ACARA 2 PERAGA Bentonik
ACARA 2 PERAGA Bentonik
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI
ACARA II : PERAGA BENTONIK
LAPORAN
OLEH
YOUNDREE RUDY MANGALUK
D061171507
GOWA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
mikroskop untuk dapat dikenali dengan jelas. Salah satu ordo mikrofosil yang
sangat sering dikenali dan dijumpai yaitu Foraminifera . Foraminifera itu sendiri
Fosil yang berukuran mikro mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan biostratigrafi suatu daerah. Dari berbagai jenis fosil mikro yang
penyebarannya.
Foraminifera merupakan salah satu ordo dari filum protozoa. Ordo ini
memiliki spesies yang sangat bervariasi, mulai dari yang hidup plantonik sampai
bentonik. Disamping itu pada suatu fosil foraminifera memiliki umur relative dan
bentonik pada alat peraga, sebagai pengenalan awal terhadap fosil foraminifera
1.2.1 Tujuan
1.2.2 Manfaat
mengenali dan memahami fosil serta mampu mendeskripsi fosil dari segi
cangkang. Cangkang foram juga disebut sebagai test karena dalam beberapa
meskipun bentuk yang paling sederhana adalah tabung terbuka atau bola
organik, porcelain dan partikel lainnya disemen bersama-sama, atau kristal kalsit.
(Brasier.2005).
sampai recent. Bentuk paling awal yang muncul dalam catatan fosil
selama fusulinids mulai berkembang berpuncak pada test fusulinid kompleks pada
pertama kali muncul pada awal Carboniferous, kemudian pada masa Mesozoikum
muncul. Semua fosil awal foraminifera adalah bentonik, bentuk plantonik mulai
muncul pada masa jura tengah, namun hanya berupa meroplantonik (plantonik
hanya selama tahap akhir dari siklus hidup mereka). Naiknya sea level dan efek
rumah kaca pada kepunahan besar yang terjadi diakhir zaman kapur membuat
foram plantonik banyak yang punah. Ledakan evolusi yang cepat terjadi selama
Keragaman bentuk plantonik juga umumnya menurun sejak akhir Kapur dengan
kenaikan singkat selama periode iklim hangat dari Eosen dan Miosen
(Brasier.2005).
Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara hidup
semula sesil dan berkembang menjadi vagil serta hidup sampai kedalaman 3000
meter di bawah permukaanlaut. Material penyusun test merupakan agglutinin,
didasarkan pada seberapa rumit struktur internalnya. Untuk lebih jelas mengenai
perbedaan antara dua foraminifera ini perlu dipelajari pada sayatan tipis.
foraminifera bentik dapat hidup vagil atau sessil dan menunjukkan berbagai
tinggal. Foraminifera bentonik besar dapat ditemukan di laut tropika yang kaya
bentonik kecil ditemukan pada brackish water, dan pada daerah yang rendah
alkalinya (Brasier.2005).
Adanya bentuk megalosfeer dan mikrosfeer dalam satu spesies, disebut sebagai
dimorfisme. Hal ini menyebabkan adanya dua bentuk yang berlainan dalam satu
2.5 Cangkang
dapat terbentuk dari zat-zat yang gampingan,silikaan, chitin ataupun aglutin yang
sangat resisten, sehingga golongan ini banyak yang terawetkan sebagai fosil.
Monotalamus test (uniloculer) yaitu cangkang foraminifera yang terdiri atas satu
kamar (kompleks).
Cirinyaadalahapabiladarisampingterlihatsimetridandijumpaipadasusunan
planispiral
yangmemanjangdaripusatkeperi-peri.
apertureutamadanberukuranlebihkecil.
c. Accessory aperture(aperture aksesoris): aperture sekunder yang
terletakpadastrukturaksesorisataustrukturtambahan.
Hiasan dipakai sebagai penciri khas untuk genus atau spesies. Berdasarkan
a. Suture
b. Peri-peri
c. Permukaan Cangkang
1. Punctuate: berbintik-bintik
2. Smooth: mulus/licin
5. Cancallate: tonjolan-tonjolanmemanjang
d.Umbilicus
e.Aperture
Kamera
Penggaris
Buku referensi
Sampel peraga
LKP
Chusman
yaitu :
taksonomi.
3. Lalu ditentukan susunan kamar, jumlah kamar, bentuk test, bentuk kamar,
pengendapan.
Susunan kamar dari sampel ini adalah Polythalamus yaitu terdiri dari banyak
kamar. Jumlah kamar dari sampel ini adalah empat. Bentuk test dari sampel ini
adalah uniserial. Bentuk kamar sampel ini adalah globular atau membundar.
Aperture dari sampel ini adalah bundar. Ornamen pada permukaan testnya adalah
smooth.
(1933), sampel ini diendapkan pada zona IV dengan kedalaman mencapai 300-
Susunan kamar dari sampel ini adalah Polythalamus yaitu terdiri dari banyak
kamar. Jumlah kamar dari sampel ini adalah 15. Bentuk test dari sampel ini adalah
biserial - uniserial. Bentuk kamar sampel ini adalah angular atau menyudut.
Aperture dari sampel ini adalah crescentric. Ornamen pada permukaan testnya
adalah smooth.
Secara taksonomi, sampel nomor urut 2 dengan nomor peraga 9 termasuk ordo
ini diendapkan pada zona II dengan kedalaman mencapai 15-90 meter dan
temperatur 3-16 ⁰C dan zona IV dengan kedalaman mencapai 300-1000 meter dan
Susunan kamar dari sampel ini adalah Polythalamus yaitu terdiri dari
banyak kamar. Jumlah kamar dari sampel ini adalah 20. Bentuk test dari sampel
ini adalah biserial. Bentuk kamar sampel ini adalah angular yaitu menyudut.
Aperture dari sampel ini adalah bundar. Ornamen pada permukaan testnya adalah
costae.
(1933), sampel ini diendapkan pada zona IV dengan kedalaman mencapai 300-
. Susunan kamar dari sampel ini adalah Polythalamus yaitu terdiri dari banyak
kamar. Jumlah kamar dari sampel ini adalah 15. Bentuk test dari sampel ini adalah
biumblicate. Bentuk kamar sampel ini adalah eyelid. Aperture dari sampel ini
adalah cribate. Ornamen pada permukaan testnya adalah costae, pada suture yaitu
(1933), sampel ini diendapkan pada zona I dengan kedalaman mencapai 0-15
meter dan temperatur 0-27 ⁰C dan zona II dengan kedalaman mencapai 15-90
Susunan kamar dari sampel ini adalah Monothalamus yaitu terdiri dari satu
kamar. Jumlah kamar dari sampel ini hanya satu. Bentuk test dari sampel ini
adalah flash shape atau menyerupai botol. Bentuk kamar sampel ini adalah
spherical. Aperture dari sampel ini adalah bundar. Ornamen pada permukaan
Secara taksonomi, sampel nomor urut 5 dengan nomor peraga 1 termasuk ordo
(1933), sampel ini diendapkan pada zona III dengan kedalaman mencapai 90-30
Susunan kamar dari sampel ini adalah Polythalamus yaitu terdiri dari banyak
kamar. Jumlah kamar dari sampel ini adalah 12. Bentuk test dari sampel ini adalah
conical. Bentuk kamar sampel ini adalah globular. Aperture dari sampel ini
Secara taksonomi, sampel nomor urut 6 dengan nomor peraga 4 termasuk ordo
dengan kedalaman mencapai 15-90 meter dan temperatur 3-16 ⁰C dan zona III
Susunan kamar dari sampel ini adalah Polythalamus yaitu terdiri dari banyak
kamar. Jumlah kamar dari sampel ini adalah 10. Bentuk test dari sampel ini adalah
uniserial. Bentuk kamar sampel ini adalah tabular. Aperture dari sampel ini
adalah bundar. Ornamen pada permukaan testnya adalah smooth, pada aperture
adalah lip, pada umbilicus yaitu open umbillicus dan peri-perinya yaitu bridge.
Secara taksonomi, sampel nomor urut 7 dengan nomor peraga 8 termasuk ordo
sampel ini diendapkan pada zona II-III dengan kedalaman mencapai 15-300 meter
Susunan kamar dari sampel ini adalah Polythalamus yaitu terdiri dari banyak
kamar. Jumlah kamar dari sampel ini adalah 15. Bentuk test dari sampel ini adalah
biserial. Bentuk kamar sampel ini adalah angular. Aperture dari sampel ini adalah
Secara taksonomi, sampel nomor urut 8 dengan nomor peraga 2 termasuk ordo
ini diendapkan pada pada zona II dengan kedalaman mencapai 15-90 meter dan
1.1 Kesimpulan
bahwa:
90-300 meter.
5.2 Saran
.1. Sebaiknya disediakan alat pembersih dan selalu dijaga kebersihan lab.