Anda di halaman 1dari 12

PEMELIHARAAN PREVENTIF RECLOSER

Dalam operasi sistem tenaga listrik terjadinya gangguan tidak dapat dihindarkan.
Gangguan terjadi dapat dikarenakan adanya kejadian secara acak dalam sistem yang dapat
berupa berkurangnya kemampuan peralatan, meningkatnya beban, dan lepasnya peralatan-
peralatan yang tersambung ke sistem.

Berbagai kemungkinan yang merupakan penyebab gagalnya kontrol pada Recloser


adalah:

• Ketika tegangan AC tidak ada maka battery harus terus mensuplay RTU dan battery tidak akan
kuat bertahan lama ketika dilakukan control open atau close battery tidak kuat untuk
memberikan tegangan yang cukup.
• Penyebab lainnya bisa juga dikarenakan komunikasi SCADA yang menggunakan modem sinyal
provider rendah ataupun kuota GPRS yang belum unlimited.
• Mekanik motorized yang macet akibat Recloser lama tidak pernah dioperasikan.

Selain persoalan gagal kontrol dalam pengoperasian Recloser adapun beberapa hal yang
bisa menyebabkan kerusakan pada Recloser di dalam pengoperasiaanya antara lain :

• Suhu jumperan pada bushing Recloser, Bushing Arrester, VT maupun CO yang panas yang bisa
menyebabkan Flash Over.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan gagal kontrol pada Recloser dan menjaga
peralatan tetap dalam kondisi baik adalah dengan cara dilakukannya pemeliharaan preventif pada
Recloser. Dengan dilakukannya pemeliharaan Recloser yang terencana dengan baik dan
dilakukan sesuai dengan prosedur maka akan diperoleh umur peralatan yang diharapkan sesuai
dengan umur teknisnya dengan demikian akan diperoleh unjuk kerja yang optimum serta mampu
meminimalisir gagal kontrol pada Recloser.

FAKTA YANG MEMPENGARUHI

A. Jaringan Tegangan Menengah (JTM)

Jaringan Tegangan Menengah merupakan jaringan yang mempunyai tegangan 20 KV.


Jaringan Tegangan Menengah ini secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu Saluran
Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM).

1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)


SUTM merupakan jaringan distribusi yang tergelar atau yang ditempatkan diatas tiang
(diudara). Ada dua jenis penghantar yang digunakan, yaitu penghantar tidak berisolasi (kawat)
dan penghantar yang berisolasi (kabel). Penghantar yang tidak berisolasi memiliki kekurangan
yaitu sering terjadinya gangguan-gangguan listrik yang dialaminya seperti terkena sambaran
petir, terkena pohon dan binatang yang menyebabkan gangguan phasa-netral ataupu phasa-
phasa. Kelebihannya adalah harganya yang relatif murah.
2. Saluran Kabel Tegangan Menengah

SKTM merupakan jaringan distribusi yang dipasang atau ditempatkan ditanam di bawah
tanah. Kekurangan penggunaan kabel ini adalah jika terjadi gangguan akan sulit untuk
menemukan lokasi gangguannya dan keuntungannya adalah gangguan yang terjadi akan lebih
kecil dan estetikanya lebih indah.

B. Fuse Cut Out (FCO)

Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban
pada jaringan distribusi yang bekerja denga cara meleburkan bagian dari komponennya (fuse
link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO
merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan
memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati
kapasitas kerjanya.

Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus,
dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus
yang mengalir ke sistem.
Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link, sehingga dapat memisahkan
antara bagian yang sehat dan yang terganggu. Sedangkan fuse link itu sendiri adalah elemen inti
dari FCO yang terletak di dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban
jaringan sesudah FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka fuse link akan meleleh dan akan
memisahkan jaringan sebelum FCO dengan jaringan sesudah FCO.

Pada Recloser ,Fuse Cut Out ini dipasang untuk mengamankan jaringan atau system dari
arus hubung singkat pada VT . Jika terjadi masalah/kerusakan pada VT sehingga FCO akan
segera memutus rangkaian listrik agar jaringan aman dari arus hubung singkat pada VT ataupun
dari gangguan lainnya.

C. Voltage Transformator (VT)

Voltage Transformator adalah peralatan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari
20 KV ke 220/110 VAC. VT ini digunakan pada Recloser untuk suplay tegangan AC. Tegangan
AC ini akan di step down oleh converter menjadi 24 VDC untuk suplay RTU dan sebagai
charger battere.

D. Lightning Arrester

Arrester merupakan alat pelindung bagi peralatan sistem/ Recloser terhadap surja petir
dan tegangan abnormal. Arrester berlaku sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arrester
membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir sehingga tidak timbul tegangan
lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
aliran daya sistem. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator dan bila timbul
surja petir arrester berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan arus yang tinggi. Setelah surja
hilang arrester harus dapat dengan cepat kembali menjadi isolator, sehingga pemutus beban tidak
sempat membuka.

Pada Recloser pemasangan arrester sebaiknya dipasang pada jumperan Bhusing recloser
sebelum jumperan fuse cut out, karena apabila terjadi petir arus petir akan segera di alirkan ke
bumi melalui arrester dan tidak akan mengenai fuse cut out ataupun VT.

E.5. Pembumian

Pembumian adalah penghubungan suatu titik sirkit atau penghantar yang bukan bagian
sirkit dengan bumi melalui dengan cara menanam penghantar.

Fungsi Pembumian
1. Mengalirkan arus gangguan ke bumi

2. Membuang arus muatan statis ke bumi

3. Mengamankan terhadap bahaya tegangan sentuh/ tegangan langkah

Tujuan Pembumian :

1. Membatasi tegangan antara bagian peralatan yang tidak dialiri arus dengan antara bagian
tersebut dengan tanah sampai suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi.

2. Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik berbahya bagi orang dalam daerah tersebut.

3. Pembumian arrester bertujuan untuk pengamanan peralatan atau system dari sambaran petir agar
peralatan tidak mengalami kerusakan.

Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan dengan standard sesuai
ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembumian biasanya digunakan elektroda batang
berbentuk pipa baja galvanis yang dilapisi tembaga dengan panjang 2,5 m atau 3 m. Untuk
penghantar bumi biasanya digunakan tembaga 50 mm2 dan sampai dengan 2,5 meter dari atas
tanah harus dilindungi dengan pipa baja dari kerusakan mekanis. Disamping itu tembaga
pembumian sebaiknya dilapisi dengan timah agar umurnya lebih lama dan tidak mudah korosi
dibandingkan dengan tembaga biasa. Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung
pada jenis elektroda, jenis tanah dan ke dalaman penanaman elektroda.

G.6. Pengertian RTU

G.6.1. RTU-Remote Terminal Unit (Unit Terminal Jarak Jauh)

RTU adalah suatu komponen SCADA dimana bertugas melakukan prosesing dari data
yang diterima dari MTU (Master Terminal Unit) kemudian mengirimkan data tersebut ke sistem
yang diaturnya, berlaku sebaliknya.

Remote Terminal Unit ini juga bertugas mengambil data baik data status maupun data
pengukuran secara scanning. Tugas lainnya yang lebih utama adalah melaksanakan perintah-
perintah dari HMI yaitu malakukan Buka/Tutup CB/Recloser, melaporkan realisasi apa yang
diperintahkan HMI lengkap dengan keadaan RTU saat itu (real time).

Remote Terminal Unit (RTU) berfungsi untuk mengumpulkan data dan kontrol dari peralatan
tenaga listrik.
Fungsi RTU dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
 Telesignaling berfungsi untuk mengetahui status indikasi dari peralatan
tenaga listrik atau Recloser.
 Telemetering berfungsi untuk mengetahui besaran-besaran listrik pada peralatan tenaga listrik,
seperti besaran tegangan, dan arus.
 Telecontrolling berfungsi untuk meneruskan perintah dari pusat pengatur ke peralatan tenaga
listrik.

5.6.2. Mekanisme Kerja Sistem RTU


Remote Terminal Unit bekerja atau beroperasi atas dasar pengambilan data status dan
pengukuran. Data tersebut diambil melalui system polling yang dilakukan oleh RTU dan
diproses yang hasilnya disimpan didalam data memory. RTU akan mengambil data status dan
pengukuran ini apabila terjadi perubahan pada data tersebut. Bila tidak maka RTU akan
mengabaikannya. Untuk mengetahui adanya perubahan data status dan pengukuran ini RTU
selalu membandingkan antara data yang lama dengan data yang baru. Bila antara data yang baru
dengan data yang lama berbeda maka sudah dapat dipastikan bahwa ada perrubahan data. RTU
akan mengirim data status dan pengukuran yang terbaru beserta waktunya ke Front End
Prosesor (FEP) bila FEP memintanya.

Front End Processor adalah peralatan komputer yang berfungsi sebagai perantara
komunikasi/menghubungkan antara Master Terminal Unit (MTU) dengan Remote Terminal
Unit (RTU).

Tugas-tugas RTU antara lain :

❖ Menangkap besaran-besaran data analog dan sinyal indikasi, seperti status pada peralatan
Recloser
❖ Fungsi control, setting dan fungsi set point lainnya.
❖ Meneruskan hasil pengukuran peralatan lapangan ke pusat kendali
❖ Perekam dan pengarsipan data.

5.7. Pengertian Recloser

Recloser adalah pemutus balik otomatis secara fisik mempunyai kemampuan sebagai
pemutus beban yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengamankan sistem dari arus lebih
yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.
Recloser atau Penutup balik otomatis (PBO) digunakan sebagai pelengkap untuk pengaman
terhadap gangguan temporer atau permanen dan membatasi luas daerah yang padam akibat
gangguan.

Urutan operasi Recloser:


1. Pada saat terjadi gangguan, arus yang m engalir melalui Recloser sangat
besar sehingga menyebabkan kontakRecloser terbuka (trip) dalam operasi cepat
(fast trip) Saklar dan Pengaman.
2. Kontak Recloser akan menutup kembali setelah melewati waktu reclose
sesuai setting. Tujuan memberi selang waktu ini adalah untuk memberikan waktu
pada penyebab gangguan agar hilang, terutama gangguan yang bersifat temporer.
3. Jika gangguan bersifat permanen, Recloser akan membuka dan menutup balik sesuai
dengan settingnya dan akan lock-out (terkunci).
4. Setelah gangguan dihilangkan oleh petugas, baru Recloser dapat dimasukkan
kesistem.

PEMBAHASAN

6.1. Pemeliharaan Recloser Sebagai Upaya Untuk Meminimalisir Gagal Kontrol.

Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya


kerusakan secara tiba-tiba dan untuk mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem/peralatan akan
berfungsi secara optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi
masyarakat. Pemeliharaan Recloser sangat perlu dilakukan untuk tetap menjaga kondisi
peralatan Recloser serta komponen-komponen pada RTU tetap baik dan berfungsi dengan
optimal. Untuk itu pemeliharaan Recloser dilakukan sesuai SOP, jadwal dan berkelanjutan
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan dilakukan pemeliharaan recloser diharapkan
mampu meminimalisir gagal kontrol.

6.1.1. Tahapan Pelaksanaan Pemeliharaan Recloser


Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan agar peralatan instalasi tenaga listrik dapat
beroperasi dengan kehandalan yang tinggi dan menghasilkan mutu listrik yang baik sehingga
kontinuitas pelayanan penyaluran tenaga listrik dapat dicapai.

Tahapan kegiatan pemeliharaan dimulai dari :

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan awal dari kegiatan yang kita lakukan. Sebelum melakukan pemeliharaan
harus dilakukan perencanaan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan bagaimana cara
melakukan pekerjan pemeliharaan. Dalam perencanaan ditekankan penggunaan SOP agar dalam
pelaksanaannya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
2. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pemeliharaan Recloser harus dilaksanakan sesuai SOP yang disepakati
dalam perencanaan, agar pemeliharaan dapat berjalan dengan baik.
3. Pengujian

Setelah dilakukan pelaksanaan pemeliharaan, harus dilakukan pengujian. Tujuan pengujian ini
untuk memastikan peralatan dapat bekerja dengan baik tanpa terjadi kendala atau masalah
setelah dilakukan pemeliharaan.
4. Analisa

Setelah dilakukan pengujian, permasalahan yang ditemukan harus di analisa apa penyebabnya
agar permasalahan tersebut dapat diperbaiki.
5. Penelitian dan Pengembangan

Penelitian dan pengembanban ini dilakukan untuk memperbaiki atau menyelesaikan


permasalahan yang sudah di analisa atau ditemukan penyebabnya.

Dengan dilakukannya tahapan kegiatan pemeliharaan yang baik maka kendala-kendala operasi
dapat diperkecil.

6.1.2. Penerapan K2/K3 Pada Pemeliharaan Recloser

Keselamatan Ketenagalistrikan (K2) adalah segala upaya atau langkah-langkah instalasi


tenaga listrik dan pengamanan pemanfaatan tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi andal bagi
instalasi dan kondisi aman dari bahaya bagi masyarakat sekitar, serta kondisi ramah lingkungan ,
dalam arti tidak merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya atau pemikiran dan penerapannya yang
ditunjukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada mumnya.

Jadi penerapan K2/K3 dalam pelaksanaan suatu pekerjaan sangatlah penting untuk menghindari
terjadinya suatu kecelakaan bagi pekerja, peralatan listrik itu sendiri maupun bagi masyarakat
sekitar.

Adapun alat perlindungan diri serta alat yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan pemeliharaan
Recloser adalah sebagai berikut : helm, wear pack, sepatu tahan bentur, kaca mata, sarung
tangan, tester 20 KV.

6.2. Langkah Langkah Pemeliharaan Recloser

Adapun langkah langkah kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan Recloser ini antara lain:

6.2.1. Mendownload Setingan RTU dan Modem


Mendownload data setingan dan event pada RTU adalah untuk mengetahui event event
apa saja yang pernah terjadi pada RTU tersebut dan untuk memastikan setingannya sudah sesuai.
Setelah mendownload setingan dan event pada RTU selanjutnya mendownload setingan pada
modem untuk mengetahui kartu provider yang dipakai dan memastikan mendapatkan sinyal yang
baik. Bila sinyalnya rendah atau kurang baik maka akan dilakukan penggeseran tempat antena
atau penggantian kartu provider agar sinyalnya kembali baik dan bisa mengirimkan status RTU
ke HMI dan agar bisa lancar apabila dilakukan control pada switching. Apabila settingan RTU
dan Modem sudah sesuai dan sinyal modem juga sudah bagus, diharapkan nantinya dapat
memperkecil terjadinya gagal kontrol.

6.2.2. Menjaga Kebersihan Sekitar RTU yang meliputi:


1. Pembersihan lingkungan di sekitar box panel RTU.

Pembersihan ini meliputi pembersihan rumput-rumput liar atau tanaman yang mengganggu box
panel. Pembersihan kertas kertas iklan yang menempel pada box panel RTU.
2. Pembersihan di dalam box panel RTU dari kemungkinan hewan-hewan yang mengganggu yang
dapat menyebabkan short sirkuit pada rangkaian RTU yang dapat menyebabkan kerusakan.

6.2.3. Pengamatan Visual dan Thermovision Pada Jumperan Bushing Recloser.


Pengamatan visual ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan kelainan
pada terminal bushing pada Recloser serta jumperan pada arrester, VT maupun Fuse Cut Out.
Thermovision dilakukan untuk mengetahui seberapa besar suhu pada titik titik jumperan. Suhu
yang diperbolehkan maksimal 40° C. Apabila ditemukan suhu melebihi 40° C akan dilakukan
penjadwalan ulang untuk melakukan penggantian terminating pada jumperan yang panas
tersebut. Karena apabila ada titik panas yang melebihi 40°C akan menyebabkan kerusakan pada
kabel tersebut atau putus dan bisa menyebabkan terjadinya flash over.

Pengukuran suhu dengan menggunakan thermovision diukur pada titik-titik jumperan (pada
gambar yang ditandai) karena pada titik jumperan tersebut adanya kemungkinan sambungan yang
menggunakan LLC itu kendor atau pun pada pemasangan CCO yang kurang baik. Apabila dalam
pengepresan CCO kurang baik dan masih terdapat rongga udara di dalam CCO maka apabila dialiri arus
lama kelamaan udara tersebut akan panas dan menyebabkan terjadinya flash over dan kerusakan pada
CCO.

6.2.4. Pengukuran Tahanan Pembumian


Tahanan pembumian atau grounding bertujuan untuk melepas muatan tegangan lebih
akibat sambaran petir dan juga untuk mencegah timbulnya atau terjadinya tegangan sentuh yang
membahayakan manusia pada saat terjadi gangguan tanah. Pengukuran grounding ini dilakukan
untuk mengetahui baik tidaknya nilai resistansi pada suatu peralatan. Jumlah grounding yang
digunakan sebanyak 4 titik yaitu Pembumian pada Arrester Primer, Pembumian pada Arrester
Sekunder, Pembumian pada body Recloser dan Pembumian untuk Box Control Panel.
6.2.5. Pengukuran Tegangan Battere
Pengukuran tegangan battere dilakukan untuk memastikan tegangan battere masih normal
(24 VDC) fungsinya untuk memback up suplay RTU jika tegangan dari AC tidak ada.

(Terminal Battere)

• Pengukuran tegangan battere dilakukan dengan menggunakan AVO meter. Untuk mengukur
Tegangan Murni Batere, Lepas Soket Batere yang terhubung dengan Rangkaian Kontrol,
kemudian lakukan pengukuran dengan AVO meter. Apabila didapat tegangan ≥24V maka
kondisi batere dalam keadaan baik.
• Pengukuran tegangan battere juga bisa dilakukan dengan cara mematikan/ mencabut soket
suplay tegangan AC, kemudian ukur pada terminal battere.

6.2.6. Pemeliharaan dan pengujian fungsi RTU


Pemeliharaan dan pengujian fungsi RTU ini dilakukan untuk menjaga RTU berfungsi
secara optimal. Adapun tahapan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Pengecekan supply tegangan AC maupun DC pada RTU.

Tegangan AC didapat dari VT yang menurunkan tegangan dari 20 KV ke 220 VAC ataupun 110
VAC. Kemudian diturunkan menjadi 24VDC melalui converter yang berfungsi sebagai supply
RTU dan charger battery. Untuk tegangan modemnya memakai tegangan 12 VDC dan ada juga
24 VDC yang tegangan 12 VDC diperoleh dari tegangan 24 VDC yang di turunkan melalui
converter 12 VDC.

2. Pengecekan tegangan battery

Battery berfungsi sebagai back up suplay RTU apabila sumber AC dari VT hilang. Battery akan
dicharger dari out put RTU selama tegangan AC masih ada agar tegangan battery tidak drop atau
turun dari tegangan normalnya. Tegangan standar battery yang masih bisa menghidupkan RTU
sebesar 22 VDC , apabila tegangan battery dibawah 22VDC maka dilakukan penggantian
battery.

3. Pengecekan dan pengujian telesignaling

Pengujian telesignaling ini berfungsi untuk mengetahui bekerja atau tidaknya fungsi
remote pada RTU. Pengujian telesignaling ini meliputi pengujian ACF, DCF, status local
remote, status hot line tag, status CB. ACF alarm apabila tegangan dari AC tidak ada maka pada
HMI atau Master station akan muncul indikasi ACF/AC Failure. Begitu juga untuk DCF, apabila
tegangan DC dari battery tidak ada maka akan muncul indikasi DCF alarm.

Permasalahan :

✓ Jika supply tegangan AC tidak ada (ACF)

Langkah Pengecekan :

• Pastikan Tegangan pada jaringan TM yang masuk ke VT ada. Lakukan Pengecekan apakah AC
Power LED menyala atau tidak

• Lakukan Pengecekan dan pengukuran dengan menggunakan AVO meter dari Kabel Kontrol
dari Arah VT. Jika Kondisi kabel dalam keadaan bagus, dan tidak ada tegangan yang keluar
maka permasalahan ada pada VT.

• Apabila terpasang Fuse Cut Out Pada VT, cek secara visual apakah Fuse Cut Out masih
terhubung atau tidak ke SUTM.

✓ Supply tegangan AC ada tetapi supply tegangan DC tidak ada(DCF).

Langkah Pengecekan :

• Pastikan Tegangan pada jaringan TM yang masuk ke VT ada. Lakukan pengecekan dan
pengukuran pada Output Converter untuk sumber DC 24 Volt.
• Lakukan Pengecekan pada sumber DC yang didapat dari battery dengan melepas konektor
Battere yang menuju rangkaian Kontrol. Apabila tegangan Batere masih bagus ≥24 Volt DC,
maka permasalahan ada pada Converter.

4. Pengecekan dan pengujian telemetering

Pengecekan dan pengujian telemetering ini berfungsi untuk penyeragaman besar arus dan
tegangan pada RTU dengan di HMI (Human Machine Interface).

5. Pengecekan dan pengujian telecontrol

Setelah pengecekan dan pengujian yang telah dijelaskan di atas selanjutnya dilakukan pengujian
hot line tag. Fungsi hot line tag itu sendiri adalah untuk memblok fungsi control agar peralatan
tidak bisa di control pada saat hot line tag diposisikan ON untuk menjamin keamanan dalam
bekerja. Serta pengujian control open close CB untuk memastikan RTU dapat berfungsi dengan
baik dan dapat memerintahkan CB bekerja pada saat dicontrol open maupun close secara remote,
test kontrol sampai mengerjakan CB ini juga berfungsi untuk mencegah mekanik motorized yang
macet akibat lamanya motorized tidak pernah digunakan.

Anda mungkin juga menyukai