Anda di halaman 1dari 20

BAB II

ISI

2.1 Sejarah dan Struktur Organisasi Rumah Sakit

Gambar 1. Rumah Sakit Santo Borromeus

Rumah Sakit Borromeus dirintis dengan kedatangan enam biarawati dan


Tarekat Cinta Kasih Santo Carolus Borromeus; Sr. Crispine CB., Sr. Judith CB.,
Sr. Gaudentia CB., Sr. Ludopha CB., Sr. Ambrosine CB., dan Sr. Lioba CB
membawa perubahan yang positif di kota Bandung. Karena mereka mempunyai
dedikasi tinggi terhadap bidang perawatan kesehatan, maka dipilihlah sebuah
rumah bekas poliklinik milik Dr. Merz di jalan Dago, yang ditinggalkan hampir
tanpa perabot. Rumah Sakit Santo Borromeus berawal dari rumah ini, di bawah
sebuah yayasan yang diketuai oleh Dr. Groot. pada tanggal 18 September 1921.
RS. Santo Borromeus memulai langkahnya sebagai rumah sakit yang hanya
mempunyai 17 tempat tidur. Dalam kurun waktu 3 sampai 4 tahun kemudian RS
Santo Borromeus telah diperluas sehingga menampung 90 tempat tidur dan
pelayanan kesehatan lainnya. Setelah melalui beberapa masa sulit selama perang
dunia II, perang kemerdekaan dan awal berdirinya Republik Indonesia,
pembangunan dan pengembangan fasilitas kesehatan dilanjutkan kembali serta
pengadaan sarana rumah sakit mulai dilakukan, diantaranya ruang jenazah, binatu,
serta rontgen.

3
4

Pembangunan 2 gedung baru telah selesai, yaitu Gedung Maria yang


mempunyai 4 Lantai dan Gedung Yosef I, II, dan III. Selang satu tahun, didirikan
biara dan asrama perawat pada tahun 1941, ruang rawat inap bagi anak-anak juga
diresmikan sehingga dapat menampung sekitar 370 tempat tidur dan berbagai
fasilitas kesehatan baru menjadikan RS. Santo Borromeus sebagai sebuah fasilitas
kesehatan yang memadai di kota Bandung.
Tahun 2001, RS. Santo Borromeus memperoleh sertifikat ISO 9001: 2000.
Kemudian pada tahun 2005, pembangunan Gedung Carolus selesai dengan 7
lantai dan 3 basement untuk parkir. Saat ini RS. Santo Borromeus mampu
menyediakan sampai 407 tempat tidur dengan dilengkapi peralatan medis yang
mutakhir. Tahun 2006 RS Santo Borromeus menyediakan pelayanan rawat jalan
untuk anak-anak "Borromeus Children Medical Center (BCMC) " dan secara
komprehensif disediakan pelayanan anak untuk rawat inap. Sehubungan dengan
hal tersebut, telah dibuka gedung Irene pada tahun 2007 sehingga RS Santo
Borromeus menyediakan 437 tempat tidur dengan dilengkapi peralatan medis
yang muktahir.
Tidak diketahui secara pasti apakah keenam biarawati dari Belanda
tersebut tetap di Bandung, atau lama mengabdi di RS Borromeus. Akan tetapi tiga
biarawati yaitu Suster Gaudentia, Judith dan Ludolpha masih terlacak jejaknya.
Mereka tercatat bertandang ke Yogyakarta pada Januari 1929, tetapi ketiganya
tidak datang dari Bandung melainkan dari Belanda. Jadi kemungkinan para suster
tersebut pulang dahulu ke Belanda sebelum datang lagi ke Hindia, tepatnya di
Yogyakarta. Kala itu, Yogyakarta sedang membangun rumah sakit dibawah
yayasan Onder de Bogen. Pengurus Gereja Yogyakarta lalu meminta bantuan
kepada kongres Suster Santo Borromeus yang berpusat di Maastricht, Belanda
untuk mengelola rumah sakit yang kelak diberi nama RS Panti Rapih. Kemudian
datanglah lima biarawati dan tiga diantaranya adalah perintis berdirinya RS
Borromeus Bandung.
5

Saat ini Rumah Sakit Borromeus yang berada di Jalan Ir H. Djuanda no.
100 Bandung, telah berkembang pesat dengan kapasitas tampung pasien rawat
inap dengan fasilitas peralatan medis yang modern dan dengan penambahan
gedung Elisabeth.

DIREKTUR UTAMA

KKPI Komite Medik Komite Keperawatan SRS SISFO AUDIT INTERNAL

LEGAL

DIREKTUR MEDIS DIREKTUR KEPERAWATAN DIREKTUR SDM&UMUM DIREKTUR KEUANGAN DIREKTUR PENGEMBANGAN

BIDANG BIDANG BIRO BIRO BIRO BIRO


BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG BIRO BIRO BIRO BIRO BIRO
KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEUANGAN MANAJEMEN PURS PEMASARAN
PELAYANAN PELAYANAN PENUNJANG KEPERAWATAN SDM UMUM PENGEMBANGAN PENGADAAN LOGISTIK
2 3 MUTU &
MEDIS 1 MEDIS 2 MEDIS 1 &PEMBELAJARAN
PENGOLAH

1.PERENCANAAN 1.PEMBELIAN 1.GUDANG 1.AKUNTANSI PELANGGAN


1.IRENE 2 1.YOSEF 3 1.YOSEF 3 1.ADMINISTRASI 1.PEMELIHARAAN 2.PENGELOLA-
1.IGD 1.KAMAR 1.LABORATO PENGEMBANGAN 2.PENERIMAAN MEDIS
2.IRENE 3 SURYA DAGO SDM,REMUNERASI SARANA AN UTANG
2.KLINIK -RIUM SDM&PEMBINAAN 2.GUDANG
OPERASI 3.IRENE 4-5 2.YOSEF 5 2.MARIA 2 2.KEBERSIHAN&
RAJAL 2.RADIOLOGI & REKRUTASI 2.PENGEMBANGAN UMUM 3.PENAGIHAN
4.ELIZABETH 4 3.CAROLUS 3 3.MARIA 3 2.PENGEMBANGAN LIMBAH 4.ADM
3.MCU 2.REHAB 3.FISIO PROGRAM&MATERI 3.GUDANG 1.K3RS
RANAP 4.CAROLUS 5 4.MARIA 4 KINERJA&KARIR 3.PELAYANAN REKENING
4.PKRS KLINIK PEMBELAJARAN MAKANAN 2.KESELAMATAN
MEDIK 5.ELIZABETH 4 5.HOME CARE 5.VINCENTIUS LINEN
5.BCMC 4.CSSD 4.PENGELO - RAJAL& PASIEN
KAMAR 6.RRI 6.PASSOSMED 4.PELAYANAN PENUNJANG
6.KKK 3.PELAYANAN 5.GIZI LAAN 3.MANAJEMEN
BERSALIN 7.MIKHAEL UMUM& RUMAH MEDIS
- DAPUR INVENTARIS RISIKO
HEMODIALISA 6.ELIZABETH 4 (KAMAR TANGGA(PURT)
6.REKAM 5.ADM
BAYI LEVEL 2 JENAZAH) -Keamanan REKENING
4.PELAYANAN MEDIS
7.FARMASI 7. ELIZABETH 5 RANAP
INTENSIF RANAP 6.BENDAHARA
-ICU
-NICU-PICU
-SU-IC

Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Santo Borromeus.


6

Gambar 3. Struktur Organisasi Bagian Farmasi RS Santo Borromeus.


7
2.2 Ruang Lingkup Pelayanan Farmasi

Pelayanan farmasi adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu


Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

2.2.1 Perencanaan dan Evaluasi Kebutuhan Perbekalan Farmasi


Perencanaan adalah membuat strategi untuk mencapai tujuan dan
mengembangkan rencana kerja. Tujuan perencanaan mengurangi
ketidakpastian dan meminimalisir pemborosan. Perencanaan di gudang
Borromeus dilihat dari kebutuhan,permintaan user, dan batas stock min-
max. Perencanaan di gudang farmasi dilakukan 1 hari sekali sedangkan di
gudang Alkes 3 kali seminggu. Perencanaan di Satelit Farmasi dilakukan 2
kali sehari pada pagi dan sore hari. Perencanaan dilakukan berdasarkan
banyaknya obat yang di resepkan. Pemesanan dilakukan melalui sistem
software yang sudah ada di komputer untuk memantau jumlah pemasukan
dan pengeluaran sediaan. Namun bila sediaan tersebut termasuk obat yang
tergolong mahal dan slow moving terkadang gudang dan satelit farmasi
tidak menyimpan persediaan tetapi bila dibutuhkan dapat di pesan ke PBF
beberapa hari sebelumnya.
Misalkan Rhinos SR di satelit habis, kita dapat mengecek di
komputer di bagian stok barang untuk melihat apakah ada satelit farmasi
terdekat yang memiliki persediaan tersebut. Kita meminta kepada satelit
farmasi lain disertai surat permintaan dan kode permintaan juga nama
orang yang meminta dan yang menyiapkan obat. Namun apabila tidak ada
kita dapat memintanya ke gudang yang juga disertai lampiran surat
permintaan.Untuk evaluasi kebutuhan perbekalan farmasi dilakukan setiap
malam dengan melihat sediaan apa yang paling banyak di resepkan oleh
dokter baik dari rawat jalan maupun rawat inap.
8

2.2.2 Penyimpanan Obat di Ruang Racik


Penyimpanan obat adalah kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan menempatkan perbekalan farmasi pada tempat yang aman
dari pencurian, gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Tujuannya adalah untuk memelihara mutu sediaan farmasi,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
ketersediaan, memudahkan pencarian, dan pengawasan.
Cara menyimpanan obat :
1. Perbekalan farmasi dan alkes sebelum disimpan dipisahkan
berdasarkan bentuk sediaan dan jenisnya, suhu ruangan dan
stabilitasnya, sifat bahan dan ketahanan terhadap cahaya.
2. Penyimpanan perbekalan farmasi yang tidak memerlukan
persyaratan atau kondisi khusus berdasarkan bentuk sediaan
dan jenisnya sesuai alphabet contohnya:
a.Tablet, Kapsul, Sirup dan Obat luar disimpan pada rak yang
sesuai.
b.Injeksi disimpan pada rak injeksi.
c.Infus disimpan pada rak infus.
3. Penyimpanan perbekalan farmasi yang memerlukan kondisi
khusus disimpan sebagai berikut:
A. Sediaan yang penyimpanannya memerlukan temperature
khusus:
a.Vaksin dan Supositoria yang harus disimpan dalam lemari
pendingin sesuai dengan persyaratan temperatur yang
ditentukan.
b.Tablet,Kapsul dan Injeksi yang harus disimpan dalam
temperatur rendah disimpan dalam lemari pendingin
sesuai dengan persyaratan temperatur yang ditentukan.
c.Temperature lemari pendingin dipantau setiap hari.
9
d.Ketentuan suhu penyimpanan
(Suhu dingin 2-8 C, suhu sejuk 8-15, suhu kamar 15-30)
B. sediaan farmasi yang peka terhadap cahaya disimpan dalam
rak obat yang terhubung dari cahaya.
4.Obat narkotika dan psikotropika(OKT) penyimpanannya sesuai
dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku diatur
dalam SPO.
5.Penyimpanan barang dalam rak menggunakan metode FEFO
6.Penyimpanan obat high alert “Obat-obat yang perlu diwaspadai”
7.Tempat penyimpanan perbekalan farmasi diperiksa secara
berkala oleh petugas untuk memantau expired date dan
memastikan penyimpanan dengan kondisi yang dipersyaratkan.

2.2.3 Distribusi dan Penyerahan Obat


Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar
dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen
kepada konsumen. Penyerahan obat adalah proses pemberian obat
oleh Tenaga Kefarmasian kepada Pasien.
2.2.3.1 Distribusi obat di Rumah Sakit Borromeus

2.2.3.2 Penyerahan Obat


Penyerahan obat rawat inap :
1. Pasien rawat inap di periksa oleh dokter, resep diantar oleh
petugas ke farmasi rawat inap. Resep dikerjakan oleh petugas,
setelah di periksa sudah benar, dilakukan serah terima obat
antara petugas farmasi dan petugas ruangan.
2. Untuk pendistribusian obat di ICU menggunakan sistem kartu
stock. Obat yang diberikan kita tulis pada kartu obat pasien.
10
3. Obat di taruh di trolley sesuai jam dan dibedakan menurut jenis
sediaannya. Pemberian obat dilakukan oleh suster perawat atau
asisten apoteker (ODD) dan apoteker akan berkeliling untuk
melakukan edukasi.
4. Petugas ruangan mengecek kembali obat yang sudah selesai,
apabila sudah sesuai petugas farmasi dan petugas ruangan
masing-masing paraf di buku yang telah disediakan

Prosedur penyerahan obat rawat jalan :


1. Petugas mengidentifikasi setiap penyerahan obat dengan
menanyakan nama lengkap pasien, alamat, tanggal lahir dan
no.telepon bila ada.
2. Petugas melakukan cross check dengan melihat kesesuaian
identitas di resep dan rincian resep.
3. Petugas memeriksa ulang lagi obat yang sudah selesai
dikerjakan meliputi nama pasien, nama obat, dosis obat, dan
aturan pakai sesuai dengan lembar resep.
4. Petugas farmasi menjelaskan atau memberikan informasi yang
berkaitan dengan obat pasien (Aturan pakai obat, dosis, dan
cara pemakaian obat) dan verifikasi pemahaman pasien dan
atau keluarga pasien yang sudah mendapatkan informasi obat
setelah itu petugas kembali memberikan paraf pada kolom [S].

2.2.4 Pengelolaan ALKES dan PKRT


2.2.4.1 Permintaan Barang dari Farmasi dan Rawat Inap ke
Gudang
Prosedur permintaan alat kesehatan dari bagian Farmasi
(Farmasi Satelit) ke Gudang Medis adalah suatu perangkat
instruksi atau langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan proses
11
permintaan barang untuk kebutuhan persediaan pelayanan
kefarmasian.
Permintaan Harian
1. Permintaan besar alat kesehatan harian dari Satelit Farmasi ke
Gudang Medis dilakukan dua kali, pagi hari (sebelum jam 8) dan
sore hari (sebelum jam 14). Permintaan harian pagi dilakukan oleh
Petugas Farmasi yang dinas malam, sedangkan permintaan harian
sore dilakukan oleh Petugas Farmasi yang dinas pagi.
2. Diluar permintaan besar, Petugas Farmasi masih dapat melakukan
permintaan apabila jumlah stok di Farmasi Satelit tidak mencukupi
atau kosong.
3. Petugas Farmasi menyusun data nama obat dan jumlah yang
diminta dengan memeriksa keseluruhan stock obat atau alat
kesehatan di masing-masing rak dengan melihat batas minimum
dan maksimum persediaan.
4. Data nama dan jumlah obat atau alat kesehatan yang akan diminta
ke Gudang Medis dientry ke dalam program komputer untuk
permintaan barang ke Gudang Medis.
5. Setelah semua data masuk, Petugas Farmasi memberitahukan
nomor permintaan ke petugas Gudang Medis.
Permintaan Cito
Permintaan cito adalah permintaan kebutuhan Alat
Kesehatan yang bersifat segera.
1. Petugas Farmasi mengentry data, nama dan jumlah alat kesehatan
yang segera dibutuhkan ke dalam program komputer untuk
permintaan barang ke Gudang Medis.
2. Kemudian petugas Farmasi melaporkan nomor permintaan tersebut
ke Gudang Medis dengan memberikan keterangan lisan bahwa
permintaan bersifat cito atau segera.
12
2.2.4.2 Penerimaan Barang oleh Farmasi dan Rawat Inap
Prosedur penerimaan barang dari Gudang Medis ke bagian
Farmasi adalah suatu perangkat instruksi atau langkah yang
dilakukan untuk menyelesaikan proses penerimaan barang untuk
kebutuhan persediaan pelayanan kefarmasian.
1. Berdasarkan nomor permintaan yang dilaporkan oleh
masing-masing Farmasi Satelit, petugas Gudang Medis
mengisi jumlah alat kesehatan yang dipenuhi dan mencetak
daftar pengiriman barang.
2. Petugas bagian Farmasi memeriksa permintaan alat
kesehatan yang datang bersama petugas Gudang Medis.
3. Petugas Farmasi memberi tanda pada lembar permintaan
barang sebagai berikut :
a. Bila telah sesuai diberi tanda ()
b. Tidak terpenuhi atau kosong dari Gudang Medis
diberi tanda (×)
c. Bila tidak sesuai permintaan atau salah mengirim
barang (-)
4. Bila alat kesehatan yang datang tidak sesuai permintaan,
harus segera ditindak lanjuti dengan konfirmasi ke Gudang
Medis.
5. Petugas bagian Farmasi dan petugas Gudang Medis
menandatangani atau paraf pada lembar pengiriman barang
bila semuanya sudah benar.
6. Petugas bagian Farmasi memproses nomor pengiriman ke
komputer dan memberikan paraf pada lembar pengiriman.
7. Petugas bagian Farmasi mengarsip lembar pengiriman
barang dari Gudang Medis.
8. Petugas bagian Farmasi membereskan dan menyimpan obat
sesuai dengan SPO “Penyimpanan Perbekalan Farmasi.”
13
2.2.4.3 Pemesanan Alat Kesehatan ke PBF
Dilakukan seminggu 2 kali yaitu pada hari Selasa dan
Jumat karena pembelian dilakukan berdasarkan rekapitulasi
distribusi yang di lakukan pada hari permintaan besar yaitu
Senin dan Kamis ke Gudang Medis.

2.2.4.4 Penerimaan Alat Kesehatan dari PBF


1. Petugas Gudang menerima perbekalan kesehatan yang di
sertai dokumen pengiriman perbekalan kesehatan dari petugas
Seksi Penerimaan dan Inventaris.
2. Petugas gudang bersama dengan Seksi Penerimaan dan
Inventaris melakukan proses serah terima dengan mencocokkan
kesesuaian antara perbekalan kesehatan dengan dokumen
Pengiriman Barang, meliputi kuantitas, kualitas dan kadaluarsa.
3. Petugas Gudang menandatangani dokumen Pengiriman
Barang, apabila ada ketidaksesuaian pengiriman, petugas
gudang mengembalikan barang yang tidak sesuai tersebut
kepada petugas sub seksi Penerimaan dan Inventaris.
4. Dokumen pengiriman barang terdiri dari rangkap 3
dengan ketentuan lembar ke-1 dan ke-2 untuk sub seksi
Penerimaan dan Inventaris sedang lembar ke-3 untuk Seksi
Gudang Farmasi dan Alat Kesehatan.
5. Petugas Gudang Farmasi dan Alat Kesehatan melakukan
entry data barang yang diterima kedalam program penerimaan
barang, dengan cara melakukan validasi data yaitu menekan
tombol ‘Y’ pada modul terima barang pada komputer, dan
menuliskan nama atau paraf pada kolom entry pada dokumen
pengiriman barang.
6. Petugas gudang mengarsipkan dokumen pengiriman
barang yang telah divalidasi.
14
2.2.4.5 Penyimpanan Alat Kesehatan dari PBF
Disimpan berdasarkan abjad dan permintaan barang dari
pihak tertentu seperti laboratorium, klinik gigi, radiologi dan lain
sebagainya untuk mempermudah pengambilan barang ketika ada
permintaan.

2.2.4.6 Distribusi Alat Kesehatan


Melalui Komputer (Online)
1. Staf Gudang menerima nomor permintaan dari bagian
pengguna yang meminta barang dan memproses nomor
permintaan bagian di program Sistem Informasi
Logistik.
2. Staf Gudang mencetak permintaan bagian dengan
menampilkan sisa persediaan barang.
3. Staf Gudang mengambil barang sesuai permintaan
bagian berdasarkan tanggal kadaluarsa yang paling
pendek.
4. Setelah barang yang diminta dipersiapkan, staf gudang
mencetak daftar pengiriman barang sebanyak 2 lembar
dan memberikan paraf pada kolom “pengambil” dan
“entry komputer”.
5. Staf Gudang mencocokkan antara nama dan barang
kemudian memberikan paraf pada kolom “pemeriksa”.
6. Staf Gudang mengantarkan barang kepada peminta
kemudian memberikan paraf pada kolom “pengantar”.
7. Staf bagian yang menerima barang mencocokkan
kembali kemudian memberikan paraf pada kolom
“terima”.
8. Staf Gudang yang mengarsip data kemudian memberikan
paraf pada kolom “arsip”.
15

Dengan cara Manual:

1. Staf bagian pengguna mengirimkan Bon Permintaan


Barang ke Gudang Farmasi dan Alat Kesehatan.
2. Staf Gudang mengambil barang sesuai permintaan
bagian berdasarkan tanggal kadaluarsa yang paling
pendek.
3. Staf Gudang yang memeriksa kembali kemudian
memberikan paraf pada kolom “Yang menyerahkan”
kemudian menyerahkannya ke bagian yang meminta.
4. Staf bagian yang menerima barang mencocokkan
kembali antara nama dan jumlah barang kemudian
memberikan paraf pada kolom “Yang menerima”.
5. Staf Gudang mengentry data Bon Permintaan sesuai
dengan nama dan jumlah barang yang diberikan dengan
yang di entry kemudian memberikan paraf pada kolom
“Ent. Komp”.
6. Staf Gudang yang lain kemudian memeriksa kembali dan
memberikan paraf pada kolom “Pemeriksa”.
7. Staf Gudang mengarsipkan Bon Permintaan kemudian
memberikan paraf pada kolom “Arsip”.

2.2.5 Pelaporan Narkotika dan Psikotropika


2.2.5.1 Narkotika
Obat narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetik maupun semi sintetik
yang dapat menurunkan atau merubah kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.
16
Pelaporan narkotika :
1. Setiap awal bulan semua bagian dan Farmasi Satelit yang
mempunyai persediaan narkotika melaporkan pemakaian
bulanan beserta bukti pemakaian atau resep asli dan jumlah
akhir persediaan.
2. Asisten Apoteker yang bertanggung jawab terhadap pencatatan
dan pelaporan membuat rekap seluruh penerimaan dan
pengeluaran serta membuat laporan bulanan. Laporan bulanan
tersebut diserahkan ke Kepala Bagian Farmasi untuk diperiksa.
3. Setelah sesuai laporan tersebut ditandatangani Kepala Bagian
Farmasi, kemudian laporan dikirim kepada Dinas Kesehatan
Kotamadya Bandung serta arsip Bagian Farmasi.

2.2.5.2 Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetik bukan narkotika, yang berhasiat psikoaktif melalui susunan
saraf pusat yang mengakibatkan perubahan yang khas pada
aktivitas mental dan perilaku yang tidak atau dapat menimbulkan
ketergantungan.
Prosedur pelaporan psikotropika :
1. Setiap awal bulan Asisten Apoteker yang bertanggungjawab
terhadap pencatatan dan pelaporan psikotropika melakukan
pencatatan penerimaan atau pembelian obat psikotropika
2. Petugas Gudang Farmasi dan Medis, Farmasi Satelit dan
Bagian-Bagian melaporkan stock akhir bulan persediaan obat
psikotropika kepada Asisten Apoteker yang bertanggungjawab
terhadap pencatatan dan pelaporan psikotropika.
17
3. Asisten Apoteker tersebut membuat rekap seluruh penerimaan
dan pengeluaran serta membuat laporan bulanan. Laporan
bulanan tersebut diserahkan ke Kepala Bagian Farmasi untuk
diperiksa.
4. Setelah sesuai laporan tersebut di tandatangani Kepala Bagian
Farmasi, kemudian laporan dikirim kepada Dinas Kesehatan
Kotamadya Bandung serta arsip Bagian Farmasi.

2.2.6 Pengawasan Expired Date


2.2.6.1 Pengertian
Suatu perangkat instruksi atau langkah yang dibakukan
untuk menyelesaikan pengawasan expire date perbekalan farmasi.

2.2.6.2 Prosedur Pengawasan Expire Date di Bagian Farmasi


1. Setiap petugas farmasi yang menerima dan mengeluarkan
perbekalan farmasi harus senantiasa memperhatikan expire date
barang, untuk meyakinkan barang yang diberikan kepada
customer tidak kadaluarsa, dengan menerapkan prinsip FEFO.
2. Setiap petugas penanggung jawab rak obat harus melakukan
pengawasan expire date secara periodik minimal 1 bulan 1 kali.
3. Hasil pengawasan dicatat di lembar pengawasan expire date
masing-masing rak obat
4. Pada lembar pengawasan expire date terdapat kolom :
a. Nomor

b. Nama Obat

c. Tahun

d. Bulan

e. Keterangan Retur atau Habis


18

5. Perbekalan farmasi yang expire date kurang dari 1 tahun, pada


raknya harus diberi label peringatan dan menginformasikan ke
semua farmasi satelit bahwa ada perbekalan farmasi yang expire
date dekat agar dipakai lebih dahulu apabila ada resep.

6. Perbekalan farmasi yang expire date kurang dari 1 tahun,


dilaporkan ke apoteker koordinator untuk dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:

a. Bila masih dalam kemasan utuh akan diretur ke Gudang Farmasi


dengan memperhatikan ketentuan retur masing-masing distribusi.

b. Bila tidak dalam kemasan utuh akan dibuatkan surat untuk


diinformasikan ke dokter yang praktek di RS Santo Borromeus.

7. Setiap awal bulan petugas yang mengawasi expire date melaporkan


ke Apoteker Koordinator masing-masing satelit farmasi.

8. Apoteker Koordinator memberikan paraf pada lembar pengawasan


(dibawah kolom bulan)

9.Apoteker Koordinator setiap awal bulan melaporkan hasil


pengawasan ke Kepala Bagian Farmasi.

2.2.6.3 Prosedur Pengawasan Expire Date di Bagian Gudang Farmasi dan


Medis

1. Staf Gudang Farmasi dan Medis mencetak formulir Pemantauan


Kadaluarsa dari program komputer berdasarkan periode waktu
yang diinginkan.

2. Staf Gudang Farmasi dan Medis melakukan pengecekan keseuaian


antara data yang ada di daftar obat kadaluarsa dibandingkan
dengan fisik barangnya.

3.Bila ada barang fisik yang mendekati waktu kadaluarsa Staf Gudang
Farmasi dan Medis akan melapor kepada Kepala Seksi Gudang.

4. Staf atau Kepala Gudang Farmasi dan Medis memeriksa ketentuan


retur, apabila memenuhi syarat maka akan dibuat bukti retur
barang ke Sub Seksi Penerimaan-Inventaris.
19
2.2.7 Peracikan obat dan Pengemasan kembali
Prosedur meracik puder :
1. Setelah resep racikan di perhitungkan harganya, diberikan
stample [A, C, R], dan petugas menyiapkan masing-masing
komponen obat racikan pada wadah racik kemudian
memberikan paraf pada kolom A.
2. Petugas yang berbeda melakukan pemerikasaan kelengkapan
komponen racikan dan kesesuaian etiket, kemudian
memberikan paraf pada kolom C.
3. Petugas farmasi melakukan proses peracikan, dimulai dengan
melepaskan obat dari cangkang / alumunium foil / blisternya,
kemudian menggerus obat secara lege artis sampai terbentuk
serbuk bagi yang homogen.
4. Petugas farmasi menyiapkan perkamen sesuai dengan jumlah
bungkus pada resep kemudian membagi serbuk secara merata
dan membungkus puder dengan cara kefarmasian yang lazim
kemudian memberikan paraf pada kolom R. Prosedur yang
sama untuk kapsul dan sachet namun untuk kapsul dikemas
dalam pot kapsul yang sudah di persiapkan dan untuk sachet
menggunakan alat sealing.
5. Puder yang telah selesai di racik yang telah di berikan pada
petugas yang melakukan pengecekkan kembali untuk
diserahkan kepada pasien.

Prosedur racik drank :


1. Setelah resep racikan diperhitungkan harganya, diberikan
stample [A, C, R], dan petugas menyiapkan masing-masing
komponen obat racikan pada wadah racik kemudian
memberikan paraf pada kolom A.
20
2. Petugas yang berbeda melakukan pemeriksaan kelengkapan
komponen racikan dan kesesuaian etiket (no resep, nama
pasien, aturan pakai), kemudian memberikan paraf pada kolom
C.
3. Petugas farmasi melakukan proses peracikan, dimulai dengan
melepaskan obat dari cangkang / alumunium foil / blisternya,
kemudian menggerus obat secara lege artis sampai terbentuk
serbuk bagi yang homogen, kemudian dituangkan obat yang
berbentuk larutan atau sirup sedikit demi sedikit hingga
tercampur campur homogen.
4. Petugas yang meracik menyiapkan botol yang sesuai dengan
volume obat , lalu obat racikan tersebut dituangkan pada botol
yang sudah disiapkan , beri etiket dan paraf pada kolom R.
5. Obat yang sudah diracik diberikan pada petugas farmasi yang
melakukan pemeriksaan kembali sebelum di berikan pada
pasien.

Prosedur meracik salep :


1. Setelah resep racikan diperhitungkan harganya, diberikan
stample [A, C, R], dan petugas menyiapkan masing-masing
komponen obat racikan pada wadah racik kemudian
memberikan paraf pada kolom A.
2. Petugas yang berbeda melakukan pemeriksaan kelengkapan
komponen racikan dan kesesuaian etiket, kemudian
memberikan paraf pada kolom C.
3. Petugas farmasi melakukan proses peracikan, dimulai dengan
menimbang dan menyiapkan bahan bahan, kemudian
melakukan peracikan secara lege artis. Dan menyiapkan wadah
yang sesuai serta pemberian etiket.
21

2.2.8 Komunikasi, Informasi dan Edukasi bagi staf medik, Tenaga


Kesehatan Lain, Pasien, Keluarga Pasien Masyarakat

Konseling adalah penyuluhan yang diberikan oleh seorang ahli bisa


seorang Dokter. PIO adalah penyuluhan yang dilakukan oleh Apoteker.
Penyuluhan Swamedikasi oleh Apoteker atau Asisten Apoteker
Prosedur :
1. Berikan penjelasan kepada pasien untuk mengenali perbedaan
karakteristik dari pengobatan dengan tepat.
2. Berikan informasi tentang nama generik dan merk dagang
setiap obat yang diberikan kepada pasien.
3. Berikan penjelasan tentang tujuan dan reaksi setiap obat yang
diberikan.
4. Berikan penjelasan kepada pasien tentang dosis, lokasi dan
lama pemberian setiap obat.
5. Berikan penjelasan kepada pasien tentang penggunaan obat
yang tepat.
6. Evaluasi kemampuan pasien dalam melakukan pengobatan.
7. Instruksikan pasien untuk mengikuti prosedur sebelum
pengobatan dengan tepat.
8. Berikan penjelasan tentang apa yang harus dilakukan jika lupa
meminum obat dalam (dosis terlewat)
9. Berikan penjelasan kepada pasien tentang dosis dan waktu
pengobatan dengan benar.
10. Berikan penjelasan kepada pasien akibat yang terjadi jika
menghentikan pengobatan.
11. Berikan penjelasan kepada pasien tentang efek samping yang
mungkin ada dari masing-masing obat.
12. Berikan penjelasan tentang tanda dan gejala jika dosis berlebih
atau kurang.
22
13. Berikan penjelasan tentang perawatan alat bantu yang
digunakan dalam pemberian obat.
14. Berikan penjelasan tentang cara membuang jarum dan syringe
dengan benar di rumah
15. Peringatan pasien tentang bahaya menggunakan obat
kadaluarsa.
16. Peringatkan pasien untuk tidak memberikan obat yang
diresepkan kepada orang lain.
17. Berikan informasi tentang penggantian obat (jika ada obat yang
dapat atau akan diganti).
18. Berikan penguatan terhadap informasi yang diberikan anggota
tim kesehatan lain.
19. Libatkan keluarga atau orang terdekat pasien saat pemberian
edukasi.
20. Verifikasi pemahaman pasien dan atau keluarga pasien yang
sudah mendapatkan edukasi penggunaan obat.

Anda mungkin juga menyukai