ABSTRAK
Mutu setiap sediaan farmasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu manusia yang terlibat
dalam mempersiapkan obat dan bahan yang digunakan, yang meliputi bahan berkhasiat dan
eksipien yang digunakan. Salah satu usaha guna menjamin mutu produk yang beredar adalah
dengan melakukan uji bioekivalensi produk obat. Uji disolusi terbanding yang merupakan uji
bioekivalensi in vitro merupakan uji pendahuluan sebelum dilaukan uji bioekivalensi in vivo dan
dapat digunakan untuk memastikan sifat-sifat produk obat seperti obat generik berlogo dan
generik bermerek. Uji disolusi terbanding dilakukan dalam media disolusi dengan pH yang
disesuaikan dengan kondisi in vivo yaitu pada pH 1,2 (medium asam klorida); 4,5(medium
dapar sitrat); dan 6,8 (medium dapar fosfat). Penilaian profil disolusi sampel obat generik
berlogo dan generik bermerek dilakukan dengan cara membandingkan dengan profil disolusi
sediaan. Penilaian ini dapat dilakukan dengan perhitungan difference factor (f1), similarity
factor (f2) dan dissolution efficiency (DEt). Obat generik berlogo dan generik bermerek
memiliki ekivalensi profil disolusi jika tidak ada perbedaan yang bermakna pada laju
pelarutan dan absorbsi zat aktif dari dua produk obat yang memiliki kesetaraan farmasetik.
Kata kunci: uji disolusi terbanding, obat generik berlogo, obat generik bermerek, difference
factor (f1), similarity factor (f2), dan dissolution efficiency (DEt)
ABSTRACT
Key words: comparative dissolution test, generic drugs, branded drugs, difference factor (f1),
similarity factor (f2), and dissolution efficiency (DEt)
I. PENDAHULUAN harus diketahui profil disolusinya (Sunoko,
2004). Uji disolusi merupakan suatu
Stabilitas sediaan farmasi merupakan
metode fisika yang penting sebagai
salah satu persyaratan mutu yang harus
parameter dalam pengembangan mutu
dipenuhi oleh suatu sediaan farmasi untuk
sediaan obat yang didasarkan pada
menjamin penggunaan obat oleh pasien.
pengukuran kecepatan pelepasan dan
Mutu setiap sediaan farmasi dipengaruhi
pelarutan zat aktif dari sediaanya pada
oleh beberapa faktor, yaitu manusia yang
waktu tertentu dalam kondisi baku.
terlibat dalam mempersiapkan obat dan
Kondisi yang dimaksud misalnya, dalam
bahan yang digunakan,yang meliputi
suhu, kecepatan, pengadukan, dan
bahan berkhasiat dan eksipien yang
komposisi media tertentu (Lachman et al.,
digunakan. Sekarang dianut paham bahwa
2008). Uji disolusi digunakan untuk uji
eksipien sama pentingnya dengan bahan
bioavailabilitas secara in vitro, karena hasil
berkhasiat, karena untuk sistem penghantar
uji disolusi berhubungan dengan
obat baru, karakteristik pelepasan obat
ketersediaan hayati obat dalam tubuh
ditentukan oleh eksipien .
(Banakar,1992). Uji disolusi bertujuan
Badan Pengawasan Obat dan untuk memprediksi korelasi
Makanan mewajibkan 47 jenis obat wajib bioavailabilitas in vivo dari produk obat.
dilakukan uji Uji disolusi penting sebagai (1) petunjuk
bioavailabilitas/bioekiuvalensi untuk untuk pengembangan formulasi dan
memberikan jaminan kepada masyarakat produk obat, (2) kontrol kualitas selama
bahwa produk obat tersebut memenuhi proses produksi (3) memastikan kualitas
standar efikasi, keamanan dan mutu yang bioekivalen in vitro antar batch dan (4)
dibutuhkan (BPOM RI, 2004). Peraturan regulasi pemasaran produk obat (Allen et
Kepala Badan Pengawas Obat dan al., 2005).
Makanan Republik Indonesia (2011)
Salah satu usaha guna menjamin
menyatakan bahwa obat generik dan
mutu produk yang beredar adalah dengan
generik bermerek yang wajib uji
melakukan uji bioekivalensi produk obat.
ekivalensi.
Uji disolusi terbanding yang merupakan
Mutu suatu tablet ditentukan dari uji bioekivalensi in vitro merupakan uji
beberapa parameter fisik yang harus pendahuluan sebelum dilaukan uji
dipenuhi antara lain: penetapan kadar, bioekivalensi in vivo (Fitriana et al.,
kekerasan tablet, kerenyahan tablet, waktu 2017). Uji disolusi terbanding dilakukan
hancur dan disolusi. Faktor-faktor tersebut dalam media disolusi dengan pH yang
di atas saling mempengaruhi, jika semakin disesuaikan dengan kondisi in vivo yang
keras suatu tablet maka kerenyahannya menggambarkan suasana lambung dan
kecil, waktu hancur lama dan disolusinya usus halus yaitu pada pH 1,2; 4,5; dan 6,8.
semakin kecil. Uji laju disolusi merupakan Uji disolusi terbanding dapat digunakan
contoh prosedur laboratories yang dapat untuk memastikan kualitas dan sifat- sifat
merefleksikan perilaku obat invivo produk obat dengan perubahan minor
(Nurtanti et al., 2010). dalam formulasi atau pembuatan setelah
Dasar untuk menentukan izin pemasaran. BPOM memberikan
bioavailabilitas suatu obat terlebih dahulu ketentuan untuk uji disolusi terbanding
yaitu dengan melihat nilai f2 (faktor diterapkan untuk obat dalam sediaan padat,
kemiripan) antara produk uji dengan yang bertujuan untuk membandingkan
produk pembanding (BPOM, 2004). bioavailabilitas obat dari bentuk sediaan
yang sama yang dihasilkan oleh produk
Obat generik adalah obat yang
generik dan produk paten yang berbeda
mengandung zat aktif sesuai nama
(Ansel et al., 1999).
generiknya. Obat generik berlogo adalah
obat dengan nama resmi yang ditetapkan
1.1. Disolusi
dalam Farmakope Indonesia untuk zat Disolusi merupakan suatu proses
yang berkhasiat yang dikandungnya dimana suatu bahan kimia atau obat
(Ditjen POM, 1989). Obat generik menjadi terlarut dalam suatu pelarut
bermerek adalah obat milik suatu (Shargel, 2004). Disolusi secara singkat
perusahaan dengan nama khas yang didefinisikan sebagai proses melarutnya
dilindungi hukum, yaitu merek yang suatu solid. Bentuk sediaan farmasetik
terdaftar di suatu badan Pengawas Obat padat terdispersi dalam cairan setelah
dan Makanan. Dua produk obat yang dikonsumsi seseorang kemudian akan
memiliki dosis sama disebut bioekivalen, terlepas dari sediaannya dan mengalami
apabila jumlah dan kecepatan zat aktif disolusi dalam media biologis, diikuti
yang didapat mencapai sirkulasi sistemik dengan absorpsi zat aktif ke dalam
dari keduanya tidak mempunyai perbedaan sirkulasi sistemik dan akhirnya
yang signifikan (Shargel et al., 2004). menunjukkan respons klinis (Siregar,
Obat generik berlogo dan generik 2010).
bermerek memiliki aspek formulasi yang Beberapa faktor yang mempengaruhi
berbeda tergantung dari perusahaan laju disolusi zat aktif adalah:
farmasi yang memproduksi, aspek a. Faktor yang berkaitan dengan sifat
formulasi tersebut meliputi formula, fisikokimia zat aktif
metode, proses, peralatan dan pengemas Sifat – sifat fisikokimia zat aktif
(King, 1984). Studi biofarmasetika memiliki peranan dalam pengendalian
memberikan fakta bahwa metode fabrikasi disolusinya dari bentuk sediaan.
dan formulasi dengan nyata mempengaruhi Kelarutan zat aktif dalam air diketahui
profil disolusi suatu obat. Profil disolusi sebagai salah satu dari berbagai faktor
mungkin dipengaruhi dari proses formulasi yang menentukan laju disolusi (Siregar,
dan penggunaan bahan tambahan yang 2010). Faktor ini meliputi:
berbeda, seperti bahan pengisi, pengikat, Efek kelarutan obat. Kelarutan obat
penghancur, dan pelincir. Cara pengolahan dalam air merupakan faktor utama
bahan baku, bahan pembantu, dan dalam menentukan laju disolusi.
prosedur yang dilaksanakan dalam Kelarutan yang besar menghasilkan
formulasi sediaan tablet juga dapat laju disolusi yang cepat.
mempengaruhi profil disolusi suatu obat Efek ukuran partikel. Ukuran
(Shargel et al., 2004). partikel berkurang dapat
memperbesar luas permukaan obat
Laju pelepasannya merupakan tahap
yang berhubungan dengan medium,
yang paling menentukan kecepatan
sehingga laju disolusi meningkat
bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas obat
(Shargel & Andrew,1988).
b. Faktor yang berkaitan dengan formulasi laju disolusi bahan obat. Surfaktan
sediaan dapat menurunkan sudut kontak,
Faktor yang berkaitan dengan oleh karena itu dapat meningkatkan
sediaan meliputi: proses penetrasi medium disolusi ke
Efek formulasi. Laju disolusi suatu matriks. Formulasi tablet dan kapsul
bahan obat dapat dipengaruhi bila konvensional juga menunjukkan
dicampur dengan bahan tambahan. penambahan laju disolusi obat-obat
Bahan pengisi, pengikat dan yang sukar larut dengan penambahan
penghancur yang bersifat hidrofil surfaktan kedalam medium disolusi.
dapat memberikan sifat hidrofil pada Viskositas medium. Semakin tinggi
bahan obat yang hidrofob, oleh viskositas medium, semakin kecil
karena itu disolusi bertambah, laju disolusi bahan obat.
sedangkan bahan tambahan yang pH medium disolusi. Larutan asam
hidrofob dapat mengurangi laju cenderung memecah tablet sedikit
disolusi. lebih cepat dibandingkan dengan air,
Efek faktor pembuatan sediaan. oleh karena itu mempercepat laju
Metode granulasi dapat disolusi. Obat-obat asam lemah
mempercepat laju disolusi obat-obat disolusinya kecil dalam medium
yang kurang larut. Penggunaan asam, karena bersifat nonionik,
bahan pengisi yang bersifat hidrofil tetapi disolusinya besar pada
seperti laktosa dapat menambah medium basa karena terionisasi dan
hidrofilisitas bahan aktif dan pembentukan garam yang larut
menambah laju disolusi (Shargel & (Gennaro, 2000).
Andrew,1988). e. Faktor yang berkaitan dengan
c. Faktor yang berkaitan dengan bentuk parameter uji
sediaan Beberapa faktor parameter uji
Faktor yang berkaitan dengan disolusi mempengaruhi karakteristik
bentuk sediaan solid yang disolusi zat aktif. Faktor – faktor
mempengaruhi proses disolusi meliputi tersebut seperti sifat dan karakteristik
metode granulasi atau prosedur media disolusi, pH, lingkungan dan
pembuatan, ukuran granul, interaksi zat suhu sekeliling telah mempengaruhi
aktif dan eksipien, pengaruh gaya daya guna disolusi suatu zat aktif
kempa, pengaruh penyimpanan pada (Siregar, 2010).
laju disolusi (Siregar, 2010).
d. Faktor yang berkaitan dengan alat 1.2. Uji Disolusi Terbanding
disolusi Dua produk obat yang mempunyai
Faktor yang berkaitan dengan alat dosis yang sama disebut bioekivalen
disolusi dapat menyebabkan hasil apabila jumlah dan kecepatan obat aktif
disolusi berubah – ubah dari uji ke uji yang dapat mencapai sirkulasi sistemik
pada semua teknik pengujian yang dari keduanya tidak mempunyai perbedaan
digunakan. Faktor ini meliputi: yang signifikan (Shargel et al., 2004). Saat
Tegangan permukaan medium ini jenis obat yang beredar di pasaran
disolusi. Tegangan permukaan terbagi dua, yaitu obat inovator atau paten
mempunyai pengaruh nyata terhadap dan obat generik. Obat inovator
merupakan obat yang ditemukan c. Gunakan Konferensi Internasional
berdasarkan penelitian dan memiliki masa tentang Harmonisasi (ICH) daftar untuk
paten dalam jangka waktu tertentu inovator.
(Syofyan, 2010). d. Jika tidak ada di atas tersedia,
Badan Pengawasan Obat dan komparator cocok (termasuk generik)
Makanan (BPOM) melalui Peraturan yang telah terbukti untuk menjadi
Kepala BPOM-RI, 29 Maret 2005, serupa di keselamatan, kualitas, dan
tentang: Pedoman Uji Bioekivalensi dan khasiat untuk inovator dapat bekas
Peraturan Kepala BPOM-RI, 18 juli 2005 (Stuart et al., 2015).
tentang: Tata Laksana Uji Bioekivalensi, Uji ekivalensi in vivo dapat berupa
mewajibkan uji studi bioekivalensi farmakokinetik, studi
bioavailabilitas/bioekivalensi (BA/BE) farmakodinamik komperatif, atau uji klinik
terhadap obat “copy” yang beredar. komparatif. Dokumentasi ekivalensi in
Produk-produk tertentu bioavailabilitas vivo diperlukan jika ada resiko bahwa
dapat ditunjukan dengan fakta yang perbedaan bioavailabilitas dapat
diperoleh secara in vitro yang dilakukan menyebabkan inekivalensi terapi, yaitu:
dalam lingkungan seperti in vivo yang a. Produk obat oral lepas cepat yang
sering disebut sebagai disolusi terbanding. bekerja sistemik.
Obat-obat ini bioavailabilitasnya terutama b. Produk obat non-oral dan non-
bergantung pada obat yang berada dalam parenteral yang didesain untuk bekerja
keadaan terlarut (BPOM, 2004). Data laju sistemik.
disolusi in vitro harus berhubungan dengan c. Produk obat lepas lambat atau
data bioavailabilitas in vivo untuk obat termodifikasi yang bekerja sistemik.
tersebut (Shargel et al., 2004). d. kombinasi tetap untuk bekerja sistemik,
Uji disolusi terbanding dilakukan yang paling sedikit salah satu zat
sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui aktifnya memerlukan studi in vivo.
pengaruh dari proses formulasi dan e. Produk obat bukan larutan untuk
fabrikasi terhadap profil disolusi dalam penggunaan non-sistematik (oral, nasal,
memperkirakan bioavailabilitas dan okular, dermal, rektal, vaginal dsb) dan
bioekivalensi antara produk uji dan dimaksudkan untuk bekerja lokal (tidak
pembanding. Uji disolusi terbanding dapat untuk diabsorbsi sistemik). Untuk
juga digunakan untuk memastikan produk demikian, bioekivalensi harus
kemiripan kualitas dan sifat-sifat produk ditunjukkan dengan studi klinik atau
obat dengan perubahan minor dalam farmakodinamik,
formulasi atau pembuatan setelah izin dermatofarmakokinetik komparatif
pemasaran obat (BPOM, 2004). dan/atau studi in vitro. Pada kasus-
Pedoman WHO untuk memilih kasus tertentu, pengukuran kadar obat
pembanding atau produk referensi dalam darah masih diperlukan dengan
peringkat sebagai berikut: alasan keamanan untuk melihat adanya
a. Pilih inovator untuk produk di bawah absorbsi yang tidak diinginkan (BPOM,
penyelidikan di tingkat nasional. 2004).
b. Gunakan daftar referensi WHO untuk Beberapa produk obat yang
pembanding. memerlukan uji ekivalensi in vitro (uji
disolusi terbanding), yaitu:
a. Produk obat yang tidak memerlukan serta karakteristik disolusi dan profil
studi in vivo. disolusi dari produk obat, yaitu:
b. Produk obat “copy” yang hanya a. Zat aktif memiliki kelarutan dalam air
berbeda kekuatan uji disolusi yang tinggi dan permeabilitas dalam
terbanding dapat diterima untuk usus yang tinggi (BCS kelas 1).
kekuatan yang lebih rendah berdasarkan b. Zat aktif memiliki kelarutan dalam air
perbandingan profil disolusi, antara yang tinggi tetapi permeabilitas dalam
lain: usus yang rendah (BCS kelas 3).
Tablet lepas cepat c. Zat aktif memiliki permeabilitas dalam
Kapsul berisi butir-butir lepas lambat usus yang tinggi tetapi kelarutan dalam
Tablet lepas lambat. air yang rendah (kelarutan dalam air
Jika produk uji dalam bentuk sediaan tinggi hanya pada pH 6,8; BCS kelas 2
yang sama tetapi berbeda hanya dalam asam lemah) (BPOM, 2004).
jumlah butir yang mengandung zat aktif Profil disolusi dibandingkan dengan
dan inaktif yang persis sama atau untuk zat menggunakan faktor kemiripan (f2) dan
aktif yang sangat poten (sampai 10 mg faktor perbedaan (f1). Faktor f1 mengukur
persatuan doses) zat inaktifnya sama perbedaan persen antara dua kurva
banyak, dan mempunyai mekanisme konsentrasi dan faktor f2 menunjukkan
pelepasan obat yang sama, kekuatan yang kesamaan antara mereka atas semua titik
lebih rendah tidak memerlukan studi in waktu. f1 adalah nol dan f2 adalah 100
vivo jika menunjukkan profil disolusi yang ketika tes dan referensi profil obat identik.
mirip, f2 > 50 dalam 3 pH yang berbeda F1 meningkat dan f2 menurun secara
(antara pH 1.2 dan 7.5) dengan metode uji proporsional sebagai perbedaan yang
yang direkomendasi (BPOM, 2004). meningkatkan. Dua profil disolusi
Berdasarkan sistem klasifikasi diverifikasi serupa jika f1 antara 0 dan 15
biofarmasetik (Biopharmaceutic dan jika f2 antara 50 dan 100, f1 dan f2
Classification System = BCS) dari zat aktif dapat dihitung dengan persamaan berikut
(Meilani et al., 2012):
Keterangan:
f1 : Faktor perbedaan
f2 : Faktor kemiripan
Rt : Presentasi kumulatif obat yang larut pada setiap waktu sampling dari produk
pembanding (R = reference).
Tt : Persentase kumulatif obat yang larut pada setiap waktu sampling dari produk uji (T
= test)
n : Jumlah titik sampel.
Nilai f2 = 50 atau lebih besar (50- (DE) untuk mengungkapkan hasil
100) menunjukkan kesamaan atau pengamatan kecepatan disolusi obat dalam
ekivalensi ke-2 kurva, yang berarti suatu medium (Fudholi, 2013).
kemiripan profil disolusi ke-2 produk. Jika Disolusi Efisiensi merupakan luas
produk “copy” dan produk pembanding daerah di bawah kurva disolusi sampai
memiliki disolusi yang sangat cepat (> batas waktu tertentu. DE dinyatakan
85% melarut dalam waktu = 15 menit sebagai persentase terhadap luas segiempat
dalam ke-3 media dengan metode uji yang yang digambarkan oleh disolusi 100%
dianjurkan), perbandingan profil disolusi pada batas waktu yang sama (Suharmiati,
tidak diperlukan (BPOM, 2004). 2001).
Khan dan Rhodes mengusulkan Secara persamaan dapat dituliskan
untuk menggunakan Disolusi Effisiensi sebagai berikut:
𝒚𝒅𝒕
DEt = 𝒚𝟏𝟎𝟎𝐭 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan:
DEt : Disolusi Efisiensi pada saat t
ydt : Luas dibawah kurva daerah zat aktif pada saat t
y100t : Luas segi empat 100% zat aktif larut dalam medium untuk waktu t
Tabel 3. Dissolution Efficiency (DEt) dari Obat Generik berlogo dan Generik Bermerek
Konsentrasi Ket.
Medium
Sampel DEt (%) Terlarut (%)
Disolusi
(Ct)
Salbutamol (Akib et al, 2017)
Generik 61,474 90,376 > 80% pada waktu 30 menit
Medium Asam
Merek A 60,518 90,763 Memenuhi Persyaratan
Klorida 0,1 N
Merek B 58,394 91,507 Disolusi
Rifampisin (Nurtanti et al, 2010)
Merek A 68,78 89,78
Merek B 68,60 93,17 > 75% pada waktu 45 menit
Medium Asam
Merek C 52,80 85,58 Memenuhi Persyaratan
Klorida 0,1 N
Generik D 51,61 88,44 Disolusi
Generik E 65,33 85,50