Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS

A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Dijelaskan pada (http://perawathati.blogspot.com) nefrolitiasis adalah
adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh
kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan
sistin).
Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat satu
atau lebih batu didalam pelvis atau kaliks dari ginjal dan merupakan penyebab
terbanyak kelainan di saluran kemih (http://ejournal.unsrat.ac.id).
Nefrolitiasis merujuk pada batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam
saluran saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari
substansi ekskresi di dalam urine (Nursalam, 2011:65).
Mary Baradero (2009:59) mendefinisikan nefrolitiasis adalah batu ginjal
yang ditemukan didalam ginjal, yang merupakan pengkristalan mineral yang
mengelilingi zat organik, misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati.
Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau
magnesium fosfat dan asam urat.
Pendapat lain menjelaskan batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu
keadaan terdapatnya batu kalkuli di ginjal (Arif Muttaqin, 2011:108).
Batu ginjal adalah terbentuknya batu dalam ginjal (pelvis atau kaliks) dan
mengalir bersama urine (Susan Martin, 2007:726).
Berdasarkan definisi di atas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa batu
ginjal atau bisa disebut nefrolitiasis adalah suatu penyakit yang terjadi pada
saluran perkemihan karena terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yang
terbanyak pada bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada
saluran dan proses perkemihan.
2. Anatomi Fisiologi
a. Ginjal
Menurut Mary Baradero (2008:2) ginjal terletak dibelakang peritoneum
parietal (retro-peri-toneal), pada dinding abdomen posterior. Ginjal juga
terdapat pada kedua sisi aorta abdominal dan vena kava inferior. Hepar
menekan ginjal ke bawah sehingga ginjal kanan lebih rendah daripada
ginjal kiri. Ukuran setiap ginjal orang dewasa adalah panjang 10 cm, 5,5 cm
pada sisi lebar, dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal
berkisar 150 g (Arif Muttaqin, 2011:3). Ginjal terbungkus oleh selaput tipis
yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu
tua (Syaifuddin, 2006:237). Tarwoto (2009:314) menjelaskan ginjal
disokong oleh jaringan adipose dan jaringan penyokong yang disebut fasia
gerota serta di bungkus oleh kapsul ginjal, yang berguna untuk
mempertahankan ginjal, pembuluh darah, dan kelenjar adrenal terhadap
adanya trauma.
Satuan unit fungsional ginjal adalah nefron. Setiap ginjal memiliki satu
juta nefron. Terdapat dua macam nefron, yaitu kortikal dan juksta medular.
Delapan puluh lima persen dari semua nefron terdiri atas nefron kortikal,
sedangkan 15% terdiri atas nefron jukstamedular. Kedua macam nefron ini
diberi nama sesuai dengan letak glomerulinya dalam renal
parenkim. Nefron kortikal berperan dalam konsentarsi dan difusi urine.
Struktur urine yang berkaitan dengan proses pembentukan urine
adalah korpus, tubulus renal, tubulus koligentes. Korpus ginjal terdiri dari
glomerulus dan kapsula bowman yang membentuk ultrafiltrat dari
darah. Tubulus renal terdiri atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle,
dan tubulus kontortus distal. Ketiga tubulus renal ini berfungsi dalam
reabsorpsi dan sekresi dengan mengubah volume dan komposisi ultrafiltrat
sehingga terbentuk produk akhir, yaitu urine (Mary Baradero,
2008:5). Nefron jukstamedular adalah nefron yang terletak di korteks renal
sebelah dalam dekat medulla (Arif Muttaqin, 2011:5).
b. Bagian – Bagian dalam Ginjal
Menurut Tarwoto (2009:314) ginjal terdiri dari 3 area yaitu:
1) Korteks
Korteks merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah fibrosa sampai
dengan lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron yang jumlahnya lebih
dari 1 juta. Semua glomerulus berada di korteks dan 90% aliran darah
menuju korteks.
2) Medula
Medulla terdiri dari saluran-saluran atau duktus collecting yang
disebut pyramid ginjal yang tersusun antara 8-18 buah.
3) Pelvis
Pelvis merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang kemudian
bergabung menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kaliks minor
bergabung menjadi kaliks mayor dan dua sampai tiga kaliks mayor
bergabung menjadi pelvis ginjal yang berhubungan dengan ureter bagian
proksimal.
c. Fungsi Ginjal :
Menurut Syaifuddin (2006:237) ginjal memilki beberapa fungsi, yaitu:
1) Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh
akan di ekskresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam
jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine
yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga
susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan
ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi
pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat pemasukan
garam yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare, muntah) ginjal akan
meningkatkan/mengurangi ekskresi ion-ion yang penting (misalnya Na,
K, Cl, dan fosfat).
3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh. Menurut Tarwoto
(2009:318) Pengendalian asam basa oleh ginjal dilakukan dengan
sekresi urin yang urin atau basa, melalui pengeluaran ion hydrogen
atau bikarbonat dalam urin.
4) Ekskresi sisa metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik,
obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing
(pestisida).
5) Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresikan hormon renin
yang berperan penting mengatur tekanan darah (sistem renin
angiotensin aldosteron), membentuk eritropoiesis mempunyai peranan
penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).
Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi
kolekalsiferol(vitamin D aktif) yang diperlukan untuk mengabsorbsi ion
kalsium di usus.
d. Aliran darah di Ginjal dan Persarafan Ginjal
Menurut Arif Muttaqin (2011:6) ginjal menerima sekitar 1.200 ml
darah per menit atau 21 % dari curah jantung. Aliran darah yang sangat
besar ini tidak ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang
berlebihan, tetapi agar ginjal dapat secara terus-menerus
menyesuaikan komposisi darah. Dengan menyesuaikan komposisi
darah, memastikan keseimbangan natrium, klorida, kalium, kalsium,
fosfat, dan pH serta membuang produk-produk metabolisme urea.
Syaifuddin (2006:239) menjelaskan ginjal mendapat darah
dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis.
Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteria renalis bercabang
menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri arkuata. Arteri
interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler
membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus.
Glomerulus ini dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Disini
terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan
simpai bowman kemudian menjadi vena renalis mauk ke vena kava
inferior.
e. Persyarafan Ginjal
Menurut Syaifuddin (2006:240) ginjal mendapatkan persarafan
dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur
jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan
dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Diatas ginjal ini terdapat
kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan sebuah kelenjar buntu
yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormone adrenalin dan
hormon kortison.
f. Proses Pembentukan Urin
Menurut Syaifuddin (2006:239) ada 3 tahap dalam pembentukan
urine, yaitu :
1) Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena aferen lebih
besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah.
Sedangkan bagian yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat,
bikarbonat, dll, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
2) Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar
glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya
terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi
pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah
terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila
diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah.
Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3) Proses sekresi
Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus
dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk
ke vesika urinaria.

g) Ureter
Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang
berfungsi mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam kandung kemih
(Arif Muttaqin, 2011:17). Panjangnya 25-30 cm dengan diameter 6mm.
berjalan mulai dari pelvis renal setinggi lumbal ke 2 (Tarwoto,
2009:323).
Menurut Syaifuddin (2006:241) lapisan dinding ureter terdiri dari :
1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2) Lapisan tengah lapisan otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine,
terjadi kontraksi otot polos yang berlebihan yang bertujuan untuk
mendorong mengeluarkan sumbatan tersebut dari saluran kemih.
Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala,
sesuai dengan irama peristaltik ureter (Arif Muttaqin, 2011:17).
Menurut Arif Muttaqin (2011:17) kedua ureter merupakan
kelanjutan dari pelvis ginjal dan membawa urine ke dalam kandung
kemih, khususnya ke area yang disebut trigon. Trigon adalah area
segitiga yang terdiri atas lapisan membran mukus yang dapat berfungsi
sebagai katup untuk menghindari refluks urine ke dalam ureter ketika
kandung kemih berkontraksi (Mary Baradero, 2008:5). Ureter memasuki
kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum kandung
kemih. Normalnya ureter berjalan secara obliquesepanjang beberapa
sentimeter menembus kandung kemih yang disebut dengan ureter
intramural.
h) Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )
Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan
kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme
miksi/berkemih (Arif Muttaqin, 2011:18).
Menurut Tarwoto (2009:325) kapasitas maksimum kandung kemih
pada oran dewasa sekitar 300-450 ml, dan anak-anak antara 50-200
ml. Pada laki-laki kandung kemih berada dibelakang simpisis pubis dan
didepan rektum, pada wanita kandung kemih berada dibawah uterus
dan didepan vagina. Pada keadaan penuh akan memberikan
rangsangan pada saraf aferen ke pusat miksi sehingga terjadi kontraksi
otot detrusor yang mendorong terbukanya leher kandung kemih,
sehingga terjadi proses miksi. Fungsi utama dari ginjal adalah
menampung urin dari ureter dan kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan jaringan, yaitu:
1) Lapisan paling dalam adalah mukosa yang menghasilkan mukus.
2) Lapisan submukosa adalah lapisan otot polos yang satu sama lain
membentuk sudut disebut otot detrusor.
3) Lapisan paling luar adalah serosa.
i) Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Uretra
pada pria panjang uretra ± 20 cm, sedangkan pada perempuan
panjangnya ± 3-4 cm (Syaifuddin, 2006:246). Perbedaan panjang inilah
yang menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering
terjadi pada pria. Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang
terletak pada perbatasan kandung kemih dan uretra, serta sfingter
uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan
posterior (Arif Muttaqin, 2011:20). Adanya sfingter uretra interna yang
dikontrol secara involunter memungkinkan pengeluaran urine dapat
dikontrol. Pada pria saluran ini juga berfungsi sebagai tempat
menyalurkan air mani (Tarwoto,2009:327).
j) Proses Berkemih
Menurut Tarwoto (2009:326) urine diproduksi oleh ginjal sekitar 1
ml/menit, tetapi dapat bervariasi antara 0,5-20 ml/menit. Aktivitas saraf
parasimpatis meningkatkan frekwensi peristaltik dan stimulasi simpatis
menurunkan frekwensi. Banyaknya aliran urine pada uretra di pengaruhi
oleh adanya obstruksi Karena konstriksi ureter dan juga kontriksi
arterior afferen yang berakibat pada penurunan produksi urine,
demikian juga pada adanya obstruksi ureter karena batu.
Kandung kemih dipersarafi oleh saraf dari pelvis , baik sensorik
maupun motorik. Pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan
kontraksi dari otot detrusor. Normalnya spinter interna pada leher
kandung kemih berkontraksi. Sedangkan spinter eksterna dikontrol
berdasarkan kesadaran (volunter), dipersarafi oleh nervus pudendal
yang merupakan serat saraf somatik.
Menurut Syaifuddin (2006:247) kontrol volunter ini hanya mungkin
bila saraf-saraf yang menangani kandung kemih uretra, medulla spinalis
dan otak, bila tidak maka terjadi inkontinensia urine.
3. Etiologi
Menurut Kartika S. W. (2013:183) ada beberapa faktor yang
menyebabkan terbentuknya batu pada ginjal, yaitu :
a. Faktor dari dalam (intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih banyak pada
usia 30-50 tahun, dan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada
perempuan.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air
(bila jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang),
diet banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran
berwarna hijau terutama bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin,
dan jeroan), dan pekerjaan (kurang bergerak).
Berapa penyebab lain adalah :
a. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan
akan menjadi inti pembentukan batu saluran kencing.
b. Stasis obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu
saluran kencing.
c. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam
air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d. Idiopatik (Arif Muttaqin, 2011:108)
4. Pathway Nefrolitiasis

Infeksi saluran kemih kronik. Gangguan metabolism (paratiroidisme,


Hiperuresemia, hiperkalsiuria). Dehidrasi. Benda asing. Jaringan mati.
Inflamasi usus. Masukan vitamin D yang berlebihan.

Pengendapan garam mineral. Infeksi.


Mengubah pH urin dari asam menjadi
alkalis.

Pembentukan batu di ginjal (Nefrolitiasis)

Obstruksi/Penyumbatan di ginjal

Inflamasi/Peradangan Peningkatan distensi abdomen Kurang pengetahuan

Resiko infeksi Anoreksi Cemas


a

Rangsangan terhadap Output berlebihan


mediator reseptor nyeri

Ketidak seimbangan nutrisi


Presepsi nyeri kurang dari kebutuhan tubuh

Nyeri akut

Intoleransi Aktivitas
5. Gambaran klinis
Keluhan pada penderita nefrolitiasis yaitu :
a. Nyeri dan pegal di daerah pinggang : Lokasi nyeri tergantung dari dimana
batu itu berada. Bila pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari
hidronefrosis yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama
timbul pada costovertebral.
b. Hematuria : Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena
adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau terjadi kolik
(http://mantrinews.blogspot.com)
c. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi
pelvis ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik.
d. Sumbatan: batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksi
saluran kemih: demam dan menggigil.
e. Gejala gastrointestinal, meliputi:
1) Mual
2) Muntah
3) Diare (Nursalam, 2011:67)

6. Komplikasi
Menurut (Nursalam, 2011:67) komplikasi yang disebabkan dari
batunefrolitiasis adalah:
a. Sumbatan: akibat pecahan batu
b. Infeksi: akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal: akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan
dan pengangkatan batu ginjal
d. Hidronefrosis (Susan Martin, 2007:727).
7. Test Diagnostik
Menurut (http://mantrinews.blogspot.com) ada beberapa pemeriksaan
diagnostik dalam menegakkan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :
a. Urin
1) PH lebih dari 7,6
2) Sediment sel darah merah lebih dari 90%
3) Biakan urin
4) Ekskresi kalsium fosfor, asam urat
b. Darah
1) Hb turun
2) Leukositosis
3) Urium kreatinin
4) Kalsium, fosfor, asam urat
c. Radiologi
1) Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan besar batu
2) USG abdomen
3) PIV (Pielografi Intravena)
4) Sistoskpi (Mary Baradero, 2008:61)

9. Penatalaksanaan
Menurut ((http://mantrinews.blogspot.com) penatalaksanaan pada batu
ginjal, yaitu:
a. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu
yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut
solutin G. Terapi simtomatik berusaha untuk menghilangkan nyeri. Selain
itu dapat diberikan minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari dan
pemberian diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hr.
b. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan
untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara
ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering
dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut.
c. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat
gelombang kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan
mode utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2%
pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon
terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi
setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase
urin. Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
1) Pielolititomi : jika batu berada di piala ginjal
2) Nefrolithotomi/nefrektomi : jika batu terletak didalam ginjal
3) Ureterolitotomi : jika batu berada dalam ureter
4) Sistolitotomi : jika batu berada di kandung kemih
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Asmadi (2008:167) pengkajian merupakan tahap awal dari
proses keperawatan. Disini, semua data dikumpulkan secara sistematis guna
menentukan status kesehatan klien saat ini.
Menurut (http://www.dostoc.com) pengumpulan data pada klien
dengannefrolitiasis :
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, no registrasi,
diagnose medis, dan tanggal medis.
2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasa sangat mengganggu saat ini.
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:110) keluhan utama yang lazim didapatkan
adalah nyeri pada pinggang. Untuk lebih komprehensifnya, pengkajian nyeri
dapat dilakukan dengan pendekatan PQRST.
Tabel 2.1 Pengkajian Nyeri dengan pendekatan PQRST
Pengkajian Teknik Pengkajian, Prediksi Hasil, dan implikasi
Klinis
Provoking Tidak ada penyebab spesifik yang menyebabkan
Incident nyeri, tetapi pada beberapa kasus di dapatkan
bahwa pada perubahan posisi secara tiba-tiba dari
berdiri atau berbaring berubah ke posisi duduk
atau melakukan fleksi pada badan biasanya
menyebabkan keluhan nyeri.
Quality of Kualitas nyeri batu ginjal dapat berupa nyeri kolik
pain ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena
aktivitas peristaltik otot polos system kalises
ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk
mengeluarkan batu dari saluran kemih.
Peningkatan peristaltik tersebut menyebabkan
tekanan intraluminalnya meningkat sehingga
terjadi peregangan dari terminal saraf yang
memberikan sensai nyeri. Nyeri non-kolik terjadi
akibat peregengan kapsul ginjal karena terjadi
terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Bila
nyeri

mendadak menjadi akut, disertai keluhan nyeri


diseluruh area kostovertebral dan keluhan
gastrointestinal seperti mual dan muntah. Diare
dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex
retrointestinal dan proksimitas anatomi ginjal ke
lambung, pankreas dan usus besar.
Region, Batu ginjal yang terjebak di ureter menyebabkan
radiation, keluhan nyeri yang luar biasa, akut dan kolik yang
relief menyebar ke paha dan genetalia. Pasien merasa
ingin berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar dan biasanya mengandung darah akibat
aksi abrasive batu. Keluhan ini disebut kolik
ureteral. Nyeri yang berasal dari area renal
menyebar secara anterior dan pada wanita ke
bawah mendekati kandung kemih, sedangkan
pada pria mendekati testis.
Severity Pasien bisa ditanya dengan menggunakan
(scale) of rentang 0-4 dan pasien akan menilai seberapa
pain jauh yang dirasakan.
0= Tidak ada nyeri
1= Nyeri ringan
2= Nyeri sedang
3= Nyeri berat
4= Nyeri berat sekali/tak tertahan

Skala nyeri pada kolik batu ginjal secara lazim


berada pada posisi 3 di rentang 0-4 pengkajian
skala nyeri.

Time Sifat mula timbulnya (onset), tentukan apakah


gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau
seketika itu juga. Tanyakan apakah gejala-gejala
timbul secara terus menerus atau hilang timbul
(intermiten). Tanyakan apa yang sedang
dilakukan pasien pada waktu gejala timbul. Lama
timbulnya (durasi), tentukan kapan gejala tersebut
pertama kali timbul dan usahakan menghitung
tanggalnya seteliti mungkin. Misalnya, tanyakan
kepada pasien apa yang pertama kali dirasakan
tidak biasa atau tidak enak
3) Riwayat Kesehatan
Menurut (http://perawathati.blogspot.com) riwayat kesehatan di bagi
menjadi 3 yaitu :
a) Riwayat penyakit sekarang.
Mengetahui bagaimana penyakit itu timbul, penyebab dan faktor yang
mempengaruhi, memperberat sehingga mulai kapan timbul sampai di bawa
ke RS.
b) Riwayat penyakit dahulu.
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam
ginjal.Menurut Kartika S. W. (2013:137) kaji adanya riwayat batu saluran
kemih pada keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat
penyakit bedah usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, anti hipertensi, natrium,
bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin D.
c) Riwayat penyakit keluarga.
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat keturunan
dari orang tua.
d) Riwayat Psikososial
Bagaimana hubungan dengan keluarga, teman sebaya dan bagaimana
perawat secara umum. Menurut Arif Muttaqin (2011:112) pengkajian
psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang memungkinkan perawat
untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan
perilaku pasien. Perawat mengumpulkan pemerikasaan awal pasien
tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat
perlunya pengkajian psikososialspiritual yang seksama.
2. Pola-pola Fungsi Kesehatan
Menurut (http://perawathati.blogspot.com) pengkajian pola-pola fungsi
kesehatan pada pasien dengan diagnosa nefrolitiasis, yaitu :
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu
ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana
hidup sehat.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena
adanya luka pada ginjal.
Kaji adanya mual dan muntah, nyeri tekan abdomen, diit tinggi purin,
kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan,
terjadi abdominal, penurunan bising usus (Kartika S. W., 2013:187).
c. Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan
karena adanya luka pada ginjal.
d. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK
sedikit karena adanya sumbatan atau batu ginjal dalam saluran kemih,
BAK normal.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena
adanya penyakitnya.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan
dan bagaimana dilakukan operasi.
g. Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama
di rumah sakit.
h. Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat
melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan
dengan produksi sexual.

i. Pola hubungan peran


Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak
ada gangguan.
j. Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang
positif jika stress muncul.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdo’a supaya penyakit yang di derita ada obat
dan dapat sembuh.

3. Pemeriksaan Fisik Fokus


Menurut Arif Muttaqin (2011:113) pada pemeriksaan
fokus nefrolitiasisdidapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik.
Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah.
a. Inspeksi
Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi
urine, dan sering miksi. Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual
dan muntah.
b. Palpasi
Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa. Pada beberapa kasus
dapat teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
c. Perkusi
Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan
pada sudut kostovertebral dan didapatkan respon nyeri.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas
b. Risiko Infeksi
c. Nyeri Akut
d. Intoleransi Aktivitas
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Kebutuhan tubuh
5. Rencana Tindakan Kepertawatan

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Kecemasan berhubungan Setelah dilakukan 1. Gunakan pendekatan


dengan asuhan selama yang menenangkan
Faktor keturunan, Krisis ……………..............klien 2. Nyatakan dengan jelas
situasional, Stress, kecemasan teratasi dgn harapan terhadap pelaku
perubahan status kesehatan, kriteria hasil: pasien
ancaman kematian,  Klien mampu 3. Jelaskan semua prosedur
perubahan konsep diri, mengidentifikasi dan dan apa yang dirasakan
kurang pengetahuan dan mengungkapkan selama prosedur
hospitalisasi gejala cemas 4. Temani pasien untuk
 Mengidentifikasi, memberikan keamanan
DO/DS: mengungkapkan dan dan mengurangi takut
 Insomnia menunjukkan tehnik 5. Berikan informasi faktual
 Kontak mata kurang untuk mengontol mengenai diagnosis,
 Kurang istirahat cemas tindakan prognosis
 Berfokus pada diri  Vital sign dalam 6. Libatkan keluarga untuk
sendiri batas normal mendampingi klien
 Iritabilitas  Postur tubuh, 7. Instruksikan pada pasien
 Takut ekspresi wajah, untuk menggunakan
 Nyeri perut bahasa tubuh dan tehnik relaksasi
 Penurunan TD dan tingkat aktivitas 8. Dengarkan dengan penuh
denyut nadi menunjukkan perhatian
 Diare, mual, kelelahan berkurangnya 9. Identifikasi tingkat
 Gangguan tidur kecemasan kecemasan
 Gemetar 10. Bantu pasien mengenal
 Anoreksia, mulut kering situasi yang menimbulkan
 Peningkatan TD, denyut kecemasan
nadi, RR 11. Dorong pasien untuk
 Kesulitan bernafas mengungkapkan
 Bingung perasaan, ketakutan,
 Bloking dalam persepsi
pembicaraan 12. Kelola pemberian obat
 Sulit berkonsentrasi anti cemas:........
Diagnosa
Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan teknik aseptif


keperawatan 2. Batasi pengunjung bila
Faktor-faktor risiko : selama…….................pasien perlu
 Prosedur Infasif tidak mengalami infeksi 3. Cuci tangan setiap
 Kerusakan jaringan dengan kriteria hasil: sebelum dan sesudah
dan peningkatan  Klien bebas dari tanda tindakan keperawatan
paparan dan gejala infeksi 4. Gunakan baju, sarung
lingkungan  Menunjukkan kemampuan tangan sebagai alat
 Malnutrisi untuk mencegah pelindung
 Peningkatan timbulnya infeksi 5. Ganti letak IV perifer dan
paparan  Jumlah leukosit dalam dressing sesuai dengan
lingkungan patogen batas normal petunjuk umum
 Imonusupresi  Menunjukkan perilaku 6. Gunakan kateter intermiten
 Tidak adekuat hidup sehat untuk menurunkan infeksi
pertahanan  Status imun, kandung kencing
sekunder gastrointestinal, 7. Tingkatkan intake nutrisi
(penurunan Hb, genitourinaria dalam batas 8. Berikan terapi
Leukopenia, normal antibiotik:............................
penekanan respon .....
inflamasi) 9. Monitor tanda dan gejala
 Penyakit kronik infeksi sistemik dan lokal
 Imunosupresi 10. Pertahankan teknik isolasi
 Malnutrisi k/p
 Pertahan primer 11. Inspeksi kulit dan
tidak adekuat membran mukosa
(kerusakan kulit, terhadap kemerahan,
trauma jaringan, panas, drainase
gangguan 12. Monitor adanya luka
peristaltik) 13. Dorong masukan cairan
14. Dorong istirahat
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
16. Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap
4 jam
Diagnosa
Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akutberhubungan Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian nyeri


dengan: tinfakan keperawatan secara komprehensif termasuk
Agen injuri (biologi, selama lokasi, karakteristik, durasi,
kimia, fisik, psikologis), …........................... frekuensi, kualitas dan faktor
kerusakan jaringan Pasien tidak mengalami presipitasi
nyeri, dengan kriteria 2. Observasi reaksi nonverbal
DS: hasil: dari ketidaknyamanan
 Laporan secara  Mampu mengontrol 3. Bantu pasien dan keluarga
verbal nyeri (tahu penyebab untuk mencari dan menemukan
nyeri, mampu dukungan
menggunakan tehnik 4. Kontrol lingkungan yang dapat
nonfarmakologi untuk mempengaruhi nyeri seperti
DO: mengurangi nyeri, suhu ruangan, pencahayaan
 Posisi untuk mencari bantuan) dan kebisingan
menahan nyeri  Melaporkan bahwa 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Tingkah laku nyeri berkurang 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
berhati-hati dengan untuk menentukan intervensi
 Gangguan tidur menggunakan 7. Ajarkan tentang teknik non
(mata sayu, tampak manajemen nyeri farmakologi: napas dala,
capek, sulit atau  Mampu mengenali relaksasi, distraksi, kompres
gerakan kacau, nyeri (skala, hangat/ dingin
menyeringai) intensitas, frekuensi 8. Berikan analgetik untuk
 Terfokus pada diri dan tanda nyeri) mengurangi nyeri:
sendiri  Menyatakan rasa …….......................................
 Fokus menyempit nyaman setelah nyeri 9. Tingkatkan istirahat
(penurunan berkurang 10. Berikan informasi tentang nyeri
persepsi waktu,  Tanda vital dalam seperti penyebab nyeri, berapa
kerusakan proses rentang normal lama nyeri akan berkurang dan
berpikir, penurunan  Tidak mengalami antisipasi ketidaknyamanan
interaksi dengan gangguan tidur dari prosedur
orang dan 11. Monitor vital sign sebelum dan
lingkungan) sesudah pemberian analgesik
 Tingkah laku pertama kali
distraksi, contoh :
jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-
ulang)
 Respon autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
 Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
 Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis,
waspada, iritabel,
nafas
panjang/berkeluh
kesah)
 Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi adanya


Berhubungan dengan : keperawatan selama pembatasan klien dalam
 Tirah Baring atau …..................... ....Pasien melakukan aktivitas
imobilisasi bertoleransi terhadap 2. Kaji adanya faktor yang
 Kelemahan aktivitas dengan Kriteria menyebabkan kelelahan
menyeluruh Hasil : 3. Monitor nutrisi dan sumber
 Ketidakseimbangan  Berpartisipasi dalam energi yang adekuat
antara suplei aktivitas fisik tanpa 4. Monitor pasien akan adanya
oksigen dengan disertai peningkatan kelelahan fisik dan emosi
kebutuhan tekanan darah, nadi dan secara berlebihan
Gaya hidup yang RR 5. Monitor respon kardivaskuler
dipertahankan.  Mampu melakukan terhadap aktivitas (takikardi,
DS: aktivitas sehari hari disritmia, sesak nafas,
 Melaporkan secara (ADLs) secara mandiri diaporesis, pucat,
verbal adanya  Keseimbangan aktivitas perubahan hemodinamik)
kelelahan atau dan istirahat 6. Monitor pola tidur dan
kelemahan. lamanya tidur/istirahat
 Adanya dyspneu pasien
atau 7. Kolaborasikan dengan
ketidaknyamanan Tenaga Rehabilitasi Medik
saat beraktivitas. dalam merencanakan
progran terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas seperti
kursi roda, krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi aktivitas
DO : yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat
 Respon abnormal jadwal latihan diwaktu luang
dari tekanan darah 14. Bantu pasien/keluarga untuk
atau nadi terhadap mengidentifikasi kekurangan
aktifitas dalam beraktivitas
 Perubahan ECG : 15. Sediakan penguatan positif
aritmia, iskemia bagi yang aktif beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
17. Monitor respon fisik, emosi,
sosial dan spiritual
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji adanya alergi


nutrisi kurang dari keperawatan makanan
kebutuhan tubuh selama….................nutrisi 2. Yakinkan diet yang
Berhubungan dengan : kurang teratasi dengan dimakan mengandung
Ketidakmampuan untuk indikator: tinggi serat untuk
memasukkan atau  Albumin serum mencegah konstipasi
mencerna nutrisi oleh  Pre albumin serum 3.
karena faktor biologis,  Hematokrit 4. Ajarkan pasien
psikologis atau ekonomi.  Hemoglobin bagaimana membuat
DS:  Total iron binding catatan makanan
 Nyeri abdomen capacity harian
 Muntah  Jumlah limfosit 5. Monitor adanya
 Kejang perut penurunan BB dan
 Rasa penuh tiba-tiba gula darah
setelah makan 6. Monitor lingkungan
selama makan
7. Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor pucat,
kemerahan, dan
DO: kekeringan jaringan
 Diare konjungtiva
 Rontok rambut yang 12. Monitor intake nuntrisi
berlebih 13. Informasikan pada
 Kurang nafsu makan klien dan keluarga
 Bising usus berlebih tentang manfaat
 Konjungtiva pucat nutrisi
 Denyut nadi lemah 14. Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake
cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
15. Atur posisi semi fowler
atau fowler tinggi
selama makan
16. Kelola pemberan anti
emetik:.....
17. Anjurkan banyak
minum
18. Pertahankan terapi IV
line
19. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oval

Anda mungkin juga menyukai