Anda di halaman 1dari 19

REVIEW JURNAL:

PROFIL DISOLUSI TERBANDING (UDT)


OBAT GENERIK BERLOGO DAN GENERIK BERMEREK
Agustiani Masliyana
Email: agustiani18001@mail.unpad.ac.id
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Jatinangor 45363 - Indonesia, Telp : 84288888 Ext. 3510

ABSTRAK

Mutu setiap sediaan farmasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu manusia yang terlibat
dalam mempersiapkan obat dan bahan yang digunakan, yang meliputi bahan berkhasiat dan
eksipien yang digunakan. Salah satu usaha guna menjamin mutu produk yang beredar adalah
dengan melakukan uji bioekivalensi produk obat. Uji disolusi terbanding yang merupakan uji
bioekivalensi in vitro merupakan uji pendahuluan sebelum dilaukan uji bioekivalensi in vivo dan
dapat digunakan untuk memastikan sifat-sifat produk obat seperti obat generik berlogo dan
generik bermerek. Uji disolusi terbanding dilakukan dalam media disolusi dengan pH yang
disesuaikan dengan kondisi in vivo yaitu pada pH 1,2 (medium asam klorida); 4,5(medium
dapar sitrat); dan 6,8 (medium dapar fosfat). Penilaian profil disolusi sampel obat generik
berlogo dan generik bermerek dilakukan dengan cara membandingkan dengan profil disolusi
sediaan. Penilaian ini dapat dilakukan dengan perhitungan difference factor (f1), similarity
factor (f2) dan dissolution efficiency (DEt). Obat generik berlogo dan generik bermerek
memiliki ekivalensi profil disolusi jika tidak ada perbedaan yang bermakna pada laju
pelarutan dan absorbsi zat aktif dari dua produk obat yang memiliki kesetaraan farmasetik.

Kata kunci: uji disolusi terbanding, obat generik berlogo, obat generik bermerek, difference
factor (f1), similarity factor (f2), dan dissolution efficiency (DEt)

ABSTRACT

The quality of each pharmaceutical preparation is influenced by several factors, namely


humans involved in preparing the drug and the ingredients used, which include nutritious
ingredients and excipients used. One effort to ensure the quality of outstanding products is for
testing the bioequivalence of drug products. The comparable dissolution test, which is an in vitro
bioequivalence test, is a preliminary test prior to the in vivo bioequivalence test and can be used
to ensure properties of medicinal products such as generic and branded drugs. Comparative
dissolution test has done in a dissolution medium with pH adjusted to in vivo conditions at
pH 1.2 (hydrochloric acid medium); 4,5 (citrate buffer medium); and 6,8 (phosphate buffer
medium). Dissolution profile assessment of generic and branded drug samples was done by
comparing with the preparation dissolution profile. This assessment can be done by
calculating the difference factor (f1), similarity factor (f2) and dissolution efficiency (DEt).
Generic and branded drugs have equivalent dissolution profiles if there is no significant
difference in the rate of dissolution and absorption of active substances from two drug
products that have pharmaceutical equivalence.

Key words: comparative dissolution test, generic drugs, branded drugs, difference factor (f1),
similarity factor (f2), and dissolution efficiency (DEt)
I. PENDAHULUAN harus diketahui profil disolusinya (Sunoko,
2004). Uji disolusi merupakan suatu
Stabilitas sediaan farmasi merupakan
metode fisika yang penting sebagai
salah satu persyaratan mutu yang harus
parameter dalam pengembangan mutu
dipenuhi oleh suatu sediaan farmasi untuk
sediaan obat yang didasarkan pada
menjamin penggunaan obat oleh pasien.
pengukuran kecepatan pelepasan dan
Mutu setiap sediaan farmasi dipengaruhi
pelarutan zat aktif dari sediaanya pada
oleh beberapa faktor, yaitu manusia yang
waktu tertentu dalam kondisi baku.
terlibat dalam mempersiapkan obat dan
Kondisi yang dimaksud misalnya, dalam
bahan yang digunakan,yang meliputi
suhu, kecepatan, pengadukan, dan
bahan berkhasiat dan eksipien yang
komposisi media tertentu (Lachman et al.,
digunakan. Sekarang dianut paham bahwa
2008). Uji disolusi digunakan untuk uji
eksipien sama pentingnya dengan bahan
bioavailabilitas secara in vitro, karena hasil
berkhasiat, karena untuk sistem penghantar
uji disolusi berhubungan dengan
obat baru, karakteristik pelepasan obat
ketersediaan hayati obat dalam tubuh
ditentukan oleh eksipien .
(Banakar,1992). Uji disolusi bertujuan
Badan Pengawasan Obat dan untuk memprediksi korelasi
Makanan mewajibkan 47 jenis obat wajib bioavailabilitas in vivo dari produk obat.
dilakukan uji Uji disolusi penting sebagai (1) petunjuk
bioavailabilitas/bioekiuvalensi untuk untuk pengembangan formulasi dan
memberikan jaminan kepada masyarakat produk obat, (2) kontrol kualitas selama
bahwa produk obat tersebut memenuhi proses produksi (3) memastikan kualitas
standar efikasi, keamanan dan mutu yang bioekivalen in vitro antar batch dan (4)
dibutuhkan (BPOM RI, 2004). Peraturan regulasi pemasaran produk obat (Allen et
Kepala Badan Pengawas Obat dan al., 2005).
Makanan Republik Indonesia (2011)
Salah satu usaha guna menjamin
menyatakan bahwa obat generik dan
mutu produk yang beredar adalah dengan
generik bermerek yang wajib uji
melakukan uji bioekivalensi produk obat.
ekivalensi.
Uji disolusi terbanding yang merupakan
Mutu suatu tablet ditentukan dari uji bioekivalensi in vitro merupakan uji
beberapa parameter fisik yang harus pendahuluan sebelum dilaukan uji
dipenuhi antara lain: penetapan kadar, bioekivalensi in vivo (Fitriana et al.,
kekerasan tablet, kerenyahan tablet, waktu 2017). Uji disolusi terbanding dilakukan
hancur dan disolusi. Faktor-faktor tersebut dalam media disolusi dengan pH yang
di atas saling mempengaruhi, jika semakin disesuaikan dengan kondisi in vivo yang
keras suatu tablet maka kerenyahannya menggambarkan suasana lambung dan
kecil, waktu hancur lama dan disolusinya usus halus yaitu pada pH 1,2; 4,5; dan 6,8.
semakin kecil. Uji laju disolusi merupakan Uji disolusi terbanding dapat digunakan
contoh prosedur laboratories yang dapat untuk memastikan kualitas dan sifat- sifat
merefleksikan perilaku obat invivo produk obat dengan perubahan minor
(Nurtanti et al., 2010). dalam formulasi atau pembuatan setelah
Dasar untuk menentukan izin pemasaran. BPOM memberikan
bioavailabilitas suatu obat terlebih dahulu ketentuan untuk uji disolusi terbanding
yaitu dengan melihat nilai f2 (faktor diterapkan untuk obat dalam sediaan padat,
kemiripan) antara produk uji dengan yang bertujuan untuk membandingkan
produk pembanding (BPOM, 2004). bioavailabilitas obat dari bentuk sediaan
yang sama yang dihasilkan oleh produk
Obat generik adalah obat yang
generik dan produk paten yang berbeda
mengandung zat aktif sesuai nama
(Ansel et al., 1999).
generiknya. Obat generik berlogo adalah
obat dengan nama resmi yang ditetapkan
1.1. Disolusi
dalam Farmakope Indonesia untuk zat Disolusi merupakan suatu proses
yang berkhasiat yang dikandungnya dimana suatu bahan kimia atau obat
(Ditjen POM, 1989). Obat generik menjadi terlarut dalam suatu pelarut
bermerek adalah obat milik suatu (Shargel, 2004). Disolusi secara singkat
perusahaan dengan nama khas yang didefinisikan sebagai proses melarutnya
dilindungi hukum, yaitu merek yang suatu solid. Bentuk sediaan farmasetik
terdaftar di suatu badan Pengawas Obat padat terdispersi dalam cairan setelah
dan Makanan. Dua produk obat yang dikonsumsi seseorang kemudian akan
memiliki dosis sama disebut bioekivalen, terlepas dari sediaannya dan mengalami
apabila jumlah dan kecepatan zat aktif disolusi dalam media biologis, diikuti
yang didapat mencapai sirkulasi sistemik dengan absorpsi zat aktif ke dalam
dari keduanya tidak mempunyai perbedaan sirkulasi sistemik dan akhirnya
yang signifikan (Shargel et al., 2004). menunjukkan respons klinis (Siregar,
Obat generik berlogo dan generik 2010).
bermerek memiliki aspek formulasi yang Beberapa faktor yang mempengaruhi
berbeda tergantung dari perusahaan laju disolusi zat aktif adalah:
farmasi yang memproduksi, aspek a. Faktor yang berkaitan dengan sifat
formulasi tersebut meliputi formula, fisikokimia zat aktif
metode, proses, peralatan dan pengemas Sifat – sifat fisikokimia zat aktif
(King, 1984). Studi biofarmasetika memiliki peranan dalam pengendalian
memberikan fakta bahwa metode fabrikasi disolusinya dari bentuk sediaan.
dan formulasi dengan nyata mempengaruhi Kelarutan zat aktif dalam air diketahui
profil disolusi suatu obat. Profil disolusi sebagai salah satu dari berbagai faktor
mungkin dipengaruhi dari proses formulasi yang menentukan laju disolusi (Siregar,
dan penggunaan bahan tambahan yang 2010). Faktor ini meliputi:
berbeda, seperti bahan pengisi, pengikat,  Efek kelarutan obat. Kelarutan obat
penghancur, dan pelincir. Cara pengolahan dalam air merupakan faktor utama
bahan baku, bahan pembantu, dan dalam menentukan laju disolusi.
prosedur yang dilaksanakan dalam Kelarutan yang besar menghasilkan
formulasi sediaan tablet juga dapat laju disolusi yang cepat.
mempengaruhi profil disolusi suatu obat  Efek ukuran partikel. Ukuran
(Shargel et al., 2004). partikel berkurang dapat
memperbesar luas permukaan obat
Laju pelepasannya merupakan tahap
yang berhubungan dengan medium,
yang paling menentukan kecepatan
sehingga laju disolusi meningkat
bioavailabilitas obat. Bioavailabilitas obat
(Shargel & Andrew,1988).
b. Faktor yang berkaitan dengan formulasi laju disolusi bahan obat. Surfaktan
sediaan dapat menurunkan sudut kontak,
Faktor yang berkaitan dengan oleh karena itu dapat meningkatkan
sediaan meliputi: proses penetrasi medium disolusi ke
 Efek formulasi. Laju disolusi suatu matriks. Formulasi tablet dan kapsul
bahan obat dapat dipengaruhi bila konvensional juga menunjukkan
dicampur dengan bahan tambahan. penambahan laju disolusi obat-obat
Bahan pengisi, pengikat dan yang sukar larut dengan penambahan
penghancur yang bersifat hidrofil surfaktan kedalam medium disolusi.
dapat memberikan sifat hidrofil pada  Viskositas medium. Semakin tinggi
bahan obat yang hidrofob, oleh viskositas medium, semakin kecil
karena itu disolusi bertambah, laju disolusi bahan obat.
sedangkan bahan tambahan yang  pH medium disolusi. Larutan asam
hidrofob dapat mengurangi laju cenderung memecah tablet sedikit
disolusi. lebih cepat dibandingkan dengan air,
 Efek faktor pembuatan sediaan. oleh karena itu mempercepat laju
Metode granulasi dapat disolusi. Obat-obat asam lemah
mempercepat laju disolusi obat-obat disolusinya kecil dalam medium
yang kurang larut. Penggunaan asam, karena bersifat nonionik,
bahan pengisi yang bersifat hidrofil tetapi disolusinya besar pada
seperti laktosa dapat menambah medium basa karena terionisasi dan
hidrofilisitas bahan aktif dan pembentukan garam yang larut
menambah laju disolusi (Shargel & (Gennaro, 2000).
Andrew,1988). e. Faktor yang berkaitan dengan
c. Faktor yang berkaitan dengan bentuk parameter uji
sediaan Beberapa faktor parameter uji
Faktor yang berkaitan dengan disolusi mempengaruhi karakteristik
bentuk sediaan solid yang disolusi zat aktif. Faktor – faktor
mempengaruhi proses disolusi meliputi tersebut seperti sifat dan karakteristik
metode granulasi atau prosedur media disolusi, pH, lingkungan dan
pembuatan, ukuran granul, interaksi zat suhu sekeliling telah mempengaruhi
aktif dan eksipien, pengaruh gaya daya guna disolusi suatu zat aktif
kempa, pengaruh penyimpanan pada (Siregar, 2010).
laju disolusi (Siregar, 2010).
d. Faktor yang berkaitan dengan alat 1.2. Uji Disolusi Terbanding
disolusi Dua produk obat yang mempunyai
Faktor yang berkaitan dengan alat dosis yang sama disebut bioekivalen
disolusi dapat menyebabkan hasil apabila jumlah dan kecepatan obat aktif
disolusi berubah – ubah dari uji ke uji yang dapat mencapai sirkulasi sistemik
pada semua teknik pengujian yang dari keduanya tidak mempunyai perbedaan
digunakan. Faktor ini meliputi: yang signifikan (Shargel et al., 2004). Saat
 Tegangan permukaan medium ini jenis obat yang beredar di pasaran
disolusi. Tegangan permukaan terbagi dua, yaitu obat inovator atau paten
mempunyai pengaruh nyata terhadap dan obat generik. Obat inovator
merupakan obat yang ditemukan c. Gunakan Konferensi Internasional
berdasarkan penelitian dan memiliki masa tentang Harmonisasi (ICH) daftar untuk
paten dalam jangka waktu tertentu inovator.
(Syofyan, 2010). d. Jika tidak ada di atas tersedia,
Badan Pengawasan Obat dan komparator cocok (termasuk generik)
Makanan (BPOM) melalui Peraturan yang telah terbukti untuk menjadi
Kepala BPOM-RI, 29 Maret 2005, serupa di keselamatan, kualitas, dan
tentang: Pedoman Uji Bioekivalensi dan khasiat untuk inovator dapat bekas
Peraturan Kepala BPOM-RI, 18 juli 2005 (Stuart et al., 2015).
tentang: Tata Laksana Uji Bioekivalensi, Uji ekivalensi in vivo dapat berupa
mewajibkan uji studi bioekivalensi farmakokinetik, studi
bioavailabilitas/bioekivalensi (BA/BE) farmakodinamik komperatif, atau uji klinik
terhadap obat “copy” yang beredar. komparatif. Dokumentasi ekivalensi in
Produk-produk tertentu bioavailabilitas vivo diperlukan jika ada resiko bahwa
dapat ditunjukan dengan fakta yang perbedaan bioavailabilitas dapat
diperoleh secara in vitro yang dilakukan menyebabkan inekivalensi terapi, yaitu:
dalam lingkungan seperti in vivo yang a. Produk obat oral lepas cepat yang
sering disebut sebagai disolusi terbanding. bekerja sistemik.
Obat-obat ini bioavailabilitasnya terutama b. Produk obat non-oral dan non-
bergantung pada obat yang berada dalam parenteral yang didesain untuk bekerja
keadaan terlarut (BPOM, 2004). Data laju sistemik.
disolusi in vitro harus berhubungan dengan c. Produk obat lepas lambat atau
data bioavailabilitas in vivo untuk obat termodifikasi yang bekerja sistemik.
tersebut (Shargel et al., 2004). d. kombinasi tetap untuk bekerja sistemik,
Uji disolusi terbanding dilakukan yang paling sedikit salah satu zat
sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui aktifnya memerlukan studi in vivo.
pengaruh dari proses formulasi dan e. Produk obat bukan larutan untuk
fabrikasi terhadap profil disolusi dalam penggunaan non-sistematik (oral, nasal,
memperkirakan bioavailabilitas dan okular, dermal, rektal, vaginal dsb) dan
bioekivalensi antara produk uji dan dimaksudkan untuk bekerja lokal (tidak
pembanding. Uji disolusi terbanding dapat untuk diabsorbsi sistemik). Untuk
juga digunakan untuk memastikan produk demikian, bioekivalensi harus
kemiripan kualitas dan sifat-sifat produk ditunjukkan dengan studi klinik atau
obat dengan perubahan minor dalam farmakodinamik,
formulasi atau pembuatan setelah izin dermatofarmakokinetik komparatif
pemasaran obat (BPOM, 2004). dan/atau studi in vitro. Pada kasus-
Pedoman WHO untuk memilih kasus tertentu, pengukuran kadar obat
pembanding atau produk referensi dalam darah masih diperlukan dengan
peringkat sebagai berikut: alasan keamanan untuk melihat adanya
a. Pilih inovator untuk produk di bawah absorbsi yang tidak diinginkan (BPOM,
penyelidikan di tingkat nasional. 2004).
b. Gunakan daftar referensi WHO untuk Beberapa produk obat yang
pembanding. memerlukan uji ekivalensi in vitro (uji
disolusi terbanding), yaitu:
a. Produk obat yang tidak memerlukan serta karakteristik disolusi dan profil
studi in vivo. disolusi dari produk obat, yaitu:
b. Produk obat “copy” yang hanya a. Zat aktif memiliki kelarutan dalam air
berbeda kekuatan uji disolusi yang tinggi dan permeabilitas dalam
terbanding dapat diterima untuk usus yang tinggi (BCS kelas 1).
kekuatan yang lebih rendah berdasarkan b. Zat aktif memiliki kelarutan dalam air
perbandingan profil disolusi, antara yang tinggi tetapi permeabilitas dalam
lain: usus yang rendah (BCS kelas 3).
 Tablet lepas cepat c. Zat aktif memiliki permeabilitas dalam
 Kapsul berisi butir-butir lepas lambat usus yang tinggi tetapi kelarutan dalam
 Tablet lepas lambat. air yang rendah (kelarutan dalam air
Jika produk uji dalam bentuk sediaan tinggi hanya pada pH 6,8; BCS kelas 2
yang sama tetapi berbeda hanya dalam asam lemah) (BPOM, 2004).
jumlah butir yang mengandung zat aktif Profil disolusi dibandingkan dengan
dan inaktif yang persis sama atau untuk zat menggunakan faktor kemiripan (f2) dan
aktif yang sangat poten (sampai 10 mg faktor perbedaan (f1). Faktor f1 mengukur
persatuan doses) zat inaktifnya sama perbedaan persen antara dua kurva
banyak, dan mempunyai mekanisme konsentrasi dan faktor f2 menunjukkan
pelepasan obat yang sama, kekuatan yang kesamaan antara mereka atas semua titik
lebih rendah tidak memerlukan studi in waktu. f1 adalah nol dan f2 adalah 100
vivo jika menunjukkan profil disolusi yang ketika tes dan referensi profil obat identik.
mirip, f2 > 50 dalam 3 pH yang berbeda F1 meningkat dan f2 menurun secara
(antara pH 1.2 dan 7.5) dengan metode uji proporsional sebagai perbedaan yang
yang direkomendasi (BPOM, 2004). meningkatkan. Dua profil disolusi
Berdasarkan sistem klasifikasi diverifikasi serupa jika f1 antara 0 dan 15
biofarmasetik (Biopharmaceutic dan jika f2 antara 50 dan 100, f1 dan f2
Classification System = BCS) dari zat aktif dapat dihitung dengan persamaan berikut
(Meilani et al., 2012):

Keterangan:
f1 : Faktor perbedaan
f2 : Faktor kemiripan
Rt : Presentasi kumulatif obat yang larut pada setiap waktu sampling dari produk
pembanding (R = reference).
Tt : Persentase kumulatif obat yang larut pada setiap waktu sampling dari produk uji (T
= test)
n : Jumlah titik sampel.
Nilai f2 = 50 atau lebih besar (50- (DE) untuk mengungkapkan hasil
100) menunjukkan kesamaan atau pengamatan kecepatan disolusi obat dalam
ekivalensi ke-2 kurva, yang berarti suatu medium (Fudholi, 2013).
kemiripan profil disolusi ke-2 produk. Jika Disolusi Efisiensi merupakan luas
produk “copy” dan produk pembanding daerah di bawah kurva disolusi sampai
memiliki disolusi yang sangat cepat (> batas waktu tertentu. DE dinyatakan
85% melarut dalam waktu = 15 menit sebagai persentase terhadap luas segiempat
dalam ke-3 media dengan metode uji yang yang digambarkan oleh disolusi 100%
dianjurkan), perbandingan profil disolusi pada batas waktu yang sama (Suharmiati,
tidak diperlukan (BPOM, 2004). 2001).
Khan dan Rhodes mengusulkan Secara persamaan dapat dituliskan
untuk menggunakan Disolusi Effisiensi sebagai berikut:

𝒚𝒅𝒕
DEt = 𝒚𝟏𝟎𝟎𝐭 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Keterangan:
DEt : Disolusi Efisiensi pada saat t
ydt : Luas dibawah kurva daerah zat aktif pada saat t
y100t : Luas segi empat 100% zat aktif larut dalam medium untuk waktu t

Nilai DE diungkapkan dalam kurun 1) Tingkat absorpsi obat yang terjadi


waktu pengamatan tertentu (misal 20 secara in vivo sebanding dengan
menit, 40 menit, atau yang lain) sehingga konsentrasi obat yang terlarut dalam
diekspresikan dengan DEt, maka nilai DEt1 medium gastrik.
akan berbeda dengan harga DEt2. Semakin 2) Tingkat absorpsi obat yang terjadi
besar harga t (waktu) yang digunakan, secara in vitro sebanding dengan
semakin banyak titik – titik kurva yang waktu kontak larutan zat aktif dalam
terhitung apabila menggunakan t2, medium gastrik – intestinal (Fudholi,
dibanding dengan DEt1, sebagai 2013).
penggambaran alur disolusinya.
Keuntungan pengungkapan hasil 1.3. Analisis Data Bagi Pengujian Uji
disolusi zat aktif dalam suatu medium Disolusi Terbanding
dengan penggunaan Disolusi Efisiensi Secara umum, metode untuk
(DEt%) sebagai berikut: pengujian uji disolusi terbanding in vitro
a. Dapat digunakan untuk terbagi menjadi tiga kelompok utama;
membandingkan hasil uji disolusi yaitu metode berbasis analisis varians
antara banyak formula dengan satu (ANOVA) (Mauger et al., 1986; Polli et
ekspresi yang dapat mengungkapkan al., 1997), metode model-independen
semua titik yang ada didalam kurva uji (Sathe et al., 1996; Shah et al., 1997) dan
disolusi. metode model dependen (Podczeck, 1993:
b. Hasil data yang dihasilkan identik Moore & Flanner, 1996).
dengan hasil data secara in-vitro, Metode berbasis ANOVA tidak
dengan pertimbangan bahwa: bergantung pada prosedur pemasangan
kurva dan data disolusi digunakan dalam
bentuk native atau sebagai transformasi rasio persen obat yang dilarutkan, area di
sederhana dan analisisnya mampu bawah kurva disolusi, dan rata-rata waktu
menunjukkan perbedaan antara tingkat disolusi dari formulasi referensi dengan
profil dan bentuk. Dalam model ini, formulasi uji pada waktu sampling yang
persentase yang dilarutkan adalah variabel sama. Tes rasio yang paling umum
terikat dan waktu merupakan faktor yang dilakukan adalah dengan perbandingan dua
berulang. Sumber variasi adalah waktu, rata-rata waktu disolusi atau mean
produk obat, dan interaksi antara waktu dissolution times (MDTs). F-factors
dan produk obat. Percobaan dimulai terbagi kepada faktor perbedaan (f1) dan
dengan melakukan pendekatan multivariat faktor kesamaan (f2) (Nor, 2017).
(MANOVA). MANOVA mampu menguji Metode model-dependen adalah
apakah ada perbedaan yang signifikan metode matematis yang digunakan secara
antara produk obat-obatan dengan persen ekstensif untuk mempresentasikan
yang dilarutkan bergantung waktu, parametrik dari data disolusi. Interpretasi
contohnya dengan melihat apakah disolusi kuantitatif terhadap nilai yang diperoleh
profil produk obat itu paralel. Wilks lamba dalam pengujian disolusi lebih mudah
statistik lebih sering digunakan untuk dengan menggunakan persamaan
mendapatkan nilai p pada MANOVA matematis, yang mengekspresikan profil
(Kanik, 1999). Untuk tahap kedua, satu pelepasan Active Pharmaceutical
kelompok univariat analisis berulang Ingredients (API) yang berfungsi untuk
(univariat ANOVA) dilakukan. Kali ini, beberapa paramater yang terkait dengan
persentase yang dilarutkan, diuji secara bentuk sediaan farmasi. Beberapa model
terpisah pada setiap titik waktu untuk matematika yang paling relevan dan lebih
melihat apakah ada perbedaan di antara sering digunakan serta yang
produk obat tersebut. Maka prosedur post menggambarkan profil disolusi multipoint
hoc diterapkan untuk menentukan dari adalah sebagai berikut (Nor, 2017):
mana perbedaan itu muncul: perbandingan a. Model Zero-Order merupakan
berpasangan sebagai produk uji terhadap pelarutan obat dari bentuk sediaan yang
produk rujukan dilakukan dengan tidak dipisahkan dan pelepasan obat
perbandingan ganda menggunakan uji secara perlahan, dapat digunakan untuk
Dunnett’s t-test (dua sisi) dan kontras menggambarkan pelarutan obat dari
berulang diterapkan secara terpisah untuk beberapa jenis bentuk sediaan modified
setiap produk obat bagi perbandingan release, seperti dalam kasus beberapa
persen yang dilarutkan pada waktu sistem transdermal, serta tablet matriks
berurutan. Untuk metode berbasis dengan obat terlarut rendah dalam
ANOVA, analisis dilakukan dengan bentuk coated dan sistem osmotik.
menggunakan perangkat lunak SPSS 8.0 b. Model First-Order digunakan untuk
for Windows (Nor, 2017). menggambarkan absorpsi/eliminasi
Metode model-independen obat tertentu, meskipun sulit untuk
menghasilkan nilai profil disolusi yang mengkonseptualisasikan mekanisme ini
akan memberikan perbandingan langsung secara teoritis dan dapat digunakan
dari data disolusi. Metode model untuk menggambarkan pelarutan obat
independen ini terbagi dua, yaitu tes rasio dalam bentuk sediaan farmasi seperti
dan f-factors. Tes rasio dilakukan sebagai
obat yang larut dalam air dalam sistem dipilih, profil disolusi dievaluasi
berpori. bergantung pada parameter model turunan
c. Model Higuchi merupakan contoh (Nor, 2017).
pertama bagi model matematis yang
bertujuan untuk menggambarkan II. METODE
pelepasan obat dari sistem matriks yang Sumber data yang digunakan pada
telah diusulkan oleh Higuchi pada review jurnal ini, sebagian besar jurnal-
1961. Pada awalnya model ini disusun jurnal penelitian tentang uji disolusi
untuk sistem planar, namun diperluas terbanding obat generik berlogo dan
ke sistem geomatik dan sistem berpori generik bermerek dari berbagai sumber
yang berbeda. Model ini dapat internasional maupun nasional. Strategi
digunakan untuk menggambarkan pencarian data yang digunakan adalah
disolusi obat daripada beberapa tipe mencari langsung jurnal melalui website
sediaan farmasi modified release, pencari jurnal online dan melihat review
seperti beberapa sistem trasndermal dan jurnal yang sudah ada, lalu mencari
tablet matrix yang larut dalam air. sumber dalam review jurnal tersebut untuk
d. Model Hixson and Crowell, dimasukkan dalam review jurnal ini. Pada
menyatakan bahwa area reguler partikel review jurnal ini jumlah studi yang disitasi
sebanding dengan cube root adalah sebanyak 15-30 jurnal mengenai uji
volumenya. Ekspresi ini berlaku untuk disolusi terbanding obat generik berlogo
bentuk sediaan farmasi seperti tablet, dan generik bermerek (Gracesella, 2017).
dimana disolusi terjadi pada bidang
yang sejajar dengan permukaan obat 2.1. Metode Uji Disolusi
jika dimensi tablet berkurang secara Pada sumber data yang digunakan
proporsional. untuk review jurnal ini, secara garis besar
e. Model Korsmeyer-Peppas, yakni metode yang dilakukan dalam melakukan
hubungan semi-emperikal sederhana pengujian disolusi terbanding khususnya
yang menghubungkan pelepasan obat pada obat generik berlogo dan generik
secara eksponensial dari sistem bermerek adalah sebagai berikut.
polimerik berkenaan dengan waktu
kambuh. Aplikasi Model ini digunakan 2.1.1. Bahan dan Alat
untuk menganalisa pelepasan bentuk Sampel yang digunakan adalah tablet
sediaan polimer, ketika mekanisme inovator dan beberapa produk obat uji
pelepasan tidak diketahui atau bila lebih diantaranya obat berlogo dan generik
dari satu jenis fenomena pelepasan yang bermerek, serta medium disolusi
terlibat. diantaranya medium asam klorida pH 1,2;
Karakterisasi metode model- medium dapar sitrat pH 4,5; dan medium
dependen atau metode model-independen dapar fosfat pH 6,8. Alat yang digunakan
bergantung pada nilai yang digunakan adalah alat uji disolusi tipe 2 (tipe dayung).
untuk melakukan perhitungan. Metode 2.1.2. Metode Uji Disolusi Terbanding
model-dependen bagaimanapun, Uji disolusi terbanding dilakukan
didasarkan pada fungsi matematika yang dengan menggunakan medium disolusi
berbeda, yang menggambarkan profil yang disesuaikan dengan medium masing-
disolusi. Setelah fungsi yang sesuai telah
masing obat uji yaitu medium asam Untuk menilai kemiripan profil
klorida pH 1,2; medium dapar sitrat pH disolusi dapat menggunakan faktor
4,5; dan medium dapar fosfat pH 6,8, kemiripan (f2). Faktor kemiripan (f2)
sebanyak 900 ml dengan suhu ± 37 ± 0,5 digunakan untuk mengukur kedekatan atau
°C. Uji dapat dilakukan menyesuaikan ekivalensi antara dua profil disolusi yang
masing-masing parameter obat. Seperti dihasilkan.
dengan menggunakan alat uji disolusi tipe Model Independent Method:
2 (tipe dayung) dengan kecepatan kelajuan menghitung factor kemiripan (f2) sesuai
putaran berdasarkan British Pharmacopeia peraturan Kepala Badan POM RI nomor
guideline 50 – 75 rpm selama 30 - 70 HK. 00.05.3.1818, 29 Maret tahun 2005,
menit. Pengambilan sampel sebanyak 5 ± tentang Pedoman Uji Bioekivalensi. Nilai
0.1 ml secara manual akan dilakukan pada f2 dihitung menggunakan persamaan:
menit ke 5, 10, 15, 20, 30, 45, 60 dan 70
menit. Cairan akan diganti dengan volume
yang sama untuk memastikan volume
disolusi selalu konstan. Sampel diambil
Dalam persamaan ini, n adalah
dari daerah antara permukaan dan dayung,
jumlah titik waktu penarikan filtrat, Rt
tidak kurang dari 1 cm dari dinding
adalah persentase obat yang larut produk
tabung. Sampel kemudian diukur
pembanding, Tt adalah persentase obat
kadarnya, dapat dengan menggunakan
yang larut produk uji. Profil disolusi kedua
spektrofotometer UV pada panjang
sampel dapat dinyatakan serupa jika nilai
gelombang (λ) maksimum, atau dengan
f1 berada di antara 0 dan 15 serta f2 berada
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
di antara 50 dan 100 (Food and Drug
(KCKT) pada panjang gelombang tertentu.
Administration, 1997).
2.2. Analisis Data Parameter lain yang digunakan untuk
Data kadar yang didapatkan dari tiap menyatakan uji disolusi adalah dissolution
titik pengambilan sampel disolusi efficiency (DE) yang menyatakan
digambarkan ke dalam sebuah grafik untuk perbandingan antara luas daerah di bawah
melihat profil disolusinya. Penilaian profil kurva kecepatan pelarutan dan daerah pada
disolusi sampel obat generik berlogo dan waktu yang sama menggambarkan 100%
generik bermerek dilakukan dengan cara obat terlarut dalam medium. Dissolution
membandingkan dengan profil disolusi efficiency (DE) dapat dihitung dengan
sediaan. Penilaian ini dapat dilakukan persamaan:
dengan perhitungan difference factor (f1),
similarity factor (f2) dan dissolution
efficiency (DE) (Food and Drug Dimana AUC dapat dihitung
Administration, 1997). menggunakan persamaan:
Difference factor (f1) dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
III. HASIL DAN PEMBAHASAN molekul obat yang besar kaitannya dengan
3.1. Uji Disolusi Terbanding tetapan difusi (D), sehingga berpengaruh
Uji disolusi terbanding dilakukan pada peningkatan kecepatan pelarutan
bertujuan untuk membandingkan profil obat. Selain itu, intensitas pengadukan
disolusi antara produk uji (generik berlogo harus dijaga supaya tetap, karena
dan obat generik bermerek) terhadap perubahan kecepatan pengadukan akan
produk inovator. Obat inovator merupakan berpengaruh pada nilai h yaitu tebalnya
obat yang mengandung zat aktif berupa zat lapisan difusi atau stagnant layer juga
kimia baru yang dimiliki oleh suatu akan mempengaruhi penyebaran partikel.
perusahaan industri obat dengan nama Pengadukan yang semakin cepat akan
khas yang dilindungi hukum dan terdaftar mempertipis stagnant layers yang
di Badan Pengawas Obat dan Makanan terbentuk serta akan memperluas
(Tjay & Rahardja, 2013). Obat generik permukaan partikel yang kontak dengan
berlogo dan obat generik bermerek pelarut sehingga berdampak pada
merupakan produk obat yang telah habis peningkatan kecepatan pelarutan obat
masa patennya dan diproduksi dengan (Akib et al, 2017).
menggunakan nama zat aktifnya atau nama Saat pengambilan sampel cairan
yang ditetapkan oleh suatu perusahaan, medium sebanyak 5 mL, kemudian
yang membutuhkan standar mutu antara volume yang diambil diganti dengan
lain berupa bioekivalensi dengan produk medium yang baru sebanyak 5 mL ke
obat inovator sebagai produk pembanding dalam tabung disolusi pada suhu dan
(reference product) (BPOM, 2004). volume yang sama. Hal ini dimaksudkan
Uji ekivalensi secara in vitro dapat agar pengujian disolusi berada di bawah
dilakukan menggunakan uji disolusi kondisi sink atau kondisi pengujian tanpa
terbanding dengan menggunakan 3 adanya pengaruh gradien konsentrasi
medium disolusi yang berbeda; yaitu (Akib et al, 2017).
medium asam klorida pH 1,2 atau simulasi Waktu yang diperlukan untuk
cairan lambung tanpa enzim, medium menyatakan hasil uji kecepatan pelarutan
dapar sitrat atau dapar asetat pH 4,5 dan disesuaikan dengan menit diperkirakannya
medium dapar fosfat pH 6,8 atau simulasi zat aktif dalam tablet sudah larut sesuai
cairan intestinal tanpa enzim (FDA, 2000). dengan persyaratan disolusi sampel
Uji disolusi dapat dilakukan masing-masing. Pengambilan sampel yang
berdasarkan yang tertera pada Farmakope dilakukan pada menit-menit tertentu
Indonesia yaitu menggunakan alat tipe 2 ditujukan untuk melihat profil disolusi dari
(tipe dayung), menggunakan medium masing-masing sampel (Akib et al, 2017).
disolusi yang disesuaikan dengan medium
masing-masing obat uji, sebanyak 900 ml 3.2. Analisis Data
dengan suhu ± 37 ± 0,5 °C dan kecepatan Ekivalensi produk inovator dan
putar pengaduk yang dipertahankan selalu sampel uji dianalisis dengan menghitung
pada kondisi konstan. Hal ini dimaksudkan nilai difference factor (f1), similarity factor
bila terjadi kenaikan suhu selain dapat (f2), dan dissolution efficiency (DEt). Hasil
meningkatkan gradien konsentrasi (Cs) perhitunga dari f1, f2 dan DEt beberapa
juga meningkatkan energi kinetika contoh obat dapat dilihat pada tabel 1,
tabel 2 dan tabel 3.
Tabel 1. Faktor Perbedaan (f1) dari Obat Generik berlogo dan Generik Bermerek
Medium Disolusi Sampel f1 (0-15) Ket.
Ofloxacin (Fitriana et al., 2017; Wijaya et al., 2017)
Inovator - Sampel A (Generik
5,32
Bermerek)
Dapar Asetat pH 4,5 Ekivalen
Inovator - Sampel B (Generik
8,46
Berlogo)
Inovator - Sampel A (Generik
12,09 Tidak Ekivalen
Bermerek)
Dapar HCl pH 1,2
Inovator - Sampel B (Generik
6,94 Ekivalen
Berlogo)
Atorvastatin (Aini et al, 2015)
Dapar Fosfat
Generik - Inovator 34,81 Tidak Ekivalen
0,05 M pH 6,8
Allopurinol (Alghadi et al, 2017)
Allo – 4 20 Tidak Ekivalen
Allo – 5 8
Buffer Phosphate pH 6.8
Allo – 6 4 Ekivalen
Allo – 7 3
Cefixime (Hassouna et al, 2018)
Medium Disolusi FDA
(Buffer Phosphate Inovator (Suprax) - Aerocef 2 Ekivalen
pH 7.2 ± 0.05)

Berdasarkan perhitungan f1 dan f2, Kesetaraan farmasetik jika keduanya


terdapat beberapa sampel yang termasuk mengandung zat aktif yang sama dalam
dalam persyaratan yang ditetapkan oleh jumlah yang sama dan bentuk sediaan
Food and Drug Administration (1997) yang sama. Ekivalensi merupakan suatu
yaitu f1 berada pada rentang 0-15 dan f2 penentuan availabilitas relatif antara dua
berada pada rentang 50-100. Nilai faktor produk obat sehingga merupakan tampilan
kemiripan memperlihatkan bahwa kedua komparatif produk obat (Shargel &
obat yang diuji memiliki ekivalensi yang Andrew,1988).
sama. Hal ini menunjukkan beberapa Penentuan availabilitas dapat
sampel memenuhi persyaratan, memiliki menunjukkan kualitas produk obat.
ekivalensi profil disolusi dengan produk Ekivalensi merupakan tes komparatif yang
inovator. Sedangkan sampel yang tidak formal antara produk generik berlogo dan
memenuhi persyaratan, profil disolusinya produk generik bermerek. Tes komparatif
tidak ekivalen dengan produk inovator menggunakan kriteria khusus untuk
(Fitriana et al., 2017; Wijaya et al., 2017). menilai adanya perbedaan bermakna atau
Ekivalensi dapat didefinisikan tidak tidak. Bila tenyata tidak ada perbedaan
adanya perbedaan secara bermakna, maka produk generik tersebut
signifikan/bermakna pada laju pelarutan dinyatakan ekivalen dengan produk
dan absorbsi zat aktif dari dua produk obat bermerek (Akib et al, 2017).
yang memiliki kesetaraan farmasetik.
Tabel 2. Faktor Kemiripan (f2) dari Obat Generik berlogo dan Generik Bermerek
Medium Disolusi Sampel f2 (50-100) Ket.
Karbamazepin (Satrialdi et al, 2011)
Medium Asam Klorida Inovator - Produk Bermerek I 66,55 Ekivalen
pH 1,2 Inovator - Produk Bermerek II 24,40 Tidak Ekivalen
Medium Dapar Sitrat pH Inovator - Produk Bermerek I 57,76 Ekivalen
4,5 Inovator - Produk Bermerek II 22,25
Medium Dapar Fosfat pH Inovator - Produk Bermerek I 46,67 Tidak Ekivalen
6,8 Inovator - Produk Bermerek II 16,71
Metoklopramid HCl (Rahmawatie et al, 2010)
Inovator - Obat Generik Berlogo
57,89
X
Ekivalen
Inovator - Obat Generik Berlogo
65,64
Larutan Buffer Fosfat pH Y
6,8 Inovator - Obat Generik Berlogo
41,97 Tidak Ekivalen
Z
Inovator - Obat Generik Bermerek
50,94 Ekivalen
X
Metilprednisolon (Nasif et al, 2017)
Inovator - Generik Bermerek 86,9304
Medium Air Ekivalen
Inovator - Generik Berlogo 81,2339
Gemfibrozil (Lucida et al, 2017)
Inovator - Merk 3 20.17
Dapar Pospat 0,2 M
Inovator - Merk 6 43.14 Tidak Ekivalen
pH 7,5 ± 0,05
Inovator – Generik 8 34.16
Metformin HCl (Sari et al, 2013; Stuart et al, 2015)
Generik Berlogo C - Generik
83,58 Ekivalen
Bermerek B
Dapar Phospat Generik Berlogo D - Generik
38,52
pH 6,8 Bermerek B
Tidak Ekivalen
Generik Berlogo E - Generik
37,82
Bermerek B
Analog Dapar Phospat
pH 6,8 Inovator 1 – Generik 2 18,9
Tidak Ekivalen
(Simulated Intestinal
Fluid) Inovator 2 – Generik 2 29,5
Telmisartan (Lichanda et al, 2013)
Bermerek – Generik 6 52,9
Ekivalen
Larutan Buffer pH 1,2 Bermerek – Generik 7 64,5
Bermerek – Generik 8 48 Tidak Ekivalen
Bermerek – Generik 6 33,8
Tidak Ekivalen
Larutan Buffer pH 4,5 Bermerek – Generik 7 34,2
Bermerek – Generik 8 53,2 Ekivalen
Aceclofenac (Islam et al, 2011)
Inovator – A2 58,34
Inovator – A3 67,75
Buffer Fosfat (pH 6.8)
Inovator – A4 55,95 Ekivalen
Inovator – A5 58,94
Inovator – A2 53,94
0.5% SLS Inovator – A3 38,42
(Sodium LaurylSulphate) Inovator – A4 45,59 Tidak Ekivalen
Inovator – A5 36,53
Selain penetapan difference factor dengan pengungkapan data percobaan
(f1) dan similarity factor (f2), data juga secara in vivo (Fitriana et al., 2017). Hasil
dapat dianalisis dengan perhitungan yang menunjukan bahwa tidak ada
dissolution efficiency (DEt). Dissolution perbedaan yang signifikan pada DEt antara
efficiency (DEt) menyatakan perbandingan obat generik berlogo dan obat generik
antara luas daerah di bawah kurva bermerek menunjukan bahwa kedua obat
kecepatan pelarutan dan daerah pada memiliki khasiat dan mutu yang sama
waktu yang sama menggambarkan 100% (Nurtanti et al, 2010). Hasil perhitungan
obat terlarut dalam media. Pengungkapan DEt dalam medium disolusi dapat dilihat
data dengan metode DE juga identik pada tabel 3.

Tabel 3. Dissolution Efficiency (DEt) dari Obat Generik berlogo dan Generik Bermerek
Konsentrasi Ket.
Medium
Sampel DEt (%) Terlarut (%)
Disolusi
(Ct)
Salbutamol (Akib et al, 2017)
Generik 61,474 90,376 > 80% pada waktu 30 menit
Medium Asam
Merek A 60,518 90,763 Memenuhi Persyaratan
Klorida 0,1 N
Merek B 58,394 91,507 Disolusi
Rifampisin (Nurtanti et al, 2010)
Merek A 68,78 89,78
Merek B 68,60 93,17 > 75% pada waktu 45 menit
Medium Asam
Merek C 52,80 85,58 Memenuhi Persyaratan
Klorida 0,1 N
Generik D 51,61 88,44 Disolusi
Generik E 65,33 85,50

Ada banyak faktor yang dapat tekanan kompresi dalam pembuatan


mempengaruhi laju disolusi obat. Faktor sediaan tablet), prosedur kontrol kualitas
yang berhubungan dengan sifat fisiko- dalam proses pembuatan, dan bahkan
kimia obat yang mempengaruhi laju metode penanganan, pengemasan, dan
disolusi adalah karakteristik fase padat penyimpanan. Faktor yang berhubungan
(kristal atau amorf), polimorfism, ko- dengan uji disolusi yang mempengaruhi
presipitasi dan/ atau kompleksasi, ukuran laju disolusi yaitu aitasi, kecepatan rotasi,
partikel, berat molekul, bentuk garam. suhu, media disolusi, posisi dan
Faktor yang berhubungan dengan penyaringan (Nasif et al, 2017). Perbedaan
formulasi obat yang dapat mempengaruhi juga bisa dipengaruhi oleh medium
laju disolusi yaitu, pelarut, bahan pengikat disolusi, seperti kecepatan pengadukan,
dan bahan granulasi, bahan penghancur, suhu medium, suhu pada penentuan
lubrikan, surfaktan, komponen penyalut. disolusi, serta pH medium yang
Faktor yang berhubungan dengan digunakan. Oleh karena itu, WHO
manufaktur bentuk sediaan yang menyarankan uji bioekivalensi melalui
mempengaruhi laju disolusi yaitu metode dissolusi terbanding dilakukan minimal
pembuatan, penggilingan, pencampuran, pada dua jenis medium dissolusi yang
pengeringan, tekanan kompresi (punch dan berbeda (Lucida et al, 2017).
die yang dipilih untuk digunakan dan
Bentuk, zat khasiat, dan formula melalui mekanisme menyerap cairan yang
obat tidak dapat diinformasikan oleh membuat obat menggelembung kemudian
produsen, namun pada umumnya hancur. Dan terlalu banyak pelincir, yang
kandungan zat aktif obat generik berlogo biasanya bersifat hidrofobik, akan
sama dengan obat generik bermerek. menghalangi hancurnya tablet dan
Perbedaan antara keduanya bukan pada zat pelepasan zat aktif (Aini et al, 2015).
aktifnya, tetapi biasanya pada formula Kebanyakan literatur mengenai
yang mencakup jenis dan konsentrasi bahan-bahan tambahan dalam formulasi
bahan tambahan dan eksipien yang seperti Handbook of Excipient
digunakan (Akib et al, 2017). mencantumkan rentang konsentrasi untuk
Salah satu eksipien yang dapat penggunaan setiap bahan, sehingga
mempengaruhi laju disolusi secara nyata peluang suatu pabrik untuk menggunakan
adalah bahan pengikat. Perbedaan jenis zat jenis eksipien yang sama dengan
pengikat yang digunakan akan konsentrasi yang sama hampir nol (Akib et
menghasilkan profil disolusi yang berbeda al, 2017).
pula. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Selain jenis dan konsentrasi eksipien
Marlowe dan Shangraw (1967) yang dan zat tambahan yang digunakan, metode
membuktikan bahwa penggunaan zat pembuatan tablet juga memberikan
pengikat PGA dan amilum pada tablet Na pengaruh dalam laju disolusi. Masih dalam
salisilat menghasilkan kinetika disolusi penelitian Marlowe dan Shangraw (1967),
lebih baik bila dibanding dengan etil keduanya menyatakan bahwa penerapan
selulosa. Hal tersebut juga didukung metode kempa langsung dengan
dengan hasil penelitian yang dilakukan menggunakan laktosa menunjukkan
oleh Sugiyono (2011) di mana peningkatan kecepatan disolusi yang lebih besar bila
konsentrasi zat pengikat yang digunakan dibandingkan dengan metode granulasi
pada tablet akan menghasilkan basah meskipun menggunakan bahan yang
peningkatan kekerasan dan waktu hancur sama. Perubahan lama waktu pengadukan
serta menurunkan kerapuhan tablet yang pada granulasi basah dapat menghasilkan
kemudian mempengaruhi laju disolusi. granul besar, keras, dan padat sehingga
Selain bahan pengikat, penambahan pada proses pencetakan dihasilkan tablet
eksipien lain seperti surfaktan turut dengan waktu hancur dan disolusi yang
menghasilkan perbedaan laju disolusi. lama.
Penambahan surfaktan dapat Daya kompresi juga turut mengambil
meningkatkan laju disolusi tablet. Selain peran, daya kompresi optimum adalah
itu perbedaan konsentrasi juga turut daya kompresi yang dapat memecahkan
berpengaruh dimana semakin tinggi kristal yang menambah besar luas
konsentrasi surfaktan yang digunakan permukaan zat aktif terdisolusi, jika daya
maka semakin tinggi pula laju disolusi kompresi bertambah maka pecahan kristal
tablet (Akib et al, 2017). membentuk ikatan partikel yang kuat,
Eksipien lainnya yang berpengaruh menyebabkan waktu hancur makin lambat
pada pelepasan zat aktif adalah dan kecepatan disolusi semakin kecil
penghancur dan pelincir. Zat penghancur (Akib et al, 2017).
bertujuan agar obat cepat hancur, biasanya
Disolusi yang lambat dapat berakibat Sehingga dapat disimpulkan uji disolusi
pada waktu yang dibutuhkan obat untuk terbanding merupakan salah cara untuk
menimbulkan efek menjadi lebih lama. memberikan jaminan kepada masyarakat
Profil disolusi produk generik yang bahwa suatu produk obat memenuhi
berbeda dengan inovator dan produk standar efikasi, keamanan dan mutu yang
generik bernama dagang dapat dibutuhkan.
menyebabkan waktu yang dibutuhkan
hingga obat menimbulkan efek berbeda
pula, dalam hal ini timbulnya efek menjadi DAFTAR PUSTAKA
lebih lambat. Oleh sebab itu, sifat akhir
Agoes, G., Sukmadjaya., Sjuib, F., Yessie,
suatu sediaan, seperti ketersediaan hayati S., Pamudji., Sasanti, T., Darijanto.,
dan stabilitasnya, sangat bergantung pada Suciati., Hadi, D., Dicki, M., Saleh,
eksipien yang dipilih, jumlah eksipien W. & Rahmad, M. 2008. Penelitian
yang dipakai, dan interaksinya dengan zat Stabilitas Amoksisilin-Kalium.
aktif atau sesama eksipien (Aini et al, Laporan Penelitian. Departemen
2015). Farmasi FMIPA, ITB. Bandung.
Keseluruhan analisis data yang Aini, N., Ratih, D.S. & Intan, S.O. 2015.
dilakukan baik nilai difference factor (f1), Profil Disolusi Terbanding,
similarity factor (f2), dan dissolution Penetapan Kadar, dan Kualitas Fisik
efficiency (DEt) dapat menunjukkan ada Tablet Atorvastatin Inovator,
tidak adanya perbedaan bermakna antara Generik Bernama Dagang, dan
Generik. Jurnal Kefarmasian
obat generik berlogo dan generik
Indonesia. 5(2): 90-97. p-ISSN:
bermerek. Sehingga dapat katakan jika 2085-675X. e-ISSN: 2354-8770.
suatu tablet ekivalen maka dapat
dipertukarkan secara terapeutik. Dengan Akib, N.I., Rifa’atul, M. & Wa Ode, S.Z.
adanya ekivalensi antara obat generik 2017. Penentuan Ekivalensi Antar
Tablet Salbutamol Nama Generik
berlogo dan generik bermerek diharapkan
Dengan Merek Dagang. Jurnal
para dokter dan masyarakat tidak merasa Farmasi Fakultas Kedokteran dan
ragu akan obat generik berlogo dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin. 5(3):
generik bermerek. Tablet generik dapat 151-160. ISSN: 2355-9217.
menjadi pilihan dalam pemakaian dan
Alghadi, R.Y. & Elnazeer, I.H. 2017.
penulisan resep sehingga dapat mendorong Biowaiver Studies of Seven Generic
keberhasilan penggunaan obat generik di Brands of Allopurinol (100 mg)
pelayanan kesehatan (Akib et al, 2017). Tablets Available in Sudanese
Market. Saudi Journal of Medical
IV. KESIMPULAN and Pharmaceutical Sciences. 3, Iss-
Uji disolusi terbanding yang 11B: 1230-1236. ISSN 2413-4929
(Print). ISSN 2413-4910 (Online).
merupakan uji bioekivalensi in vitro
merupakan uji pendahuluan sebelum Allen, L.V.Jr., Popovich, N.G., and Ansel,
dilaukan uji bioekivalensi in vivo yang H.C. 2005. Ansel’s Pharmaceutical
dapat digunakan untuk membandingkan Dosage Form and Drug Delivery
ekivalensi profil disolusi antara produk uji System. Eight Edition. Lippincot
Williams and Wilkins. Philadelphia.
(generik berlogo dan obat generik
154-162, 238-239.
bermerek) terhadap produk inovator.
Ansel, H.C., Allen, L.V., & Popovich, Biopharmaceutics Classification
N.G. 1999. Pharmaceutical Dosage System, U. S. Department of Health
Forms and Drug Delivery System. and Human Services, Center for
Lippincott Williams & Wilkins a Drug Evaluation and Research
Wotters Kluver Company, (CDER). Rockville. 1- 8.
Philadelphia.
Fudholi, A. 2013. Disolusi dan Pelepasan
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Obat In Vitro. Yogyakarta: Pustaka
2004. Pedoman Uji Bioekivalensi. Pelajar.
Jakarta: Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia. Gennaro, A. R. 2000. Remington: The
Science and Practice of Pharmacy.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 20th ed. Vol. II. Pennsylvania: Mack
2011. Obat Wajib Bioekivalensi. Publishing Company.
Jakarta: Badan Pengawasan Obat
dan Makanan Republik Indonesia. Gracesella, C. & Iyan S. Ko-Kristal Di
Bidang Farmasi : Review Jurnal.
Banakar, U.V. 1992. Pharmaceutical Farmaka. 14(1): 63-79.
Dissolution Testing. Marcel Dekker
Inc. New York. Hassouna, M.E.M. & Mahmoud, A.M.
2018. Comparative In-Vitro
Cardot, J., Beyssac, E. & Alric, M. 2007. Dissolution Studies for
In Vitro–In Vivo Correlation: Determination of Cefixime in an
Importance of Dissolution in IVIVC. Innovator Product of Suprax Powder
Dissolution Technol.9 -15. for Oral Suspension Dosage form
Using Rp-Hplc Method. Global
Ditjen POM. 1989. Informasi Obat Journal of Otolaryngology. 14(3): 1-
Generik. Departemen Kesehatan RI. 8. ISSN 2474 – 7556.
Jakarta.
Islam, S.M.A., Sharmi, I., Mohammad,S.
Fitriana, M., Winsa, W.W. & Prima H.R. & Irin, D. 2011. Comparative In
2017. Uji Disolusi Terbanding Vitro Dissolution Study of
Tablet Ofloxacin Generik Berlogo Aceclofenac Marketed Tablets in
dan Generik Bermerek Terhadap Two Different Dissolution Media by
Inovator dalam Media Dapar Hcl pH Validated Analytical Method.
1,2. Prosiding Seminar Nasional dan Journal of Applied Pharmaceutical
Presentasi Ilmiah Perkembangan Science. 1(9): 87-92. ISSN: 2231-
Terapi Obat Herbal Pada Penyakit 3354.
Degeneratif. 1(1): 13-21.
Kanik, E.A. 1999. The Assumption of
Food and Drug Administration. 1997. Equality of Population Covariance
Guidance for Industry Dissolution Natrices in MANOVA. Ph. D.
Testing of Immediate Release Solid Thesis. University of Ankara.
Oral Dosage Forms. FDA, United Turkey.
States.
King, R.E. 1984. Dispending of
Food and Drug Administration. 2000. Medication, 9th Ed. Mack Publishing
Guidance for Industry: Waiver of In Company Easton. Pennsylvania.
Vivo Bioavailability and
Bioequivalence Studies for Lachman, L., Lieberman, H.A., & Kanig,
Immediate-Release Solid Oral L.L. 2008. Teori dan Praktek
Dosage Forms Based on a
Farmasi Industri II. Edisi Ketiga. UI Nor, I.M.N. & Rina F.N. 2017. Review:
Press. Jakarta. 651-653, 657-662. Variasi Metode Uji Disolusi
Terbanding (UDT). Farmaka. 15(1):
Lichanda, B., Mi, L., Hui, W., Qi, P. 29-38.
Bikui, Z. 2013. A Comparative
Evaluation of The Quality of Ten Nurtanti, M.P., Anjar, M.K. & Agus, S.
Generic Telmisartan Tablets with 2010. Profil Disolusi Terbanding
The Brand. African Journal of Tablet Rifampisin Merek dan
Pharmacy and Pharmacology. 7(29): Generik. Pharmacy. 7 (1): 76-86.
2043-2053. ISSN : 1996-0816. DOI ISSN 1693-3591.
10.5897/AJPP12.12.51.
Podczeck, F. 1993. Comparison of In Vitro
Lucida, H., Dachriyanus. & Elyunaida. Dissolution Profiles by Calculating
2017. Uji Dissolusi Terbanding Mean Dissolution Time (MDT) or
Sediaan Padat Gemfibrozil Generik Mean Residence Time (MRT). Int. J.
dan Merk Dagang yang Beredar di Pharm. 97: 93-100.
Indonesia. Jurnal Sains dan
Teknologi Farmasi. 19(1): s33-s38. Polli, J.E., Rekhi, G.S., Ausgburger, L.L.
& Shah, V.P. 1997. Methods to
Marlowe, E. & Shangraw, R.F. 1967. Compare Dissolution Profiles and a
Disolution of Sodium Salicylate Rationale for Wide Dissolution
from Tablet Matrix Prepared by Wet Specifications for Metoprolol
Granulation and Direct Tartrate Tablets. J. Pharm. Sci. 86:
Compression. Journal of 690-700.
Pharmaceutical Sciences. 41(1).
Rahmawatie, L.S., T.N. Saifullah, S. &
Mauger, J.W., Chilko, D. & Horward, S. Okti, R.M. 2010. Perbandingan
1986. On the Analysis of the Profil Disolusi Tablet
Dissolution Data. Drug Dev. Ind. Metoklopramid Hidroklorida
Pharm. 12, 969-992. Generik Berlogo dan Bermerek.
Majalah Farmaseutik. 6(3): 49-55.
Milani-Zakeri, P., Nayyeri-Maleki, P., ISSN : 1410 – 590X.
Ghanbarzadeh, S., Nemati, M. &
Valizadeh, H. 2012. In-Vitro Sari, D.P., T.N. T.N. Saifullah, S. & Okti,
Bioequivalence Study of 8 Brands of R.M. 2013. Uji Disolusi Terbanding
Metformin Tablets in Iran Market . Tablet Metformin Hidroklorida
Journal of Applied Pharmaceutical Generik Berlogo dan Bermerek.
Science. 02 (08): 194-197. Majalah Farmasuetik. 9(1): 254-
258.
Moore, J.W. & Flanner, H.H. 1996.
Mathematical Comparison of Satrialdi., Sukmadjaja, A. & Diky, M.
Dissolution Profiles. Pharm. 2011. Uji Disolusi Terbanding Zat
Technol. 64-74. Karbamazepin dalam Bentuk
Sediaan Tablet. Acta Pharmaceutica
Nasif, H., Erizal, Z. & Agnes, S. 2017. Uji Indonesia. 36(1): 25-28.
Dissolusi Terbanding Tablet
Metilprednisolon Generik Bermerek Shargel, L. & Andrew, B.C.Yu. 1988.
dan Generik Berlogo Dibandingkan Biofarmasetika dan Farmakokinetika
Dengan Tablet Metilprednisolon Terapan. Edisi 2. Surabaya:
Paten. Jurnal Sains dan Teknologi Airlangga University Press.
Farmasi. 19(1): s46-s51.
Shargel, L., Wu-Pong, S. & Andrew Yu, dan Efek-efek sampingnya Edisi ke-
.B.C. 2004. Applied VI Cetakan ke- 3. Penerbit PT Elex
Biopharmaceutics and Media Komputindo Kompas-
Pharmacokinetics. Fifth Edition. Gramedia. Jakarta.
Appleton-Century-Corft, New York.
Alih Bahasa: Fasich, B.S. Surabaya: Wijaya, W.W., Prima, H.R. & Mia, F.
Pusat Penerbitan dan Percetakan 2017. Uji Disolusi Terbanding
Universitas Airlangga. Tablet Ofloxacin Berlogo dan
Generik Bermerek Terhadap
Sathe, P.M., Tsong Y. & Shah, V.P. 1996. Inovator Dalam Media Dapar HCl
In Vitro Dissolution Profile pH 4,5. Jurnal Pharmascience. 4 (1):
Comparison: Statistic and Analysis, 25 – 33. ISSN-Print. 2355 – 5386.
Model-dependent Approach. Pharm. ISSN-Online. 2460-9560.
Res. 13: 1799-1803.
Siregar, C. & Wikarsa., S. 2010.
Teknologi Farmasi Sediaan Tablet
Dasar – Dasar Praktis. Jakarta: EGC.
Stuart, A.V., Clement, Y., Sealy, P.,
Lobenberg, R., Montane-Jaime, L.,
Maharaj, R.G. & Maxwell, A. 2015.
Comparing the Dissolution Profiles
of Seven Metformin Formulations in
Simulated Intestinal Fluid.
Dissolution Technologies. 17 – 21.
dx.doi.org/10.14227/DT220115P17.
Sugiyono. 2011. Pengaruh Kadar Amilum
Biji Durian (Durio Zibethinus)
sebagai Bahan Pengikat terhadap
Sifat Fisik dan Kimia Tablet
Parasetamol. Prosiding Seminar
Nasional Sains dan Teknologi ke-2.
Semarang.
Suharmiati., Dyatmiko, W. & Ifansyah, N.
2001. Pengaruh Polivinilpirolidon K-
30 Terhadap Peningkatan Laju
Disolusi Andrografolida dengan
Sistem Dispersi Solida. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan. 4(1) :
53-65.
Syofyan. 2010. Perbandingan Mutu dan
Harga Tablet Asam Mefenamat
Generik dengan Bermerek Dagang
yang Beredar di Pasaran.
Universitas Andalas.
Tjay, T. H & Rahardja, K. 2013. Obat-
obat Penting : Khasiat, Penggunaan,

Anda mungkin juga menyukai