Anda di halaman 1dari 21

Bismillahirrahmanirrahiim

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKITISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

NOMOR :/PER/RSI-SA/XI/2016
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN RUQYAH SYARIYAH

DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

MENIMBANG : a. bahwa untuk memberikan pelayanan kepada pasien


baik rawat inap ataupun rawat jalan, penunggu pasien
dan karyawan, dilakukan selam 24 jam setiap hari dari
serangan sihir dan gangguan jin secara islami
Pelayanan ruqyah Syar’iyyah di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung diberikan
b. bahwa Ruqyah Syar’iyyah adalah metode ruqyah yang
tidak bertentangan dengan syari’at, dimana ruqyah ini
dengan menggunakan ayat-ayat alqur’an atau hadist
shahih, tanpa mengubah susunan kalimatnya dengan
bahasa arab yang fasih, dibaca dengan jelas sehingga
tidak merubah dari makna yang asli.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.
MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269
/Menkes/Per/ III/ 2008 tentang Pelayanan Rumah
Sakit
3. Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia Nomor : 107/DSN-MUI/X/2016 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan
Prinsip Syariah
4. Surat Keputusan YBWSA Nomor
108/SK/YBWSA/VI/2015 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kelola RSI Sultan Agung
5. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Badan Wakaf
Sultan Agung Nomor : 018/SK/YBW-SA/II/2014
tentang Pengangkatan kembali dr. H. Masyhudi AM,
M.Kes sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Islam
Sultan Agung
6. Surat Keputusan Pengurus Yayasan Badan Wakaf
Sultan Agung Nomor : 57/SK/YBWSA/IV/2014 tentang
Pengangkatan Direktur-direktur Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Masa Bakti 2014 – 2018

7. Kebijakan Penyelenggaraan Rumah Sakit Islam Sultan


Agung berdasarkan prinsip Syariah Nomor:
1441/PER/RSI-SA/XII/2016

MEMUTUSKAN:

MENETAPKAN
Pertama : Mencabut dan menyatakan tidak berlaku Peraturan
Direktur Nomor : 4138/PER/RSI-SA/VIII/2016 tentang
Panduan Pelayanan Ruqyah Syar’iyah RSI Sultan Agung
Semarang .
Kedua : Memberlakukan revisi Pelayanan Ruqyah Syar’iyah Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang sebagaimana
tercantum dalam Lampiran peraturan ini.
Ketiga : Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang dalam
penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan prinsip syariah.

: Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan


Keempat
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang dilaksanakan
oleh Direktur PelayananRumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.
Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan
apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Semarang

Tanggal : 02 Safar 1438 H


02 Nopember 2016 M

RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG


SEMARANG

Dr. H. Masyhudi AM, M. Kes


Direktur Utama

TEMBUSAN Yth :
1. Seluruh Unit Kerja
2. Arsip
BAB I
DEFINISI

Pengertian ruqyah secara terminologi adalah al-‘udzah (sebuah perlindungan) yang


digunakan untuk melindungi orang yang terkena penyakit, seperti panas karena disengat binatang,
kesurupan, dan yang lainnya. Ruqyah terkadang disebut pula dengan ‘azimah. Fairuz Abadi berkata:
“Yang dimaksud ‘azimah-‘azimah adalah ruqyah-ruqyah. Sedangkan ruqyah yaitu ayat-ayat Al-Qur`an
yang dibacakan terhadap orang-orang yang terkena berbagai penyakit dengan mengharap
kesembuhan.”

Sedangkan makna ruqyah secara etimologi syariat adalah doa dan bacaan-bacaan yang
mengandung permintaan tolong dan perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk
mencegah atau mengobati bala dan penyakit. Terkadang doa atau bacaan itu disertai dengan sebuah
tiupan dari mulut ke kedua telapak tangan atau anggota tubuh orang yang meruqyah atau yang
diruqyah. Tentunya ruqyah yang paling utama adalah doa dan bacaan yang bersumber dari Al-Qur`an
dan As-Sunnah.Ruqyah dibagi menjadi dua, yakni; ruqyah syariyah dan ruqyah syirkiyah.

1. Ruqyah syar'iyah yaitu Ruqyah yang benar menurut syariat Islam. Salah satu cirinya adalah: Cara
atau prosesi pengobatan Ruqyah Syar'iyyah harus sesuai dengan nilai-nilai Syari‘ah. contohnya:
pasien wanita harus tetap menutup aurat & afdholnya si peruqyah juga wanita, namun jika tidak
ditemukan atau karena sulitnya mencari peruqyah wanita, maka dibolehkan dilakukan oleh
peruqyah pria dengan syarat; harus ada pihak mahram dari pasien atau ada orang lain ditempat
dilakukannya terapi tersebut dengan maksud menjaga diri dari adanya fitnah, peruqyah pria
harus menggunakan sarung tangan tebal sebaga media untuk ketika dipandang perlu untuk
memegang anggota tubuh si pasien wanita.Pelaksanaannya dengan cara membacakan ayat Al-
Qur'an, sebagaimana di antara nama surat Al-Fatihah adalah Ar-Ruqyah, meminta perlindungan
kepada Allah, dzikir dan doa dengan maksud menyembuhkan sakit.
2. Ruqyah Syirkiyahadalah yang biasa dipraktekkan para dukun. Ruqyah di kalangan para dukun
dikenal dengan istilahjampi-jampi. Metode yang digunakan ialah bacaan mantra-mantra,
pengagungan dan penyebutan setan, orang-orang shalih, penghormatan pada bintang-bintang,
malaikat atau pun prilaku-prilaku pada saat ruqyah yang mengandung dosa syirik, bid’ah, atau
khurafat. Ruqyah semacam ini dilarang dalam syari’ah. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : “Sesungguhnya mantra-mantra, jimat, dan guna-guna adalah syirik.” (HR.Abu
Dawud dan Ahmad).
Pengobatan dengan menggunakan Al Qur’an Al Karim dan hadits yang bersumber dari Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah terapi pengobatan yang sangat sempurna dan bermanfaat. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:“Katakanlah: ‘Al qur’an itu adalah petunjuk dan (obat) penawar bagi
orang-orang yang beriman’.” (Q.SFushilat:44)

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫اء َو ْل َو ٌة ِّزا ْل ُن ْل ِم ِمآ یَو‬


‫َوء ُنآ َوآ ِّز اُن ِم َوآ ْلا ُن ْل ِمآ َو ا َوُنء ِم َو َو‬

“Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman.” (Q.S Al Israa’ :82).

Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’alayang terjemahannya berbunyi:

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh
bagi penyakitpenyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. Yunus:57).

Al Qur’an merupakan obat yang sempurna dan penawar bagi seluruh penyakit hati dan jasad,
serta penyakit-penyakit dunia dan akhirat. Namun tidak semua orang mampu dan mempunyai
kemampuan untuk melakukan penyembuhan dengan Al Qur’an. Jika pengobatan penyembuhan
dilakukan secara baik terhadap penyakit, didasari dengan kepercayaan dan keimanan, penerimaan
yang penuh, keyakinan yang pasti, serta terpenuhi syarat-syaratnya, maka tidak ada satu penyakit
pun yang mampu melawannya selama-lamanya. Bagaimana mungkin penyakit-penyakit itu akan
menentang dan melawan firman-firman Rabb Pemelihara langit dan bumi, yang jika firman-firman itu
turun ke atas gunung, maka ia akan memporak-porandakan gunung tersebut? Atau jika turun ke
bumi, niscaya ia akan menghancurkannya? Oleh karena itu, tidak ada satu penyakit hati dan juga
penyakit fisik pun melainkan di dalam Al Qur’an terdapat jalan penyembuhannya, penyebabnya,
serta pencegah terhadapnya bagi orangorang yang dikaruniai pemahaman oleh Allah Subhanahuwa
Ta’ala terhadap kitabNya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan penyakit-penyakit hati dan jasad, juga
disertai penyebutan penyembuhan penyakit hati dan fisik. Penyakit hati terdiri dari dua macam,
yaitu: penyakit syubuhat (kesamaran) atau ragu, dan penyakit syahwat atau hawa nafsu. Allah yang
Maha Suci telah menyebutkan beberapa penyakit hati secara terperinci disertai dengan beberapa
sebab, sekaligus cara menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasannya
Kami telah menurunkan kepadamu Alkitab (al-Qur'an) sedang dia dibacakan kepada mereka
Sesungguhnya di dalam (al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang
yang beriman.” (QS. Al ‘Ankabut:51). Al Imam Ibnul Qayyim -rahimahullahberkata:”Barangsiapa yang
tidak dapat disembuhkan oleh Al Qur’an, berarti Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan
kesembuhan padanya. Dan barangsiapa yang tidak dicukupkan oleh Al Qur’an, maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan kecukupan padanya”.

Dalil-dalil dalam tatanan sunnah juga tidak sedikit yang menandaskan perintah kepada umat
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam untuk mengobati penyakit dengan metode ruqyah ini.
Diantaranya hadits dari ‘Aisyah -radhiallahu ‘anha-, ia berkata :“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam memerintahkanku untuk meruqyah dari ‘ain (pengaruh mata jahat)”

hadits dari Jabir bin Abdillah –radhiallahu ‘anhu-, ia berkata: ”Seeokor kalajengking
pernahmenyegat salah seorang diantara kami, saat itu kamisedang duduk-duduk bersama Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kemudian seorang laki-laki berkata:”Wahai Rasulullah, apakah aku
(boleh) meruqyahnya?”Lantas Beliau pun bersabda:“Siapa saja diantara kalian mampu memberikan
manfaat kepada saudaranya, maka lakukanlah”

Serta hadits dari ‘Auf bin Malik Al Asyja’i - radhiallahu ‘anhu-, ia berkata: ”Kami dahulu
menggunakan ruqyah pada masa jahiliyah, lalu kami tanyakan hal tersebut kepada Nabi Shallallahu
‘AlaihiWasallam, ”Wahai Rasulullah, bagaimana menurutpendapatmu tentang ruqyah itu?” Beliau
menjawab:”Bacakanlah kepadaku ruqyah-ruqyah kalian, tidak mengapa menggunakan ruqyah
selama tidak mengandung kesyirikan”.

Al Hafizh Ibnu Hajar -rahumahullahu- menjelaskan : ”Para ulama telah berijma’ (bersepakat)
akan bolehnya menggunakan ruqyah (dalam pengobatan) dengan terpenuhinya tiga syarat:

1. Ruqyah tersebut dengan menggunakan Kalamullah (ayat-ayat Al Qur’an), atau namanama


dan sifat Allah ‘Azza wa Jalla.

2. Ruqyah tersebut harus diucapkan dengan bahasa Arab atau (boleh dengan -Pen) bahasa
selain Arab yang dibaca dengan jelas dan difahami maknanya.

3. Harus diyakini, bahwa yang memberikan pengaruh dan kesembuhan bukanlah ruqyah
dengan sendirinya, tetapi yang memberi pengaruh adalah (izin dan) kekuasan Allah Azza wa
Jalla.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz - rahimahullahu- menerangkan: ”Tentang ruqyah,
hadits hadits shahih telah menunjukkan bahwa selama ia berisi ayat-ayat Al Qur’an dan doa-doa yang
dibolehkan syariat, maka hal itu tidak mengapa, jika ruqyah tersebut dibaca dengan lisan yang jelas
dan diketahui maknanya, serta orang yang diruqyah tidak bergantung pada ruqyah tersebut, bahkan
ia harus meyakini bahwa ruqyah hanya salah satu sebab (diperolehnya kesembuhan).

Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:“Tidak mengapa menggunakan ruqyah


selama tidak mengandung kesyirikan”. Nabi sendiri pernah meruqyah para sahabatnya dan sebagian
sahabat Nabi juga pernah melakukannya”.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin - rahimahullah- menjelaskan pula: ”Ruqyah, bagi
orang yang melakukannya (untuk orang lain) hukumnya adalah sunnah, karena tindakan tersebut
merupakan wujud ihsan (perbuatan baik) bagi orang yang diruqyah. Sedangkan bagi orang yang
(meminta) diruqyah, maka hukumnya boleh. Namun yang lebih utama adalah tidak meminta orang
lain untuk meruqyah dirinya, berdasarkan hadits tentang orang-orang yang masuk surga tanpa hisab,
diantara sifat mereka adalah tidak meminta orang lain untuk meruqyahnya”.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :”Ada tujuh puluh ribu orang dari umatku yang
akan masuk surga tanpa hisab” Para sahabat bertanya:”Siapakah mereka, wahai Rasulullah? Belaiu
menjawab:”Mereka adalah orang-orang yang tidak berobat dengan kay (pengobatan dengan besi
panas), tidak minta diruqyah, dan hanya kepada Rabbnya mereka bertawakal”.
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup ruqyahsyar’iyah di Rumah Sakit Islam Sultan Agung meliputi pelayanan
ruqyahsyar’iyah yang dilakukan oleh bagian pelayanan medis dan pelayanan ruqyah syar’iyaholeh
bidang bimbingan & pelayanan Islam (BPI). Adapun pelayanan ruqyah syar’iyah dapat dilihat dari
berbagai dimensi; dimensi orang yang melakukan ruqyah (peruqyah), dimensi kriteria pasien yang
perlu dilakukan pelayanan ruqyah syar’iyah, dimensi bacaan yang diucapkan pada saat ruqyah
sya’iyah, dimensi manfaat dilakukan pelayanan ruqyah syar’iyah.

1. Orang yang melakukan ruqyah syar’iyah (Raqi)


Seorang peruqyah adalah orang yang memiliki akidah yang lurus, iman yang kuat dan ibadah
yang baik serta memiliki akhlak yang baik pula. Karena sesungguhnya Allah adalah wali bagi
orang-orang yang beriman, dan dengan kedekatan pada Allah sebagai upaya untuk mendapatkan
ridho dari Allah dalam melakukan pelayanan ruqyah syar’iyah kepada pasien.

Petugas yang melakukan ruqyah syar’iyah di Rumah Sakit Islam Sultan Agung adalah petugas
bagian Bimbingan & pelayanan Islam (BPI) dan petugas rumah sakit lainnya yang terlatih dan
memiliki kriteria sebagai raqi.

2. Tempat ruqyah syar’yah


Tempat menjadi salah satu yang perlu diperhatikan dalam proses ruqyah syar’iyah. Ada beberapa
syarat yang harus terpenuhi agar suatu ruangan dikatakan layak sebagai tempat ruqyah
syar’iyah, yakni:
a. Ruangan terbebas dari gambar makhluk-makhluk bernyawa dan patung-patung makhluk
hidup. Seperti yang diriwayatkan dalam hadits Abu Thalhah, bahwa malaikat tidak akan
memasuki rumah yang didalamnya ada anjing atau gambar-gambar makhluk bernyawa.
Sungguh, jin sangat suka bermukim pada lukisan atau gambar makhluk bernyawa dan
patung-patung makhluk bernyawa. Oleh sebab itu, untuk mematuhi perintah Allah dan agar
memperoleh keberhasilan dalam ruqyah, hendaklah menyingkirkan sesuatu yang
menghalangi keberhasilan ruqyah
b. Tidak diperkenankan ada alunan music pada ruang yang dilakukan pelayanan ruqyah
c. Tempat ruqyah harus terbebas dari aksi kemaksiatan, seperti ada orang yang merokok,
menggibah, laki-laki yang menggunakan emas, atau wanita yang tidak berhijab
d. Sebelum dimulai sebaiknya raqi (orang yang meruqyah) mengumandangkan azan
3. Kriteria pasien yang perlu dilakukan pelayanan ruqyah syar’iyah
Pelayanan ruqyah Syar’iyah di Rumah Sakit Islam Sultan Agung diberikan kepada pasien baik
rawat inap ataupun rawat jalan, penunggu pasien dan karyawan. Pelayanan ruqyah syar’iyah
dilakukan selama 24 jam setiap hari.
kriteria pasien yang perlu dilakukan pelayanan ruqyah syar’iyahadalah sebagai berikut:
a. Anak kecil rewel atau menangis terus menerus tanpa sebab.
b. Pasien atau seseorang yang berada di Rumah Sakit ketakutan dan cemas karena merasa
melihat sesuatu yang tidak kasat mata.
c. Badan terasa lemah, malas, berat untuk bergerak tanpa sebab tertentu.
d. Sakit kepala atau bagian tertentu tanpa sebab
e. Ada bagian tubuh bergerak sendiri atau bergetar tanpa sebab
f. Tersenyum sendiri atau bicara sendiri tanpa sebab
g. Merasa kantuk ketika sedang membaca alquran, sholat atau mendengr kebenaran.
h. Bersemangat untuk melakukan hal-hal maksiat atau tidak berguna
i. Munculnya kedutan di bagian tertentu
j. Munculnya emosi yang sulit dikendalikan
k. Munculnya rasa benci atau ketakutan ketika berhadapan dengan orang shalih
l. Berat untuk melakukan kabaikan dan ketaatan.
m. Banyak mengkhayal dan melamun
n. Banyak lalai dari peringatan Allah SWT
o. Makan banyak tidak merasa kenyang
p. Tidak makan lama tapi fisik kuat sekali
q. Munculnya kekuatan di luar kekuatan manusia
r. Terjadi kesurupan
s. Melakukan gerakan gerakan binatang tanpa disadari
t. Sering melihat jin atau punya kepekaan di tangan ketika ada jin di sekitarnya
u. Munculnya was-was, ragu-ragu saat bersuci, sholat atau membaca do’a sehingga lama sekali
selesainya
v. Sering kentut, buang air ketika mengikuti sholat berjamaah.
w. Ada getaran, semutan ata rasa panas, dingin, berdebar-debar, sesak nafas ketika membaca
alquran atau saat berdhikir.
x. Sulit tidur tanpa sebab
y. Terlalu banyak tidur
z. Sering tindihan saat tidur bukan karena darah rendah.

4. Bacaan ruqyah syar’iyah yang bisa dijadikan panduan dalam pelayanan ruqyah syar’iyah
Bacaan ruqyah syar’iyah ringan yang dianjurkan adalah bacaan Al –Quran dengan urutan
tertentu dimulai dari surat Al Fatihah 3 kali; Al Baqarah ayat 1-5; 102-103; Ayat Kursi; Al-
Baqarah; 284-286 1 kali; Al A’raaf ayat 116-122 1 kali; Ar Rohman ayat 33-36 1 kali; Al Hasyr
ayat 21-24 1 kali; Al Ikhlas 3 kali; Al Falaq 1 kali; dan An Naas 1 kali. Dan doa yang sering
diucapkan oleh Nabi Muhammad pada saat mengobati orang sakit.
5. Manfaat dilakukan ruqyah

a. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dr. Dossey, dari Universitas di Texas telah
menyatakan bahwa menjelaskan bahwa do’a dapat membantu mengendalikan sel-sel
kanker, sel-sel darah merah, enzim, bakteri, dan jamur dalam tubuh.
b. Menurut direktur riset di Institute of Transpersonal Psychology di Palo Alto bernama
William G. Braud menyatakan bahwa bakteri, ragi, motile algae (semacam tumbuhan),
tanaman, protozoa, larva, woodlice (semacam kutu kayu), semut, anak ayam, tikus,
kucing, anjing, juga preparat sel (sel darah, neuron, sel kanker) dan kegiatan enzim
manusia dapat dipengaruhi oleh seorang manusia dari jarak jauh, misalnya adalah
dengan mempengaruhi gerakan mata, gerakan motorik, kegiatan elektrodermal,
kegiatan pletismografik, pernafasan, dan irama otak.
c. Menurut Dr. Dadang Hawari yang melakukan penelitian terhadap beberapa pasien
jantung di San Fransisco menyatakan bahwa pasien yang menjalani terapi dengan
kombinasi do’a sangat sedikit yang mengalami komplikasi, dan begitu sebaliknya.
d. Menurut seorang spesialis kedokteran jiwa dari klinik Prorevital yang bernama dr. H. Tb.
Erwin Kusuma Sp Kj menyatakan bahwa dengan memberikan do’a-do’a pada air dapat
merubah struktur molekul di dalamnya, sehingga dapat digunakan untuk metode
penyembuhan pada pasien.
e. Penelitian yang dilakukan Dr. Ermoto dari jepang telah menunjukkan bahwa tubuh
manusia sebagian besar terdiri atas air, yaitu sekitar 70%. Pada saat air diberikan do’a-
do’a maka hal tersebut dapat mengubah struktur molekul di dalamnya. Perubahan
struktur tersebut dapat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang.

Dari beberapa pendapat di atas menunjukkan bahwa do’a dan pikiran manusia dapat
mempengaruhi suatu keadaan makhluk hidup, termasuk masalah kesehatannya. Dan dari
uraian tersebut kita bisa mengetahui bahwa kekuatan do’a dapat memberikan efek terhadap
kesehatan seseorang. Dan secara tidak langsung, hal itu juga membuktikan bahwa manfaat
ruqyah yang menggunakan bacaan dan do’a yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
dapat berpengaruh pada proses penyembuhan baik fisik maupun non fisik seseorang.
BAB III

TATA LAKSANA

Proses Pelayanan ruqyah syar’iyah setidaknya ada tiga tahapan. Pertama, tahap persiapan. Kedua,
tahap pengobatan (ruqyah). Ketiga, tahap setelah pengobatan (post ruqyah).
1. Tahap persiapan
Tahap ini merupakan tahap paling fundamental yang harus dilakukan dan dilalui oleh seorang
raqi agar ruqyah yang dilakukan memperoleh keberhasilan. Pada tahap ini meliputi: peruqyah,
tempat yang dilakukan untuk ruqyah dan diagnosis kasus. Pada diagnosis kasus hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
a. Menyampaikan akidah yang benar kepada pasien atau keluarganya, agar mereka
terbebas dari segala bentuk kesyirikan dan pengharapan pada selain Allah. Dengan
proses seperti ini, pasien akan sepenuhnya menggantungkan diri dan kesehatannya pada
Allah
b. Menanyakan keluhan-keluhan yang dirasakan pasien tentang penyakitnya jika pasien
masih mampu untuk diajak komunikasi, jika ada jawaban dari pasien yang meragukan,
maka tanyakan kembali keluhan dengan pertanyaan yang berbeda namun dengan arah
yang sama. Setelah diketahui akar masalah maka tentukan treatmen yang sesuai
dengan diagnose kasus.
c. Lepaskan segala bentuk barang-barang “perdukunan” dari paisen agar tidak ada campur
tangan dari makhluk lain.
d. setelah tahap persiapan selesai maka akan dilanjutkan dengan tahap berikutnya yakni
tahap pengobatan. Sebelum tahap pengobatan raqi dan pasien jika memungkinkan
untuk berwudhu terlebih dahulu.
e. Jika pasiennya wanita maka akan berlaku ketentuan sebagai berikut:
 Wanita yang akan diruqyah menggunakan hijab dan tidak memakai wewangian
 Wanita yang mau diruqyah dianjurkan untuk mengencangkan pakaiannya, agar tidak
terlepas pada saat proses ruqyah berlangsung
 Untuk mengantisipasi terjadinya kontak beda gender, maka peruqyah laki-laki
dianjurkan menggunakan sarung tangan agar tidak terjadikontak fisik secara
langsung.
 Hendaklah wanita yang di ruqyah senantiasa didampingi oleh mahramnya agar tidak
terjadi fitnah dan hal-hal lain yang tidak diinginkan.

2. Tahap pengobatan (ruqyah)


Letakkanlah tangan anda di atas kepala si penderita dan apabila mengobati seorang wanita
janganlah bersentuhan kulit secara langsung, kemudian bacalah ayat-ayat ruqyahdi telinganya
secara tartil. Usakan supaya si penderita mendengarnya dan setiap kali hendak membaca ayat
harus didahului dengan ta’awud.
Adapun bacaan ruqyah yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. SURAT AL FATIHAH ( 3 KALI )







Artinya :
1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai di hari Pembalasan.
5. Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta
pertolongan.
6. Tunjukilah Kami jalan yang lurus,
7. (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

2. SURAT AL BAQOROH AYAT 1 – 5 (1 kali)








1. Alif laam miin


2. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
3.(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.
4. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan
Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat.
5. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang
yang beruntung.

3. SURAT AL BAQOROH AYAT 102 – 103 (1 kali)











102. dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman
(dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak
kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).
mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang
malaikat di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan
(sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu
apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
isterinya. dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi
mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah
meyakini bahwa Barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah
baginya Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan
sihir, kalau mereka mengetahui.
103. Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala),
dan Sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.

4. AYAT KURSI ( 3 KALI )









255. Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa
yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya?
Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka
tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah
Maha Tinggi lagi Maha besar.
256. tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat
kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

5. SURAT AL BAQOROH AYAT 284 – 286 (1 kali)













283. jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180]
(oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan
persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
284. kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan
membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni
siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
285. Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian
pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan:
"Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali."

286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika Kami
lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami beban
yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan
Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami memikulnya. beri
ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong Kami, Maka
tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir."

6. SURAT AL A’RAAF AYAT 116 – 122 (1 kali)







116. Musa menjawab: "Lemparkanlah (lebih dahulu)!" Maka tatkala mereka melemparkan, mereka
menyulap mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan
sihir yang besar (mena'jubkan).

117. dan Kami wahyukan kepada Musa: "Lemparkanlah tongkatmu!". Maka sekonyong-konyong
tongkat itu menelan apa yang mereka sulapkan.

118. karena itu nyatalah yang benar dan batallah yang selalu mereka kerjakan.

119. Maka mereka kalah di tempat itu dan jadilah mereka orang-orang yang hina.

120. dan Ahli-ahli sihir itu serta merta meniarapkan diri dengan bersujud[554].

121. mereka berkata: "Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,

122. "(yaitu) Tuhan Musa dan Harun".


7. SURAT AR RAHMAAN AYAT 33 – 36 (1 kali)







33. Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.

34. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

35. Kepada kamu, (jin dan manusia) dilepaskan nyala api dan cairan tembaga Maka kamu tidak
dapat menyelamatkan diri (dari padanya).

36. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

8. SURAT AL HASYR AYAT 21 – 24 (1 kali)










21. Kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan
melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.

22. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah
yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

23. Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang
Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa,
yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

24.Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai
asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.

9. SURAT AL IKHLAS ( 3 KALI )



1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.

2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.

3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,

4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."

10. SURAT AL FALAQ ( 1 KALI )





1. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh,

2. dari kejahatan makhluk-Nya,

3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,


4. dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul[1609],

5. dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki."

11. SURAT AN NAAS ( 1 KALI )





1. Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.

2. raja manusia.

3. sembahan manusia.

4. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,

5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

6. dari (golongan) jin dan manusia.

3. Tahap setelah pengobatan (post ruqyah)

Tahap setelah pengobatan adalah kepasrahan peruqyah atas apapun yang Allaoh . Bila
Alloh menyembuhkan pasien melalui raqi, maka pujilah Alloh yang telah memperkenankan raqi
untuk menyembuhkannya. Tingkatkanlah rasa roja’ raqi atau petugas yang melakukan ruqyah
kepada Alloh, agar Alloh memberikan taufiq-Nya kepada raqi dalam menghadapi keadaan-
keadaan lainya. Jangan sampai hal tersebut menjadi sebab kesombongan dan keangkuhan raqi.
Pahamkanlah aqidah yang shohih kepada penderita dan keluarganya, sehingga hati mereka
hanya bergantung kepada Alloh. Disamping itu, berilah pembentengan diri sebagai berikut ini :
 Menjaga sholat berjama’ah.
 Tidak mendengarkan nyanyian-nyanyian dan musik yang melalaikan.
 Berwudhu sebelum beranjak tidur, dan jangan lupa membaca ayat Kursi.
 Membaca basmalah sebelum memulai sesuatu.
 Setelah sholat subuh
 Setiap hari, jangan sampai tidak membaca Al-qur’an sama sekali, atau
mendengarkannya jika ia seorang yang tidak bisa membaca Al-qur’an.
 Bergaul dengan orang-orang sholih.
 Hendaknya selalu membaca dzikir pagi dan sore hari
BAB IV

DOKUMENTASI

Dokumentasi merupakan bukti pencatatan dan pelaporan berdasarkan pelaksanaan yan


ditulis secara akurat dan lengkap yang dimiliki oleh petugas baik petugas pelayanan maupun
petugas BPI yang berguna untuk kepentingan petugas. Tujuan dari pendokumentasian adalah
sebagai sarana komunikasi yang dapat membantu identifikasi dan mencegah informasi yang
berulang terhadap pasien. Dokumentasi dibuat untuk menunjang tertibnya administrasi dalam
rangka upaya peningkatan pelayanan di rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai