Laporan Uji Impak Matrek PDF
Laporan Uji Impak Matrek PDF
UJI IMPAK
OLEH
KELOMPOK : 28
2007
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Dalam pengujian mekanik terdapat perbedaan dalam jenis beban yang
diberikan pada material. Uji tarik, tekan, dan puntir, adalah pengujian dengan
menggunakan beban static. Sedangkan uji keras, fatigue, dan lentur
menggunakan jenis beban dinamik. Dan pada uji impak ini digunakan
pembebanan yang cepat (rapid loading). Perbedaan dari macam pembebanan
ini dapat dilihat pada strain rate-nya pada tabel di bawah ini.
Spesimen yang digunakan dalam pengujian impak adalah batang baja ST 37 dan
Alumunium dengan standar ASTM E 23 yang mempunyai luas penampang
melintang berupa bujursangkar (10 x 10 mm) dan memiliki notch V-45˚, dengan
jari-jari dasar 0.25 mm dan kedalaman 2 mm, seperti yang tampak pada gambar
berikut ini.
Metode Charpy lebih umum dilakukan karena lebih mudah diterapkan, murah dan
pengujiannya dapat dilakukan pada suhu di bawah suhu ruang. Pada metode Izod,
spesimen harus dipendam dalah posisi horizontal, kemudian diberi rapid load
dibagian diatas notch. Hal ini dinilai agak merepotkan dalam pengujian, karena
suhu spesimen yang telah ditentukan dapat mudah berubah akibat lamanya waktu
pemendama spesimen yang akan mengakibatkan hasil pengujian yang tidak valid.
Arah Beban
Arah Beban
Metode Charpy
Metode Izod
Terdapat beberapa jenis patahan, yaitu patah ulet, patah getas, dan campuran dari
keduanya. Material yang bersifat ulet adalah material yang penyerapan energinya
tinggi. Sebaliknya material yang bersifat getas adalah material yang penyerapan
energinya rendah.
Patah ulet disebabkan oleh tegangan geser dengan ciri-ciri antara lain, pada
permukaan patahannya terdapat garis-garis benang serabut (fibrosa), berserat,
menyerap cahaya, pempilannya buram, dan terjadi deformasi plastis. Patah getas
disebabkan oleh tegangan normal, permukaannya terliahat bentuk granular,
berkilat dan memantulkan cahaya serta tidak didahului deformasi plastis. Dalam
kehidupan nyata, peristiwa patah getas dinilai lebih berbahaya daripada patah ulet
karena terjadi secara tiba tiba tanpa ada deformasi plastis terlebih dahulu sehingga
tidak tampak gejala-gejala material tersebut akan patah. Terdapat tiga faktor yang
mempengaruhi terjadinya patah getas dan patah ulet yaitu :
Tegangan triaxial
Temperatur
Patah getas disebabkan oleh temperatur rendah (di bawah
temperatur transisi), sedangkan patah ulet disebabkan oleh
temperatur tinggi (di atas temperatur transisi).Temperatur transisi
adalah rentang temperatur yang menjadi batas daari sifat ulet dan
getas suatu material.
Laju regangan atau laju pembebanan
Semakin tinggi laju pembebanan maka energi yang diserap
semakin kecil sehingga mengakibatkan terjadinya patah getas
Harga impak adalah energi yang diserap tiap satuan luas penampang lintang
spesimen uji. Harga impak didapat dengan persamaan
E mg (h1 h2 )
HI = =
A A
Keterangan :
m = massa bandul pemukul
g = percepatan gravitasi
h 1 = beda tinggi pusat bandul & spesimen sebelum pemukulan
h 2 = beda tinggi pusat bandul & spesimen setelah pemukulan
h1, EM=EP1=m.g.h1
EM EP1 EP2
h2, EM=EP2=m.g.h2
EP = 0
EKmax=1/2 mv2
energi potensial di h 2 dan energi yang diserap oleh spesimen. Semakin banyak
energi yang diserap berarti semakin besar harga impak spesimen. Sebaliknya
semakin kecil energi yang diserap harga impak spesimen menjadi semakin kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi harga impak antara lain :
Temperatur
Jenis material benda uji
Laju pembebanan impak
Triaxial stress
Temperatur transisi adalah temperatur dimana terjadi perubahan sifat keuletan dan
ketangguhan pada material. Pada suatu material terjadi perubahan sifat dari ulet
menjadi getas akibat penurunan temperatur. Terdapat pula material yang tidak
memiliki temperatur transisi, material ini disebut chriogenic.
BAB III
DATA PERCOBAAN
Data Mesin
Jenis Mesin : Wolpert
Kapasitas mesin : 300 J
Standar Pengujian : ASTM E 23
Aluminium3 58.5 9.4 9.98 7.6 122.2 71.44 112 1.568 Ulet
Energi
Harga Impak =
Luas
energi Energi
luas Luas h
l
BAB IV
ANALISIS
Beban terdiri atas 3 jenis, yaitu beban dinamik, beban statik, dan beban impak.
Pengujian kali ini menggunakan beban impak. Material yang diberi beban impak
akan mengalami patah ulet pada suhu tinggi dan mengalami patah getas pada suhu
rendah. Karena itulah akan terbentuk temperatur transisi (adalah batas temperatur
perubahan sifat material dari ulet ke getas dan sebaliknya) pada material, kecuali
pada material yang memiliki susunan kubus FCC, contohnya Aluminum.
Jawaban :
1.800
1.600
)
2
Harga Impak (Joule/mm
1.400
1.200
1.000
Series1
0.800
0.600
0.400
0.200
0.000
-50 0 50 100 150
Temperatur (°C)
Kurva Harga Impak Baja
1.4
Harga Impak (Joule/mm2)
1.2
0.8
Series1
0.6
0.4
0.2
0
-50 0 50 100 150
Temperatur (°C)
1.800
1.600
Harga Impak (Joule/mm )
2
1.400
1.200
1.000 Aluminium
0.800 Baja
0.600
0.400
0.200
0.000
-50 0 50 100 150
Temperatur (°C)
Jawaban :
Temperatur transisi dari material baja berdasarkan kurva yang dibuat sekitar
-5°C sampai dengan 26°C. Sedangkan untuk material aluminium tidak
terdapat temperatur transisi. Dengan mengetahui temperatur transisi suatu
material, dapat diketahui pada temperatur berapa suatu material akan
mengalami perubahan struktur dari ulet ke getas. Dengan begitu, dalam
memilih suatu material untuk sebuah konstruksi kita bisa tahu jenis material
seperti apa yang baik untuk digunakan pada sebuah konstruksi.
Temperatu Permukaan
Material Analisis
r (°C) Patahan
Penempatan takikan kurang tepat
Temperatur Permukaan
Material Analisis
(°C) Patahan
Penempatan takikan kurang tepat
Aluminium 1 -14 Getas
Penempatan takikan kurang tepat
Aluminium 2 -16 Getas
Karena struktur aluminium FCC
Aluminium 3 122.2 Ulet sehingga patahan inter-granuler
BAB VI
KESIMPULAN
2. Triaxial stress
Disebabkan oleh adanya takikan (notch). Adanya triaxial stress
(triaksidialitas) dapat mempertinggi tegangan.
3. Kecepatan pembebanan
Pada kecepatan pembebanan tinggi, patahan yang terjadi berupa patah
getas. Hal ini disebabkan karena saat patahan terjadi tidak didahului oleh
deformasi plastik. Sehingga energi yang diserap kecil.