Anda di halaman 1dari 19

FRAUD DATA MINING

A. Defenisi Fraud Data Mining

Fraud menurut The Institute of Internal Auditor’s (IIA’s) adalah Tindakan


ilegal yang meliputi penipuan, penyembunyian dan pelanggaran terhadap
kepercayaan. Dimana tindakan ini tidak hanya berupa kekerasan fisik. Tetapi
fraud dilakukan oleh sekelompok orang atau organisasi untuk mendapatkan uang,
harta ataupun jasa untuk menghindari pembayaran atau kehilangan jasa untuk
kepentingan pribadi atau bisnis.

Data mining adalah proses mempekerjakan satu atau lebih tekhnik


pembelajaran komputer (machine learning) untuk menganalisa dan
mengekstraksasi pengetahuan (knowledge) secara otomatis. Suatu pola dikatakan
menarik apabila pola tersebut tidak sepele, implisit, tidak diketahui sebelumnya,
dan berguna. Data mining berisi pencarian trend atau pola yang diinginkan dalam
database besar untuk membantu pengambilan keputusan diwaktu yang akan
datang. Pola-pola ini dikenali oleh perangkat tertentu yang dapat meberikan suatu
analisa data yang berguna dan berwawasan yang kemudian dapat di pelajari
dengan lebih teliti, yang mungkin saja menggunakan perangkat pendukung
keputusan yang lainya.

Perkembangan yang pesat di bidang pengumpulan data dan teknologi


penyimpanan di berbagai bidang, menghasilkan basis data yang terlampau besar.
Namun, data yang dikumpulkan jarang dilihat lagi, karena terlalu panjang,
membosankan, dan tidak menarik. Seringkali, keputusan -yang katanya
berdasarkan data- dibuat tidak lagi berdasarkan data, melainkan dari intuisi para
pembuat keputusan. Sehingga, lahirlah cabang ilmu penggalian data ini.

Beberapa alasan tentang perlunya data mining dari sudut pandang komersil
diantaranya adalah :

1. banyaknya volume data yang dihimpun dan disimpan dalam data warehouse,
seperti data web, e-comerce, data transaksi bank
2. kuatnya tekanan kompetitif untuk dapat menyediakan yang lebih baik,
layanan-layanan customisasi dan informasi sedang menjadi produk yang
berarti.

Berdasarkan kedua alasan tersebut data mining saat ini menjadi sebuah
prioritas bagi perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi teknologi data yang
banyak. dengan adanya data maining diharapkan proses analisa menjadi lebih
efisien
Analisis data tanpa menggunakan otomasi dari penggalian data adalah tidak
memungkinkan lagi, kalau
1. data terlalu banyak
2. dimensionalitas data terlalu besar
3. data terlalu kompleks untuk dianalisis manual (misalnya: data time
series, data spatiotemporal, data multimedia, data streams).

B. Mendeteksi Fraud

Pentingnya data mining dapat membuat penyalahgunaan terhadap data


tersebut, pada intinya fraud rentan terjadi pada data mining. Karena data yang ada
dapat memberikan pengetahuan untuk mementukan keputusan yang dibutuhkan
perusahaan.

Metode tradisional analisis data telah lama digunakan untuk mendeteksi


penipuan. Mereka membutuhkan investigasi yang kompleks dan memakan waktu
yang berhubungan dengan domain pengetahuan yang berbeda seperti keuangan,
ekonomi, praktek bisnis dan hukum. Penipuan sering terdiri dari banyak contoh
atau insiden yang melibatkan pelanggaran berulang-ulang menggunakan metode
yang sama. Kasus penipuan dapat serupa dalam konten dan penampilan tetapi
biasanya tidak identik.

Industri pertama yang menggunakan teknik analisis data untuk mencegah


penipuan adalah perusahaan telepon , perusahaan asuransi dan bank-bank (
Decker 1998) . Salah satu contoh awal dari keberhasilan pelaksanaan teknik
analisis data di industri perbankan adalah sistem penilaian penipuan Falcon, yang
didasarkan pada shell jaringan saraf. Industri ritel juga menderita dari penipuan di
POS . Beberapa supermarket sudah mulai memanfaatkan digital televisi sirkuit
tertutup (CCTV) bersama-sama dengan data POS yang paling rentan terhadap
transaksi penipuan. Transaksi internet baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran
besar, beberapa penelitian menunjukkan bahwa penipuan transaksi internet adalah
12 kali lebih tinggi daripada penipuan di toko.

C. Cara Mendeteksi Fraud pada Data Mining

Pada zaman sekarang ini, dimana semua teknologi sudah membuat pekerjaan
manusia menjadi mudah maka penipuan/penyalahgunaan teknologi kerap terjadi.
Hal tersebut jika terjadi dapat merugikan banyak pihak. Hal yang seharunya
menjadi rahasia perusahaan untuk menganalisis dan memutuskan sebuah langkah
cerdas untuk kemajuan perusahaannya pun tersebar dengan mudah. Dengan
demikian antisipasi terhadap penyalahgunaan dan penipuan tersebut pun gencar
dibuat untuk menjamin kerahasiaan masing-masing perusahaan.

Persaingan ketat dalam industri keuangan harus menjadi perhatian pelaku


bisnis. Di industri perbankan, misalnya, mereka harus mempersiapkan strategi
yang tepat untuk menjawab persaingan, di mana berbagai bank menawarkan
produk yang sama dengan pelayanan yang juga memiliki kualitas sama.

Bagi nasabah, mereka memiliki banyak pilihan dan mereka dapat dengan
mudah berpindah dari satu bank ke bank lainnya dengan membandingkan jenis
penawaran dan juga nilai yang didapatkan. Selain itu, perusahaan juga harus
memberikan pelayanan terbaik karena nasabah dapat bereaksi dengan cepat, lebih
nyata, dan terkadang memiliki resistansi tinggi jika sudah pernah mengalami
permasalahan. Untuk memahami nasabah, perusahaan memerlukan satu paket
teknologi yang mudah digunakan dan terintegrasi untuk membuat dan membagi
wawasan, sehingga dapat dipergunakan untuk menghasilkan keputusan yang lebih
baik.

Manfaat costumer analytics dalam perbankan adalah bereaksi cepat terhadap


perubahan perilaku nasabah; mengurangi risiko nasabah dan pihak lainnya;
mengurangi risiko operasional, efektif kampanye marketing; memprediksi jalur
komunikasi yang tepat bagi tiap nasabah; menyediakan daftar prospek sales yang
lengkap dengan cara efisien, mengatur debt collection, menangkap pelaku
kejahatan dengan cepat, sebelum mereka meninggalkan kantor cabang;
mendeteksi penipuan kartu kreit dan online banking; dan menyediakan riset dan
pelaporan yang lebih baik bagi para sales.

Saat ini, perusahaan yang memiliki pemikiran ke depan menggunakan


software data mining SAS untuk mendeteksi penipuan, meminimalisasi risiko,
mengantisipasi permintaan tenaga kerja, meningkatkan respon kampanye
marketing dan mengendalikan perpindahan nasabah. Tiap bank memiliki banyak
data nasabah dan mereka dapat memaksimalkan data tersebut untuk meningkatkan
sumber daya untuk meningkatkan kualitas manajemen hubungan nasabah.
Namun, hambatan yang biasanya terjadi di bank, data tersebut tersebar di
beberapa divisi berbeda. Wawasan pun menjadi tidak terlihat dan harus digali
untuk dibagikan lintas divisi, tetapi tetap harus dijaga dan dilindungi
kerahasiaannya. Untuk mentransformasikan informasi menjadi wawasan, bank
memerlukan solusi data mining.
CONTRACT FRAUD

A. Hukum Perikatan
Perjanjian adalah peristiwa di mana pihak yang satu berjanji kepada pihak
yang lain untuk melaksanakan suatu hal. Dari perjanjian ini maka timbulah suatu
peristiwa berupa hubungan hukum antara kedua belah pihak. Hubungan hukum
ini yang dinamakan dengan perikatan.
Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi di antara dua orang (pihak)
atau lebih, yakni pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib
memenuhi prestasi, begitu juga sebaliknya. R.Subekti tidak menggunakan istilah
hukum perikatan, tetapi menggunakan istilah perikatan sesuai dengan judul Buku
III KUH Perdata tentang perikatan. Dalam bukunya-Pokok-Pokok Hukum
Perdata, R. Subekti menulis perkataan perikatan (verbintenis) mempunyai arti
yang lebih luas dari perkataan perjanjian, sebab di dalam Buku III KUH Perdata
memuat tentang perikatan yang timbul dari :
1. Persetujuan atau perjanjian
2. Perbuatan yang melanggar hukum
3. Pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan persetujuan
(zaakwaarnemiing)

B. Dasar Hukum Perikatan


Dasar hukum suatu perikatan ialah bersumber dari :
1. Perundang-undangan, atau
2. Kontrak. (lihat pasal 1233 KUH Perdata)

Kedua sumber dari perikatan tersebut diatur dalam buku ketiga KUH Perdata.
Suatu perikatan yang bersumber dari perundang-undangan dapat dibagi kedalam
dua kategori sebagai berikut:
Perikatan semata-mata karena undang-undang, yang terdiri dari :
1. Perikatan yang menimbulkan kewajiban bagi penghuni pekarangan yang
berdampingan (pasal 625 KUH Perdata)
2. Perikatan yang menimbulkan kewajiban mendidik dan memelihara anak
(pasal 104
KUH Perdata)
Perikatan karena undang-undang tetapi lewat perbuatan manusia, yang terdiri
dari :
1. Perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad, tort), vide paasl 1354
KUH Perdata
2. Perbuatan Menurut Hukum (rechtmatige daad), terdiri dari :
 Perwakilan sukarela (zaakwaarneming), vide pasal 1354 KUH
Perdata.
 Pembayaran tidak terutang (pasal 1359 ayat (1) KUH Perdata).
 Perikatan wajar (Naturlijke Verbintennissen), vide pasal 1359 ayat
(2) KUH Perdata.

C. Perikatan yang Bersumber Dari Kontrak.

Disamping perikatan yang bersumber dari perundang-undangan, terdapat


juga perikatan yang bersumber dari kontrak (perjanjian). Perikatan yang
bersumber dari kontrak ini pada prinsipnya mempunyai kekuatan yang sama
dengan perikatan yang bersumber dari perundang-undangan. Dasar hukum dari
kekuatan suatu kontrak tersebut adalah Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang
menyatakan bahwa suatu kontrak yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang
undang bagi mereka yang membuatnya. Ketentuan-ketentuan dalam KUH Perdata
tentang perikatan, khususnya yang berkaitan dengan kontrak berlaku terhadap:
1. Kontrak bernama (kontrak khusus)
2. Kontrak umum ( tidak bernama).
Yang merupakan kontrak bernama menurut KUH Perdata adalah sebagai berikut :

1. Kontrak jual-beli, pasal 1457 sampai dengan pasal 1540.


2. Kontrak tukar- menukar, mulai pasal 1541 sampai dengan pasal 1546.
3. Kontrak sewa-menyewa, mulai dari pasal 1548 sampai dengan 1600.
4. Kontrak persetujuan untuk melakukan pekerjaan, mulai dari pasal 1601
sampai dengan pasal 1617.
5. Kontrak perseroan, mulai dari pasal 1618 sampai dengan pasal 1652.
6. Kontrak perkumpulan, mulai dari pasal 1653 sampai dengan pasal 1665.
7. Kontrak hibah, mulai dari pasal 1666 sampai dengan pasal 1693.
8. Kontrak penitipan barang, mulai dari pasal 1694 sampai dengan pasal 1739.
9. Kontrak pinjam pakai, mulai dari pasal 1740 sampai dengan pasal 1743.
10. Kontrak pinjam mengganti, mulai dari pasal 1754 sampai dengan pasal 1769.
11. Kontrak bunga tetap atau bunga abadi, mulai dari pasal 1770 sampai dengan
pasal 1773.
12. Kontrak untung-untungan, mulai dari pasal 1774 sampai dengan pasal 1791.
13. Kotrak pemberian kuasa, mulai dari pasal 1792 sampai dengan pasal 1819.
14. Kontrak penanggungan utang, mulai dari pasal 1820 sampai dengan pasal
1850.
15. Kontrak perdamaian, mulai dari pasal 1851 sampai dengan pasal 1864.

D. Asas-Asas dalam Hukum Perjanjian


Asas-asas dalam hukum perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata,
yakni menganut asas kebebasan berkontrak dan asas konsensualisme.
1. Asas Kebebasan Berkontrak
Asas kebebasan berkontrak terlihat di dalam Pasal 1338 KUH Perdata
yang menyebutkan bahwa segala sesuatu perjanjian yang dibuat adalah sah bagi
para pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya. Dengan demikian, cara ini dikatakan sistem terbuka, artinya
bahwa dalam membuat perjanjian ini para pihak diperkenankan untuk
menentukan isi dari perjanjiannya dan sebagai undang-undang bagi mereka
sendiri, dengan pembatasan perjanjian yang dibuat tidak boleh bertentangan
dengan ketentuan undang-undang, ketertiban umum, dan norma kesusilaan.
2. Asas Konsensuaiisme
Asas konsensualisme, artinya bahwa perjanjian itu lahir pada saat
tercapainya kata sepakat antara para pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak
memerlukan sesuatu formalitas. untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat
syarat yaitu:
1. Kata sepakat antara para pihak yang mengikatkan diri. Kata sepakat antara
para pihak yang mengikatkan diri, yakni para pihak yang mengadakan
perjanjian harus saling setuju dan seia sekata dalam hal yang pokok dari
perjanjian yang akan diadakan tersebut. Dengan demikian, kata sepakat
tersebut dapat dibatalkan jika terdapat unsur-unsur penipuan, paksaan,
daakekhilafan. Di dalam Pasal 1321 KUH Perdata dinyatakan bahwa tiada
sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan secara kekhilafan atau di-
perolehnya dengan paksaan/penipuan.
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian
Cakap untuk membuat suatu perjanjian, artinya bahwa para pihak hams
cakap menurut hukum, yaitu telah dewasa (berusia 21 tahun) dan udak di
bawah pengampuan.
3. Mengenai suatu hal tertentu
Mengenai suatu hal tertentu, artinya apa yang akan diperjanjikan harus
jelas dan terinci (jenis, jumlah, dan harga) atau keterangan terhadap objek,
diketahui hak dan kewajiban tiap-tiap pihak, se-hingga tidak akan terjadi
suatu perselisihan antara para pihak.
4. Suatu sebab yang halal
5. Suatu sebab yang halal, artinya isi dari perjanjian itu harus mem-punyai
tujuan (causa} yang diperbolehkan oleh undang-undang, kesusilaan, atau
keterriban umum.
Dengan demikian, jika dilihat dari syarat-syarat sahnya suatu perjanjian
maka dapat dibedakan menjadi dua bagian dari suatu perjanjian, yaitu
bagian inti dan bagian bukan inti.
a. Bagian inti (ensensial)
Bagian inri (ensensial) adalah bagian yang sifatnya harus ada di dalam
perjanjian. Jadi, sifat ini yang menentukan atau menyebabkan
perjanjian itu tercipta.
b. Bagian bukan inti
Bagian bukan inti terdiri dari naturalia dan aksidentialia.
1. Naturalia adalah sifat yang di bawa oleh perjanjian, sehingga secara
diam-diam melekat pada perjanjian, seperti menjamin tidak ada cacat
dalam benda yang akan dijual.
2. Aksidentialia adalah sifat melekat pada perjanjian yang secara tegas
diperjanjikan oleh para pihak.

E. Contract Fraud
Penipuan (bedrog, fraud, misrepresentation) dalam suatu kontrak terjadi
ketika salah satu pihak dalam kontrak menyajikan informasi yang lain yang tidak
benar, curang, atau dimaksudkan untuk membingungkan pihak lain atau suatu tipu
muslihat yang dipakai oleh salah satu pihak sehingga menyebabkan pihak lain
dalam kontrak tersebut telah menandatangani kontrak tersebut, padahal tanpa tipu
muslihat tersebut, pihak lain itu tidak akan menandatangani kontrak yang
bersangkutan. Dapat dilihat pada pasal 1328 KUH Perdata.
Tipu muslihat yang dimaksud dalam pasal 1328 KUH Perdata ini haruslah
bersifat substansial. Karena itu, jika seorang penjual terlalu memuji-muji barang
dagangannya padahal kenyataannya barang tersebut tidak seperti yang
dikatakannya. Hal tersebut belum cukup untuk dapat membatalkan kontrak jual
beli tersebut berdasarkan atas pasal 1328 KUH Perdata. Akan tetapi jika penjual
bertindak sedemikian rupa, misalnya dengan sengaja mengatakan barang tersebut
produk luar negri, padahal sebenarnya dia mengetahui bahwa barang tersebut
produk lokal yang mutunya jauh dibawahnya, bahkan dengan memalsukan surat-
menyurat, maka tipu muslihat tersebut sudah dapat dianggap substansial, sehingga
kontrak yang bersangkutan dapat dibatalkan. Hanya saja dari segi pembuktian,
menurut pasal 27 1328 KUH Perdata, suatu penipuan tidaklah boleh
dipersangkakan, melainkan haruslah benar-benar dibuktikan sebagaimana
mestinya.
Dilihat dari segi keterlibatan pihak yang melakukan penipuan, suatu
penipuan dalam kontrak dapat dibagi kedalam :

a. Penipuan disengaja (intentional misrepresentation)


b. Penipuan karena kelalaian (negligent misrepresentation)
c. Penipuan tanpa kesalahan (innocent misrepresentation)
d. Penipuan dengan jalan merahasiakan (concealment)
e. Penipuan dengan jalan tidak terbuka informasi (nondisclosure)

Undang- undang tidak memperbedakan semua jenis penipuan tersebut.


Karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua jenis penipuan tersebut dapat
menyebabkan dibatalkannya suatu kontrak dengan alasan tidak sempurnanya
unsur kesepakaatan kehendak berdasarkan pasal1320 KUH Perdata. Hanya saja,
terhadap jenis ketiga yaitu penipuan tanpa kesalahan,sebenarnya lebih merupakan
pelanggaran berupa “kesilapan” (dwaling, mistake) daripada“penipuan”.

Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar suatu penipuan dalam kontrak dapat
menyebabkan pembatalan kontrak yang bersangkutan, yaitu sebagai berikut:

a. Penipuan harus mengenai fakta.


b. Penipuan harus terhadap fakta substansial.
c. Pihak yang dirugikan berpegang pada fakta yang ditipu tersebut.
d. Penipuan termasuk juga nondisclosure.
e. Penipuan termasuk juga kebenaran sebagian (half truth).
f. Penipuan termasuk juga dalam bentuk tindakan (positive action).

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan diuraikan satu per satu dari syarat-
syarat penipuan dalam kontrak seperti tersebut diatas, yaitu sebagai berikut:
1. Penipuan harus mengenai fakta
Agar suatu penipuan dapat dibatalkan karena alasan tidak tercapainya
kesepakatan kehendak karena adanya penipuan, maka penipuan tersebut biasanya
mengenai fakta. Jadi, ada fakta yang tidak benar dari yang ada dalam kenyataan.
Karena itu, jika seorang pembeli sebuah barang dikatakan bahwa barang,
katakanlah sebuah mobil second hand dalam keadaan bagus, ternyata mobil
tersebut tidak dalam keadaan bagus, maka hal tersebut belum dapat dikatakan
penipuan sehingga dapat membatalkan kontrak. Karena bagus atau tidaknya
sebuah mobil sangat relatif dan itu lebih merupakan sebuah pendapat dari pada
merupakan sebuah fakta. Karena, pendapat yang bersifat iklan atau bahasa
dagang(mere puffing atau trade talk).
Dalam hal jual beli sampai batas-batas tertentu masih dapat ditoleransi.
Akan tetapi jika pendapat “bagus” tentang mobil tersebut lebih merupakan bagus
secara mekanik, jika ternyata dalam kenyataan tidak demikian halnya, maka hal
tersebut lebih merupakan fakta, bukan lagi hanya pendapat. Disamping itu,
sungguh pun pernyataan tersebut semata-mata pendapat, tetapi andaikan dalam
kasus-kasus tertentu memang pendapat yang lebih ditonjolkan, maka penipuan
juga dianggap telah terjadi. Misalnya jika pendapat itu diberikan oleh yang
dianggap para ahli atau para professional untuk itu.

2. Penipuan harus terhadap fakta substansial.


Seperti telah disebutkan diatas bahwa telah tipu muslihat yang dimaksud
dalam pasal 1328 KUH Perdata ini haruslah merupakan fakta yang substansial.
Karena itu, seperti dalam kasus jual beli mobil bekas tersebut diatas, maka jika
seorang penjual terlalu memuji-muji barangnya dagangannya padahal
kenyataannya barang tersebut tidak seperti yang dikatakannya, hal tersebut belum
cukup untuk dapat membatalkan kontrak jual-beli tersebut berdasarkan atas pasal
1328 KUH Perdata. Akan tetapi jika penjual bertindak sedemikian rupa, misalnya
dengan sengaja mengatakan barang tersebut produk luar negri, padahal
sebenarnya dia mengetahui bahwa barang tersebut produk lokal yang mutunya
jauh dibawahnya, bahkan dengan memalsukan surat-menyurat, maka tipu meslihat
tersebut sudah dapat dianggap substansial, sehingga kontrak yang bersangkutan
dapat dibatalkan.

3. Pihak yang dirugikan berpegang pada fakta yang ditipu tersebut.


Seperti yang telah disebutkan bahwa penipuan (dwaling,
misrepresentation) dalam suatu kontrak merupakan suatu tipu muslihat yang
dipakai oleh salah satu pihak sehingga menyebabkan pihak lain dalam kontrak
tersebut telah menandatangani kontrak tersebut.
Padahal tanpa tipu muslihat tersebut, pihak lain itu tidak akan menandatangani
kontrak yang bersangkutan. Jadi pihak yang dirugikan tersebut memang
berpegang pada fakta yang tidak benar tersebut.
4. Penipuan termasuk juga nondisclosure
Suatu penipuan dalam kontrak dapat berupa pernyataan yang isinya tidak
benar. Akan tetapi disamping pernyataan yang isinya tidak benar tersebut, suatu
penipuan dapat juga berupa hanya “merahasiakan” (non disclosure) terhadap
informasi yang substansial. Misalnya seorang penjual menetahui bahwa pembeli
mencari barang yang baru, tetapi dia diam saja ketika dia menjual barang
kepadanya dalam keadaan bekas pakai.

5. Penipuan termasuk juga kebenaran sebagian (half truth)


Suatu penipuan dalam kontrak dapat juga terjadi manakala suatu fakta
dibuka sebagian (yangbaik-baik saja) sedangkan sebagiannya lagi (yang jelek-
jelek) tetap dirahasiakan, sehingga menimbulkan kesan yang menyesatkan
(misleading).

6. Penipuan termasuk juga dalam bentuk tindakan (positive action)


Penipuan dapat terjadi karena adanya pernyataan tentang fakta tertentu
dari salah satu pihak yang kemudian fakta tersebut ternyata tidak benar.
Disamping itu, suatu penipuan dapat juga terjadi tanpa pernyataan apa-apa dari
pihak yang melakukan penipuan, tetapi hanya melakukan tindakan tertentu saja.
Misalnya tindakan tersebut dilakukan untuk menutupi sesuatu yang dirahasiakan.
Misalnya suatu pembelian mobil bekas taxi, tetapi menjelang dijualnya mobil
yang bersangkutan, oleh penjualnya diubah surat-surat mobil tersebut sehingga
tidak kelihatan bahwa mobil tersebut bekas taxi. Tindakan mengubah surat-surat
tersebut juga dapat dianggap sebagai penipuan.
BRIBERY

A. Defenisi Bribery
Suap (bribery) berasal dari kata briberie (Perancis) yang artinya adalah
’begging’ (mengemis) atau ’vagrancy’ (penggelandangan). Dalam bahasa Latin
disebut briba, yang artinya ’a piece of bread given to beggar’ (sepotong roti yang
diberikan kepada pengemis). Dalam perkembangannya bribe bermakna ’sedekah’
(alms), ’blackmail’, atau ’extortion’ (pemerasan) dalam kaitannya dengan ’gifts
received or given in order to influence corruptly’ (pemberian atau hadiah yang
diterima atau diberikan dengan maksud untuk memengaruhi secara jahat atau
korup).

Menurut Transparency International , suap berarti :


“An offer or receipt of any gift, loan, fee, reward or other advantage to or
from any person as an inducement to do something wich is dishonest, illegal or a
breach of trust, in the conduct of the enterprise’s business”

Suap-menyuap bersama- sama dengan penggelapan dana-dana publik


(embezzlement of public funds) sering disebut sebagai inti atau bentuk dasar dari
tindak pidana korupsi. Suap (bribery) adalah suatu tindakan yang melawan hukum
berupa sejumlah uang, barang, atau perjanjian khusus kepada orang yang
berpengaruh besar dengan tujuan pelancaran suatu kepentingan.

Suap (bribery) juga merupakan suatu tindakan yang tidak etis karena
tindakan ini tidak mempunyai nilai moral baik menurut konteks pribadi dengan
lingkungan maupun dalam konteks profesional dan dapat berdampak negatif
dalam suatu kehidupan, karena dapat mencederai tegaknya hukum yang berlaku,
menimbulkan ancaman stabilitas ekonomi, merusak nilai-nilai etika, lembaga-
lembaga, nilai-nilai demokrasi, kompetisi bisnis yang jujur dan keadilan.

Tindakan suap merupakan upaya mempengaruhi untuk melakukan sesuatu


yang tidak wajar dan tidak syah. Yang dimaksud dengan ‘tidak wajar’ dan ‘tidak
syah’ adalah bilamana terjadi konversi dana atau barang yang diberikan menjadi
kekuasaan untukmengambil keputusan yang bersifat tidak adil dan tidak
transparan. Walaupun suap merupakan suatu tindakan transaksi tetapi tidak dapat
dianggap sebagaitransaksi bisnis.

Transaksi suap ditandai oleh keterlibatan paling tidak dua orang di mana
paling sedikit salah seorang bertindak atas kewenangan mewakili perusahaan atau
sebagai agen dari perusahaan. Bila agen dari perusahaan tidak melaporkan atau
menyerahkan dana atau barang yang diterima dari pihak yang bertransaksi kepada
prinsipal, maka yang bersangkutan melakukan tindakan yang tidak transparan,
tidak wajar dan tidak syah. Perusahaan sebagai prinsipal dapat menganggap telah
terjadi pelanggaran kepercayaan maupun wewenang. Baik pihak pemberi maupun
pihak penerima suap terlibat dalam tindakan suap. Pihak pemberi dianggap
berupaya mempengaruhi pihak penerima untuk melakukan tindakan tidak etis
yaitu menyalah-gunakan wewenangnya. Pihak penerima melakukan tindakan
tidak etis karena tidak memberikannya pada prinsipal dan diambil sebagai hak
miliknya sendiri.

Suap merupakan tindakan yang bukan saja tidak mengikuti kaidah etika
bisnis tetapi juga memiliki implikasi hukum, khususnya bila suap dilakukan pada
pegawai negeri atau pejabat negara sebagaimana tertuang dalam naskah Undang-
undang 20/2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi.

B. Dampak Terjadinya suap


Esensi bisnis adalah suatu transaksi barang atau jasa antara paling sedikit
dua pihak. Kedua belah pihak melakukan negosiasi untuk menentukan dan
mencapai kesepakatan nilai atas barang atau jasa yang diperjual-belikan. Dalam
kondisi tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lainnya atau ‘cetiris paribus’
maka proses negosiasi demikian dianggap murni proses transaksi bisnis. Proses
transaksi murni bisnis di atas dapat menyimpang atau menjadi tidak murni lagi
bila dalam proses transaksi yang berjalan, khususnya dalam pengambilan
keputusan dan pencapaian kesepakatan, diwarnai oleh upaya mempengaruhi
ataupun memperoleh manfaat yang tidak transparan dan tidak dapat
dipertanggung-jawabkan untuk kepentingan diri atau suatu kelompok. Tindakan
demikian membawa dampak yang merugikan konsumen maupun kondisi ekonomi
secara makro. Yang menanggung biaya untuk melakukan suap ini para konsumen
sehingga pada akhirnya, kemampuan membeli konsumen berkurang. Bisnis dapat
melakukan suap untuk memperoleh perlakukan istimewa atau khusus dalam
berbagai proses berbisnis seperti percepatan perolehan izin, perolehan tender,
pemasokan barang dan jasa, bahkan untuk memperoleh informasi dari dalam
(‘inside information’) yang menyebabkan persaingan bisnis menjadi tidak sehat.

Suap merupakan salah satu bentuk korupsi yang hadir di Indonesia dan
sudah berada pada taraf yang parah. Suap tidak hanya terjadi dalam hubungan
pelaku bisnis dengan instansi pemerintah, tetapi juga dalam hubungan antar-
pelaku bisnis sendiri, dan dalam kehidupan sehari-hari. Efek suap dan korupsi
terlihat dalam kondisi makro perekonomian Indonesia .Dampak berupa
kebocoran dalam arus dana perekonomian Indonesia tinggi karena sifat
perekonomiannya menjadi ekonomi mencari ‘rente’ (rentseeking). Dana yang
seharusnya diperuntukkan untuk baik kesejahteraan masyarakat maupun
peningkatan kegiatan ekonomi, khususnya bisnis di Indonesia, hilang dan menjadi
milik pribadi. Seperti terlihat dalam bagan gambar bagan 1. Dalam bagan 1
tersebut terlihat bahwa kebocoran dana berupa korupsi tidak hanya terjadi dalam
sektor pemerintah atau birokrasi pemerintah saja, tetapi juga dapat terjadi dalam
transaksi antar-bisnis atau “bisnis-to-bisnis”, maupun bisnis dengan pemerintah.

Bagan 1: Kebocoran dalam arus dana perekonomian.

Seperti terlihat dalam bagan 1, kebocoran arus dana yang berkaitan dengan
kegiatan bisnis dapat terjadi di empat titik:
1. Dana pemerintah untuk pemasokan barang dan jasa serta proyek yang
dialirkan ke bisnis.
2. Dana bisnis untuk pembayaran pajak, perolehan berbagai izin dan
ketentuan lain dari pemerintah.
3. Dana masyarakat untuk investasi yang mengalir ke bisnis dapat dikenakan
‘markup’.
4. Dana yang mengalir untuk transaksi antar-bisnis.

Efek suap yang utama adalah timbulnya ekonomi biaya tinggi dan
berakibat makin tingginya tingkat harga barang dan jasa karena harus menutup
biaya yang tidak langsung berkaitan dengan proses produksi barang dan jasa.
Konsumen dirugikan.Suap meningkatkan ketidak-pastian karena persaingan
pasar menjadi tidak sehat. Keberhasilan bergantung pada kekuatan dan
kesanggupan menyisihkan dana untuk suap, bukan peningkatan kualitas produk
dan jasa.

TRAVEL EXSPENSE

A. Defenisi Travel expenses


Travel expenses adalah biaya perjalanan yang dikeluarkan suatu organisasi
atau perusahaan yang diberikan kepada karyawan yang akan melaksanakan
perjalanan dinas. Maksudnya perjalanan dinas adalah kegiatan yang dilakukan
oleh seorang atau lebih karyawan perusahaan yang berhubungan dengan pekerjaan
nya demi kepentingan perusahaan. Mungkin ada karyawan yang sangat sering
melakukan perjalanan dinas sehingga frekuensi kehadirannya di perusahaan
sangat jarang.

Beberapa waktu lalu mentri keuangan mengeluarkan ketentun perjalanan


dinas dengan sistem “LUMPSUM”. Maksud dari sistem ini adalah setiap
karyawan yang melakukan perjalanan dinas akan mendapatkan sejumlah uang
tertentu yang dibayarkan sekaligus. Dan didlam sistem ini termsuk diantaranya
biaya penginapan, transportasi, dan biaya hidup selama perjalanan dinas.

Dan biaya yang biasanya dikeluarkan untuk perjalanan dinas ini tidaklah
sedikit,dan semua biaya itu adalah berasal dari uang rakyat yang dikumpulkan
melalui pajak. Karena itu setiap perjalanan dinas yang dilakukan haruslah sesuai
dengan prinsip-prinsip penggunaan keuangan. Sering kita temui banyak karywan
yang melakukan perjalanan dinas menyalahgunakan biaya yang telah diberikan
perusahaan. Salah satu contoh banyak pegawai yang memilih penginapan ataupun
wisma bahkan menumpang dirumah teman ataupun saudara demi menghemat
biaya. Dan semua itu dilakukan demi bsa membawa uang pulang. Ada juga yang
mengurang waktu perjalanan dinas nya. Oleh karena itu sistem lumpsum
pendanaan untuk perjalanaan dinas ini sering diselewengkan banyak karyawan
yang melakukan perjalanan dinas demi dana “saving”

Dan kini sistem “ LUMPSUM “ tidak berlaku sepenuhnya. Mendagri


melalui keputusan No 16/2013 telah menentukan agar perjalanan dinas melalui
Anggaran Belanja Pemerintah Daerah (APBD) berdasarkan kebutuhan nyata (riil)
atau at cost. Uang yang diterima pegawai yang melakukan tugas perjalanan dinas
akan diberikan setelah yang bersangkutan melampirkan bukti perjalanan berupa
tiket transportasi, tikel hotel, transport local dan biaya akomodasi lainnya.
Sistem at cost ini berbeda dengan sebelumnya yang menggunakan lumpsum,
di mana jika ada kelebihan pembayaran dari Negara kepada yang bersangkutan
tidak dikembalikan dan inilah yang menjadi keuntungan atau saving pegawai
yang melaksanakan perjalanan dinas. Namun dengan system at cost, maka jika
ada kelebihan biaya perjalanan harus dikembalikan ke kas daerah. Dengan sistem
at cost ini semua dana SPPD akan diminta tanda terima atau bukti kwitansi/tiket
pesawat/boarding, juga tiket kamar hotel, transportasi lokal, akomodasi dan yang
lainnya.

Penerapan at cost berlaku hanya untuk beberapa aspek seperti biaya pulang-
pergi, biaya penginapan dan sebagainya. Namun untuk biaya makan dan uang
saku tidak diterapkan sistem at cost.

sistem ini demi efisiensi anggaran dan menghindari aksi tipu-tipu dalam
penggunaan anggaran perjalanan dinas. dengan sistem lumpsum penyelewengan
besar, misalnya, tiket harusnya eksekutif, tapi realisasinya ekonomi, demikian
juga biaya hotel, kenyataanya bisa lebih rendah dari anggarannya.

Jika selama ini ada pegawai yang titip beberapa SPPD (Surat Perintah
Perjalanan Dinas) dan yang berangkat satu atau dua orang saja untuk membawa
sekian lembar SPPD ketempat yang dituju, maka dengan system at cost tersebut
sangat tidak mungkin dilakukan, karena SPPD bias cair jika dilengkapi bukti
perjalanan, seperti tiket pesawat dan tiket hotel. Artinya, dengan cara at cost
SPPD fiktif sangat tidak mungkin dilakukan, berbeda jika system lumpsum, di
mana hanya bukti SPPD dan cap tanda tangan daerah tujuan.
Biaya Perjalanan Dinas yang diberikan sebagai berikut:
1. Uang Harian yang meliputi uang makan, uang saku, dan transport lokal
2. Biaya transport pegawai
3. Biaya penginapan
4. Uang representative/harian
5. Sewa kendaraan dalam kota
Sebagaimana penjelasan di atas, untuk uang harian/representasi ini juga
diberikan secara lupmsum dan tidak perlu bukti pengeluaran, sementara
penggunaan yang lainnya harus ada bukti kwitansi/tiket. Dalam Peraturan Menteri
Keuangan tentang standar biaya perjalanan dinas, batas tertinggi biaya penginapan
tersebut dibedakan antara provinsi dan kelas kamar hotelnya. Bagi pegawai yang
melakukan perjalanan dinas bersamaan dalam satu group tetapi berbeda tingkat
perjalanan dinas, dapat menginap pada hotel yang sama tetapi harus tetap
memperhatikan plafond anggaran untuk masing-masing tingkatan. Pemberian
uang penginapan ini dilakukan secara at cost, yaitu sesuai dengan bukti yang
dikeluarkan.

Tapi , kalau seandainya pegawai yang melakukan perjalanan dinas pulang


lebih awal dari hari yang tertera dalam surat tugas maka pejabat yang
bersangkutan harus mengembalikan uang harian tersebut. Hal ini dapat dibuktikan
dengan tanggal yang tertera dalam tiket pergi dan pulang pejabat yang
bersangkutan. Selain itu Uang harian ini juga diberikan secara lupmsum.
Mengapa? Setiap orang berbeda dalam mempergunakan uang harian tersebut.
Secara normal uang harian tersebut dapat mencukupi kebutuhan pegawai yang
melakukan perjalanan dinas untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Dengan asumsi bahwa sarapan pagi akan diperoleh dari hotel tempat
menginap maka uang tersebut praktis dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
makan siang dan makan malam ditambah keperluan pribadi dan transport lokal
setelah berada di tempat tujuan. Tetapi mungkin saja ada yang sangat konsumtif
sehingga uang harian tersebut tidak mencukupi, sehingga pegawai yang
bersangkutan harus mengeluarkan kocek pribadinya. Oleh karena itulah mengapa
untuk uang harian ini diberikan secara lumpsum, karena setiap orang tidak sama
pola konsumsinya. Jadi keputusan diserahkan kepada mereka yang melaksanakan
perjalanan dinas, apakah mau berhemat atau menghabiskan uang harian yang
diperolehnya.

Anda mungkin juga menyukai