BATUBARA
Page 2
PENGERTIAN BATUBARA (#1)
Secara fisik dan kimia
– Merupakan batuan sedimen,
– Berasal dari material organik sehingga dikelompokkan
sebagai organic sedimentary rock,
– Dapat dibakar, dan
– Memiliki kandungan utama berupa C, H, O.
Page 3
PENGERTIAN BATUBARA (#2)
Secara genetik
Page 4
Flores (2013)
Lingkungan pengendapan sangat menentukan
kualitas batubara terkait dengan kandungan abu,
sulfur, dan unsur-unsur trace elements.
Lingkungan
pengendapan laut
batubara umumnya
tinggi kandungan
sulfurnya dan
komposisi abu lebih
banyak tersusun atas
oksida besi.
Lingkungan
pengendapan darat
kandungan abu
bisa cukup tinggi
yang berasal dari
material klastik.
Page 5
wsgs.uwyo.edu
PENGARUH INPUT AIR LAUT
Flores (2013)
Page 7
Perubahan
Specific Energy
Batubara terhadap
Volatile Matter
Reflectance of
Total Carbon
Bed Moisture
Peringkat (Ward., 1984)
(ash free)
Vitrinite
(d.a.f)
(d.a.f)
Peat Penggambutan
Lignite Dehidrasi
Brown
Coal
Sub-Bituminous Bituminisasi
High Volatile
Bituminous
Coal
Low Volatile
Semi Anthracite
Grafitisasi
Anthracite
Page 8
Transformasi Bio-Geo-Kimia Selama Pembatubaraan
1. Penggambutan (peatification)
• Material tumbuhan dalam gambut akan terhumifikasi
• Dimulainya kompaksi material
• Terbentuknya maseral
• Pembentukan metana
biogenik dimulai pada saat
gambut terakumulasi
Page 9
Penggambutan
Flores (2013)
Page 10
KESETIMBANGAN BIO-TEKTONIK
REGRESSIVE TRANSGRESSIVE
ENVIRONMENTS ENVIRONMENTS
SUBSIDENCE EXCEEDING
RATE OF PEAT
PEA ACCUMULATION
T
PEAT ACCUMULATION
EXCEEDING RATE OF SUBSIDENCE
EQUILIBRIUM
Page 11
Transformasi Bio-Geo-Kimia Selama Pembatubaraan
2. Dehidrasi (dehydration)
– Proses terbuangnya air dalam jumlah
besar dengan berkurangnya porositas
karena kompaksi
– Pembentukan cleat batubara
– Batubara menjadi lebih kompak/padat
– Material organik masuk pada
peringkat lignit hingga sub-
bituminous. Kapasitas muat metana
(methane holding capacity) akan
meningkat secara signifikan.
– Memungkinkannya metana biogenik
tersimpan dalam batubara
Page 12
Transformasi Bio-Geo-Kimia Selama Pembatubaraan
3. Bituminisasi (bituminisation)
– Pembentukan hidrokarbon (masuk pada oil window)
– Ditandai dengan mulai munculnya maseral eksudatinit
– Awal dari proses terbentuknya metana termogenik, terjadi sepanjang waktu dari
sub-bituminous A hingga high volatile A bituminous
– Gas holding capacity mencapai maksimum, walaupun mobilisasi bitumen dapat
juga menyumbat pori-pori sehingga mengurangi kapasitasnya.
Page 13
E: Maseral eksudatinit material dasar hidrokarbon
Transformasi Bio-Geo-Kimia Selama Pembatubaraan
4. Debituminisasi (debituminisation)
– Terjadi proses thermal cracking
– Terjadi migrasi hidrokarbon
– Pembentukan cleat
– Kandungan air pada nilai minimum
– Pembentukan maksimum metana termogenik dan substansi minyak
Page 14
Transformasi Bio-Geo-Kimia Selama Pembatubaraan
5. Grafitisasi (graphitization)
– Material organik disusun hampir semuanya oleh karbon
– Reorientasi lapisan aromatik dari semi-antrasit ke meta antrasit
– Pembentukan metana dapat terus berlangsung hingga rank antrasit.
– Pada saat tahap grafitisasi tercapai, keberadaan metana sangat sedikit
karena lepas dari lapisan batubara
Page 15
Peringkat Batubara
Moore (2012)
Page 16
Kompaksi dalam Pembentukan Batubara
Page 18
LIGNIT
Page 19
SUB-BITUMINOUS DAN ANTRASIT
Page 20
Bagian-2
GEOLOGI BATUBARA
Page 21
Page 22
Batubara dunia tersebar di benua besar karena relatif mempunyai
sejarah geologi (tektonik) yang stabil.
Cekungan Batubara di Indonesia
Depositional
Due to differenciated Variasi Ketebalan
Common
rate of coal accumulation Batubara
Due to synsedimetary
Common
bassin morphology
Beberapa
Due to synsedimetary
terminologi umum
Common
subsidence (splitting)
(splitting) untuk geometri
batubara:
Due to synsedimetary
Rather rare • Parting
erosion (wash out)
• Splitting
Due to synsedimetary • Wash out
Rare
faulting
Page 24
VARIASI KETEBALAN LAPISAN BATUBARA
Clay band (parting)
Page 25
Pelatihan Singkat
Pelatihan Eksplorasi
Singkat Eksplorasidan
dan Evaluasi Batubara,
Evaluasi Batubara, Jakarta
Bandung, 21-23
20-22 Januari
Agustus 2009.
2008.
25
Parting dan Patahan
Page 26
Splitting karena Patahan
Thomas (2002)
Page 27
Parting, Splitting, dan Patahan
Page 28
Penipisan Batubara Akibat Washout
Batupasir
Page 31
Pelatihan Singkat
Pelatihan Eksplorasi
Singkat Eksplorasidan
dan Evaluasi Batubara,
Evaluasi Batubara, Jakarta
Bandung, 21-23
20-22 Januari
Agustus 2009.
2008.
31
Cekungan Batubara di Indonesia dan Potensinya
Page 32
Bagian-3
METANA BATUBARA
Page 33
GAS DALAM BATUBARA
Coalbed methane (CBM) adalah gas metana yang terbentuk melalui
reaksi biokimia maupun geokimia selama proses pembatubaraan
berlangsung.
Istilah lain yang juga dipakai adalah coal seam gas (CSG), coal seam
methane (CSM), coal seam natural gas (CSNG).
Gas dalam batubara tidak murni berupa metana, tetapi merupakan
campuran dengan gas-gas lain seperti CO2, N2, H2S, C2, C3, dst.
Komposisi gas metana umumnya 95-97%.
Page 34
C5: pentana
TIPE GAS BATUBARA
Terdapat dua jenis metana primer dalam batubara yaitu metana biogenik
dan termogenik.
Gas dalam batubara dapat mempunyai komposisi yang bervariasi, yaitu
jumlah metana relatif terhadap gas-gas lain, atau sering diacu sebagai
kualitas CBM.
Dari sisi praktikal terdapat data bahwa jumlah gas biogenik umumnya
selalu di bawah dari gas termogenik.
Kandungan gas umumnya jarang lebih dari 4 – 6 m3/t pada sistem yang
mengandung metana biogenik.
Batubara peringkat tinggi dapat mencapai kandungan gas metana lebih
dari 20 m3/t.
Page 35
GAS METANA BIOGENIK DAN TERMOGENIK
Moore (2012)
Page 36
PEMBENTUKAN GAS BIOGENIK
Page 37
PEMBENTUKAN GAS
BIOGENIK
Pembentukan metana
biogenik terus berlangsung
selama mikroba dapat hidup
dalam sistem selama
pembatubaraan. Dengan
semakin tingginya temperatur
selama diagenesis, mikroba
akan mati (> 55o C) dan
produksi gas biogenik akan
terhenti.
Page 38
PEMBENTUKAN GAS TERMOGENIK
Gas termogenik mulai terbentuk pada Rr 0,5 – 0,6% (high volatile
bituminous).
Evolusi gas terjadi karena faktor-faktor waktu, temperatur, dan tekanan.
Faktor-faktor tersebut menyebabkan devolatilisasi dan produksi beberapa
gas seperti metana, karbon dioksida, nitrogen, H2S, etana, propana, dll.
Volume dan tipe (komposisi) gas yang terbentuk tergantung dari peringkat
batubara (Rr).
Volume gas termogenik yang terbentuk jauh lebih besar dari gas biogenik
karena:
– Kapasitas muat yang lebih besar karena kandungan air lebih sedikit
– Devolatilisasi batubara secara kinematik akan memproduksi gas lebih
banyak daripada proses biogenik.
Page 39
PEMBENTUKAN GAS TERMOGENIK
Tipe/komposisi
gas yang
terbentuk
tergantung dari
peringkat batubara
(Rr).
Page 40
PENGARUH RANK PADA KAPASITAS MUAT GAS
Page 41
PENGARUH KANDUNGAN MINERAL/ABU
Page 42
PENGARUH KANDUNGAN MINERAL/ABU
Page 43
Kandungan Air vs Gas Holding Capacity
Air lebih mudah ter-adsorpsi di permukaan partikel batubara dari pada gas.
Page 44
Kandungan Air vs Gas Holding Capacity
Page 45
Pengaruh Komposisi Maseral
Page 46
Coalbed Methane
Flores (2013)