PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral
logam ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber
daya alam tersebut secara efisien. Dalam pemanfaatanya, tentu saja
menggunakan berbagai metode dan teknologi sehingga dapat diperoleh hasil
yang optimal dengan hasil yang optimal dengan keuntungan yang besar, biaya
produksi yang seminim mungkin serta ramah lingkungan. Ekstraksi adalah
suatu proses pemisahan suatu zat dari suatu campuran atau pemisahan suatu
logam dari sumbernya, yang biasanya berupa bijih. Metalurgi (metallurgy)
adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk memperoleh logam (metal)
melalui proses fisika dan kimia serta mempelajari cara-cara memperbaiki
sifat-sifat fisik dan kimia logam murni maupun paduannya (alloy). Pengolahan
aluminium menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat tidak lepas dari peran
reaksi kimia fisika.
Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat tahan terhadap
korosi dan hantaran listrik yang baik. Aluminium sebagai logam yang bernilai
komersial didapatkan dari hasil ekstraksi metalurgi. Pada saat ini Indonesia
telah memiliki pabrik peleburan alumunium satu-satunya dengan cara reduksi
elektrolit yang di kelola oleh PT. Inalum (Indonesia Asahan Alumunium)
dimana bahan baku utamanya adalah alumina (Al2O3). Pemakaian aluminium
diperkirakan pada masa mendatang masih terbuka luas baik sebagai material
utama maupun material pendukung dengan ketersediaan biji aluminium di
bumi yang melimpah. Aluminium dapat dipergunakan untuk peralatan rumah
tangga, material pesawat terbang, otomotif, kapal laut, konstruksi dan lain-
lain. Produk-produk aluminium dihasilkan melalui proses pengecoran
(casting) dan pembentukan (forming). Aluminium hasil pengecoran banyak
dijumpai pada peralatan rumah tangga dan komponen otomotif misalnya velg
(cast wheel), piston, blok mesin dan lain sebagainya. Aluminium hasil
pembentukan diperoleh melalui tempa, rol dan ektrusi misalnya aluminium
profil dan plat yang banyak digunakan dalam kontruksi. Seiring dengan
perkembangan zaman banyak sekali teknologi baru yang bermunculan untuk
menghasilkan aluminium, Salah satu sebabnya adalah karena aluminium
memiliki kegunaan yang sangat banyak. Dengan banyaknya penggunaan
Aluminium dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam rumah tangga maupun
industri, Oleh karena itu kita perlu mempelajari lebih lanjut mengenai
aluminium tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Fisika dan Kimia Aluminium
Unsur Alumunium
Simbol Al
Nomor Atom 13
Massa Atom Relatif 26,98
Konfigurasi Elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p1
Titik Didih (oC) 660,4
Titik Leleh(oC) 2467
Rapatan pada 25oC (gram/cm3) 2,70
Warna Metalik
Energi Ionisasi (kJ/mol) 277,6
Afinitas Elektron (kJ/mol) 42,6
Keelektronegatifan 1,61
Jari-jari Ion 0,51
Jari-jari Atom 1,43
Potensial Elektrode -1,71
Daya Hantar Panas 2,1
Daya Hantar Listrik 38 10-3
PENGOLAHAN ALUMINIUM
Peralatan pencucian yang dapat digunakan adalah ayakan putar (tromol rail
atau rotary grizzly) dan ayakan getar (vibrating screen). Ayakan putar mempunyai
fungsi untuk mencuci bijih bauksit yang masuk melalui hopper (stationary
grizzly), sedangkan ayakan getar berfungsi untuk mencuci bijih bauksit yang
keluar dari ayakan putar. Ayakan getar mempunyai dua tingkat ayakan, dimana
ayakan tingkat pertama (bagian atas) mempunyai lebar lubang bukaan 12,5 mm
dan ayakan tingkat kedua (bagian bawah) mempunyai lebar bukaan 2 mm
sehingga alat ini sering juga disebut dengan system ayakan getar bertingkat
(vibration horizontal double deck screen).
Dengan demikian selama proses pencucian, bijih mengalami tiga tahap proses
pencucian antara lain :
2. Digesting
Lumpur yang dipompa ke digester, disini reaksi kimia untuk
membubarkan alumina berlangsung. Dalam digester bubur yang
dimasukkan dalam keadaan - di bawah 50 pound per square inch tekanan -
dipanaskan sampai 300 ° Fahrenheit (145 ° Celcius). Tetap dalam digester
di bawah kondisi dari 30 menit sampai beberapa jam. Soda kaustik
ditambahkan lebih banyak untuk melarutkan senyawa yang mengandung
aluminium dalam bubur. Senyawa yang tidak diinginkan baik tidak larut
dalam soda kaustik, atau bergabung dengan senyawa lain untuk
menciptakan skala pada peralatan yang harus dibersihkan secara berkala.
Proses pencernaan menghasilkan larutan natrium aluminat. Karena semua
ini terjadi dalam pressure cooker, bubur dipompa menjadi serangkaian
"tank flash" untuk mengurangi tekanan dan panas sebelum dipindahkan ke
"tanki pengendap."
2NaOH + Al2O3.3H2O --> 2NaAlO2 + 4H2O
3. Settling
Settling dicapai terutama dengan menggunakan gravitasi, meskipun
beberapa bahan kimia harus ditambahkan untuk membantu proses. Sama
seperti segelas air gula dengan pasir halus tersuspensi di dalamnya akan
terpisah dari waktu ke waktu, begitu juga dengan kotoran dalam bubur,
seperti pasir dan besi dan elemen lainnya jejak yang tidak larut akhirnya
akan mengendap di bawah. Larutan di bagian atas tangki (yang terlihat
seperti kopi) sekarang diarahkan melalui serangkaian filter. Setelah
mencuci untuk memulihkan soda alumina dan kaustik, lumpur merah
sisanya dipompa ke kolam penyimpanan yang besar dimana dikeringkan
dengan penguapan. Alumina dalam larutan masih hangat terdiri dari
partikel-partikel kecil, kristal ditangguhkan. Namun masih ada beberapa,
kotoran padat sangat halus yang harus dibuang. Sama seperti penyaring
kopi menjaga alasan keluar dari cangkir Anda, filter di sini bekerja dengan
cara yang sama. Saringan berukuran raksasa terdiri dari serangkaian
"leaves" - filter kain besar atas rangka baja - dan menghapus banyak dari
zat padat dalam cairan yang tersisa. Bahan tertangkap oleh filter dikenal
sebagai "cake filter" dan dicuci untuk menghilangkan alumina dan soda
kaustik. Minuman keras disaring - natrium aluminat solusi - kemudian
didinginkan dan dipompa ke "precipitator."
Na2CO3 + Ca(OH)2 --> CaCO3 + 2NaOH
4. Presipitasi
Bayangkan sebuah tangki setinggi gedung enam lantai. Sekarang
bayangkan baris demi baris dari tangki disebut precipitator. Natrium
aluminat dari settling dan operasi penyaringan dipompa ke dalam debu.
partikel alumina yang baik (fine) - disebut "kristal benih" (alumina hidrat)
- ditambahkan untuk memulai pengendapan partikel alumina murni
sebagai larutan yang mendingin. Kristal Alumina mulai tumbuh di sekitar
biji, kemudian menetap ke bagian bawah tangki di mana mereka akan
dihapus dan dipindahkan ke "tank penebalan." Akhirnya, disaring lagi
kemudian ditransfer oleh konveyor ke "tanur kalsinasi."
5. Kalsinasi
Kalsinasi adalah proses pemanasan untuk menghilangkan air kimia
gabungan dari hidrat alumina. Itu sebabnya, setelah alumina terhidrasi
adalah dikalsinasi, ini disebut alumina sebagai anhidrat. "Anhidrat" berarti
"tanpa air."Dari precipitation, hidrat disaring dan dicuci untuk membasuh
kotoran dan menghilangkan kelembaban. Sebuah sistem konveyor terus
menerus memberikan hidrat ke dalam kiln kalsinasi. Kiln kalsinasi adalah
batu bata-dalam berjajar dan gas-dipecat untuk suhu 2.000 ° F atau 1.100 °
C. Berputar perlahan-lahan (untuk memastikan alumina mengering secara
merata) dan dipasang pada landasan miring yang memungkinkan alumina
untuk bergerak melalui ke pendinginan eqipment. (Metode terbaru
menggunakan metode yang disebut kalsinasi tidur cairan di mana partikel
alumina ditangguhkan atas layar dengan udara panas dan dikalsinasi.)
Hasilnya adalah bubuk putih seperti yang ditunjukkan di bawah ini:
alumina murni. Kaustik soda dikembalikan ke awal proses dan digunakan
lagi.
a. Mereduksi ukuran bijih bauksit yang akan dijadikan feed deangan cara
digerus (grinding). Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pelarutan.
Hasil atau produk dari proses penggerusan ini umumnya yang dipakai
sebagai feed pada proses bayer yaitu bijih yang berukuran kurang dari 35
mesh.
b. Melarutkan alumina yang terdapat dalam bijih bauksit dengan larutan soda
api atau “caustic soda”dengan konsentrasi dan temperature tertentu,
dengan menggunakan media uap sebagai pemanas didalam suatu tabung
yang dibuat dari baja yang tehan terhadap tekanan yang timbul akibat
proses pemanasan selama berlangsungnya proses pelaruatan. Suhu
pelarutan sekitar 108osampai 250o dengan konsentrasi soda api 250 sapai
400 gr/liter. Pemilihan temperatu dan konsentrasi serta lamanya waktu
pelarutan tergantung pada sifat-sifat spesifik bijih bauksit yang digunakan
dan berdasarkan perhitungan-perhitungan yang paling ekonomis meliputi
semua rantai proses beserta efek- efeknya untuk dapat menghasilkan
alumina dengan mutu yang memenuhi persyaratan sesuai yang dibutuhkan.
Reaksi yang terjadi pada prosespelarutan adalah:
Atau
Al2O33H2O + 2NaOH 2NaAlO2 + 4H2O
Sesuai dengan reaksi diatas, diperkirakan sekitar 90% alumina yang ada
dalam bijih beuksit akan larut menjadi NaAlO2. sedangkan rekasi
sampingan yang terjadi sebagai akibat adanya unsure silica reaktif dalam
bijih bauksit adalah:
Al2O3 yang didapat dari proses diatas adalah alumina yang siap dikirim ke
pabrik peleburan untuk dilebur menjadi aluminium.
BAB IV
Bijih alumunium yang lebih dikenal dengan nama bauksit banyak terdapat di
daerah Tropik dan Sub-Tropik, yaitu Afrika, India Barat, Amerika Selatan dan
Australia. Bijih bauksit dimurnikan menjadi alumunium oxide trihydrate
(alumina) kemudian secara elektrolisa direduksi menjadi logam alimunium.
Logam alumunium sebagai produk dari industri pertambangan yang berasal dari
pengolahan bijih bauksit melalui standar yang telah kita kenal, yaitu didapat dari
proses pengolahan bauksit menjadi alumina (proses bayer) dan pengolahan
alumina menjadi alumunium (proses Hall-Heroult).
2) Daya tahan panas tinggi, titik sublimasi 4.200oC dan titik leleh 3.700oC
pada tekanan 1 atm berguna untuk bekerja pada suhu operasi yang
tinggi (965oC)
4) Ekspansi panas yang rendah (± 0,5 kali tembaga) berguna pada saat
konstruksi perangkaian anoda agar anoda tidak terlepas dari
tangkainya karena pemuaian.
5) Densitas rendah (1,4-1,7 gr/m3) agar partikel karbon yang terlepas
(debu) tidak terendapkan pada katoda sehingga tidak mengotori
produk ingot.
b. Katoda
c. Elektrolit
d. Bath
2) Konduktivitas tinggi
TABEL
KOMPOSISI BATH
f. Soda Abu
Pemakaian soda abu pada pot reduksi hanya pada saat transisi saja,
yaitu untuk memperkuat struktur lapisan karbon pada katoda dan dinding
samping sehingga tidak mudah tererosi baik oleh bath maupun metal
alumunium. Pemakaian soda abu juga membantu mempercepat
terbentuknya lapisan kerak di dinding samping pot. Lapisan kerak ini
fungsinya sebagai penahan erosi bath.
g. Energi Listrik
Karena proses ini didasarkan pada proses elektrolisa maka dalam bejana
ini diperlukan suatu media yang dapat menyalurkan arus listrik untuk
keperluan tersebut. Oleh karena itu dipasanglah batang-batang baja yang
dipasang pada dasar bejana tersebut. Arus listrik yang dialirkan akan
menyebabkan kedua elektroda saling berinteraksi. Interaksi ini disebabkan
karena adanya beda potensial yang dimiliki kedua elektroda tersebut akibat
aliran arus listrik yang dialirkan.
Reaksi dasar yang terjadi pada sel elektrolisa adalah sebagai berikut :
___________________________________
Pada reaksi diatas dapat kita lihat bahwa produk setelah reksi adalah
logam aluminium, gas CO dan gas CO2. logam aluminium yang didapat dari
proses ini akan terendapkan pada dasar bejana elektrolisa, hal ini disebabkan
karena beret jenis logam aluminium lebih besar dri pada berat jenis larutan
campuran alumina dan kryolit. Logam aluminium produk dari reaksi ini akan
memiliki presentase (kadar) aluminium sekitar 99,70% dan siap untuk
dipasarkan. Pemasaran logam ini biasanya dalam bentuk balok-balok
aluminium atau lebih dikenal dengan nama “aluminium ingot”.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Aluminium yang didapat dari proses peleburan ini memiliki kadar sekitar
99,70%.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA