Prajitno© 1
DAFTAR ISI
• Pemilihan Jenis Turbin Air
• Ukuran Utama Turbin
• Kavitasi dan Penempatan Turbin
• Layout Turbin
• Pemilihan Generator
• Pengaturan
• Estimasi Biaya Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
Prajitno© 2
Prajitno© 3
Variations of Cross-Flow Turbines
Prajitno© 4
Pemilihan Jenis Turbin Air
• Pemilihan jenis turbin ditentukan ditentukan oleh :
– Net Head (Head efektif), m
– Debit aliran per unit, m3/s
– Efisiensi turbin
– Putaran turbin, rpm
– Kecepatan spesifik
Prajitno© 5
Head Turbin Air
• Gross Head adalah selisih elevasi muka air antara forebay
dan tail race (untuk turbin reaksi), atau selisih elevasi antara
muka air antara forebay dengan sumbu nosel (untuk turbin
impuls).
• Net Head adalah Gross Head dikurangi dengan kerugian
head dari intake sampai dengan inlet turbin. Kerugian head
ditentukan oleh kecepatan aliran pada penstock (3 – 4) m/s.
• Rated Head adalah Net Head pada pembukaan valve penuh
untuk menghasilkan Rated Output.
• Minimum Head adalah Net Head ketika elevasi muka air
forebay minimum dengan semua turbin beroperasi pada
bukaan valve penuh.
• Maximum Head adalah Net Head ketika elevasi muka air
pada forebay maksimum tanpa terjadi limpasan pada
spillway dan satu unit turbin beroperasi tanpa beban.
Prajitno© 6
Skema PLTMH
Forebay
hf
1
Net Head
Ve2 z1 V2/2g
Hn Ho hf Turbin
2g Tail race
Prediksi Draft tube V
Hn = (Ho - 0,5)x0,95 m
Prajitno© 7
Debit aliran
• Debit aliran untuk tiap unit turbin ditentukan oleh debit
andalan dan jumlah unit turbin
• Debit andalan ditentukan berdasarkan Kurva Durasi Aliran
atau Flow Duration Curve (FDC) yang dihasilkan dari survei
dan analisis hidrologi dengan mempertimbangkan aliran
kompensasi lingkungan
• Aliran kompensasi lingkungan dapat ditentukan sebesar 0,5
x Q95%, atau 0,5 debit minimum pada musim kemarau.
• Debit andalan dan jumlah turbin ditentukan berdasarkan
fluktuasi aliran atau kelandaian FDC untuk menghasilkan
faktor kapasitas (40 – 70)%.
Prajitno© 8
Efisiensi Turbin
• Efisiensi turbin ditentukan oleh jenis turbin dan
prosentase debit terhadap debit normalnya.
Prajitno© 9
Part-flow efficiency of small hydraulic turbines
1.0
Pelton
0.8
Cross-
flow
Efficiency
0.6
t Kaplan
Francis Propeller
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Flow rate as proportion of design flow rate
Prajitno© 10
Effisiensi Generator
Prajitno© 11
Efisiensi Turbin dan Genarator
Prajitno© 12
Daya yang Dihasilkan Turbin
dengan :
= densitas air (1000 kg/m3)
g = percepatan gravitasi, m/s2
Q = debit per unit turbin, m3/s
Hn = Net Head, m
t = efisiensi turbin
Konversi satuan :
1 HP = 746 Watt
1 PK = 736 Watt
Prajitno© 13
Putaran Turbin
• Putaran turbin ditentukan berdasarkan pertimbangan apakah
turbin akan dikopel langsung dengan generator atau melalui
transmisi (roda gigi atau belt).
• Jika turbin dihubungkan dengan generator melalui peralatan
transmisi, putaran turbin dapat ditentukan bedasarkan
kecepatan spesifik turbin.
• Jika turbin dikopel langsung dengan generator, putaran
turbin dipilih berdasarkan putaran sinkron generator.
• Putaran turbin reaksi mempengaruhi posisi penempatan
turbin agar tidak terjadi kavitasi.
Prajitno© 14
Putaran sinkron Generator
Prajitno© 15
KECEPATAN SPESIFIK
• Kecepatan spesifik adalah kecepatan putar turbin yang sejenis
secara geometris untuk menghasilkan satu satuan daya
dengan satu satuan head pada efisiensi maksimum
• Secara matematis kecepatan spesifik dinyatakan dengan
persamaan
1
N = rpm
NP 2
NsT 5
P = HP, kW
H 4 H = m,ft
Prajitno© 16
KECEPATAN SPESIFIK
• Dietzel(1988) menggunakan definisi kecepatan spesifik
dimensional seperti pada pompa sentrifugal, yaitu
kecepatan turbin yang bekerja pada head 1 m dan
kapasitas 1 m3/s
1
NQ 2
NqT 3
H 4
dengan :
N = kecepatan putar (rpm)
Q = kapasitas aliran (m3/s)
H = head atau tinggi jatuh (m)
Prajitno© 17
KECEPATAN SPESIFIK
• Kecepatan spesifik dapat juga dinyatakan dalam bentuk
non-dimensional yaitu
Prajitno© 18
Kecepatan Spesifik
Kecepatan spesifik nondimensi juga dapat dinyatakan dengan
persamaan :
n Q
nQE
gH n
dengan :
n = kecepatan putar (putaran/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Q = kapasitas aliran (m3/s)
H = Head (m)
Korelasi :
Prajitno© 20
Pemilihan Jenis Turbin Berdasarkan
Head dan Kecepatan Spesifik
Turbin pelton (1 jet) Ns = 85.49/H0.243 (Siervo & Lugaresi, 1978)
1
NP 2
NsT 5
(rpm,m,kW)
H 4
Prajitno© 21
Pemilihan Jenis Turbin Berdasarkan
Head dan Kecepatan Spesifik
Prajitno© 22
Pemilihan Jenis Turbin Berdasarkan
Head dan Debit Aliran
Prajitno© 23
Average Turbine Performance Characteristics
Prajitno© 24
Ukuran Utama Runner
Turbin
Prajitno© 25
Kecepatan Spesifik dan Geometri
Turbin Pelton
P = gQHH V1 Cv 2gH
1
NP 2
NsT 5
H 4 d2
Q V1
4
1 3 1 5 5
U d V1 H 2gC2v 1 g U d 21 21
2 2 2 4 4 3
NsT 2 2 NsT 1 1 Cv 2
H
D 8 2 C v
1
V1 2 24 V1 D
Prajitno© 27
Ukuran Utama Turbin Pelton
D1
Prajitno© 28
Ukuran Utama Turbin Pelton
Alternatif:
Prajitno© 29
Ukuran Utama Turbin Pelton
Alternatif:
Prajitno© 30
Ukuran Utama Turbin Cross Flow
Diameter runner :
39 ,819
D Hn m
n
Panjang runner ditentukan oleh debit dan lebar bukaan nosel
BD 2 gH n sin 1
Q m3/s
360
dengan :
Hn = net Head, m
n = putaran turbin, rpm
= sudut bukaan nosel
1 = sudut serang kecepatan pancarang, 16o
Prajitno© 31
Ukuran Utama Turbin Cross Flow
Jika sudut bukaan nosel diambil 120o, maka debit dapat
dinyatakan dengan persamaan
Q 1,2787 BD H n
Panjang runner dapat juga dihitung dengan persamaan
3,623Q
B
Hn
dengan :
Q = Debit, liter/s
Hn = Net Head, m
Prajitno© 32
Kecepatan Spesifik Turbin
Reaksi
NP
1
2 N = Vm1 (cotg 1+ cotg 1)/(D1)
NsT 5
H 4
P = gQHH Q = Vm1 D1B
1
B
ctg1 ctg1 1 2ctg1ctg1 ctg1
2
NsT 2 g H
3 5 1 34
4 4 2
D1
Prajitno© 33
Kecepatan Spesifik dan Geometri
Prajitno© 34
Dimensi runner Turbin Francis
Prajitno© 35
Dimensi runner Turbin Kaplan
Prajitno© 36
Alternatif
• Diameter runner turbin • Diameter runner turbin
Francis Propeller
3 0,0211ns 3 0,0233ns
2 2
3 3
84 ,473 H n 84 ,473 H n
12 12
D3 D3
n n
dengan :
D3 = Diameter runner pada sisi keluar, m
Hn = Net Head, m
n = Kecepatan putar turbin, rpm
ns = Kecepatan spesifik turbin (rpm, m, PK)
3 = Perbandingan kecepatan pada D3
Prajitno© 37
Runaway speeds of turbines
Prajitno© 38
Penempatan turbin
Penempatan turbin reaksi harus memperhatikan kemungkinan
terjadinya kavitasi jika tekanan pada sisi keluar turbin mencapai
tekanan uapnya.
Kavitasi dikarakterisasi dengan bilangan Thoma yang didefinisi
kan dengan persamaan :
NPSE
gH n
dengan :
Patm = tekanan atmosfer, Pa
Pv = tekanan uap, Pa
= massa jenis air, kg/m3
V = kecepatan air keluar m/s
g = percepatan gravitasi, m/s2
Hs = Suction Head, m Prajitno© 39
Agar tidak terjadi kavitasi, maka penempatan turbin paling tinggi
di atas muka tailrace adalah
Batas kavitasi :
Turbin Francis :
Turbin Kaplan :
Prajitno© 40
Powerhouse Turbin Pelton atau
Turgo poros horizontal
Prajitno© 41
Powerhouse Turbin Crossflow
Prajitno© 42
Layout Turbin Crossflow
Prajitno© 43
Powerhouse Turbin Francis
Horizontal
Prajitno© 44
Instalasi Turbin Openplum
Prajitno© 45
Powerhouse Turbing Tabung
Prajitno© 46
Powerhouse Turbin Francis
Horizontal
Prajitno© 47
Powerhouse Turbin Francis
Horizontal
Prajitno© 48
Powerhouse Turbin Francis
Horizontal
Prajitno© 49
Powerhouse Turbin Francis
Horizontal
Prajitno© 50
Powerhouse Turbin Francis
Horizontal
Prajitno© 51
Powerhouse Turbin Francis
Horizontal
Prajitno© 52
Turbin Archimedean Screw
Prajitno© 53
Turbin Archimedean Screw
Prajitno© 54
Turbin Submersible
Prajitno© 55
Aplikasi Turbin Submersible
Prajitno© 56
Contoh Kinerja Turbin Submersible
Prajitno© 57
Model Turbin Gorlov
Prajitno© 58
Model Turbin Archad
Prajitno© 59
Model Turbin :
- Diamater : 27 cm
- Tinggi : 36 cm
- Jumlah Sudu : 3 buah
- Sudut Helical : 60 derajad
- Profil sudu : NACA 0020
Prajitno© 60
Hasil Penelitian
A. Turbin Gorlov B. Turbin Achard
Putaran Turbin vs Kecepatan Aliran Kecepatan Putaran versus Kecepatan Aliran
200 250
y = 401.26x - 35.944
180
y = 376.13x - 76.944
160 200
120 150
100
80 100
60
40 50
20
0 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000
-20
Kecepatan Aliran (m/s) Kecepatan Aliran (m/s)
Prajitno© 61 61
Hasil Penelitian
0.3
Efisiensi Turbin
0.3
0.25
0.2 0.2 Series1
0.15 Poly. (Series1)
0.1 0.1
y = -0.0793x2 + 0.3745x + 0.0117
0.05
0
0
0 2 4 6
-0.05 0 1 2 3 4
-0.1
Tip Speed Ratio (TSR) Tip Speed Ratio (TSR)
Prajitno© 62 62
Sistem Kelistrikan PLTMH
Sistem kelistrikan pada umumnya menggunakan
sistem kelistrikan AC :
– Satu fasa untuk daya < 5 kW :
• Instalasi sederhana
• Sistem pengaturan beban lebih murah
• Ukuran generator ditentukan berdasarkan kebutuhan
daya maksimum
– Tiga fasa untuk daya > 5 kW
• Ukuran generator dan motor induksi lebih kecil untuk
kapasitas yang sama
• Harga generator dan motor induksi lebih murah
• Pemakaian penghantar lebih hemat
Prajitno© 63
Efisiensi Generator
• Aplikasi < 10 kVA, efisiensi 0,70 – 0,80
• Aplikasi 10 - 20 kVA, efisiensi 0,80 – 0,85
• Aplikasi 20 - 50 kVA, efisiensi 0,85
• Aplikasi 50 - 100 kVA, efisiensi 0,85 – 0,90
• Aplikasi > 100 kVA, efisiensi 0,90 – 0,95
Pemilihan Generator
• Jenis generator yang digunakan pada perencanaan PLTMH
ini adalah :
– Generator sinkron sistem eksitasi tanpa sikat
– Generator asinkron berupa Induction Motor As Generator
(IMAG)
Prajitno© 64
Generator Sinkron
Kapasitas dipilih dengan tambahan angka keamanan (25 –
90) %
Kecepatan untuk generator sinkron ditentukan jumlah kutub
dan frekuensi. Semakin tinggi kecepatannya ukuran menjadi
semakin kecil dan harganya juga lebih murah.
Kecepatan putar generator sinkron :
120 f
Ns rpm
p
dengan :
f = frekuensi jaringan listrik, Hz
p = jumlah kutub
Kecepatan putar generator asinkron :
Nr = Ns (1-s)
dengan s adalah slip Prajitno© 65
Generator Asinkron
• Keunggulan generator asinkron terhadap generator sinkron
antara lain :
– Harga lebih murah dibandingkan generator sinkron
– Produk memenuhi standar industri sehingga daya tahan
lebih terjamin
– Tersedia dalam beberapa ukuran mulai dari 1kW -
100kW
– Tersedia dengan 3 ukuran putaran 1000, 1500, dan 3000
rpm sehingga lebih mudah untuk disesuaikan dengan
putaran turbin
• Pada generator induksi IMAG , tegangan akan turun dengan
cepat pada saat beban bertambah sehingga perlu adanya
pengaturan tegangan dan putaran.
• Saat ini untuk instalasi mikrohidro dengan menggunakan
motor induksi sebagai generator tersedia sistem pengaturan
IGC(induction generator controller)
Prajitno© 66
Perbandingan Generator Sinkron dan Asinkron
Prajitno© 67
Perbandingan Generator Sinkron dan Asinkron
Prajitno© 68
Perbandingan Generator Sinkron dan Asinkron
Prajitno© 69
Sistem off-grid dan on-grid
• Sistem off-grid atau stand alone dapat mengguna- kan
generator asinkron atau generator sinkron dengan
mempertimbangkan aspek ekonomis, pemeliharaan, dan
ketersediaan generator dan sistem kontrolnya.
Prajitno© 70
• Apabila motor asinkron dengan tambahan kapasitor yang
sesuai dengan kebutuhan operasional sebagai generator
asinkron yang dipilih untuk stand alone generation dilengkapi
dengan induction generator control (IGC) tegangan pada
sistem konstan dan frekuensi juga konstan selama faktor
daya beban diatas 0,8.
Prajitno© 71
Sistem Kontrol
• Sistem kontrol berfungsi untuk menyeimbangkan energi
input dan energi output dengan cara mengatur input(flow)
atau mengatur output listrik sehingga sistem akan seimbang.
• Berdasarkan media yang dikontrol sistem kontrol dalam
PLTMH dibagi menjadi 2 yaitu :
– flow control, yaitu mengatur debit air yang masuk turbin
menggunakan guide vane
– load control, yaitu mengatur beban generator agar tidak
terjadi runaway speed jika terjadi pengurangan atau
pelepasan beban.
Prajitno© 72
Typical sistem flow control
mikrohidro (cross flow turbine)
Prajitno© 73
flow control
• Konstruksi rumit dan mahal
• Reaksi lambat, sehingga INPUT UNIT OUTPUT
PEMBANGKIT BEBAN
tidak sesuai untuk
perubahan beban yang
besar.
RUGI-
• Pipa penstock tahan RUGI
terhadap waterhammer jika
terjadi penutupan katup GOV.
secara cepat akibat terjadi
pelepasan beban. Pengendalian menggunakan
• Generator tahan terhadap governor
overspeed akibat beban
sudah lepas tetapi guide
vane belum menutup. Prajitno© 74
Kontrol Daya Listrik
• Bagian utama dari sistem kontrol ini terdari dari panel kontrol
dan ballast load
• Prinsip pengaturannya adalah menyeimbangkan antara daya
yang dihasilkan generator dengan beban daya konsumen
• Saat beban konsumen berkurang kelebihan daya yang
dihasilkan generator akan dipindahkan ke ballast load
• Sistem pengaturan beban yang digunakan pada
perencanaan ini adalah
– Electronic Load Controller (ELC) untuk penggunaan
generator sinkron
– Induction Generator Controller (IGC) untuk penggunaan
IMAG
Sistem kontrol ini terintegrasi pada panel kontrol (switch gear)
Prajitno© 75
Pengendalian menggunakan
ELC/IGC
ELC/
RUGI- IGC
RUGI
BEBAN
PENYEIM
BANG
Prajitno© 76
switch gear
• Fasillitas panel kontrol minimum terdiri atas :
– Kontrol start/stop, baik otomatis, semi otomatis, maupun
manual
– Stop/berhenti secara otomatis
– Trip stop, berhenti pada keadaan gangguan: over-under
voltage, over-under frekuensi.
– Emergency shut down, bila terjadi gangguan listrik (misal
arus lebih)
Prajitno© 77
Estimasi Biaya Pekerjaan M&E
Komponen-komponen biaya M & E, • Outdoor elecrical
antara lain : equipment
• Pengadaan Peralatan, misalnya : • Drawing Water System
• Turbin • Pressure Air System
• Generator • Transformer
• Governor • Spare Part
• Inlet Valve • Accessories
• Excitation System • Jaringan transmisi dan
• Switchgears distribusi
• Power & Control cables • Biaya pengiriman dan
• AC and DC System pemasangan
• Control monitoring and • Pajak bea-masuk (jika import)
Protection • Commissioning dan uji coba
Prajitno© 78
Capital Cost for Small High Head
Hydro Plants (1980)
Capital Expenditure Approximate Cost ($/kW)
Prajitno© 79
Referensi
• Fritz J.J., 1984, Small an Mini Hydropower System,
McGrawHill Book Co., N-Y.
• Warnic C.C., dkk.,1984, Hydropower Engineering,
Prentice Hall, Inc., New Jersey.
• IMIDAP, 2009, Buku 2C PEDOMAN STUDI KELAYAKAN
MEKANIKAL ELEKTRIKAL,Cetakan 1, Direktorat
Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral.
• ESHA, 2004, Guide on How to Develop a Small Hydropower
Plant , Part-1 and Part-2.
Prajitno© 80