FRAKTUR HUMERUS
Disusun Oleh :
Nurjanah Estu Pamungkas
(P27220016178)
(a) (b)
a. Normal b. Injuri (Patah tulang midshaft humerus)
A. Etiologi
Penyebab fraktur humerus diantaranya adalah :
B. Klasifikasi
1. Closed frakture (fraktur tertutup) : Fraktur yang tidak menyebabkan luka terbuka
pada kulit.
2. Open fracture (fraktur terbuka) : Adanya hubungan antara fragmen tulang yang
patah dengan dunia luar.
Berdasarkan jenisnya
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik atau gambaran klinis pada fraktur humerus adalah:
1. Nyeri
Nyeri continue / terus-menerus dan meningkat karena adanya spasme otot dan
kerusakan sekunder sampai fragmen tulang tidak bisa digerakkan.
2. Echmiosis
3. Deformitas atau kelainan bentuk
Perubahan tulang pada fragmen disebabkan oleh deformitas tulang dan patah
tulang itu sendiri yang diketahui ketika dibandingkan dengan daerah yang tidak
luka.
4. Gangguan fungsi
Setelah terjadi fraktur ada bagian yang tidak dapat digunakan dan cenderung
menunjukkan pergerakan abnormal, ekstremitas tidak berfungsi secara teratur
karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang yang mana tulang
tersebut saling berdekatan.
5. Bengkak/memar
Terjadi memar pada bagian atas lengan yang disebabkan karena hematoma pada
jaringan lunak.
6. Pemendekan
Pada fraktur tulang panjang terjadi pemendekan yang nyata pada ekstremitas yang
disebabkan oleh kontraksi otot yang berdempet di atas dan di bawah lokasi fraktur
humerus.
7. Krepitasi
Suara detik tulang dapat didengar atau dirasakan ketika fraktur humeri digerakkan
disebabkan oleh trauma lansung maupun tak langsung.
D. Pathofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan .Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang .
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
a. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
b. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas,
kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
2. Biologi penyembuhan tulang
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh
aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:
1) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-
sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai
tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 –
48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.
2) Stadium Dua-Proliferasi Seluler
Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago
yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah
mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke
dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan
terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru
yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung
selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung frakturnya.
3) Stadium Tiga-Pembentukan Kallus
Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik,
bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan
juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan
osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati.
Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk
kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang
yang imatur (anyaman tulang) menjadi lebih padat sehingga gerakan pada
tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4) Stadium Empat-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah
menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan
osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat
dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen
dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu
beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5) Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih
tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang
tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk
struktur yang mirip dengan normalnya.
E. Pathway
FRAKTUR
Nyeri
Perubahan
Perubahan Kerusakan fragmen tulang
jaringan sekitar
Pre op Kurang
pengetahuan
Pergeseran fragmen
tulang Ansietas
Laserasi otot
Deformitas Post op
Luka insisi
Gangguan
mobilitas fisik Kerusakan
integritas
kulit Resiko infeksi
Sumber : Helmi. 2016
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
2. Pemeriksaan Laboratorium
G. Komplikasi
a. Komplikasi Awal
1. Kerusakan Arteri
2. Kompartement Syndrom
Terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan.
3. Fat Embolism Syndrom
Terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke
aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang
ditandai dengan gangguan pernafasan, tachykardi, hypertensi, tachypnea,
demam.
4. Infeksi
5. Avaskuler Nekrosis Avaskuler Nekrosis (AVN)
Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa
menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s
Ischemia.
6. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
b. Komplikasi Dalam Waktu Lama
1. Delayed Union
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena
penurunan supai darah ke tulang.
2. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk
sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
3. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya
tingkat kekuatan dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan
dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.
H. Penatalaksanaan
Yang harus diperhatikan pada waktu mengenal fraktur adalah :
a. Recognisi/pengenalan : Di mana riwayat kecelakaannya atau riwayat terjadi
fraktur harus jelas.
b. Reduksi/manipulasi : Usaha untuk manipulasi fragmen yang patah sedapat
mungkin dapat kembali seperti letak asalnya.
c. Retensi/memperhatikan reduksi : Merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk
menahan fragmen
d. Traksi : Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan pada bagian tubuh
dengan memakai katrol dan tahanan beban untuk menyokong tulang.
e. Gips : Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dalam bentuk
tertentu dengan mempergunakan alat tertentu.
f. Operation/pembedahan : Saat ini metode yang paling menguntungkan, mungkin
dengan pembedahan. Metode ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka.
Dengan tindakan operasi tersebut, maka fraktur akan direposisi kedudukan
normal, sesudah itu direduksi dengan menggunakan orthopedi yang sesuai
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien, meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS) dan
diagnose medis.
b. Keluhan utama pada kasus fraktur humerus adalah nyeri yang bersifat menusuk.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST.
Provoking Incedent : Hal yang menjadi faktor presipitas nyeri adalah trauma
pada lengan atas.
Quality Of Plain: Klien yang merasakan nyeri yang menusuk.
Region, Radiation, Relief: Nyeri terjadi dilengan atas. Nyeri dapat redah
dengan imobilitas atau istirahat. Nyeri tidak dapat menjalar atau menyebar.
Severity (Scale) of Plain: secara subjektif, klien merasakan nyeri dengan skala
2-4 pada rentang 0-4.
Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang. pengumpalan data dilakukan untuk menentukan
penyebab fraktur yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan
terhadap klien. Pengkajian yang di dapat adalah adanya riwayat trauma pada
lengan. klien datang dengan lengan yang sakit tergantung tidak berdaya pada sis
tubuh dan di sangga oleh lengan yang sehat.
b. Riwayat penyakit dahulu. pada pengkajian ini, perawat dapat menemukan
kemungkinan penyebab fraktur dan mendapat petunjuk berapa lama tulang
tersebut akan menyambung. Penyakit- penyakit tertentu, seperti kanker tulang
dan penyakit paget, menyebabkan fanktor patologis sehingga tulang sulit
menyambung.
c. Riwayat penyakit keluarga. penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit
tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
diabetes, osteoporosis yang terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang
yang cenderung diturunkan secara genetik.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
1) Kesadaran: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada
keadaan klien.
2) Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada
kasus fraktur biasanya akut.
3) TTV : Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
b. Head to Toe
1) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak, oedema,
nyeri tekan.
2) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada penonjolan,
tidak ada nyeri kepala.
3) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek menelan ada.
4) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi maupun
bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
5) Mata
Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak anemis (karena tidak terjadi
perdarahan)
6) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri
tekan.
7) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
8) Mulut dan Faring
Tak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak
pucat.
9) Thoraks
Tak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada simetris.
10) Paru
Inspeksi
Pernafasan meningkat, reguler atau tidaknya tergantung pada riwayat
penyakit klien yang berhubungan dengan paru.
Palpasi
Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama.
Perkusi
Suara ketok sonor, tak ada erdup atau suara tambahan lainnya.
Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada wheezing, atau suara tambahan lainnya seperti
stridor dan ronchi.
11) Jantung
Inspeksi
Tidak tampak iktus jantung.
Palpasi
Nadi meningkat, iktus tidak teraba.
12) Auskultasi
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
13) Abdomen
Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
Auskultasi
Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
14) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang
b. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan laserasi otot
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas
d. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi
e. Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan
5. Intervensi
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
6. Posisi yang
baik dapat
membantu
klien untuk
memperoleh
kenyamanan
dan keamanan
serta dapat
mencegah
terjadinya
infeksi
6. Implementasi
Tindakan dari intervensi sesuai kebutuhan pasien
7. Evaluasi
Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifitasan asuhan keperawatan yang
dilakukan dengan mengacu pada kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Helmi. Zein Noor. 2016. Buku Saku Kedaruratan di Bidang Bedah Ortopedi. Jakarta;
Salemba medika
Wilkinson. Mjudith. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9 Nanda NIC NOC.
Jakarta; EGC
Brunner,Suddarth . 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ,edisi 8 vol 3 . EGC :
Jakarta
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-fraktur.html
http://ideperawatind.blogspot.com/2016/01/asuhan-keperawatan-askep-laporan_12.html
http://bangsalsehat.blogspot.com/2018/04/laporan-pendahuluan-fraktur-lp-patah.html