi posisi keuangan secara material. Pengaruh
yang material terhadap laporan keuangan tersebut harus diungkapkan dalam
laporan keuangan.
Disamping itu, kemungkinan terjadi peristiwa luar biasa yang
mempengaruhi kondisi kinerja keuangan suatu entitas secara signifikan. Dalam
rangka full disclosure maka dalam laporan keuangan harus diungkapkan
dampak peristiwa luarbiasa tersebut terhadap kondisi kinerja keuangan.

1.2.RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalahini
adalah:
1. Apa yang di maksud dengan koreksi kesalahan, perubahan kebijakan
akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak
dilanjutkan?

1
2. Bagaimana contoh dan teknis dalam melakukan koreksi kesalahan,
perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi
yang tidak dilanjutkan?

1.3.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui maksud dari koreksi kesalahan, perubahan kebijakan
akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi yang tidak
dilanjutkan?
2. Untuk mengetahui contoh dan teknis dalam melakukan koreksi kesalahan,
perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi
yang tidak dilanjutkan?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Koreksi Kesalahan

Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk menyediakan informasi


yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan
oleh entitas pelaporan. Untuk menjaga integritas data dan agar informasi
laporan keuangan tidak menyesatkan maka laporan keuangan harus bebas dari
kesalahan.
Laporan keuangan disusun pada pisah tanggal tertentu; terhadap laporan
keuangan pemerintah, mengikuti periode tahun anggaran yaitu meliputi masa
satu tahun mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Menurut
ketentuan UU Bidang Keuangan laporan keuangan pemerintah harus
disampaikan kepada DPR paling lambat 6 bulan setelah tutup tahun buku,
setelah dilakukan audit oleh BPK. Terdapat tahapan atau periode waktu dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan sampai dengan penyampaian
laporan keuangan ke DPR, yaitu:
1. Periode waktu sebelum laporan keuangan disusun dan disajikan, atau tahun
berjalan.
2. Periode waktu setelah laporan keuangan sudah diterbitkan tetapi belum
diaudit oleh BPK.
3. Periode waktu setelah laporan diaudit oleh BPK disampaikan ke
DPR/DPRD dan telah ditetapkan dengan UU atau Peraturan daerah.
Adapun kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan bisa terjadi pada
satu atau beberapa periode sebelumnya dan mungkin baru ditemukan pada
periode berjalan atau pada periode setelah Laporan Keuangan disahkan dan
telah diterbitkan Undang-undang dan/atau Peraturan Daerah. Kesalahan-
kesalahan tersebut kemungkinan disebabkan antara lain keterlambatan
penyampaian bukti transaksi keuangan oleh Pengguna Anggaran, kesalahan

3
perhitungan matematis, kesalahan pencatatan, kesalahan dalam interprestasi
fakta, kecurangan atau kelalaian dan kemungkinan kesalahan dalam penerapan
standar dan kebijakan akuntansi.
Dalam situasi tertentu suatu kesalahan mungkin mempunyai pengaruh
signifikan bagi satu atau lebih laporan keuangan periode sebelumnya sehingga
laporan-laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan. Agar informasi
laporan keuangan bebas dari unsur kesalahan, maka PSAP No 10 mengatur
perlakuan tentang koreksi kesalahan.
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau beberapa
periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan
mungkin timbul karena keterlambatan penyampaian bukti transaksi oleh
pengguna anggaran, kesalahan perhitungan aritmatik, kesalahan penerapan
standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau
kelalaian.
Dalam situasi tertentu, suatu kesalahan mempunyai pengaruh signifikan
bagi satu atau lebih la poran keuangan periode s ebelumnya sehingga laporan-
laporan keuangan tersebut tidak dapat diandalkan lagi.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang
berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan
menyesuaikan baik Saldo Anggaran Lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi yang
berpengaruh material pada pe riode berikutnya harus diungkapkan pada catatan
atas laporan keuangan.
Kesalahan ditinjau dari sifat kejadian dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis:
a. Kesalahan tidak berulang
Kesalahan yang diharapkan tidak akan terjadi kembali, dikelompokkan
dalam 2 (dua) jenis:
 Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode
berjalan, baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak,
dilakukan dengan pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam

4
periode berjalan, baik pada akun pendapatan-LRA atau akun belanja,
maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.
 Kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode sebelumnya.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut belum diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun yang bersangkutan, baik pada akun pendapatan-
LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.
1) Koreksi kesalahan atas pengeluaran belanja (sehingga
mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang tidak berulang
yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah posisi
kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan,
dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-lain–LRA.
Dalam hal mengakibatkan pengurangan kas dilakukan dengan
pembetulan pada akun Saldo Anggaran Lebih. Contoh koreksi
kesalahan belanja:
- Yang menambah saldo kas yaitu pengembalian belanja pegawai
tahun lalu karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi
dengan menambah saldo kas dan pendapatan lain-lain-LRA.
- Yang menambah saldo kas terkait belanja modal yang
menghasilkan aset, yaitu belanja modal yang di-mark-up dan
setelah dilakukan pemeriksaan kelebihan belanja tersebut harus
dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas dan
menambah akun pendapatan lain-lain-LRA.
- Yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi belanja
pegawai tahun lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan
mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih dan mengurangi saldo
kas.
- Yang mengurangi saldo kas terkait belanja modal yang
menghasilkan aset, yaitu belanja modal tahun lalu yang belum

5
dicatat, dikoreksi dengan mengurangi akun Saldo Anggaran
Lebih dan mengurangi saldo kas.
2) Koreksi kesalahan atas perolehan aset selain kas yang tidak berulang
yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan menambah
maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan keuangan periode
tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun
kas dan akun aset bersangkutan. Contoh koreksi kesalahan untuk
perolehan aset selain kas:
- Yang menambah saldo kas terkait perolehan aset selain kas
yaitu pengadaan aset tetap yang di- mark-up dan setelah
dilakukan pemeriksaan kelebihan nilai aset tersebut harus
dikembalikan, dikoreksi dengan menambah saldo kas dan
mengurangi akun terkait dalam pos aset tetap.
- Yang mengurangi saldo kas terkait perolehan aset selain kas
yaitu pengadaan aset tetap tahun lalu bel um dilaporkan,
dikoreksi dengan menambah akun terkait dalam pos aset tetap
dan mengurangi saldo kas.
3) Koreksi kesalahan atas beban yang tidak berulang, sehingga
mengakibatkan pengurangan beban, yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas dan tidak
mempengaruhi secara material posisi aset selain kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun pendapatan lain-lain-LO. Dalam hal
mengakibatk an penambahan beban dilakukan dengan pembetulan
pada akun ekuitas. Contoh koreksi kesalahan beban:
- Yang menambah saldo kas yaitu pengembalian beban pegawai
tahun lalu karena salah penghitungan jumlah gaji, dikoreksi
dengan menambah saldo kas dan menambah pendapatan lain-
lain-LO.

6
- Yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat transaksi beban
pegawai tahun lalu yang belum dilaporkan, dikoreksi dengan
mengurangi akun beban lain-lain-LO dan mengurangi saldo kas.
4) Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LRA yang tidak
berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih. Contoh
koreksi kesalahan pendapatan-LRA:
- Yang menambah saldo kas yaitu penyetoran bagian laba
perusahaan negara yang belum masuk ke kas Negara dikoreksi
dengan menambah akun kas dan menambah akun Saldo
Anggaran Lebih.
- Yang mengurangi saldo kas yaitu pengembalian pendapatan
dana alokasi umum karena kelebihan transfer oleh Pemerintah
Pusat, dikoreksi oleh:
i. Pemerintah yang menerima transfer dengan mengurangi akun
Saldo Anggaran Lebih dan mengur angi saldo kas.
ii. Pemerintah pusat dengan menambah akun saldo kas dan
menambah Saldo Anggaran Lebih.
5) Koreksi kesalahan atas penerimaan pendapatan-LO yang tidak
berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun ekuitas. Contoh koreksi
kesalahan pendapatan-LO:
- Yang menambah saldo kas yaitu penyetoran bagian laba
perusahaan negara yang belum masuk ke kas negara dikoreksi
dengan menambah akun kas dan menambah akun ekuitas.

7
- Yang mengurangi saldo kas yaitu pengembalian pendapatan
dana alokasi umum karena kelebihan transfer oleh Pemerintah
Pusat dikoreksi oleh:
i. Pemerintah yang menerima transfer dengan mengurangi
akun Ekuitas dan mengurangi saldo kas.
ii. Pemerintah pusat dengan menambah akun saldo kas dan
menambah Ekuitas.
6) Koreksi kesalahan atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya
dan menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun Saldo Anggaran Lebih. Contoh
koreksi kesalahan terkait penerimaan pembiayaan:
- Yang menambah saldo kas yaitu Pemerintah Pusat menerima
setoran kekurangan pembayaran cicilan pokok pi njaman tahun
lalu dari Pemda A, dikoreksi oleh Pemerintah pusat dengan
menambah saldo kas dan menambah akun Saldo Anggaran
Lebih.
- Yang mengurangi saldo kas terkait penerimaan pembiayaan,
yaitu pemerintah pusat mengembalikan kelebi han setoran cicilan
pokok pinjaman tahun lalu dari Pemda A dikoreksi dengan
mengurangi akun Saldo Anggaran Lebih dan mengur angi saldo
kas.
Contoh koreksi kesalahan terkait pengeluaran pembiayaan:
- Yang menambah saldo kas yaitu kelebihan pembayaran suatu
angsuran utang jangka panjang sehingga ter dapat pengembalian
pengeluaran angsuran, dikoreksi dengan menambah saldo kas
dan menambah akun Saldo Anggaran Lebih.
- Yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu
angsuran utang tahun lalu yang belum dicatat, dikoreksi dengan

8
mengurangi saldo kas dan mengurangi akun Saldo Anggaran
Lebih.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang atas pencatatan
kewajiban yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
menambah maupun mengurangi posisi kas, apabila laporan
keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan
pembetulan pada akun kas dan akun kewajiban bersangkutan.
Contoh koreksi kesalahan terkait pencatatan kewajiban:
- Yang menambah saldo kas yaitu adanya penerimaan kas karena
dikembalikannya kelebi han pembayaran angsuran suatu
kewajiban dikoreksi dengan menambah saldo kas dan
menambah akun kewajiban terkait.
- Yang mengurangi saldo kas yaitu terdapat pembayaran suatu
angsuran kewajiban yang seharusnya dibayarkan tahun lalu
dikoreksi dengan menambah akun kewajiban terkait dan
mengurangi saldo kas.
Koreksi kesalahan tidak berulang yang terjadi pada periode-
periode sebelumnya dan tidak memp engaruhi posisi kas, baik sebelum
maupun setelah laporan keuangan periode tersebut diterbitkan,
pembetulan dilakukan pada akun-akun neraca terkait pada periode
kesalahan ditmukan.
b. Kesalahan berulang dan sistemik
Kesalahan yang disebabkan sifat alamiah (normal) dari jenis-jenis transaksi
tertentu yang diperkirakan akan terjadi secara berulang. Contohnya adalah
penerimaan pajak dari wajib pajak yang memerlukan koreksi sehingga perlu
dilakukan restitusi atau tambahan pembayaran dari wajib pajak.
Kesalahan berulang dan sistemik seperti yang dimaksud pada paragraf
10 tidak memerlukan koreksi, melainkan dicatat pada saat terjadi
pengeluaran kas untuk mengembalikan kelebihan pendapatan dengan
mengurangi pendapatan-LRA maupun pendapatan-LO yang bersangkutan.

9
Koreksi kesalahan yang berhubungan dengan periode-periode yang lalu
terhadap posisi kas dilaporkan dalam Laporan Arus Kas tahun berjalan pada
aktivitas yang bersangkutan. Koreksi kesalahan diungkapkan pada Catatan
atas Laporan Keuangan.

2.1.1. Kesalahan dan Koreksinya


Kesalahan adalah penyajian pos-pos yang secara signifikan tidak
sesuai dengan yang seharusnya yang mempengaruhi laporan keuangan
periode berjalan atau periode sebelumnya. Periode berjalan adalah periode
sebelum laporan keuangan belum ditetapkan dengan undang-undang.
Periode sebelumnya adalah periode akuntansi dimana laporan
keuangan telah diterbitkan. Paragrap 16 PSAP 10 menjelaskan bahwa
laporan keuangan dianggap sudah diterbitkan apabila sudah ditetapkan
dengan undang-undang atau peraturan daerah.
Ditinjau dari sifat kejadiannya, kesalahan dapat dikelompokkan
menjadi kesalahan yang tidak berulang dan kesalahan yang berulang dan
sistemik.
1. Menurut paragraf 11, koreksi kesalahan yang tidak berulang yang
terjadi pada periode berjalan, baik yang mempengaruhi kas maupun
yang tidak, dilakukan dengan pembetulan pada akun yang
bersangkutan dalam periode yang berjalan.
Kesalahan dalam jenis belanja dan pendapatan akan dilakukan koreksi
terhadap jenis belanja dan pendapatan yang bersangkutan dengan
memperhatikan pengaruh kesalahan tersebut terhadap kas.
a. Contoh kesalahan yang mempengaruhi Kas dalam periode
berjalan:
Pada tanggal 15 Mei 2006, dibayar gaji pegawai dengan
menerbitkan SP2D-LS dengan nilai Rp 513.000.000. Pada hari dan
tanggal yang sama SP2D-LS tersebut dibukukan oleh bagian
keuangan sebesar Rp 531.000.000,-. Pada waktu dilakukan kas

10
opname, ditemukan perbedaan antara saldo kas menurut bank dan
saldo menurut buku dan setelah diteliti perbedaanya adalah pada
SP2D-LS yang diterbitkan tanggal 15 Mei 2006.

Transaksi tersebut dicatat pada tanggal 15 Mei 2006 :


Kelebihan pencatatan pada akun belanja pegawai sebesar Rp
18.000.000, (Rp 531.000.000 - Rp 513.000.000) dilakukan
koreksi sebagai berikut:
Satuan Kerja
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
15/5/06 Piutang dari KUN 18 juta
Belanja Pegawai 18 juta
(Untuk mencatat penerimaan kembali
belanja pegawai)

BUN
Tanggal Uraian Ref Debet Kredit
15/5/06 Kas Umum Negara 18 juta
Belanja Pegawai 18 juta
(Untuk mencatat penerimaan kembali
belanja pegawai)

b. Tidak Mempengaruhi Kas pada periode berjalan.


Pada Tanggal 15 Mei 2006, dibayar gaji pegawai dengan
menerbitkan SP2D-LS dengan nilai Rp 531.000.000. Pada hari dan
tanggal yang sama SP2D-LS tersebut dibukukan oleh bagian
keuangan sebesar Rp 531.000.000 sebagai belanja barang. Pada
waktu menyusun laporan diketahui ada kekeliruan pembukuan
belanja atas SP2D pada tanggal 15 Mei 2006, maka transaksi
tersebut akan dikoreksi seperti berikut:

11
Karena kesalahan pada akun belanja, maka koreksi dilakukan
sebagai berikut:
Satuan Kerja
Belanja Pegawai Rp 531.000.000
Belanja Barang Rp 531.000.000

BUN
Tidak ada Jurnal

2. Menurut paragraf 12 PSAP 10, menetapkan bahwa koreksi kesalahan


yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
mempengaruhi posisi kas apabila laporan keuangan periode tersebut
belum diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan
atau akun belanja dari periode yang bersangkutan
Contoh 1:
Pada tanggal 20 April 2005, diterima setoran atas pendapatan bukan
pajak dengan SSBP No. 123 sebesar Rp 13.000.000. Pada hari dan
tanggal yang sama SSBP tersebut dibukukan oleh bagian keuangan
sebesar Rp 31.000.000,-. Pada bulan Januari 2006 waktu menyusun
laporan, diketahui kesalahan tersebut, ditemukan perbedaan antara
saldo kas menurut bank dan saldo menurut buku sebesar Rp
18.000.000 (Rp 31.000.000 – Rp 13.000.000).
Dengan ditemukannya kesalahan pencatatan tersebut pembetulan
dilakukan dengan jurnal koreksi sebagai berikut:
Satuan Kerja
Pendapatan Bukan Pajak Rp 18.000.000
Utang kepada KUN Rp 18.000.000

BUN

12
Pendapatan Bukan Pajak Rp 18.000.000
Kas Umum Negara *) Rp 18.000.000
*) Kas Umum Negara terdiri dari Kas di Bank Indonesia dan Kas di
KPPN.

Contoh 2:
Pada Tanggal 15 Mei 2005, dibayar gaji pegawai dengan menerbikan
SP2D-LS dengan nilai Rp 513.000.000. Pada hari dan tanggal yang
sama SP2D-LS tersebut dibukukan oleh bagian keuangan sebesar
Rp531.000.000,-.
Pada bulan Januari 2006 waktu menyusun laporan, diketahui kesalahan
tersebut, ditemukan perbedaan antara saldo kas menurut bank dan saldo
menurut buku sebesar Rp18.000.000 (Rp531.000.000–
Rp513.000.000).
Atas kesalahan tersebut belanja pegawai harus dikurangi sebesar
Rp18.000.000 (Rp531.000.000-Rp513.000.000) dan dikoreksi dengan
jurnal sebagai berikut:

Satuan Kerja
Piutang dari KUN Rp 18.000.000
Belanja Pegawai Rp 18.000.000

BUN
Kas Umum Negara Rp 18.000.000
Belanja Pegawai Rp 18.000.000

3. Menurut paragraf 13 PSAP 10 Koreksi kesalahan atas pengeluaran


belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang
tidak berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
mempengaruhi posisi kas serta mempengaruhi secara material posisi

13
aset selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-
lain, akun aset, serta akun ekuitas dana yang terkait.
Contoh:
Pada Tanggal 20 Oktober 2005, dibayar belanja modal atas pengadaan
2 mobil dinas @Rp 255.000.000,- pembayaran dilakukan dengan
SP2D-LS sebesar Rp 550.000.000,-. Pada hari dan tanggal yang sama
SP2D-LS tersebut dibukukan oleh bagian keuangan sebesar Rp
550.000.000,-. Pada Bulan Juni 2006 laporan keuangan Tahun
Anggaran 2005 telah diterbitkan dan telah disampaikan ke DPR,
kemudian diketahui bahwa ada kesalahan dalam penerbitan dan
pembayaran SP2D-LS atas pengadaan mobil dinas pada tanggal 20
April 2005 yang seharusnya berjumlah Rp 510.000.000 sehingga harus
dilakukan pengembalian belanja tersebut oleh pemasok sebesar Rp
40.000.000,-. Penagihan kepada pemasok sudah berhasil dilakukan
dan disetorkan pada tanggal 25 Juni 2006 sebesar Rp 40.000.000,-
Pengaruh pengembalian tersebut adalah bertambahnya kas dan
pendapatan yang diikuti penurunan aset. Transaksi tersebut akan
dibukukan seperti berikut:
Satuan Kerja
Jurnal Tanggal 20 Oktober 2005
Belanja Modal – Peralatan dan Mesin Rp 550.000.000
Piutang dari KUN Rp 550.000.000
Peralatan dan Mesin Rp 550.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 550.000.000

14
Jurnal Koreksi tangal 25 Juni 2006
Utang kepada KUN Rp 40.000.000
Pendapatan lain-lain Rp 40.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 40.000.000
Peralatan dan Mesin Rp 40.000.000

BUN
Jurnal Tanggal 20 Oktober 2005
Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp 550.000.000
Kas Umum Negara Rp 550.000.000

Jurnal Koreksi tangal 25 Juni 2006


KasUmum Negara Rp 40.000.000
Pendapatan Lain-lain Rp 40.000.000

4. Paragraf 14, menetapkan bahwa koreksi kesalahan atas pengeluaran


belanja (sehingga mengakibatkan penerimaan kembali belanja) yang
tidak berulang yang tejadi pada periode-periode sebelumnya dan
mempengaruhi posisi kas dan tidak mempengaruhi secara material
posisi aset selain kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah
diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun pendapatan lain-
lain.

Contoh
Pada tanggal 15 Mei 2005, diterbitkan SP2D atas SPJ belanja modal
atas pengadaan Air Condition (AC) seharga Rp 2.250.000,-. Pada hari
dan tanggal yang sama SP2D tersebut dibukukan oleh bagian
keuangan sebesar Rp 2.250.000,-. Pada bulan Agustus 2006, pada saat
itu laporan keuangan tahun 2005 sudah disampaikan ke DPR,
diketahui ada kesalahan dalam pengesahan SPJ pengadaan AC tanggal

15
15 Mei 2005, dimana harga beli AC menurut faktur sebesar Rp
2.225.000,- Akibatnya aset tetap yang terlalu tinggi Rp 25.000
(pengaruhnya tidak material) dan disarankan oleh Inspektorat Jenderal
agar dilakukan tuntutan perbendaharaan kepada Bendahara
Pengeluaran, dan telah dilakukan pembayaran kembali oleh Bendahara
Pengeluaran. Transaksi tersebut dibukukan seperti berikut:
Satuan Kerja
Jurnal Tanggal 15 Mei 2005
Belanja Modal – Peralatan dan Mesin Rp 2.250.000
Piutang dari KUN Rp 2.250.000
Peralatan dan Mesin Rp 2.250.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 2.250.000

Jurnal Koreksi
Utang kepada KUN Rp 25.000
Pendapatan lain-lain Rp 25.000

BUN
Jurnal Tanggal 15 Mei 2005
Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp 2.250.000
Kas Umum Negara Rp 2.250.000

Jurnal Koreksi
Kas Umum Negara Rp 25.000
Pendapatan Lain-lain Rp 25.000

5. Menurut paragraf 15 PSAP 10, Koreksi kesalahan atas penerimaan


pendapatan yang tidak berulang yang terjadi pada periode-periode
sebelumnya dan mempengaruhi posisi kas, apabila laporan keuangan

16
tersebut sudah diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan pada akun
ekuitas dana lancar.
Kesalahan atas penerimaan pendapatan yang tidak berulang yang
terjadi pada periode sebelumnya dan mengakibatkan kas bertambah
dimana laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan, koreksi
kesalahan pendapatan tersebut dilakukan dengan menambah kas dan
menambah akun ekuitas dana lancar. Sedangkan apabila kesalahan
mengakibatkan saldo kas berkurang, maka koreksi dilakukan dengan
mengurangi ekuitas dana lancar dan kas.
Contoh:
Pada Tanggal 9 Pebruari 2005, diterima pendapatan sewa gedung
pertemuan dengan bukti SSBP sejumlah Rp 3.575.000. dan salah
dibukukan sebesar Rp 3.275.000. Kesalahan atas pencatatan tersebut
ditemukan pada tahun 2006 dimana laporan keuangan Tahun
Anggaran 2005 telah diterbitkan. Pengaruh dari pencatatan pendapatan
yang demikian adalah penyajian saldo Kas dan SiLPA menurut buku
terlalu kecil sehingga akun Kas dan SiLPA harus ditambah. Transaksi
– transaksi tersebut akan dibukukan seperti berikut:

Satuan Kerja
Jurnal Tanggal 9 Februari 2005
Utang kepada KUN Rp 3.275.000
Pendapatan sewa Rp 3.275.000

Jurnal Koreksi
Tidak ada jurnal

17
BUN
l Tanggal 9 Februari 2005
Kas di kas daerah Rp 3.275.000
Pendapatan Sewa Rp 3.275.000

Jurnal Koreksi
Kas Umum Negara Rp 300.000
SiLPA/SiKPA Rp 300.000

6. Paragraf 20 PSAP 10 menyatakan : Koreksi kesalahan yang tidak


berulang yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan tidak
mempengaruhi posisi kas, baik sebelum maupun setelah laporan
keuangan periode tersebut diterbitkan, dilakukan dengan pembetulan
pos-pos neraca terkait pada periode ditemukannya kesalahan.

Contoh:
Belanja modal atas Peralatan Mesin sebesar Rp 5.000.000 pada waktu
mencatat aset tetap salah dibukukan sebagai aset tetap Jalan, irigasi
dan jaringan.
Satuan Kerja
Jurnal yang salah
Belanja Modal Peralatan Mesin Rp 5.000.000
Piutang dari KUN Rp 5.000.000
Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp 5.000.000
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Rp 5.000.000

Jurnal koreksi
Peralatan Mesin Rp 5.000.000
Jalan, Irigasi dan Jaringan Rp 5.000.000

18
BUN
Jurnal Pada saat pembayaran
Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp 5.000.000
Kas Umum Negara Rp 5.000.000

Jurnal koreksi
Tidakadajurnal

7. Paragraf 22 menyatakan: kesalahan berulang dan sistemik seperti


yang dimaksud pada paragraf 9, tidak memerlukan koreksi,
melainkan dicatat pada saat terjadi.
Paragraf 9 menjelaskan bahwa kesalahan yang berulang dan sistemik
adalah kesalahan yang disebabkan oleh sifat alamiah (normal) dari
jenis-jenis transaksi tertentu yang diperkirakan akan terjadi berulang.
Contohnya adalah penerimaan pajak dari wajib pajak yang
memerlukan koreksi sehingga perlu dilakukan restitusi atau tambahan
pembayaran dari wajib pajak.
Apabila seorang wajib pajak kurang bayar, maka pada saat dibayar
dicatat sebagai pendapatan pajak pada saat diterimanya pendapatan
tersebut, dan sebaliknya apabila lebih bayar maka pembayaran
restitusi kepada wajib pajak, maka dicatat sebagai pengurang
pendapatan pajak pada saat terjadi.

Contoh:
Pada bulan Maret 2006, Wajib pajak A menerima SKPT kurang bayar
pajak untuk tahun 2005 sebesar Rp 5.000.000,-. Terhadap tagihan
tersebut wajib pajak telah membayar pada bulan April 2006.

19
Satuan Kerja
Transaksi tersebut dijurnal:
Utang kepada KUN Rp 5.000.000
Pendapatan pajak Rp 5.000.000

Transaksi tersebut dijurnal:


Kas Umum Negara Rp 5.000.000
Pendapatan Pajak Rp 5.000.000

2.2. Perubahan Kebijakan Akuntansi

Para pengguna Laporan Keuangan perlu membandingkan laporan


keuangan dari suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk mengetahui
kecenderungan arah (trend) posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Oleh karena
itu, kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada
setiap periode.

Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan, atau pengukuran akuntansi


sebagai akibat dari perubahan atas basis akunt ansi, kriteria kapitalisasi, metode,
dan estimasi, merupakan contoh perubahan kebijakan akuntansi.

Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila


penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan
perundangan atau standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau apabila
diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan informasi mengenai
posisi keuangan, kiner ja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan dan lebih
andal dalam penyajian laporan keuangan entitas. Perubahan kebijakan akuntansi
tidak mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) Adopsi suatu kebijakan akuntansi pada peristiwa atau kejadian yang secara
substansi berbeda dari peristiwa atau kejadian sebelumnya; dan

20
b) Adopsi suatu kebijakan akuntansi baru unt uk kejadian atau transaksi yang
sebelumnya tidak ada atau yang tidak material. Timbulnya suatu kebijakan
untuk merevaluasi aset merupakan suatu perubahan kebijakan akuntansi.
Namun demikian, perubahan tersebut harus sesuai dengan standar akuntansi
terkait yang telah menerapkan persyaratan-persyaratan sehubungan dengan
revaluasi.

Perubahan kebijakan akuntansi harus disajikan pada Laporan Perubahan Ekuitas


dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Adakalanya kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam suatu periode


akuntansi berbeda dengan periode sebelumnya. Paragraf 26 PSAP 10
menyatakan: Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya
apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan atau standar akuntansi pemerintahan yang
berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan
menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus
kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan
entitas.

Perubahan kebijakan akuntansi misalnya antara lain adalah perubahan


metode penyusutan dan metode penilaian persediaan. Penyusutan adalah
penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari
suatu aset sehingga diperoleh nilai wajar. Jadi penyusutan bukan merupakan
metode alokasi biaya untuk memupuk dana dalam rangka penggantian aset
tetap. Dengan demikian, apabila dilakukan penyusutan terhadap aset tetap,
maka tidak berhubungan dengan beban belanja, dan oleh karena itu perubahan
kebijakan terhadap penyusutan tersebut tidak mempengaruhi laporan ralisasi
anggaran.

21
Contoh:

Satuan Kerja A membeli Komputer dan pheriperalnya pada bulan Desember


2003 senilai Rp 200 juta. Pada tahun 2003 Satuan Kerja A menetapkan
kebijakan akuntansi dengan menerapkan penyusutan untuk peralatan dan mesin
menggunakan metode garis lurus. Estimasi masa manfaat komputer tersebut 5
tahun. Dalam perjalanan waktu, pada tahun 2006 Satker A memutuskan untuk
mengubah Kebijakan Akuntansi Penyusutan Peralan dan Mesin (termasuk
komputer) dari metode garis lurus (straight line method) menjadi metode
penyusutan saldo menurun (double declining method).
Terhadap perubahan kebijakan akuntansi tersebut, disusun perhitungan
penyusutan sebagai berikut:

Perhitungan menurut metode garis lurus


Tahun Perhitungan Nilai Disusutkan Nilai Buku
2003 - 0 200.000.000
2004 20 % X Rp 200.000.000 40.000.000 160.000.000
2005 20 % X Rp 200.000.000 40.000.000 120.000.000
2006 20 % X Rp 200.000.000 40.000.000 80.000.000
2007 20 % X Rp 200.000.000 40.000.000 40.000.000
2008 20 % X Rp 200.000.000 40.000.000 0

Perhitungan menurut metode saldo menurun :


Tahun Perhitungan Nilai Disusutkan Nilai Buku
2003 - 0 200.000.000
2004 40 % X Rp 200.000.000 80.000.000 120.000.000
2005 40 % X Rp 120.000.000 48.000.000 72.000.000
2006 40 % X Rp 72.000.000 28.800.000 43.200.000
2007 40 % X Rp 43.200.000 17.280.000 25.920.000
2008 40 % X Rp 24.720.000 10.368.000 15.552.000

22
Pada akhir tahun 2006, akumulasi penyusutan komputer berdasarkan
metode garis lurus sebesar Rp 120.000.000, (penjumlahan penyusutan tahun
2004,2005,2006) berdasarkan metode saldo menurun sebesar Rp 156.800.000
(penjumlahan penyusutan tahun 2004, 2005, 2006), terdapat selisih sebesar Rp
36.800.000,.
Dengan perhitungan tersebut di atas, pada akhir tahun 2006 terdapat
perbedaan jumlah akumulasi penyusutan sebesar Rp 36.800.000, sehingga nilai
wajar aset tetap dengan metode saldo menurun terlalu tinggi sebesar nilai
tersebut, sehingga harus dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Diinvestasikan dalam Aset tetap Rp 36.800.000
Akumulasi Penyusutan-Peralatan Rp 36.800.000.
dan Mesin

2.2.1. Pengungkapan
Paragraf 29 menyatakan bahwa perubahan kebijakan akuntansi dan
pengaruhnya harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Contoh pengungkapan berdasarkan ilustrasi perubahan kebijakan
akuntansi penyusutan seperti tersebut diatas, dari metode garis lurus,
menjadi metode saldo menurun, adalah sebagai berikut:
”Pada tahun anggaran 2006, pemerintah Kota Madiun, telah menetapkan
perubahan kebijakan akuntansi khusus mengenai metode penyusutan Aset
Tetap - Peralatan dan Mesin, dari metode garis lurus menjadi metode saldo
menurun, dengan alasan agar diperoleh nilai wajar yang mendekati
sebenarnya, karena komputer dan pheriperalnya lebih cepat obsolet.
Adapun pengaruh perubahan kebijakan akuntansi metode penyusutan
tersebut, terdapat perbedaan nilai wajar sebagai berikut:

23
URAIAN METODE GARIS METODE SALDO
LURUS MENURUN
Nilai perolehan awal 200.000.000,00 200.000.000,00
Akumulasi penyusutan sd
Desember 2006 120.000.000,00 156.800.000,00
Nilai wajar pada 31 Des. 2006 80.000.000,00 43.200.000,00

Jadi nilai wajar Aset Tetap berupa komputer dan pheriperalnya pada 31
Desember 2006 adalah sebesar Rp 43.200.000,00. Perbedaan tersebut telah
dikoreksikan pada akun yang bersangkutan.

2.3. Perubahan Estimasi akuntansi

Pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi disajikan pada


Laporan Operasional pada periode perubahan dan periode selanjutnya sesuai
sifat perubahan. Sebagai contoh, perubahan estimasi masa manfaat aset tetap
berpengaruh pada LO tahun perubahan dan tahun-tahun selanjutnya selama masa
manfaat aset tetap tersebut.

Pengaruh perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang akan datang


diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Apabila tidak
memungkinkan, harus diungkapkan alasan tidak mengungkapkan pengaruh
perubahan itu.

Contoh:

a. Mengubah Umur Manfaat Aktiva Yang Dapat Disusutkan


Umur manfaat adalah merupakan estimasi yang didasarkan pada
history terhadap masa manfaat aktiva yang sama, atau dengan tingkat
pemanfaatannya misalnya tingkat menghasilkan produk setiap periode. Oleh
karena estimasi tersebut bisa juga mengalami perubahan, seperti bisa dilihat
dicontoh berikut.

24
Contoh:
Pada tanggal 3 Juli 2010 PT. EMAK BAPAK membeli mesin seharga 100
juta, Nilai Residu 20 juta, Nilai Ekonomis ditaksir 10 tahun kedepan (Juli
2020). Berapa penyusutannya jika menggunakan garis lurus?
Penyusutan 1 tahun penuh = (100 juta – 20 juta) : 10 = 8 juta
(Jadi perusahaan akan menyusutkan sebesar 8juta setiap tahunnya selama 10
tahun)
Tetapi di akhir tahun ke-delapan PT. EMAK BAPAK melihat bahwa kondisi
mesin masih kuat untuk bisa berproduksi sampai 4 tahun lagi. Oleh karena itu
perubahan nilai penyusutan terhadap Umur ekonomis mesin akan berpengaruh
terhadap biaya penyusutan untuk tahun ke-9 sampai tahun ke-12.
Jawab:
Karena estimasi akuntansi berubah, sisa nilai buku aktiva yang dapat
disusutkan disebarkan ke umur manfaat aktiva yang tersisa.
Penyusutan garis lurus selama 8 tahun = 8 juta x 8 = 64 juta
Nilai buku mesin yang dapat disusutkan yang tersisa (biaya – akumulasi
penyusutan – nilai residu) adalah = 100 juta – 64 juta – 20 juta = 16 juta.
Karena perusahaan yakin mesin itu akan bisa beroperasi sampai tahun 2022
(2019 - 2022 = 4 tahun), maka perusahaan akan menghitung kembali
penyusutannya :
Nilai Buku Mesin yang Estimasi Umur
Penyusutan
dapat disusutkan yang : manfaat yang Tersisa =
Tahunan (Baru)
tersisa (Baru)
16 juta : 4 = 4 juta

Pada tahun ke-9 (2019) sampai tahun ke-12 (2022), ayat jurnal penyusutan
tahunan berdasarkan umur manfaat yang baru adalah :
Beban penyusutan mesin 4 juta
Akumulasi Penyusutan mesin 4 juta

25
2.4. Operasi yang Tidak Dilanjutkan

Informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan misalnya hakikat


operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan, tanggal efektif penghentian,
cara penghentian, pendapatan dan beban tahun berjalan sampai tanggal
penghentian apabila dimungkinkan, dampak sosial atau dampak pelayanan,
pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada penghentian apabila ada, harus
diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.

Agar Laporan Keuangan di sajikan secara komparatif, suatu segmen yang


dihentikan itu harus dilaporkan dalam Laporan Keuangan walaupun berjumlah
nol untuk tahun berjalan. Dengan demikian, operasi yang dihentikan tampak
pada Laporan Keuangan.

Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu tahun berjalan,
di akuntansikan dan dilaporkan seperti biasa, seolah-olah operasi itu berjalan
sampai akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya entitas membuat rencana
penghentian, meliputi jadwal penghentian bertahap atau sekaligus, resolusi
masalah legal, lelang, penjualan, hibah dan lain-lain.

Bukan merupakan penghentian operasi apabila:

a) Penghentian suatu program, kegiatan, proyek, segmen secara


evolusioner/alamiah. Hal ini dapat diakibatkan oleh demand (permintaan
publik yang dilayani) yang terus merosot, pergantian kebutuhan lain.
b) Fungsi tersebut tetap ada.
c) Beberapa jenis subkegiatan dalam suatu fungsi pokok dihapus, selebihnya
berjalan seperti biasa. Relokasi suatu program, proyek, kegiatan ke wilayah
lain.
d) Menutup suatu fasilitas yang ber-utilisasi amat rendah, menghemat biaya,
menjual sarana operasi tanpa mengganggu operasi tersebut.

26
Contoh Kasus
Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) terkait Pembentukan dan Susunan
Organisasi Perangkat Daerah (SOPD) Kabupaten Pontianak, Kamis (5/8),
kemarin, resmi ditetapkan menjadi Perda melalui Sidang Paripurna DPRD
Kabupaten Pontianak. Sidang dipimpin Ketua DPRD Kabupaten Pontianak,
Rahmad Satria, dan dihadiri Bupati Pontianak, Ria Norsan serta kepala dinas
instansi tersebut, menetapkan dari 13 dinas menjadi 10 dinas dan 9 lembaga
teknis daerah. Adapun tiga dinas yang dibubarkan yaitu Dinas Pariwisata,
Budaya, Pemuda dan Olahraga (Parbudpora), Dinas Kehutanan dan Perkebunan,
dan Dinas Pertambangan dan Energi.
Dimana Dinas Parbudpora, bidang pemuda dan olahraga akan digabung
dengan Dinas Pendidikan sehingga namanya menjadi Dinas Pendidikan Pemuda
dan Olahraga. Bidang pariwisata dan kebudayaan digabung dengan Dinas
Perhubungan sehingga namanya menjadi Dinas Perhubungan, Pariwisata dan
Kebudayaan.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan digabung dengan Dinas Pertanian dan
Peternakan, menjadi Dinas Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perkebunan.
Sedangkan Dinas Pertambangan dan Energi, digabung dengan Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM.
Menanggapi terjadinya perampingan SOPD tersebut, Juru Bicara Fraksi
Pemuda Pembaruan Keadilan Bangsa (PPKB), Teddy Kurniawan, mengharapkan
tidak timbulnya polemik di tingkat peraturan pemerintahan dan tidak
memberikan potensi ketidakharmonisan jalannya pemerintah daerah, sehingga
memberikan dampak negatif terhadap pelayanan masyarakat. “Selain itu, dalam
mengisi struktur organisasi, kami minta bupati memilih secara profesional,
dengan menempatkan SDM yang memiliki kapasitas dan integritas yang baik
sesuai dengan keahlian di bidangnya,” kata Teddy.
Sedangkan Juru Bicara Fraksi Golkar, Hanura dan PAN (GOHAN), Eddy Sugito,
juga tidak jauh berbeda, perampingan wajar dilaksanakan karena melihat kondisi
daerah pasca pemengkaran dilihat luas penduduk, luas wilayah, jumlah APBD

27
semakin kecil. Namun diharapkan dengan adanya penggabungan dinas dan
lembaga teknis, roda pemerintahan Kabupaten Pontianak tetap berjalan dengan
baik.
“Adanya penggabungan dinas dan lembaga teknis bakal menjadi tantangan
berat bagi bupati untuk menyatukan visi dan misinya. Untuk itu, bupati harus
mampu menciptakan hubungan harmonis dan sinergis, karena tanpa
keharmonisan jalan roda pemerintahan tidak akan berjalan lambat. Fraksi Gohan
juga meminta, bupati benar-benar memperhatikan aspek profesional dalam
memilih pemimpin SKPD, dan jangan berdasarkan kedekatan atau tim sukses,”
katanya.
Menanggapi pandangan akhir fraksi-fraksi dewan tersebut, Bupati
Pontianak, Ria Norsan, mengatakan atas terbentuknya SOPD yang telah
ditetapkan menjadi Perda, akan dilaksanakan secara efektif. Dan akan menempati
pimpinan SKPD yaitu orang profesionalisme, kualitas SDM baik, dan
mempunyai komitmen membangun Kabupaten Pontianak.
Analisis kasus.
Dalam kasus diatas ada beberapa dinas yang operasinya tidak dilanjutkan
atau digabungkan dengan dinas yang lain seperti:
 Dinas Parbudpora, bidang pemuda dan olahraga digabung dengan Dinas
Pendidikan
 Dinas Parawisata dan kebudayaan digabung dengan Dinas perhubungan
 Dinas Kehutanan dan Perkebunan digabung dengan Dinas Pertanian dan
Peternakan.
 Dinas Pertambangan dan Energi, digabung dengan Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan UKM.
Pertanyaan terkait kasus diatas” bagaimana PSAP mengatur mengenai
adanya dinas-dinas atau operasi yang digabungkan dalam pemerintahan.
Untuk setiap dinas yang digabungkan, setiap aset dan kewajiban dari dinas
sebelumnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
Sebagaimana yang tercantum dalam PSAP NO 04 paragraf no 6 tentang catatan

28
atas laporan keuangan “Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan
kejadian-kejadian penting selama tahun pelaporan, seperti:
a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh manajemen baru;
c. Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca;
d. Penggabungan atau pemekaran entitas tahun berjalan; dan
e. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya pemogokan
yang harus ditanggulangi pemerintah.

Setiap aset tetap yang diperoleh dari dinas sebelumnya harus diakui ketika
aset tetap telah diterima kepemilikannya sebagaiman dalam PSAP no 07 tentang
akuntansi aset tetap paragraf 18 menyatakan bahwa “Pengakuan aset tetap akan
andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau
pada saat penguasaannya berpindah”.
Pengukuran aset tetap yang diperoleh dari penggabungan dinas diatur dalam
paragraph 20 Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset
tetap dengan “menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai
aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.” Adapun dengan
operasi-operas yang tidak dilanjutkan dengan adanya penggabungan dinas ini
maka SAP no 10 mengatur hal tersebut”
“paragraf 46. Apabila suatu misi atau tupoksi suatu entitas pemerintah
dihapuskan oleh peraturan, maka suatu operasi, kegiatan, program, proyek, atau
kantor terkait pada tugas pokok tersebut dihentikan”.
“paragraf 47. Informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan
misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan, tanggal
efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban tahun berjalan
sampai tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak sosial atau dampak
pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait pada penghentian apabila ada,
harus diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan”.

29
“paragraf 48. Agar Laporan Keuangan disajikan secara komparatif, suatu
segmen yang dihentikan itu harus dilaporkan dalam Laporan Keuangan walaupun
berjumlah nol untuk tahun berjalan. Dengan demikian, operasi yang dihentikan
tampak pada Laporan Keuangan”.

“paragraf 49. Pendapatan dan beban operasi yang dihentikan pada suatu
tahun berjalan, di akuntansikan dan dilaporkan seperti biasa, seolah-olah operasi
itu berjalan sampai akhir tahun Laporan Keuangan. Pada umumnya entitas
membuat rencana penghentian, meliputi jadwal penghentian bertahap atau
sekaligus, resolusi masalah legal, lelang, penjualan, hibah dan lain-lain

2.5.Tanggal Efektif

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) ini berlaku efektif


untuk laporan atas pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai Tahun
Anggaran 2010. Dalam hal entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP ini,
entitas pelaporan dapat menerap kan PSAP Berbasis Kas Menuju Akrual paling
lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010.

30
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan


informasi yang relefan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang
dilakukan entitas pelaporan. Untuk menjaga informasi laporan keuangan tidak
menyesatkan maka laporan keuangan harus bebas dari kesalahan.
Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya apabila
penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan atau standar akuntansi pemerintahan yang berlaku, atau
apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas yang lebih relevan
dan lebih andal dalam penyajian laporan keuangan entitas.

31
DAFTAR PUSTAKA

Republik Indonesia.2010. PeraturanPemerintahRepublik Indonesia Nomor 71 Tahun


2010, TentangStandarAkuntansiPemerintahan. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia.
————————-. 2005. StandarAkuntansiPemerintahanPernyataanNomor 10,
TentangKoreksiKesalahan, PerubahanKebijakanAkuntansi, Dan
PeristiwaLuarBiasa. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia.
http://asdarmunandar.blogspot.co.id/2012/02/dinasoperasi-yang-tidak-
dilanjutkan.html?m=1 Diakses pada 02 Mei 2018, pukul 14.30
http://akuntan-si.blogspot.co.id/2013_05_19_archive.html?m=1 Diakses pada 02 Mei
2018, pukul 15.20

32

Anda mungkin juga menyukai