Tugas Askep HIPOKALEMIA Makalah
Tugas Askep HIPOKALEMIA Makalah
Disusun oleh:
Rahmad Zekiana
Sri Devi
Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan hidayahNya kami bisa tetap bersemangat dan menyelesaikan makalah
dengan judul Asuhan Keperawatan Gangguan Keseimbangan Cairan dengan
Hipokalemia.
Makalah ini dibuat untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa dalam
menempuh mata kuliah Keperawatan Kritis B.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Kritis B yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada kolega–kolega mahasiswa yang
telah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini.
Dalam penulisan ini penulis menemui banyak hambatan dan kendala.
Namun, berkat semangat kerja yang tak kenal lelah serta bantuan dari beberapa
pihak, kami dapat mengatasi hambatan dan kendala tersebut dengan baik. Ucapan
terima kasih patut kami sampaikan kepada pihak–pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala
saran dan kritik yang membangun. Akhirnya, semoga makalah ini dapat
menambah wawasan dan memberi manfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui peranan kalium di dalam tubuh serta untuk mengetahui
mengenai penyakit Hipokalemia, yang merupakan penyakit defisiensi atau
kekurangan kalium dalam tubuh.
1.3 Manfaat
Agar mahasiswa dapat mengetahui peranan kalium di dalam tubuh serta
dapat mengetahui mengenai penyakit Hipokalemia, yang merupakan penyakit
defisiensi atau kekurangan kalium dalam tubuh.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
5. Kembang Kol 349
6. Kentang 542
7. Kacang Putih 1.189/cangkir
8. Kacang Kedelai 970/cangkir
6
Gambar 1 : Hormon yang berpengaruh pada regulasi potassium
2.4 Hipokalemia
Hipokalemia merupakan kadar kalium yang rendah dalam darah,
kekurangan kalium serum dapat disebabkan kekurangan asupan kalium dalam
pakan, penggunaan diuretic, prosedur bedah gastrointestinal mayor dengan
pengisapan nasogastrik dan penggantian yang tidak tepat, sekresi gastrointestinal
yang berlebihan, hiperaldostreonisme, malnutrisi dan trauma atau luka bakar.
7
9. Mual
10. Muntah
11. Konstipasi
12. Distensi abdomen
8
2. Pada hipokalemia berat, kalium bisa diberikan secara intravena.
3. Pemberian Potassium Chloridae sehari 3 x 1-2 tablet dengan sedikit air;
sehari 1-2 tablet jika digunakan secara rutin dengan dosis pemeliharaan
diuretika oral.
2.10 Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan penyakit hipokalemia yang paling baik adalah
pencegahan.
Berikut adalah contoh-contoh penatalaksanaannya :
Pemberian kalium sebanyak 40-80 mEq/L.
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100
mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot,
jeruk,advokat, kacang-kacangan, dan kentang).
Pemberian kalium dapat melalui oral maupun bolus intravena dalam botol infus.
9
Pada situasi kritis, larutan yang lebih pekat (seperti 20 mEq/L) dapat diberikan
melalui jalur sentral bahkan pada hipokalemia yang sangat berat, dianjurkan
bahwa pemberian kalium tidak lebih dari 20-40 mEq/jam ( diencerkan
secukupnya) : pada situasi semacam ini pasien harus dipantua melalui
elektrokardigram (EKGdan diobservasi dengan ketat terhadap tanda-tanda lain
seperti perubahan padakekuatan otot.(Brunner & Suddarth, 2002, hal 260).
2,11 Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit hipokalemia ini adalah sebagai berikut :
Akibat kekurangan kalium dan cara pengobatan yang kurang hati-hati dapat
menimbulkan otot menjadi lemah, kalau tidak diatasi dapat menimbulkan
kelumpuhan.
Hiperkalemia yang lebih serius dari hipokalemia, jika dalam pengobatan
kekuarangan kalium tidak berhati-hati yang memungkinkan terlalu banyaknya
kalium masuk kedalam pembuluh darah.(Ilmu Gizi, 1991, hal 99)
Selain itu juga adapun hal-hal yang dapat timbul pada hipokalemia yaitu :
Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan hipokalemia
terutama bila mendapat obat digitalis.
leus paralitik.
Kelemahan otot sampai kuadriplegia.
Hipotensi ortostatik.
Vakuolisasi sel epitel tubulus proksimal dan kadang-kadang tubulus distal.
Fibrosis interstisial, atropi atau dilatasi tubulus.
PH urine kurang akibatnya ekskresi ion H+ akan berkurang.
Hipokalemia yang kronik bila ekskresi kurang dari 20 mEq/L.(Ilmu penyakit
Dalam, 2001, hal.308)
10
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan. (Nasrul
Effendy, 1995)
1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : kelemahan umum, latergi.
2. Sirkulasi
Tanda :* Hipotensi* Nadi lemah atau menurun, tidak teratur.* Bunyi
jantung jauh.* Perubahan karakteristik EKG.* Disritmis, PVC, takikardia /
fibrasi ventrikel.
3. Eliminasi
Tanda :* Nokturia, poliuria bila faktor pemberat pada hipokalemia
meliputi GJK atau DM.* Penurunan bising usus, penurunan mortilitas,
usus, ilues paralitik.* Distensi abdomen.
4. Makanan / cairanGejala : Anoreksia, mual, muntah.
5. NeurosensoriGejala : parestesia
Tanda :
Penurunan status mental / kacau mental, apatis, mengantuk, peka
rangsangan, koma, hiporefleksia, tetani, paralisis.* Penurunan bising usus,
penurunan mortilitas, usus, ileus paralitik.* Distensi abdomen
6. Nyeri / kenyamananGejala : nyeri / kram otot
7. PernapasanTanda : hipoventilasi / menurun dalam pernapasan karena
kelemahan atau paralisis otot diafragma.(Marilyn E. Doenges 2002 hal
1048)
11
karena hipokalemia meningkatkan aksi digitalis. Pada kenyataannya, dokter
biasanya memilih untuk mempertahankan kadar kalium serum lebih besar dari 3,5
mEq/L (SI : 3,5 mmol/L) pada pasien-pasien yang menerima digitalis. (Brunner &
Suddarth, 2002, hal.261)
B. Diagnoasa Keperawatan
Diagnosa yang sering ditemukan pada pasien hipokalemia secara teoritis
adalah sebagai berikut :
1. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan proses penyakit
hipokalemia.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik akibat
kelelahan.
3. Hipertermi berhubungan dengan kegagalan untuk mengatasi infeksi akibat
penyakit hipokalemia.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan akibat penurunan
fungsiotot dalam tubuh.
5. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksi; mual muntah.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi.
Penurunan status mental / kacau mental, apatis, mengantuk, peka
rangsangan, koma, hiporefleksia, tetani, paralisis.* Penurunan bising usus,
penurunan mortilitas, usus, ileus paralitik.* Distensi abdomen
7. Nyeri / kenyamananGejala : nyeri / kram otot
8. PernapasanTanda : hipoventilasi / menurun dalam pernapasan karena
kelemahan atau paralisis otot diafragma.(Marilyn E. Doenges 2002 hal
1048)
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
K adalah kation utama dalam cairan intraseluler dan terlibat dalam
keseimbangan asam basa, keseimbangan air, impuls saraf dan reaksi enzim.
Kalium dapat di temukan pada peterseli, daun pepaya muda, bayam, kapri,
kembang kol, kentang, kacang putih, kacang kedelai. Keseimbangan kalium
didalam tubuh diatur oleh beberapa hormone yaitu insulin dan β-adrenergik
katekolamin. Bila tubuh kekurangan kalium dapat mengakibatkan
hipokalemia. Hipokalemia merupakan kadar kalium yang rendah dalam
darah, kekurangan kalium serum dapat disebabkan kekurangan asupan
kalium dalam pakan, penggunaan diuretic, prosedur bedah gastrointestinal
mayor dengan pengisapan nasogastrik dan penggantian yang tidak tepat,
sekresi gastrointestinal yang berlebihan, hiperaldostreonisme, malnutrisi dan
trauma atau luka bakar. Hipokalemia dapat terjadi karena kalium masuk ke
dalam sel, kurangnya asupan kalium, pengeluaran kalium berlebihan. Gejala
hipokalemia yaitu Pernafasan yang lambat dan sulit untuk bernafas, Tekanan
darah meningkat, Denyut nadi lemah, Aritmia, Cepat merasa pusing ketika
berdiri, kelemahan otot, kekakuan otot, keletihan, mual, muntah, konstipasi,
distensi abdomen.
13
DAFTAR PUSTAKA
Basak, Ramen C., Sharkawi,KM.,Rahman,MM. & Swar MM. 2011. Distal Renal
Tubular Acidosis, Hypokalemic Paralysis, Nephrocalcinosis,
PrimaryHypothroidism, Growth Retardation, Osteomalacia and
Osteoporosis Leading to Pathological Fracture : ACase Report. Oman
Medical Journal
Judith Hopfer Deglin dan April Hazard Vallerand . 1996. Pedoman untuk
perawat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
M.Anwari Irawan. 2007. Cairan Tubuh, Rlektrolit dan Mineral. Polton Sports
Science & Performance Lab
Sherwood, Lauralee. 2001. Sistem kemih : Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
14
Wilson L.M, 1995 ‘Keseimbangan Cairan dan Elektrolit serta Penilaiannya’
dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi ke-4,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hh. 283-301.
15