Anda di halaman 1dari 5

PERTUMBUHAN TERNAK POTONG

Posted by damarapeka ⋅ July 14, 2011 ⋅ Leave a comment

A. PROSES PERTUMBUHAN

Proses pertumbuhan merupakan suatu proses pertambahan berat hidup pada seekor ternak yang
dimulai sejak terjadinya fertilisasi, yaitu saat bersatunya sel telur dengan spermatozoa sehingga
terbentuk zygote, kemudian tumbuh menjadi embrio, foetus, dan selanjutnya lahir sebagai anak
serta berakhir pada saat mengalami kematian yang alami sebagai akibat proses penuaan . Pada
proses pertumbuhan dapat dibedakan dalam 2 (dua) pengertian, yaitu :

a. Pertambahan (growth).

Pertumbuhan dalam arti pertambahan (growth) mempunyai pengertian sebagai pertambahan


yang meliputi ukuran dan bobot dari suatu jaringan, misalnya jaringan daging, jaringan tulang
dan jaringan syaraf. Dalam proses pertambahan ini gejala pertumbuhan dari suatu organ atau
individu ditandai dengan sel-selnya bertambah banyak jumlahnya (proses perbanyakan sel) yang
sering disebut dengan istilah hyperplasia dan bertambah besar sel-selnya atau proses prubahan
bentuk sel, yang disebut dengan istilah hyperthropia.

b. Perkembangan (development)

Pertumbuhan dalam arti perkembangan (development) mempunyai pengertian sebagai perubahan


dari bentuk badan (body shape) atau konformasinya. Hal ini dapat terlihat jelas pada mahluk
berderajad tinggi, misalnya perkembangan mental yang diikuti dengan perkembangan bentuk
tubuhnya. Dengan kata lain, secara singkat proses perkembangan dapat diartikan sebagai proses
perubahan bentuk, struktur dam konformasinya.

Pola pertumbuhan secara keseluruhan, yaitu sejak fase embrional sampai dengan pertumbuhan
yang maksimum yaitu pada saat dicapainya dewasa tubuh merupakan proses yang cepat dan
mempunyai pola yang tetap dan apabila digambarkan dalam suatu diagram atau kurva maka akan
berbentuk sigmoid ( letter S; S Shape Curve). Kurva sigmoid akan dapat terjadi apabila seekor
ternak tumbuh dalam lingkungan yang optimal, namun apabila seekor ternak yang pada waktu
masih muda pernah mengalami kekurangan makanan, maka pertumbuhannya akan terhambat
dan pertambahan berat badannya rendah, sehingga kurva sigmoid tidak akan tercapai. Kurva
sigmoid tersebut dapat digambarkan apabila dilakukan penimbangan berat badan dari seekor
ternak pada selang waktu tertentu dan perubahan berat badan tersebut digambar dalam suatu
diagram maka akan terlihat sebagai kurva yang berbentuk sigmoid.

B. FASE-FASE PERTUMBUHAN
Pada proses pertumbuhan yang berlangsung mulai dari saat fertilisasi sampai dengan ternak
mengalami kematian sebagai akibat proses penuaan dapat terbagi dalam 3 (tiga) fase berdasarkan
pada kecepatan pertumbuhannya, yaitu :

1. Fase stasioner/ fase initial/ fase latent.

Pada fase ini dimulai dari masa embrional sampai dengan foetus berumur 2/3 masa kebuntingan,
misalnya untuk sapi sampai foetus berumur 6 bulan dalam kandungan. Dalam fase ini belum
terlihat dengan jelas pertumbuhannya apabila dibandingkan dengan pertumbuhan secara
keseluruhan akan tetapi persentase kecepatan tumbuh (persentage growth rate) adalah tinggi.
Hal ini disebabkan bahwa walaupun rata-rata pertambahan berat harian (Average Daily Gain)
relatif rendah tetapi berat hidupnya juga rendah sehingga perbandingan antara rata-rata
pertambahan berat harian (Average Daily Gain) dengan berat hidupnya menjadi tinggi.

2. Fase eksponensial/ fase logaritmis.

Fase ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu (a) bagian pertama, dimulai dari umur foetus 1/3 akhir
masa kebuntingan sampai dengan dicapainya umur dewasa kelamin (pubertas), misalnya pada
sapi dari umur 3 bulan menjelang lahir sampai dengan umur pubertas yaitu 7-8 bulan. Pada fase
bagian ini merupakan fase pertumbuhan yang memiliki kecepatan tumbuh paling cepat sehingga
dapat dilihat dengan jelas kecepatan pertumbuhannya. Pada umumnya rata-rata pertambahan
berat badan harian (Average Daily Gain) maksimum dicapai pada saat menjelang pubertas yang
disebut maximum growth rate, (b) bagian kedua, dimulai saat pubertas sampai tercapainya
ukuran tubuh yang maksimal, yaitu pada sapi sampai umur 7-8 tahun. Pada fase bagian ini
merupakan fase yang proses pertumbuhannya berangsur-angsur kecepatannya berkurang sampai
suatu saat tidak terjadi proses pertumbuhan.

Rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) akan mencapai titik nol (ADG =
0) pada saat dewasa tubuh maksimum dan pada saat itulah ternak tidak mengalami kenaikan
berat badan lagi bahkan dapat terjadi penyusutan berat badan. Pada fase eksponensial/logaritmis
ini grafik persentase kecepatan tumbuh (persentage growth rate) menunjukan kecenderungan
menurun dan hal ini disebabkan meskipun rata-rata pertambahan berat badan harian (Average
Daily Gain) besar tetapi berat hidupnya mempunyai kenaikan yang lebih besar dibandingkan
dengan Rata-rata pertambahan berat badan harian (Average Daily Gain) itu sendiri.

3. Fase regresi.

Fase ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya dan berakhir sampai dengan terjadinya
kematian yang alami. Pada fase ini tidak terjadi pertumbuhan, bahkan memungkinkan terjadi
adanya suatu penyusutan berat atau ukuran sehingga dikatakan fase regresi. Setelah pertumbuhan
maksimum dicapai, maka proses pertumbuhan dapat dikatakan berhenti tetapi dilanjutkan
dengan proses lain dari kehidupan yang meliputi proses regenerasi, reparasi, reproduksi, dll.
Pada saat berat maksimal dicapai, berat tersebut bertahan sampai kemudian berkurang dan
apabila mulai berumur sangat tua terlihat mengalami penyusutan berat yang nyata dan saat itulah
terjadi kecepatan pertumbuhan yang negatif.
Proses pertumbuhan apabila ditinjau dari ruang lingkup kehidupan ternak, maka dapat dibagi
dalam 2 (dua) periode waktu yaitu :

1. Pertumbuhan pre-natal.

Pertumbuhan pre-natal merupakan pertumbuhan pada periode waktu selama masih embrio, yang
kemudian tumbuh berkembang menjadi foetus. Dengan kata lain, pertumbuhan pre-natal
merupakan pertumbuhan pada periode waktu hidup dalam kandungan. Pada periode ini
pertumbuhan foetus yang terbesar mulai dari 2/3 akhir masa kebuntingan, oleh karena itu
hendaknya mulai saat itu pemberian makanan induk diusahakan sebaik mungkin karena pada
pertumbuhan pre-natal ini banyak dipengaruhi oleh kondisi induk melalui fungsi dari placenta.
Sebagai contoh pada induk ternak perah yang sedang bunting akan dilakukan suatu periode
kering kandang (tidak diperah) mulai umur kebuntingan 7 bulan dengan maksud agar air susu
tidak diperah lagi dan energi dari air susu dipergunakan untuk memulihkan kondisi serta untuk
mensuplai makanan foetus yang relatif pertumbuhannya cepat.

2. Pertumbuhan post-natal

Pertumbuhan post-natal dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan terjadinya kematian secara
alami. Pada saat lahir sampai dengan saat penyapihan terjadi pertumbuhan yang relatif cepat dan
kemudian setelah umur sapih mengalami penurunan sedikit. Kecepatan pertumbuhan anak sejak
dilahirkan sampai dengan disapih sangat bergantung kepada atau banyak ditentukan oleh
produksi air susu induk, disamping adanya pengaruh dari makanan dan lingkungan. Dengan kata
lain, pertumbuhan selama periode laktasi banyak dipengaruhi oleh faktor induk (maternal
factor). Pada saat menjelang dewasa kelamin (pubertas) terjadi pertumbuhan yang cepat
kembali, sedang pada saat menjelang dewasa tubuh (mature), laju pertumbuhan relatif lambat
dan sesudah itu pemeliharaan ternak potong pada umumnya sudah tidak menghasilkan kenaikan
berat badan lagi. Pada ternak sapi dewasa kelamin (pubertas) dicapai pada umur lebih kurang 8
bulan, sedangkan dewasa tubuh (mature) dimana maksimum ukuran tubuhnya tercapai yaitu
kira-kira pada umur 6-8 tahun.

C. INDIKATOR PERTUMBUHAN.

Pertumbuhan selalu terjadi dalam setiap mahluk hidup dan dimulai dari saat pembuahan serta
berakhir sampai dengan saat mahluk mengalami kematian yang alami. Ditinjau dari aspek
produksi, maka terjadinya pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan terjadinya perubahan-
perubahan, antara lain :

1. Perubahan ukuran badan, yaitu apabila ternak terlihat semakin bertambah tinggi dan
panjang. Misal seekor sapi pada saat dilahirkan tingginya 75 cm dan pada saat umur
sapih tingginya mencapai 105 cm, maka terjadi pertambahan tinggi badan 30 cm.
2. Perubahan berat badan, yaitu ternak akan selalu bertambah berat yang dapat diketahui
apabila dilakukan penimbangan dalam periode waktu tertentu. Misalnya seekor sapi pada
saat lahir berat badannya 25 kg dan saat mencapai umur sapih memiliki berat badan 90
kg, maka terjadi pertambahan berat badan 65 kg.
3. Perubahan bentuk badan ternak, yang dapat diketahui apabila dilakukan pengamatan
pertumbuhan pada seekor ternak dimana seekor ternak pada waktu masih kecil terlihat
bahwa kakinya panjang, tetapi setelah dewasa terlihat kakinya lebih pendek, dsb.

D. FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PERTUMBUHAN.

Kecepatan pertumbuhan untuk masing-masing ternak tidak akan selalu sama dan hal ini
disebabkan pengaruh dari beberapa faktor, antara lain :

1. Aspek genetik

Bangsa ternak yang dikategorikan sebagai bangsa yang besar maka akan memiliki kecepatan
tumbuh yang lebih besar dibandingkan dengan bangsa ternak yang tergolong kecil. Perbedaan
dalam tingkat sel antara embrio dari bangsa kecil (lokal) dengan bangsa besar (unggul) sudah
terjadi 48 jam setelah fertilisasi. Beberapa contoh bangsa sapi yang dikategorikan sebagai bangsa
sapi unggul yang terdapat diIndonesia, antara lain sapi simmental,hereford, angus,limousin,
brahman.

2. Aspek makanan

Pertumbuhan ternak secara optimum dapat tercapai apabila faktor makanan mengandung semua
zat gizi (nutrisi; nutrient) yang diperlukan oleh tubuh (protein, energi, vitamin, mineral) serta
diberikan dalam jumlah yang cukup dan seimbang sesuai dengan jenis ternak, periode
pertumbuhannya (umur, berat) dan tujuan pemeliharaan. Perbedaan tingkat pemberian nutrisi
pada semua umur sejak fase foetus bukan hanya mengubah pertumbuhan secara umum, tetapi
juga mempengaruhi jaringan dan berbagai organ. Dengan demikian, ternak dengan tingkat
pemberian nutrisi yang berbeda walaupun bangsa, umur dan beratnya sama akan sangat berbeda
dalam bentuk dan konformasinya. Ternak yang diberi makanan dibawah tingkatan kebutuhan
hidup pokoknya (submaintenance) maka berbagai jaringan dalam tubuh akan dipakai untuk
mensuplai energi dan protein untuk hidup pokoknya.

3. Aspek hormonal

Pertumbuhan diatur oleh hormon pertumbuhan yang mempunyai fungsi untuk memacu sel tubuh
agar berkembang dan membesar. Hormon pertumbuhan dari pituitary akan merangsang
pertumbuhan yang pengaruhnya melalui sejumlah peptida serum dan somatomedium, sedangkan
hormon lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan misalnya androgen, estrogen, hormon tiroid
dari glukokortikoid bekerjanya dengan mengubah produksi dan aktivitas somato medium.

4. Jenis kelamin

Hormon kelamin dapat berfungsi sebagai hormon pertumbuhan dengan memacu sel tubuh agar
berkembang dan membesar sebagaimana hormon pertumbuhan lainnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pertumbuhan urat daging ternak jantan cenderung lebih besar daripada
pertumbuhan urat daging ternak betina. Hal ini merupakan refleksi perbedaan dalam ukuran
badan secara keseluruhan dipengaruhi oleh jenis kelamin.
5. Aspek lingkungan

Suhu lingkungan yang secara normal dapat ditoleransi oleh organisme berkisar antara 0 – 40o C,
tetapi kisaran suhu lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan ternak secara optimal adalah 18 –
22o C. Persoalan regulasi panas pada ternak mempunyai kepentingan ekonomis, dimana sapi dan
domba cenderung mempertahankan suhu tubuhnya pada level konstan yang optimum untuk
aktivitas biologisnya. Mengekpos ternak pada suhu panas atau dingin dalam waktu yang lama
akan melibatkan perubahan hormon yang spesifik terhadap kedua stress tersebut, tetapi
mengekpos ternak secara mendadak terhadap suhu panas dan dingin sangat berbahaya karena
akan menimbulkan reaksi yang kompleks dari sistem endokrin yang disebut general adaptation
syndrome. Ternak sapi yang tinggal di daerah beriklim dingin pada umumnya akan memiliki
tubuh yang kompak dengan kaki dan leher yang pendek dan ditutupi oleh bulu yang panjang.
Ternak sapi yang dipelihara di daerah beiklim sedang akan mempunyai kerangka yang relatif
kurang kompak. Ternak sapi yang berasal dari daerah panas (tropis) akan mempunyai kerangka
persegi, anggota badan yang lebih besar dan terdapat lipatan kulit yang menggantung antara
kerongkongan dan dada serta memiliki bulu yang sangat pendek.

Kecepatan pertumbuhan ternak perlu diketahui karena dapat digunakan untuk menentukan
produksi daging dan terutama sangat penting sebagai pedoman atau kriteria seleksi untuk ternak
bakalan yang akan digemukkan. Sebagai contoh pada ternak sapi didapat keterangan dari kurva
pertumbuhannya, yaitu bahwa agar memperoleh hasil yang baik untuk memproduksi daging
maka hendaknya dipilih sapi yang setidaknya masih dalam proses pertumbuhan, yaitu sapi-sapi
yang umurnya berkisar antara 1 – 3 tahun.

Pertumbuhan yang cepat tidak berarti selalu harus pada kondisi ternak sebelum pubertas, karena
ternak dewasapun dalam keadaan sehat namun memiliki kondisi tubuh kurus yang diakibatkan
mengalami stress karena pengaruh makanan, iklim dsb., dapat pula tumbuh dengan cepat setelah
mendapatkan perbaikan. Hal ini dikenal dengan istilah pertumbuhan dipercepat atau
pertumbuhan kompensasi (Compensatory growth).

Anda mungkin juga menyukai