Anda di halaman 1dari 3

Management endodontic pada abses apikal akut : laporan kasus

Abstrak :

Abses apikal akut adalah reaksi imflamasi yang bisa menyebar ke jaringan ekstra oral.
Pengetahuan tentang managemen klinisnya adalah yang terpenting. Artikel ini
menggambarkan tentang laporan kasus yang terjadi pada anak perempuan usia 18 tahun di
departemen endodontic otonom Universitas Nuevo Leon. Pasien mengeluhkan rasa sakit dan
pembengkakan progresif di daerah pipi kanan. Pemeriksaan klinis pasien didiagnosa abses
apikal akut dan dianjurkan rencana perawatan yaitu perawatan saluran akar. Follow up
dijdwalkan setelah 1 bulan dan 16 bulan post perawatan. Meskipun gigi tidak direstorasi,
pasien tidak menunjukkan gejala. Selain itu, pemeriksaan radiografi mengungkapkan tidak
adanya radiolusensi periapikal pada 16 bulan post perawatan endodontik.

Kata kunci : abses apikal akut, antibiotik sistemik, perawatan endodontik, hasil klinis.

I. Pendahuluan

Abses apikal akut (AAA) didefinisikan sebagai reaksi inflamasi terhadap infeksi pulpa dan
nekrosis ditandai dengan onset cepat, nyeri spontan, palpasi lunak, pembentukan nanah dan
pembengkakan jaringan sekitar. Kondisi ini terbentuk saat infeksi kontak dengan jaringan
periapikal melalui foramen apikal dan respon inflamasi akut diinduksi oleh pembentukan
nanah. AAA dianggap sebagai salah satu penyebab paling umum dari emergency dental.
Kerusakan jaringan dalam kondisi ini tergantung pada jumlah bakteri, faktor virulensi dan
respon host. Demikian juga, endotoksis yang tinggi telah ditemukan pada keadaan patologis
ini. Sousa et al. Pengurangan endotoksin meningkat ketika preparasi dalam hubungannya
dengan obat intra kanal yang dilakukan.

Meskipun saluran akar tidak sepenuhnya dibersihkan selama perawatan endodontik. Resolusi
abses telah dilaporkan dengan prosedur ini. Selain itu, penggunaan antibiotik sistemik
mungkin berguna dalam manajemen klinis dari infeksi ini.

Pengetahuan tentang managemen klinis AAA adalah yang terpenting. Komplikasi penyakit ini
mungkin parah. Sebenarnya, sejumlah besar rawat inap telah dilaporkan karena abses gigi.
Tujuan artikel ini adalah untuk menggambarkan manajemen endodontik dari AAA pada
seorang perempuan usia 18 tahun. Pasien mengalami peradangan jaringan ekstra oral dan
dirujuk ke departemen endodontik dari Universitas Otonom Nuevo Leon.

II. Laporan Kasus

Seorang anak perempuan usia 18 tahun dirujuk ke departemen endodontik dari Universitas
Otonom Nuevo Leon. Rekam medis tidak diperlihatkan. Pasien datang dengan keluhan sakit
dan pembengkakan progresif. Ekstra oral asimetris bagian pipi kanan. Selama pemeriksaan
klinis gigi memiliki respon positif (+) terhadap perkusi dan negatif (-) terhadap tes vitalitas
pulpa. Pemeriksaan periodontal probe normal. Pemeriksaan radiografi terdapat radiolusensi
pada daerah periapikal. Dari pemeriksaan klinis didiagnosa abses apikal akut dan
diindikasikan perawatan saluran akar.

Setelah pemberian anestesi lokal, gigi diisolasi menggunakan rubber dam. Akses kavitas
terlihat dibawah dental mikroskop (Opmi Pico ; Carl zeiss, Oberkochen, Germany). Panjang
kerja ditentukan dengan menggunakan apex locator (Root ZX II; J Morita, Irvine, CA) dengan
K-files (SybronEndo, Orange, CA) dan ditunjang dengan pemeriksaan radiografi. Selama
preparasi tidak terdapat drainase dari pus melalui saluran. Irigasi dengan 2,5% sodium
hypochlorite (NaOCl) dilakukan dengan jarum 30-gauge (NaviTip; Ultradent Product Inc.,
South Jordan, UT) pada 2 mm dari panjang kerja. Calcium hidroksida ditempatkan sebagai
obat intrakanal. Korona gigi ditutup dengan IRM (Dentsply International, Milford, DE) dan
medikamentosa amoxcycilin 500 mg. Setelah 2 hari , dilakukan pemeriksaan klinis. Terdapat
penurunan inflamasi dan simtologi. Pada kunjungan kedua (15 hari setelah kunjungan
pertama) pasien tidak menunjukan gejala dan penurunan yang signifikan pada peradangan
setelah di observasi. Saluran akar diirigasi dengan 2,5% NaOCl dan di obturasi
menggunakan AH plus (Dentsply DeTrey GmbH, Konstanz, Germany) dan gutta-percha.
Kasus ini indikasi untuk melakukan restorasi permanen. Follow-up kunjungan 1 bulan
(gambar 2c) dan 16 bulan (gambar 1D dan 2D). Meskipun gigi belum direstorasi, pasien tidak
menunjukan gejala pada kedua kunjungan. Selain itu, dari pemeriksaan radiologi
menunjukan tidak adanya radiolusensi periapikal pada 16 bulan setelah perawatan
endodontik. (gambar 2D).

III. Diskusi

Pada artikel ini, manajemen klinis penanganan AAA telah dilakukan melalui perawatan
endodontik dan kaitanya dengan pemberian amoxycilin sistemik. Sayangnya gigi tidak
direstorasi berdasarkan keputusan pasien. Antibiotik sistemik umumnya tidak digunakan
pada abes apikal. Namun, obat-obatan ini dapat diindikasikan dalam kasus abes yang terkait
dengan keterlibatan sistemik, infeksi yang menyebar mengakibatkan selulitis, peradangan
difuse progresif dan pada beberapa pasien kompromis medis. Sebagian besar bakteri yang
terlibat dalam infeksi endodontik rentan terhadap penicilin. Amoxycilin adalah penicilin
semisintetik dengan spektrum antibakteri yang luas dan dapat memberikan peningkatan
cepat pada nyeri dan pembengkakan. Dalam kasus AAA yang lebih rumit, amoxycilin
bersama dengan asam klavulanat atau metronidazole mungkin diperlukan untuk mencapai
efek antibakteri yang efektif.

Selain perawatan endodontik, manajemen klinis AAA termasuk drainase bedah dan atau
pencabutan gigi yang terlibat. Pada saat drainase, pasien mungkin merasa lega dari rasa
sakit karena penurunan peradangan akut periradicular. Dalam beberapa kasus, restorasi gigi
dan perawatan saluran akar tidak diindikasikan, mengingat keterbatasan ini, ekstraksi gigi
adalah pilihan perawatan yg dilakukan.

Dalam manajemen klinis AAA, pengetahuan tentang variasi anatomi akar juga memainkan
peran penting selama prosedur endodontik. Selanjutnya medikamentosa intrakanal dapat
diindikasikan sesuai sifat dari bakteri.

IV. Kesimpulan

Dalam laporan kasus ini, regresi AAA dicapai dengan perawatan endodontik bersama dengan
antibiotik sistemik. Meskipun gigi tidak direstorasi, pasien tidak menunjukan gejala pada
kunjungan follow-up. Pada 16 bulan, pemeriksaan radiografi menunjukan tidak adanya
radiolusensi periapikal.

Anda mungkin juga menyukai