Pemeliharaan Preventif Recloser PDF
Pemeliharaan Preventif Recloser PDF
Dalam operasi sistem tenaga listrik terjadinya gangguan tidak dapat dihindarkan.
Gangguan terjadi dapat dikarenakan adanya kejadian secara acak dalam sistem yang dapat
berupa berkurangnya kemampuan peralatan, meningkatnya beban, dan lepasnya peralatan-
peralatan yang tersambung ke sistem.
• Ketika tegangan AC tidak ada maka battery harus terus mensuplay RTU dan battery tidak akan
kuat bertahan lama ketika dilakukan control open atau close battery tidak kuat untuk
memberikan tegangan yang cukup.
• Penyebab lainnya bisa juga dikarenakan komunikasi SCADA yang menggunakan modem sinyal
provider rendah ataupun kuota GPRS yang belum unlimited.
• Mekanik motorized yang macet akibat Recloser lama tidak pernah dioperasikan.
Selain persoalan gagal kontrol dalam pengoperasian Recloser adapun beberapa hal yang
bisa menyebabkan kerusakan pada Recloser di dalam pengoperasiaanya antara lain :
• Suhu jumperan pada bushing Recloser, Bushing Arrester, VT maupun CO yang panas yang bisa
menyebabkan Flash Over.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan gagal kontrol pada Recloser dan menjaga
peralatan tetap dalam kondisi baik adalah dengan cara dilakukannya pemeliharaan preventif pada
Recloser. Dengan dilakukannya pemeliharaan Recloser yang terencana dengan baik dan
dilakukan sesuai dengan prosedur maka akan diperoleh umur peralatan yang diharapkan sesuai
dengan umur teknisnya dengan demikian akan diperoleh unjuk kerja yang optimum serta mampu
meminimalisir gagal kontrol pada Recloser.
SKTM merupakan jaringan distribusi yang dipasang atau ditempatkan ditanam di bawah
tanah. Kekurangan penggunaan kabel ini adalah jika terjadi gangguan akan sulit untuk
menemukan lokasi gangguannya dan keuntungannya adalah gangguan yang terjadi akan lebih
kecil dan estetikanya lebih indah.
Fuse Cut Out (FCO) merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban
pada jaringan distribusi yang bekerja denga cara meleburkan bagian dari komponennya (fuse
link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO
merupakan peralatan proteksi yang bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan
memutuskan rangkaian listrik yang satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati
kapasitas kerjanya.
Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus,
dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak ada arus
yang mengalir ke sistem.
Adapun cara perlindungannya adalah dengan melelehkan fuse link, sehingga dapat memisahkan
antara bagian yang sehat dan yang terganggu. Sedangkan fuse link itu sendiri adalah elemen inti
dari FCO yang terletak di dalam fuse holder dan mempunyai titik lebur tertentu. Jika beban
jaringan sesudah FCO menyentuh titik lebur tersebut, maka fuse link akan meleleh dan akan
memisahkan jaringan sebelum FCO dengan jaringan sesudah FCO.
Pada Recloser ,Fuse Cut Out ini dipasang untuk mengamankan jaringan atau system dari
arus hubung singkat pada VT . Jika terjadi masalah/kerusakan pada VT sehingga FCO akan
segera memutus rangkaian listrik agar jaringan aman dari arus hubung singkat pada VT ataupun
dari gangguan lainnya.
Voltage Transformator adalah peralatan yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari
20 KV ke 220/110 VAC. VT ini digunakan pada Recloser untuk suplay tegangan AC. Tegangan
AC ini akan di step down oleh converter menjadi 24 VDC untuk suplay RTU dan sebagai
charger battere.
D. Lightning Arrester
Arrester merupakan alat pelindung bagi peralatan sistem/ Recloser terhadap surja petir
dan tegangan abnormal. Arrester berlaku sebagai jalan pintas (by-pass) sekitar isolasi. Arrester
membentuk jalan yang mudah dilalui oleh arus kilat atau petir sehingga tidak timbul tegangan
lebih yang tinggi pada peralatan. Jalan pintas harus sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
aliran daya sistem. Jadi pada keadaan normal arrester berlaku sebagai isolator dan bila timbul
surja petir arrester berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan arus yang tinggi. Setelah surja
hilang arrester harus dapat dengan cepat kembali menjadi isolator, sehingga pemutus beban tidak
sempat membuka.
Pada Recloser pemasangan arrester sebaiknya dipasang pada jumperan Bhusing recloser
sebelum jumperan fuse cut out, karena apabila terjadi petir arus petir akan segera di alirkan ke
bumi melalui arrester dan tidak akan mengenai fuse cut out ataupun VT.
E.5. Pembumian
Pembumian adalah penghubungan suatu titik sirkit atau penghantar yang bukan bagian
sirkit dengan bumi melalui dengan cara menanam penghantar.
Fungsi Pembumian
1. Mengalirkan arus gangguan ke bumi
Tujuan Pembumian :
1. Membatasi tegangan antara bagian peralatan yang tidak dialiri arus dengan antara bagian
tersebut dengan tanah sampai suatu harga yang aman untuk semua kondisi operasi.
2. Mencegah terjadinya tegangan kejut listrik berbahya bagi orang dalam daerah tersebut.
3. Pembumian arrester bertujuan untuk pengamanan peralatan atau system dari sambaran petir agar
peralatan tidak mengalami kerusakan.
Karena itu pemasangan sistem pembumian harus dilakukan dengan standard sesuai
ketentuan yang berlaku sebagai elektroda pembumian biasanya digunakan elektroda batang
berbentuk pipa baja galvanis yang dilapisi tembaga dengan panjang 2,5 m atau 3 m. Untuk
penghantar bumi biasanya digunakan tembaga 50 mm2 dan sampai dengan 2,5 meter dari atas
tanah harus dilindungi dengan pipa baja dari kerusakan mekanis. Disamping itu tembaga
pembumian sebaiknya dilapisi dengan timah agar umurnya lebih lama dan tidak mudah korosi
dibandingkan dengan tembaga biasa. Tahanan pembumian yang dapat dicapai sangat tergantung
pada jenis elektroda, jenis tanah dan ke dalaman penanaman elektroda.
RTU adalah suatu komponen SCADA dimana bertugas melakukan prosesing dari data
yang diterima dari MTU (Master Terminal Unit) kemudian mengirimkan data tersebut ke sistem
yang diaturnya, berlaku sebaliknya.
Remote Terminal Unit ini juga bertugas mengambil data baik data status maupun data
pengukuran secara scanning. Tugas lainnya yang lebih utama adalah melaksanakan perintah-
perintah dari HMI yaitu malakukan Buka/Tutup CB/Recloser, melaporkan realisasi apa yang
diperintahkan HMI lengkap dengan keadaan RTU saat itu (real time).
Remote Terminal Unit (RTU) berfungsi untuk mengumpulkan data dan kontrol dari peralatan
tenaga listrik.
Fungsi RTU dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
Telesignaling berfungsi untuk mengetahui status indikasi dari peralatan
tenaga listrik atau Recloser.
Telemetering berfungsi untuk mengetahui besaran-besaran listrik pada peralatan tenaga listrik,
seperti besaran tegangan, dan arus.
Telecontrolling berfungsi untuk meneruskan perintah dari pusat pengatur ke peralatan tenaga
listrik.
Front End Processor adalah peralatan komputer yang berfungsi sebagai perantara
komunikasi/menghubungkan antara Master Terminal Unit (MTU) dengan Remote Terminal
Unit (RTU).
❖ Menangkap besaran-besaran data analog dan sinyal indikasi, seperti status pada peralatan
Recloser
❖ Fungsi control, setting dan fungsi set point lainnya.
❖ Meneruskan hasil pengukuran peralatan lapangan ke pusat kendali
❖ Perekam dan pengarsipan data.
Recloser adalah pemutus balik otomatis secara fisik mempunyai kemampuan sebagai
pemutus beban yang dapat bekerja secara otomatis untuk mengamankan sistem dari arus lebih
yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat.
Recloser atau Penutup balik otomatis (PBO) digunakan sebagai pelengkap untuk pengaman
terhadap gangguan temporer atau permanen dan membatasi luas daerah yang padam akibat
gangguan.
PEMBAHASAN
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan awal dari kegiatan yang kita lakukan. Sebelum melakukan pemeliharaan
harus dilakukan perencanaan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan bagaimana cara
melakukan pekerjan pemeliharaan. Dalam perencanaan ditekankan penggunaan SOP agar dalam
pelaksanaannya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pemeliharaan Recloser harus dilaksanakan sesuai SOP yang disepakati
dalam perencanaan, agar pemeliharaan dapat berjalan dengan baik.
3. Pengujian
Setelah dilakukan pelaksanaan pemeliharaan, harus dilakukan pengujian. Tujuan pengujian ini
untuk memastikan peralatan dapat bekerja dengan baik tanpa terjadi kendala atau masalah
setelah dilakukan pemeliharaan.
4. Analisa
Setelah dilakukan pengujian, permasalahan yang ditemukan harus di analisa apa penyebabnya
agar permasalahan tersebut dapat diperbaiki.
5. Penelitian dan Pengembangan
Dengan dilakukannya tahapan kegiatan pemeliharaan yang baik maka kendala-kendala operasi
dapat diperkecil.
Jadi penerapan K2/K3 dalam pelaksanaan suatu pekerjaan sangatlah penting untuk menghindari
terjadinya suatu kecelakaan bagi pekerja, peralatan listrik itu sendiri maupun bagi masyarakat
sekitar.
Adapun alat perlindungan diri serta alat yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan pemeliharaan
Recloser adalah sebagai berikut : helm, wear pack, sepatu tahan bentur, kaca mata, sarung
tangan, tester 20 KV.
Adapun langkah langkah kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan Recloser ini antara lain:
Pembersihan ini meliputi pembersihan rumput-rumput liar atau tanaman yang mengganggu box
panel. Pembersihan kertas kertas iklan yang menempel pada box panel RTU.
2. Pembersihan di dalam box panel RTU dari kemungkinan hewan-hewan yang mengganggu yang
dapat menyebabkan short sirkuit pada rangkaian RTU yang dapat menyebabkan kerusakan.
Pengukuran suhu dengan menggunakan thermovision diukur pada titik-titik jumperan (pada
gambar yang ditandai) karena pada titik jumperan tersebut adanya kemungkinan sambungan yang
menggunakan LLC itu kendor atau pun pada pemasangan CCO yang kurang baik. Apabila dalam
pengepresan CCO kurang baik dan masih terdapat rongga udara di dalam CCO maka apabila dialiri arus
lama kelamaan udara tersebut akan panas dan menyebabkan terjadinya flash over dan kerusakan pada
CCO.
(Terminal Battere)
• Pengukuran tegangan battere dilakukan dengan menggunakan AVO meter. Untuk mengukur
Tegangan Murni Batere, Lepas Soket Batere yang terhubung dengan Rangkaian Kontrol,
kemudian lakukan pengukuran dengan AVO meter. Apabila didapat tegangan ≥24V maka
kondisi batere dalam keadaan baik.
• Pengukuran tegangan battere juga bisa dilakukan dengan cara mematikan/ mencabut soket
suplay tegangan AC, kemudian ukur pada terminal battere.
Tegangan AC didapat dari VT yang menurunkan tegangan dari 20 KV ke 220 VAC ataupun 110
VAC. Kemudian diturunkan menjadi 24VDC melalui converter yang berfungsi sebagai supply
RTU dan charger battery. Untuk tegangan modemnya memakai tegangan 12 VDC dan ada juga
24 VDC yang tegangan 12 VDC diperoleh dari tegangan 24 VDC yang di turunkan melalui
converter 12 VDC.
Battery berfungsi sebagai back up suplay RTU apabila sumber AC dari VT hilang. Battery akan
dicharger dari out put RTU selama tegangan AC masih ada agar tegangan battery tidak drop atau
turun dari tegangan normalnya. Tegangan standar battery yang masih bisa menghidupkan RTU
sebesar 22 VDC , apabila tegangan battery dibawah 22VDC maka dilakukan penggantian
battery.
Pengujian telesignaling ini berfungsi untuk mengetahui bekerja atau tidaknya fungsi
remote pada RTU. Pengujian telesignaling ini meliputi pengujian ACF, DCF, status local
remote, status hot line tag, status CB. ACF alarm apabila tegangan dari AC tidak ada maka pada
HMI atau Master station akan muncul indikasi ACF/AC Failure. Begitu juga untuk DCF, apabila
tegangan DC dari battery tidak ada maka akan muncul indikasi DCF alarm.
Permasalahan :
Langkah Pengecekan :
• Pastikan Tegangan pada jaringan TM yang masuk ke VT ada. Lakukan Pengecekan apakah AC
Power LED menyala atau tidak
• Lakukan Pengecekan dan pengukuran dengan menggunakan AVO meter dari Kabel Kontrol
dari Arah VT. Jika Kondisi kabel dalam keadaan bagus, dan tidak ada tegangan yang keluar
maka permasalahan ada pada VT.
• Apabila terpasang Fuse Cut Out Pada VT, cek secara visual apakah Fuse Cut Out masih
terhubung atau tidak ke SUTM.
Langkah Pengecekan :
• Pastikan Tegangan pada jaringan TM yang masuk ke VT ada. Lakukan pengecekan dan
pengukuran pada Output Converter untuk sumber DC 24 Volt.
• Lakukan Pengecekan pada sumber DC yang didapat dari battery dengan melepas konektor
Battere yang menuju rangkaian Kontrol. Apabila tegangan Batere masih bagus ≥24 Volt DC,
maka permasalahan ada pada Converter.
Pengecekan dan pengujian telemetering ini berfungsi untuk penyeragaman besar arus dan
tegangan pada RTU dengan di HMI (Human Machine Interface).
Setelah pengecekan dan pengujian yang telah dijelaskan di atas selanjutnya dilakukan pengujian
hot line tag. Fungsi hot line tag itu sendiri adalah untuk memblok fungsi control agar peralatan
tidak bisa di control pada saat hot line tag diposisikan ON untuk menjamin keamanan dalam
bekerja. Serta pengujian control open close CB untuk memastikan RTU dapat berfungsi dengan
baik dan dapat memerintahkan CB bekerja pada saat dicontrol open maupun close secara remote,
test kontrol sampai mengerjakan CB ini juga berfungsi untuk mencegah mekanik motorized yang
macet akibat lamanya motorized tidak pernah digunakan.